Anda di halaman 1dari 7

Tugas Terstruktur Dosen Pengampu

Akhlak Tasawuf Dr. Arni, M. Fil. I

PEMBINAAN AKHLAK PERSPEKTIF ILMU TASAWUF


OLEH:
Amiyati (220103020174)
Hasan Gilang Ramadhan (220103020248)
Nor Anisa (220103020142)
Virda Amelia Febriana (220103020221)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR
BANJARMASIN
2022

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhlak merupakan salah satu ilmu yang sangat subtansial dalam islam, yakni
kajian yang tidak terbatas pada tingkah laku manusia dari segi fisik saja, tetapi terkait
juga dengan batin, kesengsaraan dan kebahagiaannya. Kajian akhlak sendiri mencakup

1
berbagai dimensi penting, yakni meliputi persoalan kebaikan dan keburukan serta
menyangkut keberlangsungan kehidupan di kemudian hari. Kajian akhlak juga mencakup
peradapan dan keutuhan suatu bangsa. seperti yang diungkapkan dalam Alquran, bahwa
bangsa yang kokoh ialah bangsa yang baik akhlaknya, sebaliknya jika akhlaknya rusak
maka runtuhlah bangsa tersebut. Karena itu akhlak merupakan patokan keberhasilan
Islam, karena islam tidak hanya menganjurkan umatnya untuk mengejar dan menguasai
berbagai ilmu pengetahuan, tetapi juga menanamkan sifat-sifat yang terpuji dalam
berbagai aspek kehidupan baik individu maupun kelompok.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah penting akhlak dalam ilmu tasawuf?
2. Bagaimana contoh pembentukan akhlak dalam ilmu tasawuf?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui seberapa penting ilmu tasawuf
2. Agar memahami contoh ysng berkaitan dengan ilmu tasawuf

PEMBAHASAN
A. Akhlak dalam Ilmu Tasawuf
Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang yang melahirkan berbagai macam
perbuatan baik dan buruk, kemudian tumbuh dan berkembang menjadi suatu ilmu yang berdiri
sendiri hingga memiliki ruang lingkup bahasan tersendiri yang memiliki tujuan, rujukan, aliran,
dan tokoh pengembangan yang saling berhubungan antara satu sama lain sebagai objek

2
pembahasan yang menyangkut niai-niai, berkaitan dengan tindakan atau perbuatan tanpa
membutuhkan pertimbangan terlebih dahulu. Akhlak tasawuf juga dapat membentuk
kepribadian seseorang dalam mempertanggungjawabkan apa yang sudah dikerjakan baik secara
terang-teranagan ataupun sembunyi-sembunyi. Pengertian ilmu tasawuf itu sendiri dapat
diketahui dengan hal-hal yang terkait dengan kebaikan dan keburukan jiwa. Tujuan Ilmu tasawuf
itu sendiri adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan cara membersihkan diri dari
perbuatan yang tercela, dan menghiasi diri dengan perbuatan yang terpuji. Dengan demikian
dalam proses pencapaian tujuan bertasawuf, seseorang harus terlebih dahulu berakhlak mulia,
dan pada dasarnya bertasawuf adalah melakukan serangkaian ibadah seperti shalat, puasa, zakat,
haji, dan sebagainya.
Hubungan antara ilmu akhlak dengan ilmu tasawuf dapat diuraikan sebagai berikut. Ketika
mempelajari tasawuf ternyata bahwa al-Qur'an dan Hadist mementingkan akhlak. Al-Qur'an dan
Hadist menekankan nilai-nilai kejujuran, kesetiakawanan, persaudaraan, rasa kesosialan, rasa
keadilan, tolong menolong, murah hati, suka memberi maaf, sabar, baik sangka, berkata benar,
pemurah, keramahan, bersih hati, berani, kesucian, cermat, menepati janji, disiplin, mencintai
ilmu, dan berfikir lurus. Nilai-nilai serupa ini yang harus dimiliki oleh seorang muslim dan
dimasukkan ke dalam dirinya dan dari semasa ia kecil. Jadi hubungan antara ilmu akhlak dan
ilmu tasawuf dalam Islam ialah, bahwa akhlak merupakan pangkal tolak tasawuf, sedangkan
tasawuf adalah esensi dari akhlak itu sendiri. Menurut pandangan Komaruddin Hidayat terdapat
tiga tujuan dalam perspektif tasawuf. Pertama, ikut serta dalam berbagai peran dalam
menyelamatkan kemanusiaan dari kondisi kebingungan akibat hilangnya nilai-nilai spiritual.
Kedua, mengenalkan literature atau pemahaman tentang aspek esoteric (kebatinan) Islam, baik
terhadap masyarakat Islam yang mulai melupakanya maupun di kalangan masyarakat non Islam.
Ketiga, untuk memberikan penegasan kembali bahwa sesungguhnya aspek esoteric Islam, yaitu
sufisme adalah jantung ajaran Islam, sehingga bila wilayah ini kering dan tidak berdenyut,maka
keringlah aspek-aspek lain dalam ajaran Islam. Penting Karena dengan bertasawuf, kita akan
memiliki kekuatan batin untuk mempertebal iman, tauhid, ladang amal, pembersih jiwa, serta
untuk memperkuat Ihsan suatu cara untuk lebih mengenal Allah dan mencari keridhaan-Nya
semata maka secara otomatis akan meningkatkan Akhlakul Karimah (akhlak yang mulia).
Tasawuf disebut sebagai Akhlakul Kharimah atau sifat terpuji karena dengan kita bertasawuf
maka akan muncul rasa kecintaan kepada Allah, yang mana akan membuat kita berada dalam

3
khauf atau takut dan raja artinya harap, dan dengan tasawuf maka akan muncul dorongan untuk
mendekat kepada Allah dengan menjauhi larangannya.

B. Contoh Pembentukan Akhlak


Seperti kisahnya Nabi Ibrahim As, sebagaimana Nabi Ibrahim As sangat patuh kepada Allah
Swt, dimana kisah tersebut mengkisahkan seorang ayah yaitu Nabi Ibrahim As bermimpi untuk
menyembelih seorang putranya sendiri, padahal putranya tersebut yaitu Nabi Ismail As adalah
putra kesayangannya, bertahun tahun Nabi Ibrahim tidak bertemu dengan Nabi Ismail, sehingga
Nabi Ibrahim sangat rindu kepada putranya, setelah baru bertemu dengan Nabi Ismail langsung
mendapatkan perintah dari Allah Swt untuk menyembelih Nabi Ismail, dengan kekuatan iman
dan tasawuf yang sangat tinggi Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail bersedia mematuhi perintah Allah
Swt. Dari kisah Nabi Ibrahim tersebut dapat kita petik sebuah pelajaran yaitu bahwa harta dunia
termasuk anak-anak kita adalah sebuah titipan dari Allah Swt, jadi janganlah dunia tersebut
tertanam dihati melainkan dunia hanyalah pemberian atau anugrah dari Allah Swt dan sifatnya
sementara dan Allah menitipkan kepada hambanya yang terpilih dan yang mau berusaha.
Disebutkan oleh Imam Hasan al Basri tujuan tasawuf dalam kehidupan adalah agar tumbuh
dalam hati manusia sifat tawakal, meletakkan dirinya dalam harap dan takut serta menjadikan
akhirat sebagai tujuan hidupnya dengan hidup zuhud
Pembinaan akhlak dalam Islam ditempuh dengan menggunakan cara sebagai berikut:
1. Menggunakan berbagai sarana peribadatan dan lainnya secara simultan untuk
diarahkan kepada pembinaan akhlak.
2. Pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara kontinyu.
3. Paksaan yang lama-kelamaan tidak lagi terasa dipaksa.
4. Keteladanan.
5. Senantiasa menganggap diri sebagai seorang yang banyak kekurangannya dari pada
kelebihannya.
6. Memperhatikan faktor-faktor kejiwaan sasaran yang akan dibina.

4
Di dalam hadits Nabi Saw banyak dijumpai keterangan tentang Akhlak, diantaranya adalah:
1. Memperkuat dan menyempurnakan agama. seperti sabda Rasulullah Saw: “Allah telah
memilihkan agama Islam untuk kamu,hormatilah agama dengan akhlak dan sikap
dermawan, karena Islam itu tidak akan sempurna kecuali dengan akhlak dan sikap
Dermawan itu”.
2. Mempermudah perhitungan amal di akhirat. Sabda Nabi Saw: “Ada tiga perkara yang
membawa kemudahan hisab (perhitungan amal di akhirat) dan akan dimasukkan ke
surga, yaitu engkau memberi sesuatu kepada orang yang tak pernah memberi apapun
padamu (kikir), engkau memenfaatkan orang yang pernah menganiayamu, dan engkau
menyambung tali Silaturrahmi kepada orang yang tak pernah kenal padamu”. (HR. Al
Hakim).
3. Menghilangkan kesulitan. Sabda NAbi Saw: “Barangsiapa melepaskan kesulitan orang
mu’min dari kehidupannya di dunia, maka Allah akan melepaskan kesulitan orang
tersebut pada hari kiamat”. (HR. Muslim)
4. Selamat hidup di dunia dan akhirat.
5. Sabda Nabi Saw: “Ada tiga perkara yang dapat menyelamatkan manusia,yaitu takut
kepada Allah di tempat yang tersembunyi maupun di tempat yang terang, berlaku adil
pada waktu rela maupun pada waktu marah, dan hidup sederhana pada waktu
miskin,walaupun kaya”. (HR. Syaikh).

5
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akhlak yang mulia merupakan unsur utama di dalam risalah Islamiyah. Dalam syariat Islam
yang baik merupakan manifestasi ibadah. Dalam rangka untuk kesempurnaan hidup perlu
memiliki akhlak Islami, yaitu berlaku benar, jujur, menunaikan amanah, menempati janji,
tawadhu (rendah diri), berbakti kepada orang tua, menyambung silaturahmi, berlaku baik kepada
tetangga, memuliakan tamu, pemurah dan dermawan, rpenyantun dan sabar, mendamaikan
manusia, sifat malu, berbuat kasih sayang, berlaku adil, dan menjaga kesucian diri. Dengan
diperhatikan urgensinya kajian Akhlakul Karimah di kehidupan, maka dari itu kita kembalikan
kepada Al-Qur’an karna dasar-dasar pijakan di dalam berakhlak dengan menggunakan nash-nash
Qur’ani, demikian juga sosok yang menjadi panuta umat islam ialah Nabi Muhammad .Menurut
Syaikh Muhammad al-Ghazali, apa yang kita lihat saat ini umat islam membaca Al-Qur’an
hanya semata-mata mengharap barakah, tanpa analisis kritis dan dalam menghayati maknanya
secara mendalam yang terkandung di balik pernyataan ayat-ayat Al-Qur’an. Dari manakah kita
mengambil pelajaran jika kita tidak menghayati makna ayat secara mendalam, atau minimal
mengerti maksud dan tujuanya dijadilanya tuntunan yang secara prinsip di butuhkan oleh umat
Islam secara individual maupun social? Dari kesadaran ini, umat Islam mampu mengisi
kekosongan pertanyaan dalam hal-hal kemanusiaan sekaligus membimbingnya ke jalan
kebaikan.

6
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman As-Singkil.Ciputat.
Damanhuri.2013. Prespektif Tasawuf
Damanhuri.2013.Prespektif Tasawuf
Utsman,Ahmad B Dan Asyiddy Adil. Hadza Jiwa al-Islam.
Yaman,Fathi.1982.Sifat dan Sikap Seorang Muslim.Surabaya:Bina Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai