Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Tasawuf

Dosen Pengampu : Nur Syahrul Ritonga, ST, M.pd


Disusun Oleh :
Nama : Annisa Tri Dinda Sari
NIT : 2301109
Semester : 1-D

POLITEKNIK ADIGUNA MARITIM


INDONESIA MEDAN
Prodi Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga
Kepelabuhanan
T/A 2023
BAB I
Tasawuf
A.Sejarah dan Perkembangan Tasawuf
Terdapat beberapa versi tentang munculnya ilmu tasawuf. Ada yang
percaya bahwa tasawuf telah ada sebelum Nabi Muhammad SAW menjadi
rasul. Ada pula yang meyakini bahwa tasawuf muncul setelah kerasulan
Nabi. Tasawuf sendiri muncul sebelum Nabi Muhammad SAW menjadi
rasul. Sebagian pendapat kemudian mengatakan bahwa paham tasawuf
sebagai paham yang telah berkembang sebelum Nabi Muhammad menjadi
Rasulullah. Hal ini kemudian berasal dari orang-orang daerah Irak dan Iran
yang baru masuk Islam (sekitar abad ke-8 M). Meski sudah masuk Islam,
hidupnya tetap memelihara kesahajaan serta menjauhkan diri dari berbagai
kemewahan dan kesenangan keduniaan.
Tasawuf yang berasal dari zaman Nabi Muhammad SAW. Sebagian
pendapat lainnya menyatakan bahwa asal usul ajaran tasawuf berasal dari
zaman Nabi Muhammad SAW. Berasal dari kata “beranda” (suffa), dan
pelakunya disebut juga dengan ahl al-suffa, seperti telah disebutkan diatas.
Mereka kemudian dianggap sebagai penanam benih paham tasawuf yang
berasal dari pengetahuan Nabi Muhammad. Tasawuf muncul setelah zaman
Nabi Muhammad SAW. Pendapat lainnya mengungkapkan tasawuf muncul
ketika pertikaian antar umat Islam di zaman Khalifah Utsman bin Affan dan
Ali bin Abi Thalib, khususnya disebabkan oleh faktor politik.
Pertikaian yang terjadi antar umat Islam disebabkan oleh faktor politik
dan perebutan kekuasaan yang terus berlangsung dimasa khalifah-khalifah
sesudah Utsman dan Ali. Munculah masyarakat yang bereaksi terhadap hal
tersebut kemudian menjadikannya menganggap bahwa politik dan
kekuasaan merupakan wilayah yang kotor. Mereka melakukan berbagai
gerakan ‘uzlah, yaitu menarik diri dari hingar-bingar masalah duniawi. Lalu
munculah gerakan tasawuf yang saat itu dipelopori oleh Hasan Al-Bashri
pada abad kedua Hijriyah.
B.Pengertian Tasawuf
Tasawuf secara etimologis berasal dari kata bahasa arab, yaitu
tashawwafa, Yatashawwafu, selain dari kata tersebut ada yang menjelaskan
bahwa tasawuf berasal dari kata Shuf yang artinya bulu domba, maksudnya
adalah bahwa penganut tasawuf ini hidupnya sederhana, tetapi berhati mulia
serta menjauhi pakaian sutra dan memaki kain dari buku domba yang
berbulu kasar atau yang disebut dengan kain wol kasar. Yang mana pada
waktu itu memaki kain wol kasar adalah symbol kesederhanaan. Kata shuf
tesebut tersebut juga diartikan dengan selembar bulu yang maksudnya para
Sufi dihadapan Allah merasa dirinya hanya bagaikan selembar bulu yang
terpisah dari kesatuannya yang tidak memiliki arti apa-apa.
Kata tasauwf juga berasal dari kata Shaff yang berarti barisan, makna
kata shaff ini diartikan kepada para jamaah yang selalu berada pada barisan
terdepan ketika shalat, sebagaimana shalat yang berada pada barisan
terdepan maka akan mendapa kemuliaan dan pahala. Maka dari itu, orang
yang ketika shalat berada di barisan terdepan akan mendapatkan kemuliaan
serta pahala dari Allah SWT.
Tasawuf juga berasal dari kata shafa yangberarti jernih, bersih, atau suci,
makna tersebut sebagai nama dari mereka yang memiliki hati yang bersih
atau suci, maksudnya adalah bahwa mereka menyucikan dirinya dihadapan
Allah SWT melalui latihan kerohanian yang amat dalam yaitu dengan
melatih dirinya untuk menjauhi segala sifat yang kotor sehingga mencapai
kebersihan dan kesucian pada hatinya.
Sedangkan pengertian tasawuf secara terminologi terdapat banyak
beberapa pendapat berbeda yang telah dinyatakan oleh beberapa ahli, namun
penulis akan mengambil beberapa pendapat dari pendapat-pendapat para
ahli tasawuf yang ada, yaitu sebagai berikut:

 Syekh Abdul Qadir al-Jailani


Tasawuf merupakan mensucikan hati dan melepaskan nafsu dari pangkalnya
dengan khalwat, riya-dloh, taubah, dan ikhlas.
 Al-Junaid
Tasawuf memiliki makna kegiatan membersihkan hati dari yang
mengganggu perasaan manusia, serta memadamkan kelemahan, menjauhi,
mendekati hal-hal yang di ridai Allah, serta keinginan serta hawa nafsu
bergantung pada ilmu-ilmu hakikat.
 Syaikh Ibnu Ajibah
Ilmu tasawuf menurut syaikh adalah ilmu yang akan membawa seseorang
agar dapat dekat bersama dengan Tuhan Yang Maha Esa melalui penyucian
rohani serta mempermanisnya dengan amal-amal saleh. Jalan tasawuf yang
pertama dengan ilmu, yang kedua amal serta yang terakhir adalah karunia
Illahi.
 H. M. Amin Syukur
Tasawuf sebagai suatu latihan dengan kesungguhan (riya-dloh, mujahadah)
untuk kemudian dapat membersihkan hati, mempertinggi iman serta
memperdalam aspek kerohanian seseorang.

C.Prinsip-Prinsip Tasawuf
Tasawuf bertujuan membantu seseorang untuk tetap berada di jalan Allah
SWT. Dengan tasawuf seseorang kemudian menjadi tidak berlebihan dalam
hal duniawi serta tetap fokus pada iman dan takwa yang ia miliki.Terdapat
beberapa prinsip yang dapat dilakukan dalam ber-tasawuf. Menurut ahli
sufi, Profesor Angha dalam The Hidden Angels of Life, prinsip tasawuf
yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut :
 Zikir
Zikir sebagai suatu proses pemurnian hati, pembersihan serta pelepasan.
Orang-orang yang melakukan zikir kemudian bertujuan mendekatkan diri
pada Tuhan melalui doa serta melantunkan lafaz zikir.
 Fikr (Meditasi)
Saat pikiran merasa bingung atau bertanya-tanya, pusatkanlah perhatianmu
yang kamu miliki ke dalam diri dengan berkonsentrasi pada satu titik.
 Sahr (Bangkit)
Dengan Membangkitkan jiwa dan tubuh sebagai proses mengembangkan
kesadaran mata dan telinga. Selain itu juga sebagai suatu proses
mendengarkan hati, serta proses meraih akses menuju potensi diri yang
tersembunyi. Ju’i (Merasa Lapar) Merasakan lapar pada hati dan pikiran
untuk kemudian bertahan mencari serta mendapatkan suatu kebenaran.
Proses ini kemudian melibatkan hasrat dan keinginan yang mendalam untuk
tetap tabah serta sabar dalam mencari jati diri.
 Shumt (Menikmati Keheningan)
Berhenti berpikir serta mengatakan berbagai hal yang tidak perlu. Kedua hal
ini merupakan proses menenangkan lidah serta otak serta mengalihkan dari
godaan eksternal menuju Tuhan.
 Shawm (Puasa)
Tidak hanya pada tubuh yang berpuasa melainkan pikiran juga. Proses ini
kemudian termasuk puasa fisik, bermanfaat untuk dapat melepaskan diri
dari hasrat dan keinginan otak serta pandangan atau persepsi indera
eksternal.
 Khalwat (Bersunyi Sendiri)
Berdoa dalam kondisi sunyi atau kesunyian, baik secara eksternal maupun
internal akan membantu melepaskan diri. Bersunyi sendiri tetap akan
mendekatkanmu dengan orang lain atau di tengah orang banyak.
 Khidmat (Melayani)
Menyatu dengan kebenaran Tuhan. Seseorang yang menemukan jalan jiwa
untuk pelayanan dan pertumbuhan diri.
D.Nilai-nilai Tasawuf
Untuk mencapai tingkat kesempurnaan dan kesucian, jiwa memerlukan
pendidikan dan latihan mental yang panjang. Terdapat nilai-nilai tasawuf
yang harus dijalankan untuk mendekatkan diri kepada Allah dalam rangka
menyucikan jiwa, yaitu:
 Al Taubat
Al Taubat berasal dari bahasa Arab yaitu taba, yatuubu, taubatan yang
artinya kembali. Sedangkan taubat yang dimaksud oleh kalangan sufi adalah
memohon ampun atas segala dosa dan kesalahan disertai janji yang sungguh
- sungguh tidak akan mengulangi perbuatan dosa tersebut, yang disertai
dengan melakukan amal kebajikan.
 Al Zuhud
Al Zuhud berasal berasal dari istilah al-zaahiduun, yang maknanya bahwa
saudara-saudara Yusuf sudah tidak tertarik lagi hatinya kepada Yusuf. Selain itu
kata zuhud juga berawal dari kata zahada yang artinya benci dan meninggalkan
sesuatu. Dari ungkapan ini, sikap zuhud diartikan sebagai sikap tidak
terpengaruhnya hati kepada masalah keduniaan.

