Oleh :
Nama NIM
2023
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjunan kita, Nabi Muhammad SAW.
Kami panjatkan Puja dan Puji syukur kehadirat-Nya, yang atas berkat rahmat, hidayah dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pendidik dan Peserta Didik”, guna memenuhi tugas mata kuliah “AKHLAK DAN
TASAWUF”.
Dan kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik.
Karena keter batasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
ii
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN....…………………………………………
A. LATAR BELAKANG...……………………………………..…1
B. RUMUSAN MASALAH ……………………………………...1
C. TUJUAN.....................…………………………………………..1
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam al-Qur’an terdapat ayat yang Qathi’ (pasti, yang tidak mungkin lagi
dimasuki oleh daya nalar manusia, seperti kewajiban melakukan shalat, wajib
puasa, zakat dan haji. Kemudian ada lagi ayat-ayat yang zhanni
(dugaan,memungkinkan beberapa pengertian dan penafsiran). Dari ayat-ayat yang
bersifat zhanni ini timbul berbagai macam pendapat dan aliran dalam Islam.
Aliaran –aliran dalam Islam secara garis besarnya adalah tasawuf, politik,
hukum, filsafat dan teologi. Masing-masing dari pembagian aliran-aliran yang telah
kami sebutkan di atas. Mereka terbagi-terbagi lagi menjadi beberapa bagian.
Ajaran Tasawuf atau mistik Islam pada dasarnya merupakan al-tajribah spiritual
yang bersifat pribadi. Meskipun demikian, al-tajribah ulama yang satu dengan yang
lainnya memiliki kesamaan-kesamaan disamping perbedaan-perbedaan yang tidak
dapat diabaikan. Oleh karena itu, dalam Tasawuf terdapat petunjuk yang bersifat
umum tentang maqamat dan ahwal.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat diketahui bahwa rumusan masalah adalah sebagai
berikut:
1. Apa saja pembagian aliran tasawuf?
2. Bagaimana tipologi aliran tasawuf?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pembagian aliran Tasawuf
2. Untuk mengetahui bagaimana tipologi aliran tasawuf
1
BAB II
PEMBAHASAN
b. Tasawuf Akhlaqi
Tasawuf akhlaqi adalah tasawuf yang berkonstrasi pada teori-teori perilaku,
akhlaq atau budi pekerti atau perbaikan akhlaq. Dengan metode-metode tertentu
yang telah dir umuskan, tasawuf seperti ini berupaya untuk menghindari akhlaq
mazmunah dan mewujudkan akhlaq mahmudah. Tasawuf seperti ini
dikembangkan oleh ulama‟ lama sufi.
Dalam pandangan kaum sufi, manusia cenderung mengikuti hawa nafsu. Ia
cenderung ingin menguasai dunia atau berusaha agar berkuasa di dunia. Menurut
Al-Gazali, cara hidup seperti ini akan membawa manusia ke jurang kehancuran
moral. Kenikmatan hidup di dunia telah menjadi tujuan umat pada umumnya.
Pandangan hidup seperti ini menyebabkan manusia lupa akan wujudnya sebagai
hamba Allah yang harus berjalan di atas aturan-aturan-Nya.
Untuk memperbaiki keadaan mental yang tidak baik tersebut, seseorang
yang ingin memasuki kehidupan tasawuf harus melalui beberapa tahapan yang
cukup berat. Tujuannya adalah untuk menguasai hawa nafsu, menekan hawa nafsu
3
sampai ketitik terendah wuf akhladan bila mungkin mematikan hawa nafsu itu
sama sekali. Dalam tasawuf akhlaki terdapat tahapan-tahapan yang harus
dilalui. Tahapan tersebut terdiri atas tiga tingkatan yaitu takhalli, tahalli, dan
tajalli.
