MAKALAH
Oleh:
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alquran dan hadits bukanlah sebuah aturan-aturan kaku yang
membatasi ruang gerak manusia. Al-quran dan hadits adalah panduan hidup
yang mengiringi manusia menuju ketentraman, kedamaian dan
kebahagiaan. Kebahagiaan yang sempurna adalah kebahagiaan yang
meliputi dua dimensi, yaitu dimensi dunia dan dimensi akhirat.
Kebahagiaan di dunia dapat dirasakan dengan jiwa yang tentram.
Kebahagiaan akhirat adalah kebahagiaan bertemu dan berkomunikasi
dengan Allah. Tasawuf dalam dunia Islam baru akhir-akhir ini dipelajari
sebagai ilmu, sebelumnya dipelajari sebagai jalan untuk mendekatkan diri
kepada Tuhan.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dasar Tasawuf
1. Secara Etimologis
Secara etimologis kata Tasawuf berasal dari kata bahasa Arab,
yaitu tashawwafa Yatashawwafu, selain dari kata tersebut ada yang
menjelaskan bahwa tasawuf berasal dari kata Shuf yang artinya bulu
domba, maksudnya adalah bahwa penganut tasawuf ini hidupnya
sederhana, tetapi berhati mulia serta menjauhi pakaian sutra dan memaki
kain dari bulu domba yang berbulu kasar atau yang disebut dengan kain
wol kasar. Yang mana pada waktu itu memakai kain wol kasar adalah
simbol kesederhanaan. (Samsul Munir, 2012, h.4)
Kata tasawuf juga berasal dari kata Shaff yang berarti barisan,
makna kata shaff ini diartikan kepada para jamaah yang selalu berada
pada barisan terdepan ketika salat, sebagaimana salat yang berada pada
barisan terdepan maka akan mendapat kemuliaan dan pahala. Tasawuf
juga berasal dari kata shafa yang berarti jernih, bersih, atau suci,
makna tersebut sebagai nama dari mereka yang memiliki hati yang
bersih atau suci, maksudnya adalah bahwa mereka menyucikan
dirinya dihadapan Allah swt. melalui latihan kerohanian yang amat
dalam yaitu dengan melatih dirinya untuk menjauhi segala sifat yang
kotor sehingga mencapai kebersihan dan kesucian pada hatinya.
(Samsul Munir, 2012, h.3)
2. Secara Terminologi
Adapun secara terminologi terdapat banyak beberapa pendapat
berbeda yang telah dinyatakan oleh beberapa ahli, diantaranya adalah
sebagai berikut: (Cecep Alba, 2012, h.9)
a. Syekh Abdul Qadir al-Jailani berpendapat tasawuf adalah
mensucikan hati dan melepaskan nafsu dari pangkalnya dengan
khalawt, riya-dloh, taubah dan ikhlas.
b. Al-Junaidi berpendapat bahwa tasawuf adalah kegiatan
membersihkan hati dari yang mengganggu perasaan manusia,
memadamkan kelemahan, menjauhi keinginan hawa nafsu,
mendekati hal-hal yang diridhai Allah, bergantung pada ilmu-ilmu
hakikat, memberikan nasihat kepada semua orang, memegang
dengan erat janji dengan Allah dalam hal hakikat serta mengikuti
contoh Rasulullah dalam hal syari'at
c. Syaikh Ibnu Ajibah menjelaskan tasawuf sebagai ilmu yang
membawa seseorang agar bisa dekat bersama dengan Allah swt.
melalui penyucian rohani dan mempermanisnya dengan amal-
amal shaleh dan jalan tasawuf yang pertama dengan ilmu, yang
kedua amal dan yang terakhirnya adalah karunia Ilahi.
d. Tasawuf adalah salah satu jalan yang diletakkan Tuhan di dalam
lubuk Islam dalam rangka menunjukkan mungkinnya pelaksanaan
rohani bagi jutaan manusia.
3. Maqomat
Secara harfiah maqamat berasal berasal dari bahasa Arab yang
artinya tempat orang berdiri atau pangkal mulia. Secara istilah yaitu
jalan panjang yang harus ditempuh oleh seorang sufi untuk berada dekat
dengan Allah. (Harun Nasution, 1983, h.62)
4. Ahwal
Ahwal adalah bentuk jamak dari hal yang biasanya diartikan
sebagai keadaan mental (mental states) yang dialami oleh para sufi di
sela-sela perjalanan spiritualnya. (Bagir Haidar, 2006, h. 158)
3. Tasawuf Falsafy
Dalam Tasawuf falsafi terpadu dua disiplin ilmu, yaitu tasawuf
dan filsafat. Tasawuf menekankan adz-dzauq yaitu emosi atau rasa;
sedangkan filsafat menekankan al-’aql yaitu intelek. Tasawuf
menekankan olah rasa, sedangkan filsafat menekankan olah rasio/
intelek. Tasawuf falsafy adalah tasawuf yang ajaran-ajarannya
memadukan antara visi mistis dan visi rasional pengasasnya. (Asep
Usman Ismail, 2012. h.126)
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tasawuf dalam dunia Islam baru akhir-akhir ini dipelajari sebagai
ilmu, sebelumnya dipelajari sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada
Tuhan. Manusia pada dasarnya adalah suci, maka kegiatan yang dilakukan
oleh sebagian manusia untuk mensucikan diri merupakan naluri manusia.
Usaha yang mengarah kepada pensucian jiwa terdapat di dalam kehidupan
tasawuf.
Alba, Cecep, 2012, Tasawuf dan Tarekat, Dimensi Esoteris Ajaran Islam, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya
Nasution, Harun, 1983, Falsafah dan Mistisisme dalam Islam, Jakarta: Bulan
bintang
Solihin, M dan Rosihon Anwar, 2008, Ilmu Tasawuf, Pustaka setia : Bandung