Anda di halaman 1dari 12

Makalah Dosen Pengampu

Tasawuf pak Arni Drs. M. Fil. l

TASAWUF AKHLAK/ AMALI DAN TASAWUF NAZHARI

OLEH KELOMPOK 10 :

LIYA AZIZAH (22010302009)

ISMI ROHIMATUN NI’MAH (220103020146)

PAUDJI ASTUTI (220103020084)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
PROGRAM STUDI ILMU AL QUR’AN DAN TAFSIR
BANJARBARU
TAHUN 2022

1
PENDAHULUAN

Tasawuf merupakan sesuatu pengetahuan pada diri kita yang mana bisa membedakan yang
baik dan buruk, yang benar dan jelas. Sedangkan secara lughowi adalah membersihkan.
Tujuan dari mempelajari tasawuf adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Pada abad ke 1 dan 2 difase itu tasawuf belum disebut sebagai tasawuf sepenuhnya tetapi
lebih tepatnya disebut dengan fase kezuhudan, tasawuf pada fase ini lebih bersifat amaliah dari
pada pemikiran. Pada abad ke 3 mendapat sebutan shufi, hal itu dikarenakan tujuan untuk
kegiatan rohani mereka tidak semata-mata kebahagiaan akhirat yang ditandai dengan
pencapian pahala dan penghindaran siksa, akan tetapi untuk menikmati hubungan langsung
dengan Tuhan yang didasari dengan cinta. Kemudian muncullah pembagian ilmu tasawuf.
Pokok-pokok ajaran Tasawuf itu meliputi Tasawuf Akhlaki, Tasawuf Amali dan Tasawuf
Falsafi (nazhari).

Tasawuf Akhlaki adalah ajaran tasawuf yang membahas tentang kesempurnaan dan
kesucian jiwa yang diformulasikan pada pengaturan sikap mental dan pendisiplinan tingkah
laku yang ketat untuk mencapai kebahagiaan yang optimal. Tasawuf Amali adalah ajaran
tasawuf yang membahas tentang bagaimana cara mendekatkan diri kepada Allah. Tasawuf
falsafi (nazhari) adalah Tasawuf yang menekankan pada masalah-masalah pemikiran
mendalam/metafisik

2
PEMBAHASAN

1.TASAWUF AKHLAKI
a Pengertian Tasawuf Akhlaki
Tasawuf Akhlaki adalah ajaran Tasawuf yang membahas tentang kesempurnaan dan
kesucian jiwa yang diformulasikan pada pengaturan sikap mental dan pendisiplinan tingkah
laku yang ketat guna mencapai kebahagiaan yang optimal, manusia harus lebih dahulu
mengedintifikasikan eksistensi dirinya. Dengan ciri-ciri keutuhan melalui penyucian jiwa raga
yang bermula dari pembentukan pribadi yang bermoral paripurna, dan berakhlak mulia.1

Tahapan-tahapan itu dalam ilmu tasawuf dikenal dengan takhalli (penggosongan diri dari
sifat-sifat tercela), tahalli (menghiasi diri dengan sifat-sifat tepuji), dan tajali (terungkapnya
nur ghaib bagi hati yang telah bersih sehingga mampu menangkap cahaya ketuhanan).

Semua sufi berpendapat bahwa satu-satunya jalan yang dapat mengantarkan sesorang
kehadirat Allah hanyalah dengan kesucian jiwa.karena jiwa manusia merupakan refleksi atau
pancaran dari dzat Allah yang suci. Segala sesuatu itu harus sempurna dan suci, sekalipun
tingkat kesempurnaan dan kesucian itu bervariasi menurut dekat atau jauhnya dari sumber
asli.2

Tasawuf Akhlaki adalah tasawuf yang sangat menekankan nilai-nilai etis (moral) atau
tasawuf yang berkonsentrasi pada perbaikan akhlak. Ajaran Tasawuf Akhlaki membahas
tentang kesempurnaaan dan kesucian jiwa yang di formulasikan pada pengaturan sikap mental
dan pendisiplinan tingkah laku yang ketat, guna mencapai kebahagiaan yang optimal. Dengan
metode-metode tertentu yang telah dirumuskan, tasawuf bentuk ini berkonsentrasi pada upaya-
upaya menghindarkan diri dari akhlak yang tercela (mazmumah) sekaligus mewujudkan
akhlak terpuji (mahmudah) di dalam diri para sufi.