c. Tasawuf Amali
Tasawuf amali merupakan kelanjutan dari tasawuf akhlaki. Jika tasawuf
akhlaki berfokus pada pensucian jiwa, tasawuf amali lebih menekankan terhadap
cara-cara mendekatkan diri kepada Allah SWT, baik melalui amalan lahiriah
maupun batiniah. Hasrat untuk mendekatkan diri kepada Allah adalah tujuan
pokok dari Sufi dan keinginan yang manusiawi, akan tetapi tidak semua orang
bisa melakukannya, tidak tahu jalan yang ditempuh, dan tidak mengetahui
bagaimana caranya untuk mendekatkan dirinya. Maka dibutuhkan orang yang
dapat membantu dan memberi petunjuk ke arah tercapainya tujuan tersebut, yang
disebut dengan guru. Dilihat dari tingkatan dalam komunitas ini terdapat beberapa
istilah penting yang harus diketahui, yaitu sebagai berikut:
1) Murid, adalah orang yang mencari pengetahuan dan bimbingan dalam
melaksanakan ibadahnya dengan memusatkan segala perhatian dan usahanya
ke arah itu, melepas segala kemauannya dengan menggantungkan diri dan
nasibnya kepada iradah Allah. Dalam dunia tasawuf, murid itu digolongkan
menjadi tiga kelas yaitu;
a) Mubtadi atau pemula, yatu mereka yang baru mempelajari
Syari’at.Jiwanya masih terikat pada kehidupan duniawi, kelas ini berlatih
melakukaan amalan-amalan zhahir secara tetap dengan cara dan dalam
waktu tertentu.
b) Mutawassith atau tingkat menengah, yaitu mereka yang sudah
mempunyai pengetahuan yang cukup tentang Syari’at dan sudah mulai
memasuki pengetahuan dan amalan yang bersifat bâthiniyah. Tahap ini
adalah tahap belajar dan berlatih mensucikan bathin agar tercapai akhlak
yang baik.
c) Muntahi adalah tingkat teratas, yaitu mereka yang telah matang ilmu
Syari’at, sudah menjalani Thârikat dan mendalami ilmu bâthiniyah, sudah
bebas dari perbuatan maksiat sehingga jiwanya bersih. Orang di tingkatan
ini disebut ‘ârif.
4
2) Syekh, adalah seorang pemimpin kelompok kerohanian, pengawas murid
dalam segala kehidupannya, petunjuk jalan dan sewaktu-waktu dianggap
sebagai perantara antara seorang murid dengan Tuhannya.
3) Wali dan Quthub adalah seorang yang telah sampai ke puncak kesucian
bathin, memperoleh ilmu laduni yang tinggi sehingga tersingkap tabir rahasia-
rahasia.
Apabila dilihat dari sudut amalan serta jenis ilmu yang dipelajari, maka
terdapat beberapa istilah yang khas dalam dunia tasawuf, yaitu ilmu lahir dan ilmu
bathin. Bahkan untuk memahami dan mengamalkan suatu amalam juga harus
melalui aspek lahir dan aspek bathin. Kedua aspek itu terkandung dalam ilmu,
yang mereka bagi kepada empat kelompok, yaitu;
1) Syari’at, diartikan sebagai amalan-amalan lahir yang difardlukan dalam
agama, atau mengikuti agama Tuhan dan mengerjakan perintahnya dan
menjauhi larangannya.
2) Tarikat yakni mengamalkan agama dengan apik, teliti dan sungguh serta
melatih diri dengan mengerjakan ibadah yang payah-payah dengan penuh
kesabaran dan melapangkan hati dari kebimbangan untuk ibadah kepada
Tuhan.
3) Hakikat adalah sampainya maksud dan memandang Allah dengan
terbukanya hijab dan ini jalan terakhir tujuan seseorang yang Thârikat (sâlik)
yaitu mengenal Allah dengan terbukanya hijab dirinya hingga ia memandang
Allah dengan mata hatinya.
4) Ma’rifat adalah terhimpunnya tiga perkara di atas dengan pengenalan
yang sebenarnya dengan Allah, melalui hati sanubari, pengetahuan itu
sedemikian lengkap dan jelas sehingga jiwanya merasa satu dengan yang
diketahuinya.
Adapun terkait jalan atau cara mendekatkan diri kepada Allah, ada beberapa
terma yang perlu diketahui, yaitu
1) Maqâmât Untuk mencapai tujuan tasawuf seorang mubtadi harus menempuh
jalan yang panjang dan berat, melakukaan bermacam usaha dan amal baik
yang bersifat zahir maupun batin, dengan tahapan-tahapan tertentu yang
disebut dengan istilah maqâm, dan semua itu dilalui dengan mujahadah, dan
selalu sibuk dengan berbagai riyâdhah. Adapun tahap-tahap yang akan dilalui,
5
sebagian sufi berbeda pendapat diantaranya, ialah; al-taubah, al-zuhud,
alwara’,al-faqr, al-shabr, al-tawakkal, dan al-ridhâ.