 Wara'
Wara' artinya menjauhi dosa, lemah, lunak hati dan penakut. Menurut Ibrahim
ibn Adham, wara' adalah meninggalkan syubhat (sesuatu yang meragukan) dan
meninggalkan sesuatu yang tidak berguna. Wara' merupakan suatu permulaan
dari zuhud, sedangkan yang merupakan akhir dari keridhoaan itu adalah qana'ah.
 Al Shabr
Al shabr atau sabar adalah menahan dan mencegah diri. Menurut Zun al
Nun al Mishri, sabar artinya menjauhkan diri dari hal-hal yang bertentangan
dengan kehendak Allah, tapi tenang ketika mendapat cobaan dan
menampakkan sikap cukup walaupun sebenarnya berada dalam keadaan
fakir dalam bidang ekonomi (Nata, 1996).
 Taslim
Taslim adalah sikap mental dalam menghadapi ketetapan-ketetapan Allah
baik bersifat hukum atau kodrat iradrat Allah. Taslim berkaitan dengan
berserah diri patuh dan taat hanya kepada Allah dan Rasul-Nya, secara lahir
dan batin. Kewajiban seorang muslim untuk tunduk dan taslim secara
sempurna serta tunduk kepada perintahnya.
 Ikhlas
Ikhlas adalah terpeliharanya diri dari ketidak ikut campuran semua makhluk.
Ikhlas arti bahasanya adalah murni. Tidak ada campuran sedikitpun.
Maksudnya di dalam menjalankan amal ibadah apa saja disertai dengan niat
yang ikhlas tanpa pamrih duniawi, baik pamrih yang bersifat moral maupun
batin lebih-lebih pamrih dalam bentuk material.
 At Tawakkal
Tawakkal berasal dari kata tawakkul yang artinya mewakilkan atau
menyerahkan. Tawakkal berarti berserah diri sepenuhnya kepada Allah
dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan, atau menanti
akibat dari suatu keadaan.
 Syukur
Sifat syukur atau berterima kasih kepada Tuhan atas segala nikmat
pemberian Allah. Syukur ialah keadaan seseorang mempergunakan nikmat
yang diberikan oleh Allah itu kepada kebajikan.
 Al Ridha
Al Ridha adalah menerima dengan lapang dada dan hati terbuka terhadap
apa saja yang datang dari Allah, baik dalam menerima, serta melaksanakan
ketentuan-ketentuan agama maupun yang berkenaan dengan masalah nasib
dirinya.
 Mahabbah
Arti Mahababah secara bahasa adalah cinta. Sedangkan secara terminologi
mahabbah adalah pijakan atau dasar bagi kemuliaan hal. Sedangkan arti
mahabbah dalam jalan sufi adalah suatu usaha yang wajib untuk dikerjakan
demi mencintai Allah SWT.
E.Tujuan Tasawuf
1. Pembinaan aspek moral. Aspek ini meliputi mewujudkan kestabilan jiwa
yang berkeseimbangan, penguasaan dan pengendalian hawa nafsu sehingga
manusia konsisten dan komitmen hanya kepada keluhuran moral. Tasawuf
yang bertujuan moralitas ini bersifat praktis.
2. Ma'rifatullah melalui penyingkapan langsung atau metode al-kasyafin
al-hijab. Tasawuf jenis ini sudah bersifat teoritis dengan seperangkat
ketentuan khusus yang diformulasikan secara sistematis analitis.
3. Membahas bagaimana sistem pengenalan dan pendekatan diri kepada
Allah secara mistis filosofis, pengkajian garis hubungan antara Tuhan
dengan makhluk, terutama hubungan manusia dengan Tuhan.

DAFTAR PUSTAKA
1. https://gramedia.com/literasi/pengertian-tasawuf/
2. https://etheses.uinsgd.ac.id/7429/3/BAB%20II.pdf
3. Prof. H. Mohammad Daud Ali, S.H 2015 Pendidikan Agama
Islam. Jakarta:Rajawali Pers.
4. Prof. Dr. M. Sholihin M.Ag. 2003 Ilmu Tasawuf Bandung: CV
Pustaka Setia.
5. Drs. Samsul Munir Amin, M.A 2012. Ilmu Tasawuf Jakarta: Sinar
Grafika Offset.

Anda mungkin juga menyukai