Dalam diri manusia ada potensi untuk menjadi baik dan potensi untuk menjadi baik dan
potensi untuk menjadi buruk. Potensi untuk menjadi baik adalah al-aql dan al-qalb. Sementara
potensi untuk menjadi buruk adalah an-nafs (nafsu) yang di bantu oleh syaithon. 3

Dalam pandangan kaum sufi , manusia cenderung mengikuti hawa nafsu. Ia cenderung ingin
menguasai dunia atau berusaha agar berkuasa di dunia. Menurut Al-gazali, cara hidup seperti
1
Zaprulkhan, sebuah ilmu tasawuf : kajian temati,(Jakarta: PT RajaGrafindo persada, 2016), hlm.97
2
Said Aqil siradj, ilmu tasawuf, (Jakarta:AMZAH, 2014), HLM.209-210
3
Phil.Kamaruddin Amin, Akidah Akhlak/Kementrian Agama, (Jakarta: Kementrian Agama, 2015), hlm.136

3
ini akan membawa manusia ke jurang kehancuran moral.kenikmatan hidup di dunia telah
menjadi tujuan umat pada umumnya. Pandangan hidup seperti ini menyebabkan manusia lupa
akan wujudnya sebagai hamba Allah yang harus berjalan diatas aturan-aturannya.4

Untuk memperbaiki keadaan mental yang tidak baik tersebut, seseorang yang ingin
memasuki kehidupan tasawuf harus melalui tahapan yang cukup berat.tujuannya adalah untuk
menguasai hawa nafsu, menekan hawa nafsu sampai ke titik terendah dan bila mungkin
mematikan hawa nafsu itu sama sekali

Tasawuf akhlaki mempunyai tahap system pembinaan akhlak disusun sebagai berikut

1) Takhalli
Takhalli adalah usaha mengosongkan diri dari perilaku dan akhlak tercela.salah satu
dari akhlak tercela yang paling banyak menyebabkan akhlak jelek antara lain adalah
kecintaan yang berlebihan kepada urusan duniawi dalam hal ini manusia tidak diminta
secara total melarikan diri dari masalah dunia dan tidak pula menyuruh menghilangkan
hawa nafsu. Tetapi, tetap memanfaatkan duniawi sekedar sebagai kebutuhan saja
dengan menekan dorongan nafsu yang dapat menggangu stabilitas akal dan perasaan.
2) Tahalli
Tahalli adalah upaya mengisi dan menghiasi diri dengan jalan membiasakan diri
dengan sikap, perilaku,dan akhlak terpuji. Tahapan tahalli dilakukan kaum sufi setelah
mengosongkan jiwa dari akhlak-akhlak tercela. Dengan menjalankan ketentuan agama
baik yang bersifat eksternal seperti sholat,puasa,haji,maupun internal seperti keimanan,
ketaatan kecintaan kepada Allah.
3) Tajalli
Kata tajalli bermakna terungkapnya nur ghaib. Agar hasil yang telah diperoleh jiwa
yang telah membiasakan melakukan perbuatan-perbuatan yang luhur,maka rasa
ketuhanan perlu dihayati lebih lanjut. Kebiasaan yang dilakukan dengan kesadaran
optimum dan rasa kecintaan yang mendalam dengan sendirinya akan menumbuhkan
rasa rindu kepadanya. Sebagai tahap berikutnya adalah upaya pengisian hati yang telah
dikosongkan denga nisi yang lain, yaitu Allah SWT.
Para sufi yang mengembangkan tasawuf akhlaki antara lain :Hasan al basri (21 H-110
H), Al-muhasibi (165 H-243 H), Al-Qusyairi (376 H-465 H), Syaikh Al-islam sultan

