Anda di halaman 1dari 9

Maklumat dan ahwal

Tugas terstruktur
Mata kuliah ilmu akhlaq dan tasawuf
Dosen pengampu: A.M.Ismatullah S.Th.M.S.I

Disusun oleh:
Alfian (
Malika dwi hermayami (
Rofiantun fatimah (214110503040)
Yoga febianto (

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM FAKULTAS


USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI PROF.K.H.SAIFUDDIN ZUHRI PURWOKERTO 2023

BAB I
PENDAHULUAN
Kebutuhan masyarakat terhadap adanya tasawif semakin tinggi, sebab
tasawuf memang ditujukan untuk kebahagiaan zahir dan batin. Tasawuf
sangat membidangi segi-segi penghayatan dan pengalaman yang bersifat
lebih pribadi di mana tekanana orientasinya bersifat esoteri. Sejarah
perkembangan pemikiran islam ditandai dengan adanya poblematik
diantara disiplin ilmu keislaman. Perkembangan ini dimulai sejak zaman
Rasullullah SAW dan berlangsung hingga masa-masa selanjutnya. Di
dalam keadaan seperti inilah muncul ora ng muslim sunni dengan
kecendrungannya pada pola hidup ascetic (zuhud) yang merupakan cikal
bakal perkembangan tasawuf. Perkembangan tasawuf tidak lagi
berkembang sebagai gerakan oposisi politik, tetapi sebagai dinamika
perkembangan gagasan kesufian sendirir yang secara sadar berkembang
menjadi mistisme. Dalam perkembangan tasawuf, para sufi menyuguhkan
konsep religi-moral yang disebut maqamat, serta teori ahwal yang bersifat
psiko-gnostik yang harus dilalui oleh para sufi.
Konsep-konsep dalam dunia tasawuf mulai ada sejak abad ke- 3 dan
ke-4 H. diawali dengan semakin banyaknya orang yang mempraktikkan
jalan sufi yang mereka daparkan dari pengalaman keagamaan yang
beraneka ragam. Para ulama berpendapat jika klai-klaim sufi seluruhnya
diakui, maka akan menyebabkan kekacauan spiritual sebab tidak
memungkinkan untuk mengatur, mengontrol bahkan meramalkan jalnnya
“kehidupan spritual” itu. Yang lebih penting kaum sufi tampak merasa
perlu untuk mengembangkan suatu metode kontrol dan kritik untuk
membakukan dan mungkin mengobjektifkan pengalaman-pengalaman
yang mereka dapat. Dengan menggunakan arah dan motivasi seperti itu
kalangan para kaum sufi dikenal dengan tahapan-tahapan atau “station-
station” (maqamat) jalan sufi. Maqamat diperinci lagi melalui sebuah
teori tentang keadaan-keadaan (ahwal) yang meminjam istilah rahman
bersifat psiko-gnostik. Pada umumnya maqamat dinyatakan dalam
terminologi yang sepenuhnya dipinjam dari Al-qur’an, seperti tobat,
sabar, syukur, dan sebagainya.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Penegrtian maqamat dan ahwal


