Bank Syariah
Disusun oleh
Kelompok I
Nama NPM
Maulana Hidayat 20.15.0207
Muhammad Arsyad 20.15.0209
Kelompok I
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
A. Kesimpulan .......................................................................................... 14
B. Saran ..................................................................................................... 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank Syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada
bunga.Bank Islam atau biasa disebut dengan Bank Tanpa Bunga, adalah lembaga
keuangan/perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan
pada al-Quran dan Hadits Nabi SAW, dengan kata lain Bank Syariah adalah lembaga
keuangan yang memiliki usaha pokok memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya
dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan
dengan prinsip syariat Islam. Bank syariah menghindari sistem bunga dalam
mengoperasikan usahanya. Keberadaan bank syariah/bank Islam dapat dijadikan
sebagai solusi alternatif terhadap persoalaan tentang adanya pertentangan antara bunga
dengan riba.1
1
(Muhammad, 2005 :1)
2
(Novi, 2015 : 65)
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian bank umum syariah dan unit usaha syariah ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian bank umum syariah dan unit usaha syariah.
2. Untuk mengetahui dan memahami sejarah berdirinya bank syariah di dunia dan di
Indonesia.
4. Untuk mengetahui dan memahami fungsi bank syariah peran dan struktur bank
syariah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bank Umum Syariah Dan Unit Usaha Syariah
Bank Umum Syariah (BUS) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. BUS dapat melakukan kegiatan usaha sebagai bank devisa atau non-
devisa. Dari segi jumlah institusi ada 12 Bank Umum Syariah (BUS) yang ada di
Indonesia
3
Unit Usaha Syariah (UUS) adalah unit kerja di kantor pusat bank umum
konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang syariah dan unit
syariah. UUS dapat berusaha sebagai bank devisa atau bank nondevisa. UUS
mempunyai tugas sebagai berikut.
syariah.
Dari segi jumlah institusi ada 21 Unit Usaha Syariah (UUS) yang ada di
Indonesia :
4
15. PT BPD Riau dan Kepulauan Riau
16. PT BPD Sumatera Selatan dan Bangka Belitung
17. PT BPD Kalimantan Selatan
18. PT BPD Kalimantan Barat
19. PD BPD Kalimantan Timur
20. PT BPD Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat
21. PT Bank Jago Tbk
5
c. Transfer dan Inkaso
d. Gadai Syariah
e. Syariah Change Card
f. Penukaran Valuta Asing (Sharf)
g. Jasa Pembayaran
4. Aturan Perbankan Syariah Di Indonesia
a. Fatwa
1. . Fatwa tentang akad Mudharabah (bagi hasil)
Akad Mudharabah merupakan akad yang oleh para ulama telah disepakati akan
kehalalannya. Karena itu,akad ini dianggap sebagai tulang punggung praktek
perbankan syariah. DSN-MUI telah menerbitkan fatwa no: 07/DSN-MUI/IV/2000,
yang kemudian menjadi pedoman bagi praktek perbankan syariah. Dalam fatwa nomor
tersebut disebutkan: “LKS (lembaga Keuangan Syariah) sebagai penyedia dana,
menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah kecuali jika mudharib (nasabah)
melakukan kesalahan yang disengaja, lalai, atau menyalahi perjanjian.” (Himpunan
Fatwa Dewan syariah Nasional MUI hal. 43) Pada fatwa dengan nomor tersebut, DSN
menyatakan: Pada ketentuan lainnya, DSN kembali menekankan akan hal ini dengan
pernyataan: “Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah, dan
pengelola tidak boleh menanggung kerugian apapun, kecuali diakibatkan dari
kesalahan disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan
Akad Murabahah adalah satu satu produk perbankan syariah yang banyak
diminati masyarakat. Karena akad ini menjadi alternatif mudah dan tepat bagi berbagai
pembiayaan atau kredit dalam perbankan konvensional yang tentu sarat dengan riba.
Kebanyakan ulama dan juga berbagai lembaga fikih nasional atau internasional,
membolehkan akad murabahah kontemporer. Lembaga fikih nasional DSN (Dewan
Syariah Nasional) di bawah MUI, juga membolehkan akad murabahah, sebagaimana
dituangkan dalam fatwanya no: 04/DSN-MUI/IV/2000. Fatwa DSN ini, menjadi
6
payung dan pedoman bagi perbankan syariah dalam menjalankan akad murabahah.
DSN pada fatwanya No: 04/DSN-MUI/IV/200, tentang Murabahah menyatakan:
“Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan
pembelian ini harus sah dan bebas riba.
b.Undang-Undang
7
sejumlah bank berbasis Islam kemudia munjul di uni emiratarab, baru tahun 1975 dengan
berdiri Dubai Islamic Bank. Kemudian di kuwait pada tahun1977 berdiri kuwait finance
house yang beroperasi tanpa bunga. Selanjutnya kembali di mesir pada tahun 1978 berdiri
Bank syariah yang di beri nama Faisal Islamic Bank. Langkah ini kemudian di ikuti oleh
islamic international bank for Invesment and Developmen bank.(Harahap, 2014).
Di Iran sistem perbankan syariah mulai berlaku secara nasional pada tahun
1983 sejakdikeluarkannya Undang-Undang perbankan islam. Kemudian di Turki negara
yang beridiologisekuler bank syariah lahir tahun 1984 dengan hadirnya Daar al-Maal al-
Islami serta FaisalFinance Institution dan mulai beroperasi tahun 1985.
Salah satu negara yang menjadi pelopor utama dalam melaksanakan sistem
perbankansyariah secara nasional adalah Pakistan. Pemerintah Pakistan mengkonversi
seluruh sistem perbankan di negaranya pada tahun 1985 menjadi sistem perbankan
syariah. Sebelumnya padatahun 1979 beberapa institusi keuangan terbesar di Pakistan
telah menghapus sistem bungadan mulai dari tahun itu juga pemerintah Pakistan
mensosialisasikan pinjaman tanpa bungan.Terutama pada petani dan pelayan. (Kasmir,
2008 : 188)
Di Indonesia, bank syariah yang pertama didirikan pada tahun 1992 , Adalah
bank muamalat. Walaupun perkembangannya agak terlambat bila dibandingkan dengan
Negaranegara muslim lainnya, perbankan syariah di Indonesia akan terus berkembang.
Bila pada tahun 1992-1998 hanya ada satu unit. Pada tahun 2000, bank syariah maupun
bank konvensional yang membuka unit syariah di Indonesia telah meningkat menjadi 6
unit. Sedangkan jumlah BPRS sudah mencapai 86 unit dan masih akan bertambah. Di
tahuntahun mendatang, jumlah bank syariah ini akan terus meningkat seiring dengan
masuknya pemain-pemain baru, bertambahnya jumlah kantor cabang bank syariah yang
8
sudah ada, maupun dengan dibukannya Islamic widow di bank-bank konvensional.
Optimisme pengembangan perbankan syariah yang semakin baik dimasa mendatang
disebabkan oleh beberapa alasan antara lain:
b. Para bankir dan investor baru juga mulai menyadari mengenai potensi pasar dan
keunggulan komparatif yang dimiliki oleh sistem perbankan syariah sehingga
menimbulkan minat untuk mengembangkan pelayanan jasa perbankan syariah.
9
kemudian diperdalam dalam musyawarah nasional iv mui di jakarta pada bulan agustus
1990. Hasil munas ini dibentuk kelompok kerja yang disebut tim perbankan MUI untuk
mendirikan bank syariah di indoensia, dengan tegas melakuan pendekatan dan
konsultasi dengan semua pihak terkait. Hasilnya, pad november 1991 akhirnya
ditandatangani pendiri bank muamalat indonesia, yang mulai beroprasi pada mei 6
1992. Selain itu,pionir perbankan islam lain adalah bank perkreditan rakyat (BPR)
Dana Mardhatillah dan BPR berkah amal sejahtera yang didirikan pada tahun 1991 di
bandung yang doprakarsai oleh institue for sharia economic development (ISED).
Pada dasarnya fungsi bank syariah tidak jauh berbeda dengan bank
konvensional atau bank umum lainnya, seperti yang tertera dalam UU RI no 21 tahun
2008 tentang perbankan syariah bahwasannya :
1. Bank Syariah dan UUS ( Unit Usaha Syariah ) wajib menjalankan fungsi
menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat.
2. Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga
baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau
dana social lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat.
3. Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang
dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf ( nazhir ) sesuai dengan kehendak
pemberi wakaf (wakif).
4. Alat transmisi kebijakan moneter (sama seperti bank Konvensional).
10
b. Penyalur Dana kepada Masyarakat
Fungsi bank syariah yang kedua adalah menyalurkan dana kepada masyarakat
yang membutuhkan. Masyarakat dapat memperoleh pembiayaan dari bank syariah
asalkan dapat memenuhi semua ketentuan dan persyaratan yang berlaku. Menyalurkan
dana merupakan aktivitas yang sangat penting bagi bank syariah. Dalam hal ini bank
syariah akan memperoleh return atas dana yang disalurkan. Return atau pendapatan
yang diperoleh bank syariah atas penyaluran dana ini tergantung pada akadnya (Asra,
2018).