4
Ismail Hasan, TASAWUF: JALAN RUMPIL MENUJU TUHAN,An-Nuha. Vol.1. No. 1, 2014,hlm. 53

4
Al-aulia Abdul Qodir Al-jailani (470 H-561 H), Hujjatul islam Abu Hamid Al-gajali
(450 H-505 H), Ibnu Athoillah As sakandari dan lain-lain.5
B. Metode Tasawuf Akhlaki
1.Toubat
Menurut Qamar Kailani dalam bukunya Fi Al-Tashawwuf Al-islami,yang dimaksud
dengan tobat adalah rasa penyesalan sungguh-sungguh dalam hati yang disertai
permohonan ampun serta berusaha meninggalkan segala perbuatan yang menimbulkan
dosa. Sementara itu,Al-ghajali menklarifikasikan toubat itu kepada 3 tingkatan, yaitu :
a.meninggalkan kejahatan dalam segala bentuknya dan beralih pada kebaikan karena
takut kepada siksa Allah.
b. beralih dari satu situasi yang sudah baik menuju kesituasi yang lebih baik lagi.dlam
tasawuf,keadaan ini sering disebut “inabah”.
c. rasa penyesalan yang dilakukan semata-mata karena ketaatan dan kecintaan kepada
Allah, hal ini disebut “ aubah”.
2. cemas dan harap (khauf dan raja)
Sikap mental rasa cemas dan harap, merupakan salah satu ajaran tasawuf yang selalu
dikaitkan kepada Hasan al basri (wafat tahun 110 H). karena,secara historis dialah
yang pertama kali memunculkan ajaran ini sebagai ciri kehidupan sufi.menurut
Albasri, yang dimaksud dengan cemas atau takut adalah suatu perasaan yang timbul
karena banyak berbuat salah dan sering lalai kepada Allah. Karena sering menyadari
kekurangsempurnaannya dalam mengabdi ke pada Allah, timbullah rasa takut dan
hawatir apabila Allah akan murka kepadanya.
Rasa takut dapat mendorong seseorang untuk mempertinggi nilai dan kadar
pengabdiannya dengan harap,ampunan dan anugrah Allah. Oleh karena itu,ajaran
khouf dan raja merupakan sikap mental yang bersifat introspeksi,mawas diri,dan selalu
memikirkan kehidupan yang akan dating, yaitu kehidupan abadi.
3. Zuhud
Telah terjadi pemahaman dan penafsiran yang beragam terhadap zuhud namun , secara
umum zuhud dapat diartikan sebagai suatu sikap melepaskan diri dari rasa
ketergantungan terhadap kehidupan duniawi dengan mengutamakan kehidupan akhirat.
Mengenai batas pelepasan diri dari rasa ketergantungan itu, para sufi berlainan
pendapat.Al-ghajali, mengartikan zuhud sebagai suatu sikap mengurangi keterikatan
kepada dunia untuk kemudian menjauhinnya dengan penuh kesadaraan. Al-qushairi
5
Ibid., hlm.54-57

5
mengartikan zuhud sebagai suatu sikap menerima rezeki yang diterimanya jika
Makmur,ia tidak merasa bangga dan gembira. Sebaliknya bila miskin,iapun tidak tidak
bersedih karnanya. Hasan Al-basri mengatakan bahwa zuhud itu meninggalkan
kehidupan dunia.
4. Al-Faqr ( meras apuas apa yang telah dimiliki)
Al-faqr bermakna tidak menuntut lebih banyak dari apa yang telah dipunyai dan
merasa puas denga napa yang sudah dimiliki sehingga tidak meminta sesuatu yang
lain. Sikap mental faqr merupakan benteng pertahanan yang kuat dalam menghadapi
pengaruh kehidupan materi. Hal ini karena sikap fakir dapat menghindarkan seseorang
dari keserakahan. Dengan demikian, pada perinsip nya sikap mental fakir merupakan
rentetan sikap zuhud hanya saja, zuhud lebih keras menghadapi kehidupan duniawi,
sedangkan faqr hanya sekedar pendisiplinan diri dalam mencari dan memanfaatkan
fasilitas hidup.
5. Al- shabru (sabar)
Salah satu sikap mental yang fundamental bagi seorang sufi adalah sabar. Sabar
diartikan sebagai suatu keadaan jiwa yang kokoh, stabil, dan konsekuen dalam
pendirian. Jiwanya tidak tergoyahkan; pendiriannya tidak berubah bagaimanapun berat
tantangan yang dihadapi; pantang mundur dan takkenal menyerah sikap sabar dilandasi
oleh anggapan bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan kehendak (iradah) Tuhan.
6.Ridha
Sikap mental ridha merupakan kelanjutan rasa cinta atau perpaduan dari mahabbah dan
sabar.ridha mengandung pengertian menerima dengan lapang dada dan hati terbuka
terhadap apa saja yang datang dari Allah, baik dalam menerima serta melaksanakan
ketentuan-ketentuan agama maupun yang berkenaan dengan masalah nasib yang
dialami.
Rasa cinta yang diperkuat dengan ketabahan akan menimbulkan kelapangan hati dan
kesediaan yang tulus untuk berkorban dan berbuat apa saja yang diperintahkan oleh
yang dicintai. Rela mnuruti apa yang dikehendaki Allah tanpa ada merasa dipaksa,
tidak dibarengi sikap oposisi dan tidak pula terlintas rasa menyesali nasib yang
dialami.
7. muraqabah
Seorang calon sufi sejak awal sudah diajarkan bahwa dirinya tidak pernah lepas dari
pengawasan Allah. Seluruh aktifitas hidupnya ditujukkan untuk berada sedekat
mungkin dengan Allah ia tau dan sadar bahwa Allah “ memandang “ kepadaNya
6
kesadaran itu membawannya pada satu sikap mawas diri atau muraqabah.kata ini
mempunyai arti yang mirip dengan introspeksi atau self correction. Dengan kalimat
yang lebih popular dapat dikatakan bahwa muraqabah adalah siap siaga setiap saat
untuk meneliti keadaan diri sendiri. 6

2.TASAWUF AMALI
Tasawuf amali ialah tasawuf yang lebih mengutamakan kebiasaan beribadah,
tujuannya agar diperoleh penghayatan sepiritual dalam setiap melakukan
ibadah.keseluruhan rangkaian amalan lahiriah dan Latihan batinniyah dalam usaha
untuk mendekatkan diri kepada Allah yaitu dengan melakukan macam-macam amalan
yang terbaik serta cara-cara beramal yang paling sempurna. Tasawuf amali berkonotasi
dengan tarekat. Tokoh tasawuf ini antara lain, Rabiah Al Adawiyah dan Dzun Nun Al
Misri. 7
Apabila dilihat dari sudut tingkatan amalan dan fasenya serta jenis ilmu yang
dipelajari, maka terdapat beberapa istilah yang khas dalam dunia tasawuf, yaitu ilmu
lahir dan ilmu bathin. Menurut mereka, ajaran agama itu mengandung 2 aspek makna,
makna lahiriah dan bathiiniyah makna terakhir ini merupakan inti dari setiap ajaran itu
oleh karenannya, untuk mengetahui dan mengamalkannya harus secara bersamaan dan
tidak boleh mengabaikan aspek yang satu dari aspek lainnya. Secara terinci,
pengalaman tasawuf amali dibagi kedalam 4 bidang, sebagai berikut:
a. Syari’at
Syari’at adalah hukum-hukum formal yang dijadikan sandaran amalan lahir yang
ditetapkan dalam ajaran agama islam melalui al-quran dan sunnah. Seseorang yang
ingin memasuki dunia tasawuf, harus lebih dahulu mengetahui dan menguasai
aspek-aspek syari’at secara mendalam tentang Al-Quran dan hadist dan harus terus
mengamalkannya dimulai dengan amalan dzhahir baik yang wajib maupun yang
sunnah. Sehingga seorang pengamal sufi tidak mungkin memperoleh ilmu bathin
tanpa mengamalkan secara sempurna amalan lahiriyah nya.
Al-Thusi dalam al-luma’ mengatakan, syari’at adalah suatu ilmu yang
mengandunung dua pengertian, yaitu riwayah dan diroyah yang berisikan amalan-
amalan lahir dan bathin. Apabila syarioat diartikan sebagai ilmu riwayah, maka
yang dimaksud adalah ilmu teoritis tentang segala macam hukum sebagaimana

6
Rosihon Anwar dan Mukhtar Solihin, ilmu tasawuf (Bandung : CV PUSTAKA SETIA,2004), hlm.54-62
7
Phil.Kamaruddin Amin, Op.cit.hlm. 137

7
terurai dalam ilmu fiqih atau ilmu lahiriyah. Sedangkan, syari’at dalam konotasi
diroyah adalah makna bathiniyah dari ilmu lahiriyah atau makna hakiki
(hakikat )dari ilmu fiqih. Syari’at dalam konotasi diroyah ini kemudian lebih
dikenal dengan nama ilmu tasawuf. Dalam perkembangan selanjutnya, apabila
disebut syariat maka yang mereka maksudkan adalah hukum-hukum formal atau
amalan lahiriyah yang berkaitan dengan anggota jasmaniah manusia, sedangkan
syari’at sebagai fiqih dan syari’at sebagai tasawuf tidak dapat dipisahkan karena
yang pertama adalah sebagai wadahnya dan yang kedua sebagai isinya.
b. Thariqat
Kalangan sufi mengartikan thariqat sebagai seperangkat serial moral yang menjadi
pegangan pengikut tasawuf dan dijadikan metode pengarahan jiwa dan moral.
Dalam melaksanakan amalan lahiriyah ini harus berdasarkan sistem yang telah
ditetaokan agama dan dilakukan hanya karena penghambaan diri kepada Allah
SWT. Dan karena ingin berjumpa dengan-Nya perjalan menuju kepada Allah SWT
itulah yang dimaksud dengan thariqat, yaitu thariqat tasawuf perjalanan ini sudah
mulai bersifat bathinniyah, yaitu amalan dzohir yang disertai amalan bathin.
Keseluruhan rangkaian amalan lahiriyah dan Latihan olah bathinniyyah itulah yang
dimaksud dengan tasawuf amali, yaitu macam-macam amalan yang terbaik serta
cara-cara yang paling sempurna.
c. Hakikat
Al-qusyairi mengatakan, apabila syari’at berkonotasi kepada kosistensi seorang
hamba Allah maka hakikat adalah kemampuan seseorang dalam merasakan dan
melihat kehadirat Allah didalam syari’at itu dengan demikian, setiap amalan akhir
yang tidak diisi hakikat tidak ada artinya dan demikian juga sebaliknya, hakikat
berarti Inti sesuatu sumber asal dari sesuatu.
Secara lughowi , hakikat berarti inti sesuatu, puncak atau sumber asal dari sesuatu.
Dalam ilmu sufi, hakikat diartikan sebagai aspek lain dari syari’at yang bersifat
lahirriyah yaitu aspek bathinniyyah. Dengan demikian , dalam dunia sufi hakikat
diartikan sebagai aspek bathin yang paling dalam dari segala amal atau inti dan
rahasia dari syari’at , ysng merupakan tujuan perjalanan dan akhir dari perjalanan
yang ditempuh oleh seorang sufi menuju Allah SWT.8
d. Ma’rifat

8
Rivay Siregar,tasawuf dari sufisme klasik ke neo-sufisme (Jakarta: PT RajaGrafindo,2000), 109-112

8
Dari segi bahasa ma’rifat berarti pengetahuan atau pengalaman, sedangkan dalam
istilah sufi, ma’rifat itu diartikan sebagai pengetahuan mengenai tuhan melalui hati
sanubari. Dalam istilah tasawuf diartikan sebagai pengenalan langsung tentang
tuhan yang diperoleh melalui hati sanubari sebagai hikmah langsung dari ilmu
hakikat. Nampaknya ma’rifat lebih mengacu kepada tingkatan kondisi mental,
sedangkan hakikat mengarah kepada kualitas pengetahuan atau pengalaman.
Kualitas pengetahuan ini sedemikian sempurna dan terang sehingga jiwannya
merasa menyatu dengan yang diketahuinnya itu, untuk mencapai kwalitas tertinggi
itu, seorang kandidat sufi harus melakukan serial Latihan keras dan sungguh-
sungguh yang disebut sebagai tasawuf amali, sedangkan serial amalan itu disebut
al-makomat atau jenjang menuju hadirat Tuhan9.

3. TASAWUF FALSAFI (NAZHARI)

a. masa falsafi.

Setelah tasawuf smi falsafi mendapat hambatan dari tasawuf sunni tersebut, maka pada
abad 6 H tampillah tasawuf falsafi, yaitu tasawuf yang bercampur dengan ajaran
filsafat, yang makna nya disesuaikan dengan tasawuf oleh karena itu tasawuf yang
berbau filsafat ini tidak sepenuhnya bisa dikatakan tasawuf, dan juga tidak bisa
dikatakan sebagai filsafat. Karena itu disebut saja tasawuf falsafi.

Ibnu Khaldun dalam muqoddimah nya menyimpulkan bahwa tasawuf falsafi 4 objek
utama dan menurut Abu Al-wafa bisa dijadikan karakter sufi falsafi yaitu : 1. Latihan
rohaniah dengan rasa,intuisi, serta intropeksi yang timbul darinya. 2. Iluminasi atau
hakikat yang tersingkap dari alam ghaib 3. Peristiwa-peristiwa dalam alam maupun
kosmos berpengaruh terhadap berbagai bentuk kekeramatan atau keluarbiasaaan
4.penciptaan ungkapan-ungkapan yang pengertiannya sepintas samar-samar
( syathahiyat ) (Ibnu Khaldun).

Adapun metode pencapai tujuan tasawuf sama dengan tasawuf sebelumnya, baik
mengenai maqomat, ahwal, Riyadh, mujahadah, dzikir, memetikan kekuatan syahwat
mauoun yang lainnya. Tokoh-tokoh nya ialah Ibnu Araby dengan teori wahdat al-
wujud, syuhrawardi Al-maqtul (yang terbunuh) dengan teori Isyraqiyah (pancaran),

9
Usman Said dkk, pengantar ilmu tasawuf (Sumatra utara: proyek pembinaan perguruaan tinggi agama,
1981/1982), hlm.123

9
Ibnu sabi’in dengan teori ittihat Ibnu faridh dengan teori cinta fana’ dan wahdat al-
syuhutnya.

Pada abad 6 (dilanjutkan abad 7 H muncul cikal bakal orde-orde (thoriqoh) sufi
kenamaan. Hingga dewasa ini, pondok-pondok tersebut merupakan oasis-oasis di
tengah-tengah gurun pasir kehidupan duniawi. Kemudian tibalah saat mereka dalam
suatu kekerabatan para sufi yang tersebar luas, yang mengakui seorang guru, Dan
menerapkan disiplin dan ritus yang razim (A.J Arberry 1978). Thoriqoh yang terkenal
lahir dan berkembang sampai dengan sekarang, antara lain, thoriqoh qodariyah yang
diciptakan oleh Abd. Al-qodir Al-jailani (471-561 H), Thoriqoh suhrawardiyah yang
dicetuskan oleh syihab Al-din Ummar Ibnu abdillah Al-suhrawardy (539-631 H),
Thoriqoh rifa’iyah yang dicetuskan oleh Ahmad Rifai (512 H), Thoriqoh Syadziliyah,
yang dirintris oleh Abu Al-Hasan Al-syadziliy (592-656 H), Thariqoh badawiyah, yang
dicetuskan oleh Ahmad Al-badawy (596-675 H), Thoriqoh Naqasasyabandiyah, dirintis
oleh Muhammad Ibnu Baha’ Al-din Al-uwaishi Al-bukhory (717-791 H) Dan lain
sebagainnya. 10

b.Pengertian Tasawuf Falsafi (Nazhari)

Tasawuf falsafi (nazhari) yaitu tasawuf yang menekankan pada masalah-masalah


pemikiran mendalam atau meta fisik. Dalam upaya mengungkapkan pengalaman
rohaninya, para-para sufi falsafi sering menggunakan ungkapan-ungkapan yang samar-
samar, yang dikenal dengan sadhahat yaitu ungkapan yang sulit dipahami, yang sering
mengakibatkan kesalah pahaman. Tokoh tasawuf ini antara lain, Abu Yazid Al bustami,
Allhallaj, Ibnu Araby, Suhrawardy.

Dalam tasawuf falsafi (nazhari), tentang bersatunya tuhan dengan makhluknya,


setidaknya terdapat beberapa. Setidaknya terdapat subjek yang telah masyhur beserta
para tokohnya yaitu: hullul, wadah al-wujud ittihad.

1. Hullul
Hullul merupakan salah satu konsep didalam tasawuf falsafi yang meyakini
terjadinya kesatuan antara kholiq dengan makhluk. Paham hullul ini disusun oleh
Al-hallaj. Kata hullul berimplikasi kepada bahwa tuhan akan menempati dan

10
Amin Syukur, Tasawuf, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1999, hlm.39-41.

10
memilih tubuh manusia untuk ditempati, bila manusia dapat menghilangkan sifat
nasut (kemanusiaannya) dengan cara fana (menghilangkan sifat-sifat tercela melalui
meniadakan alam duniawi menuju kesadaran ketuhannan).
2. Wahdah Al-wujud
Istilah wahdah Al-wujud Adalah paham yang mengatakan bahwa manusia dapat
Bersatu padu dengan Tuhan, akan tetepi tuhan disini bukanlah dzat Tuhan yang
sesungguhnya ,melainkan sifat-sifat Tuhan yang memancar pada manusia ketika
manusia sudah melakukan proses fana.
3. Ittihad
Pembawa faham ittihad adalah Abu Yazzid Al-busthami. Menurutnya manusia
adalah pancaran nur ilahi, oleh karena itu manusia hilang kesadarannya ( sebagai
manusia) maka pada dasarnya ia telah menemukan asal mula yang sebenarnya,
yaoitu nur ilahi atau dengan kata lain ia menyatu dengan tuhan.11

c. kesimpulan
tasawuf adalah kesadaran murni yang mengarahkan jiwa pada kesungguhan amal
untuk menjauhkan keduniaan atau zuhud untuk melakukan pendekatan diri kepada
Allah SWT. Posisi tasawuf terhadap ilmu-ilmu islam lainnya sangat jelas dan
gamblang. Tasawuf merupakan bagian tak terpisahkan dari keseluruhan bangunan
syariah; bahkan ia merupakan ruh atau hakikat atau inti dari syari’ah.
Tasawuf menurut para ahli terbagi dalam tasawuf akhlaki, tasawuf amali dan
tasawuf falsafi (nazhari). Tasawuf akhlaki adalah tasawuf yang sangat menekankan
nilai-nilai etis (moral) / tasawuf yang berkonsentrasi pada perbaikan akhlak dan
mempunyai tiga tahap sistem pembinaan akhlak yakni : takhalli, tajalli, dan tahalli.
Tasawuf amali adalah tasawuf yang lebih mengutamakan kebiasaan beribadah,
tujuannya agar di peroleh penghayatan sepiritual dalam setiap melakukan ibadah.
Tasawuf amali dibagi kedalam 4 bidang yakni syar’ah, thariqat, hakikat, dan
ma’rifat.tasawuf falsafi( nazhari) yaitu tasawuf yang menekankan pada masalah-
masalah pemikiran mendalam atau metafisik, yang diantarannya dilakukan hullul,
wahdah al-wujud dan ittihad.

11
Phil.Kamaruddin Amin, Op. cit.hlm 138.

11
DAFTAR PUSTAKA

Zaprulkhan, ilmu tasawuf : sebuah kajian temati,(Jakarta: PT RajaGrafindo persada, 2016), hlm.97
Said Aqil siradj, ilmu tasawuf, (Jakarta:AMZAH, 2014), HLM.209-210
Phil.Kamaruddin Amin, Akidah Akhlak/Kementrian Agama, (Jakarta: Kementrian Agama, 2015), hlm.136
Ismail Hasan, TASAWUF: JALAN RUMPIL MENUJU TUHAN,An-Nuha. Vol.1. No. 1, 2014,hlm. 53
Ibid., hlm.54-57
Rosihon Anwar dan Mukhtar Solihin, ilmu tasawuf (Bandung : CV PUSTAKA SETIA,2004), hlm.54-62
Phil.Kamaruddin Amin, Op.cit.hlm. 13 Rivay Siregar,tasawuf dari sufisme klasik ke neo-sufisme (Jakarta: PT
RajaGrafindo,2000), 109-112
Usman Said dkk, pengantar ilmu tasawuf (Sumatra utara: proyek pembinaan perguruaan tinggi agama,
1981/1982), hlm.123
Amin Syukur, Tasawuf, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1999, hlm.39-41.
Phil.Kamaruddin Amin, Op. cit.hlm 138.

12

Anda mungkin juga menyukai