Perkataan maqam dapat diartikan sebagai stasiun, tahapan, atau
tingkatan spiritual dn fase perjalanan yang telah dicapai seorang sufi
menuju kedekatnnya dengan tuhan. Maqamat tasawuf terdapat pada
tingkatan spiritual yang ditempuh seorang dalam perjalanan menuju allah.
Setip maqamat adalah langkah dalam perjalanan spiritual yang saling
terkait dan membangun satu sama lain. Dalam menuju maqamat sangat
dibutuhkan kesungguhan, intropeksi, ibadah, peningkatan pengetahuan
spiritual dan kerja kers dalam mengenal diri sendiri dan menggapai
kedekatan dengan allah.
Akhwal mengacu pada kondisi batiniah dan spiritual yang dialami
oleh seseorang dalam perjalnan spiritual mereka. Akhwal mencakup
perubahan dala, perasaan hati, pengalaman spiritual, dan keadaan batiniah
yang bisa berubah-ubah seiring perkembangan spiritual seseorang.
B. Macam-macam maqamat
maqamat terdiri atas beberapa macam antara lain:
1. Taubat
Taubat merupakan stasiun pertama yang harus dilalui seseorang yang
mengamalkan tasawif. Sebab rasullullah yang bersih dari dosa masih
memohon ampunan dan bertaubat. Apalagi manusia basa yang tidak luput
dari salah dan dosa. Dalam pengertian taubat sendiri banyak pendapat
dari berbagai sufi diantaranya:
- taubat dalam pengertian meninggalkan segala kemaksiatan dan
melakukan kebijakan secara terus menerus
- taubat merupakan dari kejahatan dan memasuki kebaikan karena takut
allah murka.
- taubat adalah terus-menerus bertaubat walaupun sudah tdiak pernah lagi
berbuat dosa.
Akan tetapi menurut al-mishri taubat itu ada dua macam yaitu:
- taubat orang awam yang merupakan taubat dari salah dan dosa.
- taubat khawas yang merupakan taubat dari kelalaian.
Amir al-Najjar mengatakan bahwa tidak akan cukup bagi seorang sufi
untuk bertaubat dari perbuatan dosa lahiriah, tetapi ia juga harus menjaga
diri dari dosa hatinya secara menyeluruh. Maka dar itu taubat para sufi
bener-bener bersih tidak ada perbuatan maksiat baik maksiat tersembunyi
maupun terang-terangan. Bagi para sufi, taubat bukan lagi sebagai tempat
penghapus dosa, tetapi bisa lebih dar itu atau sebagai syarat mutak agar
dapat dekat dengan allah.
2. Wara
Wara merupakan menghindari apa saja yang tidak baik. Tetapi dari
berbagai sufi mengatakan bahwa wara itu meninggalkan segala sesuatu
yang tidak jelas hukumnya, baik yang menyangkut makanan, pakaian,
maupun persoalan lain. Ibrahim bin adham berpendapat bahwa wara
merupakan meninggalakan sega yang masih diragukan dan meninggalkan
kemewahan. Orang sufi merupakan orang yang sangat hati-hati dalam
bertaubat. Mereka tidak mau menggunakan atau melakukan sesuatu atau
melakukan sesuatu yang tdiak jelas status dan hukumnya, apalagi yang
jelas-jelas haram. Sikap hidup seperti inilah yang disebut dengan wara.
3. Zuhud
Disini zuhud menekankan pada kepasrahan sepenuh hati kepada
allah,serta sikap tidak terikat dan tidak terobsesi terhadap harta,
kedudukan atau keinginan duniawi. Dalam hal ini zuhud memiliki tujuan
yaitu untuk mecapai kebebasan spritual dan kedekatan dengan allah,
dengan membeaskan diri dari ketergantungan dan ambisi materi yang
dapat mengahambat pencapaian kedekatan dengannya. Dalam praktiknya
zuhud melibatkan menghindari keinginan duniawi yang berlebihan, hidup
dengan sederhana, bersedekah, dan fokus pada perkara-perkara yang ebih
bernilai abadi. Zuhud mendorong untuk merenungkan kebesarn allah
serta menyadari bahwa kehidupan ini hanyalah sementara. Sedangkan
kehidupannya yang sebenarnya ada setelah mati.
4. Sabar
Menurut abu zakaria al-anshari sabar merupakan kemampuansesorang
dalam mengendalikan dirinya terhadap segala sesuatu yang bisa terjadi
baik yang disukau maupun tidak disukai. Menurut pandangan para kaum
sufi sabar merupakan sisi yang sangat penting dalam memperbaiki
kendala kejiwaan, dan sabr pada hakikatnya merupakan sikap berani
dalam menghadapi segala kesenangan maupun kesulitan. Sabar inilah
yang merupakan sikap utama dalam segala bidang kehidupan: sabar
dalam ibadah, sabar dala menuntut ilmu, sabar dalam pekerjaan, sabar
dalam komunikasi dengan sesama manusia, sabar dalam sehat maupun
sakit, sabar dalam cinta, sabar ketika membenci, dan sabar dalam
kenikmatan dan penderitaan. Sabar juga merupakan sumber keutamaan
akhlak. Sabar ini juga merupakan media yang sangat ampuh yang
digunakan dalam mengobati penyakit kejiwaan.
5. Tawakal
Takawal merupakan pasrah dan mempercayakan secara bulat kepada
allah setelah melaksanakan sesuai rencana dan usaha. Disini manusia
hanya bisa merencanakan dan mengusahakan, sedangkan allah yang
menentukan hasilnya. Dari sikap takawal inilah akan memberikan
ketenangan bagi seorang mu’min dan akan memberikan sikap stabil dan
ketenangan jiwa. Tawakal ini juga merupakan perasaan dari seorang
mu’min dalam meandang alam, bahwa apapun yang terdapat didalmnya
tidak akan luput dari tangan allah. Pada hakikatnya orang yang sudah
berfikir tawakal, telah memikirkan sebab dengan cermat dan baik, dengan
inilah ia bersandar kepada allah swt dalam segala urusannya.