Bank syariah menyalurkan dana kepada masyarakat dengan menggunakan
bermacam-macam akad, antara lain akad jual beli dan akad kemitraan atau kerjasama
usaha. Dalam akad jual beli, maka return yang diperoleh bank atas penyaluran dananya
dapat dalam bentuk margin keuntungan. Margin keuntungan merupakan selisih antara
harga jual kepada nasabah dan harga beli bank. Pendapatan yang diperoleh dari
aktivitas penyaluran dana kepada nasabah yang menggunakan akad kerja sama usaha
adalah bagi hasil. (Muhammad, 2012: 84).
Fungsi bank syariah disamping menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada
masyarakat, bank syariah memberikan pelayanan jasa perbankan kepada nasabahnya.
Pelayanan jasa bank syariah ini diberikan dalam rangka memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam menjalankan aktivitasnya. Pelayanan jasa kepada nasabah
merupakan fungsi bank syariah yang ketiga. Berbagai jenis produk pelayanan jasa yang
dapat diberikan oleh bank syariah antara lain jasa pengiriman uang, pemindahbukuan,
penagihan surat berharga dan lain sebagainya.
Aktivitas pelayanan jasa merupakan aktivitas yang diharapkan oleh bank syariah
untuk dapat meningkatkan pendapatan bank yang berasal dari fee atas pelayanan jasa
bank. Beberapa bank berusaha untuk meningkatkan teknologi informasi agar dapat
memberikan pelayanan jasa yang memuaskan nasabah. Pelayanan yang dapat
memuaskan nasabah ialah pelayanan jasa yang cepat dan akurat. Harapan nasabah
dalam pelayanan jasa bank ialah kecepatan dan keakuratannya. Bank syariah berlomba-
11
lomba untuk berinovasi dalam meningkatkan kualitas produk layanan jasanya. Dengan
pelayanan jasa tersebut, maka bank syariah mendapat imbalan berupa fee yang disebut
fee based income.
a. Sebagai tempat menghimpun dana dari masyarakat atau dunia usaha dalam bentuk
tabungan (mudharabah), dan giro (wadiah), serta menyalur kannya kepada sektor riil
yang membutuhkan.
b. Sebagai tempat investasi bagi dunia usaha (baik dana modal maupun dana rekening
investasi) dengan menggunakan alat-alat investasi yang sesuai dengan syariah. Seperti
al-murabahah (pembiayaan jual beli barang), al-mudharabah pembiayaan bagi hasil),
al-musyarakah (pembiayaan penyertaan modal), dan al-ijarah.
12
d. Memberikan jasa sosial seperti pinjaman kebajikan (qardul hasan), zakat, dan dana
sosial lainnya yang sesuai dengan ajaran Islam.
Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank konvensional,
misalnya dalah hal komisaris dan direksi, tetapi unsur yang amat membedakan antara
Bank Syariah dan bank konvensional adalah keharusan adanya Dewan Pengawas
Syariah yang bertugas mengawasi oprasional bank dan produk-produknya agar sesuai
dengan garis-garis syariah.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bank Umum Syariah (BUS) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Unit Usaha Syariah (UUS) adalah unit kerja di kantor pusat bank umum
konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang syariah dan unit
syariah. Perbankan Syariah pertama kali muncul di Mesir tanpa menggunakan embel-
embel Islam, karena adanya kekwatiran rezim yang berkuasa saat itu akan melihatnya
sebagaigerakan fundamentalis. bank simpanan yang berbasis profit sharing (pembagian
laba) di kota Mit Ghamr pada tahun 1963. Di Indonesia, bank syariah yang pertama
didirikan pada tahun 1992 , Adalah bank muamalat. Walaupun perkembangannya agak
terlambat bila dibandingkan dengan Negaranegara muslim lainnya, perbankan syariah
di Indonesia akan terus berkembang.
Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank konvensional,
misalnya dalah hal komisaris dan direksi, tetapi unsur yang amat membedakan antara
Bank Syariah dan bank konvensional adalah keharusan adanya Dewan Pengawas
Syariah yang bertugas mengawasi oprasional bank dan produk-produknya agar sesuai
dengan garis-garis syariah.
14
B. Saran
makalah selanjutnya.
karena itu, kami mengharapkan kritikan yang membangun bagi kami dalam
15
DAFTAR PUSTAKA
Dahlan, Ahmad. Bank Syari’ah Teoritik, Praktik Kritik, Yogyakarta: Teras, 2012
Sofyan S. Harahap dkk. Akuntansi Perbankan Syariah, Cetakan ketiga, Jakarta: LPFE
Usakti, 2007
http://www.ojk.go.id/
16