2) Al-Ahwâl adalah situasi kejiwaan yang diperoleh seseorang sebagai kurnia
Allah, bukan dari hasil usahanya. Datangnya kondisi mental tersebut tidak
menentu, terkadang datang dan pergi berlangsung sangat cepat, sebagaimana
dengan maqâm dalam jumlah dan formasi yang berbeda.
1) Hasan Al-Bashri
Nama lengkap beliau adalah Abu Said Al-Hasan Bin Yassar Al-Bashri
(623 M-728 M). Beliau lahir di Madinah pada tahun 21 H (623 M) dan wafat
pada hari Kamis, 10 Rajab 110 H (728 M.). Beliau dilahirkan dua malam
sebelum Khalifah Umar bin Khattab wafat. Beliau dikabarkan bertemu dengan
70 orang sahabat yang turut menyaksikan perang Badar dan 300 sahabat
lainnya. Beliau mendapatkan ajaran tasawuf dari Huzifah Bin Al-Yaman,
sehingga ajaran itu mempengaruhi sikap dan perilakunya dalam kehidupan
sehari-hari. Maka beliau dikenal sebagai seorang sufi yang sangat dalam
ilmunya lagi zahid, yakni kekosongan hati terhadap dunia. Dalam
mengamalkan zuhud, beliau berpendapat bahwa kita harus lebih dulu
memperkuat tawakkal kepada Allah SWT.
2) Al-Muhasibi
Nama lengkap beliau ialah Abu Abdullah Al-Harits Bin Asad Al-
Bashri Al-Muhasibi. Lahir di kota Bashrah pada tahun 165 H. Beliqau digelar
Al-Muhasibi karena dikenal sebagai orang yang senag mengintropeksi diri
sebelum terjerumus ke dalam perbuatan dosa.
Mulanya beliau adalah tokoh Muktazilah dan membela ajaran
rasionalisme Muktazilah, namun kemudian beliau meninggalkannya beralih ke
dunia kesufian. Sebagai seorang guru Junaid Al-Baghdadi, beliau juga seorang
intelektual yang merupakan moyang imam Syazali. Pokok-pokok pemikiran
beliau antara lain adalah manusia yang baik adalah akhiratnya tidak
terpengaruh dengan dunianya, sikap baik adalah menahan derita, belas
kasihan, memperlambat tutur kata dan memperindah tingkah laku, orang zalim
selalu berada dalam kiamat walaupun dipuji orang, sedangkan orang yang di
zalimi akan selamat meskipun dicela orang, dan tawakal.
8
c. Tokoh-tokoh dan pemikiran aliran tasawuf amali
9
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dalam tasawuf terdapat tiga pembagian aliran tasawuf yaitu tasawuf falsasfi,
akhlaqi dan amali. Tasawuf Falsafi merupakan tasawuf yang didasarkan kepada
gabungan teori-teori tasawuf dan filsafat atau yang bermakna mistik
metafisis. Sedangkan tasawuf akhlaqi adalah tasawuf yang berkonstrasi pada teori-
teori perilaku, akhlaq atau budi pekerti atau perbaikan akhlaq. Dengan metode-metode
tertentu yang telah dirumuskan, tasawuf seperti ini berupaya untuk menghindari
akhlaq mazmunah dan mewujudkan akhlaq mahmudah. Tasawuf amali merupakan
kelanjutan dari tasawuf akhlaki. Jika tasawuf akhlaki berfokus pada pensucian jiwa,
tasawuf amali lebih menekankan terhadap cara-cara mendekatkan diri kepada Allah
SWT, baik melalui amalan lahiriah maupun batiniah.
10
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad. “Epistemologi Ilmu-Ilmu Tasawuf”. Jurnal Ilmu Ushuluddin. Vol. 14. No. 1.
2015
Hasan, Ismail. “Tasawuf: Jalan Rumpil Menuju Tuhan”. Jurnal An-Nuha. Vol. 1. No. 1.
2014
Nilyati. “Sistem Pembinaan Akhlak Dalam Tasawuf Akhlaki”. Jurnal Tajdid. Vol. XIII.
No. 2. 2014
11