Anda di halaman 1dari 5

INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM MARTAPURA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

Nama : Muhammad Arsyad


NPM : 20.15.0209
Mata Kuliah : Ilmu Tasawuf
Dosen Pengampu : H Dairobi Khalilurrahman SHI , M.H
MIDDLE TES

JAWAB

1. Tasawuf adalah pelatihan dengan kesungguhan untuk dapat membersihkan, memperdalam,


mensucikan jiwa atau rohani manusia. Hal ini dilakukan untuk melakukan pendekatan atau taqarub
kepada Allah dan dengannya segala hidup dan fokus yang dilakukan hanya untuk Allah semata.

2. A. Hubungan Ilmu Tasawuf Dengan Ilmu Tauhid


Tauhid dan Tasawuf, keduanya bagian dari rukun agama. Allah SWT menurunkan agama sebagai
nikmat yang sempurna. Agama karunia yang tiada terhingga yang akan meyelamatkan di dunia
membahagiakan kita di akhirat.
Contohnya seperti Mug (alat minum sejenis cangkir, tapi lebih besar), ini ibarat hati kita. Kalau mug
ini bersih, maka orang berakal tidak akan memasukan air kotor apalagi racun. Ilmu Tasawuf
wilayahnya adalah hati, seperti mug ini. Tauhid adalah keimanan, mug ini pantas diisi dengan air
minum karena mug ini bersih. Hati kita kalau selalu dibersihkan, maka yang akan masuk iman. Jadi
hubungan ilmu tauhid dan tasawuf, saling memberikan fungsi.
Tasawuf tugas atau fungsinya membersihkan hati, sebab iman tumbuhnya di hati. Iman itu anugerah,
Allah tidak akan salah menganugerahkan hati, kecuali kedalam hati yang layak untuk menerima iman
tadi. Seperti contoh di atas, orang berakal tidak akan memasukan racun kedalam mug bersih.
Begitu kental hubungan ilmu tasawuf dengan ilmu tauhid. Tauhid adalah keimanan yang terhujam
di dalam hati dan karunia dari Allah. Keimanan tumbuh di dalam hati yang bersih, maka oleh sebab
itu kalau hati kita tidak di tempa dengan ilmu tasawuf, tentu iman kita tidak akan subur di dalam
hati.Meskipun banyak pengetahuan tentang tauhid, tapi kalau hatinya kotor iman tidak akan
tumbuh.Tauhid itu hanya pengetahuan saja, tidak pernah menghunjam akar di hati. Maka bersihkan
tauhid iman pun tumbuh. Sehingga kita akan lezatnya buah keimanan, yakni: dimampukan
menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan Allah.
Dengan belajar ilmu tasawuf, iman akan tumbuh, bahkan lebih daripada iman hati kita akan
Musyahadah. Dari segi bahasa musyahadah itu berasal dari rumpun kata Syahida-Shaahada, artinya:
bersaksi,menyaksikan. Seseorang belum dikatakan sebagai seorang islam jika dia belum menyatakan
dua kalimat shahadat.
Musyahadah disini berarti penyaksian, suatu pandangan batin sebagai suatu penyaksian yang tidak
diragukan lagi. Untuk mencapai pada tingkatan musyahadah ini seseorang harus terlebih dulu
bersungguh-sungguh dengan sepenuh hati demi untuk mengamalkan ajaran-ajaran tasawuf untuk
meningkat ke maqam berikutnya. Dalam pengertian musyahadah seseorang yang terjun di dunia sufi
rasanya sulit untuk mencapai pada tingkatan musyahadah ini tanpa adanya usaha atau upaya niat
sungguh-sungguh.
Musyahadah dalam istilah sufiah adalah keadaan hati (batin) hamba itu merasakan berhadapan
dengan Allah Taala. Ia merasakan Allah SWT itu ibarat berada dihadapannya. Tetapi bukanlah
hakikatnya demikian karena mustahil dan tidak akan terjadi Allah Taala berada di hadapannya karena
Allah Taala bukan massa yang mengambil ruang. Artinya hanya ia merasakan hampirnya ke Allah
Taala. Maka merasailah seolah-olah Allah Taala itu berhadap-hadapan dengannya. Musyahadah itu
adalah nampaknya Allah SWT pada hambanya.
Bila sudah terpadu antara tauhid dan tasawuf, bukan sebatas iman yang tumbuh dalam hati, kita lihat
dari Laa Ilaha Ilallah menjadi Laa Maujud Ilallah, setelah iman akan muncul yang disebut
Musyahadah. Menyaksi dengan mata batin sifat-sifat dan asma Allah. Maka didalam tasawuf ada
Wijdu, mencicipi kelezatan iman. Inilah yang disebut Musyahadatu Rububiyyah, hati kita menyaksi
kepada sifat-sifat ketuhanan Allah SWT.
B. Hubungan Ilmu Tasawuf Dengan Ilmu Fiqih
Tasawuf dan fiqh merupakan dua disiplin ilmu yang bersumber dari Islam, dan kedua-duanya
secara aplikatif telah dilaksanakan, dipraktekkan oleh nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.
Antara tasawuf dan fiqh merupakan suatu yang saling berkaitan, karena bila sesorang bertasawuf
tanpa fiqh ia akan menjadi zindiq. Dan yang menjalankan syariat tanpa tasawuf, maka ia akan
menjadi orang yang fasik, seperti yang dikatakan oleh Imam Malik Rahimahumullah “Barang siapa
yang menjalani tasawuf sebelum mengerti fiqih (syariat) dengan benar, ia menjadi zindiq. Dan
barang siapa yang menjalankan syariat tanpa disertai tasawuf maka ia akan menjadi fasik.[9]
Ketika ada seorang sufi yang sudah mencapai hakikat, tapi ia kemudian tidak mengerjakan syariat
atau merasa bahwa ia terbebas dari syariat maka sungguh telah sesat lah ia, karena apabila seseorang
telah mencapai hakikat ia harus tetap mengerjakan syariat. Karena syariat sendiri merupakan tahap
dasar seseorang untuk sampai pada hakikat. Jadi antara tasawuf dan fiqh merupakan satu kesatuan
yang tidak bisa dipisahkan.
Jadi anggapan bahwa tasawuf tidak ada hubungannya dengan ilmu kalam, filsafat, dan fiqh
merupakan statement yang salah, malainkan tasawuf memiliki hubungan dengan ilmu-ilmu yang
lain, hal ini dapat dibuktikan dengan pemaparan diatas. Dimana tasawuf dengan keilmuan lainnya
memiliki keterkaitan, dan juga titik temu, dan tasawuf dengan wacana keilmuan lainnya saling
berkesinambungan.
C. Hubungan Ilmu Tasawuf Dengan Ilmu Jiwa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: inti tasawuf adalah terisinya jiwa dengan akhlak yang baik
dan kesucian jasmani dan rohani dari akhlak yang tercela. Ilmu jiwa agama yakni ilmu yang meneliti
pengaruh agama terhadap sikap dan tingkah laku seseorang atau mekanisme yang bekerja dalam diri
seseorang yang menyangkut tata cara berpikir, bersikap, berkreasi dan bertingkah laku yang tidak
dapat dipisahkan dari keyakinannya, karena keyakinan itu masuk dalam konstruksi kepribadiannya.
unsur jiwa dalam konsepsi tasawuf tidak berarti mengabaikan unsur jasmani manusia. Unsur ini juga
penting karena rohani sangat memerlukan jasmani dalam melaksanakan kewajibannya dalam
beribadah kepada Allah. Seorang tidak mungkin sampai kepada Allah dan beramal dengan baik dan
sempurna selama jasmaninya tidak sehat.