C. macam-macam ahwal
Berkenaan tentang konsep ahwal ada beberapa macam ahwal
diantarnya adalah:
1. Al-Muhasabah dan al-muroqobah (waspada dan mawas diri)
Waspada diartikan meyakini bahwa Allah SWt mengetahui segala
pikiran, perbuatan, dan rahasia dalam hati. Dengan inilah orang akan
merasakan waspada dan akan selalu memperhatikan segala tingkah
lakunya karena sadar bahwa Allah SWT selalu mengawasinya.
Sedangkan mawas diri merupakan meneiliti dengan cermat apakah segala
perbuatan yang dilakukan sudah sesuai atau tidak sesuai dengan apa yang
diperintahkan. Dalam keadaan ini selalu mendorong untuk memperbaiki
segala perilakunya.
2. Al-isyaq (rindu)
Kerinduan merupakan wujud adanya cinta yang kuat kepada Allah
SWT sehingga seorang sufi akan terus berusaha untuk selalu bersama
allah dengan berbagai media ibadah. Di dalam hati seorang sufi akan ada
rasa rindu untuk bertemu Allah SWT tampak sangat kuat. Oleh sebab itu
dalam beberapa kasus sufi sering ditemukan bahwa betapa mereka rindu
akan adanya kematian yang menghalangi pertemuan antara dirinya
dengan Allah SWT.
3. Al-uns (intim)
Di dalam pandangan kaum sufi sifat ini merupakan sifat merasa selalu
berteman dan tak pernah merasa sepi. Al-uns mengacu pada keintiman
dan pertemanan yang dalam antara seorang hamba dengan allah. Istilah
ini menggambarkan hubungan yang erat dan intim antara seorang dengan
tuhan, dimana individu tersebut merasakan kehadiran allah dalam setiap
naspek kehidupannya.
4. Tumaninah
Tumaninah merupakan istilah yang menggambarkan ketenangan dan
kejernihan hati yang diberikan allah kepada seorang hamba yang telah
mencapai kedekatannya dan kepasrahan sepenuhnya kepada allah. Dalam
hal ini seorang yang sedang dalam keadaan tumaninah akan mengala mi
ketenangan batin dan kebebasan dari kegelisahan dunia.
5. Musyahadah
Merupakan istilah yang mengacu pada pengalaman spiritual dimana
seorang menyaksikan kehadiran allah dan fenomena-fenomena spiritial
yang tidak terlihat oleh orang biasa. Biasanya hal ini berdasarkan
penglihatan maupun pengalaman batin yang kuat dengan memperkuat
keimanan seorang dan mengarahkan lebih dekat kepada allah.
6. Yaqin
Yaqin merupakan istilah yang berarti keyakinan yang kuat dan pasti
dalam iman seorang hamba kepada allah. Yaqin merupakan tingkat
kepercayaan yang tinggi dan ketenangan dalam keyakinan bahwa allah
adalah yang satu-satunya yang benar ada, berkuasa, dan mengontrol
segala sesuatu.
7. Muhabah
Muhabah adalah istilah yang merujuk pada cinta yang mendalam dan
kasih sayang yang tulus kepada allah. Ini merupakan perasaan cinta dan
pengagungan yang muncul dari keimanan dan kepasrahan seorang
kepadanya.
8. Raja’
Raja’ merupakan istilah dalam tasawuf yang mengacu pada perasaan
kagum dan takjub seorang terhadap kebesaran dan keindahan allah. Raja’
merupakan wujud penghormatan dan pengagungan yang muncul dari
kesadaran akan kekuasaan dan keagungannya.
9. Kauf
Kauf adalah rasa takut yang sehat dan timbal balik antara seorang
hamba dengan allah. Ini bukan taut dalam arti ketakutan, tetapi
merupakan kesadaran akan keesaan dan kebesaran allah yang membuat
seorang berusaha untuk taat dan menjauhi dosa.
D. Kesimpulan
Beberapa poin yang dapat disimpulkan dari makalh ini terkait konsep
maqamat dan ahwal adalah:
1. Maqamat adalah bentuk dari jamak dari kata maqam, yang secara
bahasa berarti pengkat atau derajat. Dalam bahasa inggris, maqamat
disebut sebagai istilah stations atau stages. Sementara menurut tasawauf
maqamat merupakan kedudukan seorang hamba di hadapan allah, yang
diperoleh melalui peribadatan, mujahadat, dan lainya.
2. Ahwal merupakan keadaan hati yang selalu berdzikir dan hal ini dilihat
dari metodologi mujahadah dan latihan-latihan seperti yang telah
disebutkan sebagaimana terdahulu. Ahwal tersebut seperti seperti diawasi
Allah SWT, perasaan dekat dengan allah, rasa cinta, takut, harapan, rindu,
tenang, yakin dan lainnya.
3. Macam-macam maqamat terbagi menjadi beberapa diantara nya: al-
taubah, wara, zuhud, tawakal, sabar.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahab Syakhrani, KONSEP MAQAMAT DAN AKHWAL,mushaf
journal: jurnal ilmu al-quran dan hadis Vol. 3 No. 1 April 2023, page
9-23

Mubassyirah Muhammad Bakry, MAQAMAT, AHWAL DAN KONSEP


MAHABBAH ILAHIYAH RAI’AH AL-’ADAWIYAH( SUATU KAJIAN
TASAWUF), Dosen IAIN Palopo

MOHD KHAIRUL AZMAN BIN TENGAH, MAQAMAT DAN AHWAL


MENURUT PANDANGAN ULAMA SUFI, UIN AR-RANIRY
DARUSSALAM-BANDA ACEH 2020

Ma’rifat: Jurnal Tasawuf Vol 1 No.1 (2022) maqamat dan ahwal dalam
pandangan abu nashr al-thusi al-sarraj dalam kitab al-luma

Anda mungkin juga menyukai