3. A. Pengertian Maqam
Maqamat merupakan bentuk jamak dari maqam. Secara etimologi maqam mengandung arti
kedudukan dan tempat berpijak dua telapak kaki. Menurut terminology, istilah maqam mengandung
pengerrtian kedudukan, posisi, tingkatan, atau kedudukan tahapan hamba dalam mendekatkan diri
kepada Allah.
Menurut Abdurrazaq Al-Qasami, maqam adalah pemenuhan terhadap kewajiban-kewajiban yang
telah ditetapkkan. Jika seseorang belum memenuhi kewajiban-kewajiban yang terdapat dalam suatu
maqam, ia tidak boleh naik ke jenjang yang lebih tinggi.
Menurut Imam Al-Qusairi, yang dimaksud dengan maqam adalah tahapan adab (etika) seorang
hamba dalam wushul kepada-Nya dengan bermacam-macam upaya yang diwujudkan dengan suatu
tujuan pencapaian dan ukuran tugas. Masing-masing berbeda dalam tahapannya sendiri ketika dalam
kondisi tersebut, serta tingkah laku riyadhah menuju kepada-Nya.
B. Pengertian Hal
Hal adalah keadaan- keadaan spiritual tertentu berupa perasaan kedekatan dengan Allah Swt. ini
adalah anugerah dan karunia Allah kepada hati para penempuh jalan spiritual.[1] Bentuk jamak dari
hal yaitu ahwal yang biasanya diartikan sebagai keadaan mental yang dialami oleh para sufi di sela-
sela perjalanan spirtualnya.
C. Maqam-maqam Dalam Ilmu Tasawuf
Taubat
Taubat secara etimologi adalah kembali, meminta pengampunan. Dalam perspektif sufistik, taubat
dimaknai sebagai kembali dari segala perbuatan tercela menuju perbuatan terpuji sesuai dengan
ketentuan agama. Taubat adalah kembali menuju kebenaran, perubahan hati, juga berarti penyesalan.
Taubat merupakan tahapan pertama yang ditempuh oleh sufi untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Taubat adalah asal semua maqam dan dasrnya, sebagai pembuka setiap hal. Taubat adalah permulaan
dari maqamat. Taubat yang dimaksud sufi adalah taubat yang sebenar-benarnya, taubat yang tidak
akan membawa dosa lagi.
Zuhud
Zuhud atau asketisme secara etimologi berasal dari kata zahada, artinya raghiba ‘anhu wa taraka
(benci dan meninggalkan sesuatu). Secara terminology, zuhud ialah menjauhkan diri dari segala
sesuatu yang berkaitan dengan dunia. Zuhud merupakan pendekatan penting dalam tahap awal
perjalanan spiritual, namun tidak dianjurkan bagi seseorang yang hendak mencapai kesempurnaan.
Sebab asketisme ini mengabaikan sebab-sebab sekunder, padahal melalui sebab-sebab sekunder
inilah manusia mendapatkan pengetahuan tentang Allah.
Syukur
Syukur secara etimologi ialah membuka dan menyatakan. Adapun menurut terminologi tasawuf,
syukur ialah menggunakan nikamat Allah untuk taat dan tidak menggunakannya untuk berbuat
maksiat kepada-Nya. Orang yang menggabungkan sabar dengan syukur adalah orang yang memiliki
hikmah.
Syukur merupakan pengetahuan yang membangkitkan kesadaran bahwa satu-satunya pemberi
nikmat adalah Allah dan cakupan rahmat-Nya sangat luas. Keutamaan syukur mengungguli
peringkat lainnya dalam maqamat bahwa taubat, zuhud dan sabar tidak berlaku lagi di akhirat. Orang
tidak memerlukannya lagi di syurga, tetapi bersyukur tetap dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai