Anda di halaman 1dari 9

Tugas Tersruktur Dosen Pengampu

(Akhlak Tasawuf) Arni, Drs, M.fil

“MAKSIAT LAHIR DAN MAKSIAT BATIN”

OLEH

AINUN THAYYIBAH (220103020143)

NORHIDAYAH (220103020107)

MIFFAH KHADIJAH (220103020157)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI

FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

BANJARBARU
2022

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Maksiat merupakan tindakan manusia yang melanggar hukum moral yang
bertentangan dengan perintah Allah. Maksiat dapat melemahkan dan memutuskan
jalan menuju tuhan. Maksiat membuat seorang individu untuk berbuat sutu hal yang
condong kepada kemungkaran. Perbuatan maksiat mempunyai ciri-ciri intrinsik
(pembangun) yaitu dapat mengasilkan kepuasan diri, menghasilakn serta nikmat
sehingga dapat membuat seorang individu senang dan bahkan kecanduan untuk
melakukan kembali hal tersebut. Manusia adalah makhluk yang paling mulia disisi
Allah namun disisi lain manusia akan menjadi hina disisi Allah jika ia sendiri
menenggelamkan dirinya dalam perbuatan maksiat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan maksiat lahir dan batin?
2. Apa dampak maksiat lahir dan batin?
3. Dan bagaimana cara mencegahnya?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui maksud dari maksiat lahir dan batin
2. Untuk mengetahui dampak dari maksiat lahir dan batin
3. Untuk mengetahui bagaimana cara mencegah maksiat lahir maupun batin

2
PEMBAHASAN
A. Maksiat
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, pengertian maksiat memiliki beberapa
arti yaitu, perbuatan yang melanggar perintah Allah, perbuatan dosa, baik yang
tercela maupun buruk. Kata maksiat merupakan serapan dari bahasa arab. Asal
katanya adalah ‫ معصية‬yang menjadi kata benda abstrak (masdar) dari kata kerja ‫عصى‬
‫يعصي‬, kata kerja ini memiliki bentuk tiga masdar, yaitu ‫عصين; عصيان; معصية‬.1
Secara hakikat maksiat adalah perbuatan durhaka kepada Allah swt. Perbuatan
maksiat bisa berupa menolak melaksanakan perintah Allah swt atau melanggar
larangannya. Orang yang tidak mau melaksanakan kewajiban sholat, kewajiban
puasa ramadhan, kewajiban membayar zakat, dan kewajiban pergi haji bagi muslim
yang punya kemampuan, adalah perbuatan maksiat. Demikian larangan mencuri,
larangan merampok, larangan berzina, larangan minum-minuman keras dan memakai
narkoba, larangan membunuh, larangan memakan riba, larangan mempersekutukan
Allah dengan sesuatu yang lain.
B. Maksiat Batin
Maksiat batin adalah maksiat yang berasal dari dalam hati manusia atau
digerakkan oleh tabiat hati, maksiat ini lebih bersifat abstrak karena keberadaannya
biasanya tidak diketahui oleh orang lain dan keberadaanya lebih sukar untuk
dihilangkan, hanya dengan keinginan yang kuat dan minta pertolongan Allah dan
juga disertai ikhtiarlah untuk menghilangkan maksiat batin ini.2
Syekh Amin al-Kurdi mengatakan bahwa maksiat batin ini sebagai sifat-sifat
yang tercela dan merupakan najis-najis maknawiyah yang tidak mungkin seseorang
mendekatkan diri kepada Allah SWT sebelum disucikan. Pusatnya pada hati nurani
manusia itu sendiri.
contoh maksiat batin diantaranya yaitu:
a. Sum’ah, artinya yaitu suka mengabarkan kepada orang lain bahwa ia
sanggup mewujudkan rasa ikhlas dalam melaksanakan ibadah dengan
maksud untuk mendapat pujian dari manusia.
b. Riya, artinya yaitu memperlihatkan amal ibadahnya kepada orang lain
dengan niat agar terpuji atau mengerjakan amal ibadah dengan tujuan
bukan untuk Allah swt. Seperti firman Allah di dalam Al-Qur’an :
1
Muhammad Nasrullah, “Ibadah-ibadah paling terhormat bagi pelaku maksiat agar taubat nasuha”,
Araska Publisher (2020), hlm. 7.
2
Siva Fauziah, “Tasawuf jadi”, (Akademia.edu), hlm. 2.

3
‫اس َواَل يُْؤ ِمنُ بِاهّٰلل ِ َو ْاليَوْ ِم‬ ۤ
ِ َّ‫ق َمالَهٗ ِرَئا َء الن‬ ُ ِ‫صد َٰقتِ ُك ْم بِ ْال َمنِّ َوااْل َ ٰذ ۙى َكالَّ ِذيْ يُ ْنف‬
َ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل تُ ْب ِطلُوْ ا‬
ۗ ‫ص ْلدًا ۗ اَل يَ ْق ِدرُوْ نَ ع َٰلى َش ْي ٍء ِّم َّما َك َسبُوْ ا‬
َ ٗ‫صابَهٗ َوابِ ٌل فَتَ َركَه‬ َ َ ‫ص ْف َوا ٍن َعلَ ْي ِه تُ َرابٌ فَا‬ َ ‫ااْل ٰ ِخ ۗ ِر فَ َمثَلُهٗ َك َمثَ ِل‬
َ‫َوهّٰللا ُ اَل يَ ْه ِدى ْالقَوْ َم ْال ٰكفِ ِر ْين‬

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak


sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan
penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena ria (pamer)
kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari akhir.
Perumpamaannya (orang itu) seperti batu yang licin yang di atasnya ada
debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka tinggallah batu itu licin
lagi. Mereka tidak memperoleh sesuatu apa pun dari apa yang mereka
kerjakan. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.”
(Q.S. Al-Baqarah:264).
c. ‘Ujub, artinya yaitu merasa bangga terhadap diri sendiri, karena telah
dapat banyak mengerjakan ibadah dan ia lupa adanya kesanggupan
mengerjakan ibadah adalah anugerah dari Tuhan.3
d. Kikir, artinya yaitu ketamakan dan kepelitan yang akhirnya berujung pada
ketidakmauan memberi. Kalaupun memberi, pasti hanya sedikit sehingga
tidak tertutup kemungkinan terjadi persaingan, permusuhan dan
perdebatan. Kikir merupakan sikap menahan harta dan tidak mau
mendermakannya kepada orang lain. Orang kikir selalu menginginkan
sesuatu yang bukan miliknya. Kalau barang yang bukan miliknya itu
berhasil didapatkan, ia akan kikir dan pelit mengeluarkannya.4
C. Maksiat Lahir
Maksiat berasal dari bahasa Arab, ma'siyah, artinya “pelanggaran oleh orang
yang berakal balig (mukallaf), karena melakukan perbuatan yang dilarang, dan
meninggalkan pekerjaan yang diwajibkan oleh syariat Islam.5 Allah pun menyuruh
kita untuk meninggalkan maksiat tersebut. Seperti firman Allah di dalam Al-Qur’an :

3
Abu Ali Ibnu Ibrohim, “Untaian Mutiara Hikmah (Fiqih, Tauhid dan Tashawwuf untuk mencapai
kedekatan diri kepada Allah)”, Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pengajaran Pondok Pesantren
Modern/Salafiyah Al-Madaniyah Jaro Tanjung: 2006, hlm. 90.
4
Imam Ghozali, Bahaya Riya dan Penawarnya, (Surabaya: CV ANUGERAH,1996), 9-10.
5
Ibid., hal. 184

4
َ‫َو َذرُوْ ا ظَا ِه َر ااْل ِ ْث ِم َوبَا ِطنَهٗ ۗاِ َّن الَّ ِذ ْينَ يَ ْك ِسبُوْ نَ ااْل ِ ْث َم َسيُجْ َزوْ نَ بِ َما َكانُوْ ا يَ ْقت َِرفُوْ ن‬
Artinya : “Dan tinggalkanlah dosa yang terlihat ataupun yang tersembunyi.
Sungguh, orang-orang yang mengerjakan (perbuatan) dosa kelak akan diberi balasan
sesuai dengan apa yang mereka kerjakan.” (Q.S. Al-An’am:120).
Maksiat lahir dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
a. Maksiat lisan, seperti berkata-kata yang tidak memberikan manfaat,
berlebih-lebihan dalam percakapan, berbicara hal yang batil, berdebat dan
berbantah yang hanya mencari menangnya sendiri tanpa menghormati
orang lain, berkata kotor, mencacimaki atau mengucapkan kata laknat
baik kepada manusia, binatang maupun kepada benda-benda lainnya,
menghina, mentertawakan, atau merendahkan orang lain, berkata dusta,
dan lain sebagainya.
 Al-Namimah (mengadu domba)
Menyampaikan perkataan seseorang atau menceritakan
keadaan seseorang atau mengabarkan pekerjaan seseorang kepada
orang lain dengan maksud mengadu domba antara keduanya atau
merusak hubungan baik antara mereka.
Keadaan ini mengakibatkan timbulnya kejahatan antara orang
dengan orang atau memutuskan silaturahmi antara keluarga dan
sahabat, menceraikan hubungan orang dan sebenarnya hal ini
berarti memperbanyak jumlah lawan.
b. Maksiat telinga, seperti mendengarkan pembicaraan orang lain,
mendengarkan orang yang sedang mengumpat, mendengarkan orang yang
sedang namimah, mendengarkan nyanyian-nyanyian atau bunyi-bunyian
yang dapat melalaikan ibadah kepada Allah Swt.
c. Maksiat mata, seperti melihat aurat wanita yang bukan muhrimnya,
melihat aurat laki-laki yang bukan muhrimnya, melihat orang lain dengan
gaya menghina, melihat kemungkaran tanpa beramar makruf nahi
mungkar.
d. Maksiat tangan, seperti menggunakan tangan untuk mencuri,
menggunakan tangan untuk merampok, menggunakan tangan untuk
mencopet, menggunakan tangan untuk merampas, menggunakan tangan
untuk mengurangi timbangan

5
e. Maksiat kaki, seharusnya digunakan untuk mencari rezeki yang halal dan
mengerjakan ibadah, bukan untuk mencari rezeki yang haram dan berbuat
maksiat.
f. Maksiat perut, seharusnya diisi dengan makanan yang halal lagi baik,
bukan diisi dengan makanan haram.
g. Maksiat kemaluan, seharusnya digunakan untuk mencari keturunan
melalui pernikahan, bukan digunakan untuk memuaskan syahwat dengan
berzina sehingga menghacurkan kehidupan masyarakat.6

Maksiat lahir, karena dilakukan dengan menggunakan alat-alat lahiriah, akan


mengakibatkan kekacauan dalam masyarakat, dan tentu saja amat berbahaya bagi
keamanan dan ketentraman masyarakat, seperti pencurian dan perampokan,
pembunuhan, perkelahian (akibat fitnah, adu domba).7

D. Dampak Maksiat
Perbuatan maksiat memiliki dampak yang buruk pada diri orang yang
melakukannya. Dosa juga membahayakan hati dan fisik. Imam Ibnu Qayyim
memberi penjelasan mengenai berbagai dampak dari perbuatan maksiat.
Berikut ini adalah dampak dari perbuatan maksiat menurut Imam Ibnu
Qayyim, sebagaimana dikutip dari kitabnya berjudul  Al-Jawab Al-Kafi li Man
Sa’ala an ad-Dawa’ asy-Syafi:
1. Hilangnya Ilmu
Ibnu Qayyim menjelaskan, ilmu pengetahuan adalah cahaya yang diberikan
oleh Allah SWT kepada setiap hati Muslim. Maka, perbuatan maksiat yang
melanggar perintah Allah SWT akan memadamkan cahaya itu 
2. Kekosongan Hati
Seorang pendosa akan mengalami kesepian dalam hatinya, yaitu antara dirinya
dan Allah SWT. Rasa kesepian ini pun akan menimpa dirinya dalam aspek
hubungan sosial terutama terkait hubungannya dengan orang-orang baik.
3. Kegelapan hati
Orang yang suka berbuat maksiat maka dia akan menemukan kegelapan di
dalam hatinya dan ini menjadi kenyataan dalam hidupnya. Hati dan tubuhnya
melemah untuk berbuat baik dan cenderung menuruti perbuatan maksiat.
6
Agustang K dan Sugirma, Tasawuf Anak Muda, (Yogyakarta: Deepublish,2017),38.
7
Zahruddin AR dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2004), hal. 155-156

6
4. Memperpendek Umur
Ibnu Qayyim juga memaparkan bahwa dosa yang telah dilakukan akan
memperpendek usia dan merusak keberkahan yang diberikan padanya 
5. Terjerumus Dalam Dosa
Maksudnya adalah, orang yang melakukan dosa akan terus terarah pada
perbuatan buruk yang lain. Singkatnya, dosa akan membawa pada dosa, dan
ketaatan menjalankan perintah Allah SWT akan terus membawanya pada
ketaatan 
E. Cara Mencegahnya
Cara pencegahan maksiat atau cara mengobatinya adalah kita harus
mendahulukan maksiat batin karna itu yang paling berpengaruh pada perbuatan lahir
kita yaitu dengan menanamkan nilai yang bersih dan pemikiran yang jauh dari hal-
hal negatif yang membuat timbulnya maksiat, yaitu bisa dengan ilmu kejiwaan
(psikologi) yang ilmu itu sangat berkaitan dengan ajaran Islam, pastilah kita tidak
bisa sepenuhnya untuk meninggalkan maksiat tersebut, setidaknya kita bisa
mengontrol diri kita dan meminimalisir untuk menjauhi maksiat tersebut, salah satu
caranya adalah dengan kesehatan jiwa yang mantap yang senantiasa berpikiran
positif.

Kesehatan mental (Mental Hygiene atau Mental Health) berusaha membina


kesehatan mental dengan memandang manusia sebagaimana adanya. Artinya,
kesehatan mental memandang manusia sebagai satu kesatuan psikosomatis, kesatuan
jiwa raga atau kesatuan jasmani rohani secara utuh. Hilangnya gangguan mental
merupakan tujuan psikoterapi. Mental yang sehat merupakan tujuan kesehatan
mental. Psikoterapi menangani orang sakit untuk disembuhkan dan kesehatan mental
menangani orang yang sehat untuk dibina agar tidak jatuh menjadi sakit mental.
Kedua Ilmu itu saling berkaitan. Psikologi dan agama merupakan dasar atau landasan
dan sekaligus sebagai alat baik untuk menyembuhkan gangguan mental maupun
untuk pembinaan kesehatan mental. Baik agama maupun psikologi dengan
psikoterapi berusaha membentuk, mengolah, membina dan mengembangkan
kepribadian yang utuh, kaya dan mantap.
Seseorang juga dapat menghindari diri dari perbuatan maksiat jika ia membuat
suatu benteng pertahanan hawa nafsu dari dalam dirinya. Benteng tersebut dapat
dibuat dengan cara terus-menerus mengingat Allah, selalu beribadah kepada-Nya,

7
dan selalu berpegang teguh bahwasanya maksiat merupakan suatu perbuatan yang
paling dibenci oleh Allah SWT dan Rasul-Nya.

PENUTUP
A. Kesimpulan
Maksiat merupakan suatu perbuatan tercela yang mampu menjauhkan diri
seorang hamba kepada Allah SWT dan sangat bertentangan dengan ajaran agama
Islam. Allah dan Rasul-Nya sangat membenci para pelaku maksiat. Sehingga banyak
sekali kerugian-kerugian yang diterima seseorang yang terjerumus ke dalam lembah
kemaksiatan.
Maksiat dalam Islam digolongkan menjadi dua macam, yakni maksiat lahir
dan maksiat batin. Maksiat lahir merupakan perbuatan tidak terpuji yang dilakukan
oleh anggota badan manusia. Anggota badan itu diantaranya : mata, telinga, mulut,
tangan, kaki, perut dan kemaluan. Sedangkan maksiat batin merupakan suatu
perbuatan tercela yang asal muasalnya bersumber dari hati manusia. Maksiat batin
inilah yang paling berbahaya bagi manusia. Karena jika hati seseorang sudah keruh
dan kotor, maka dapat menghilangkan kendali akal manusia.

8
Seseorang dapat menghindari diri dari perbuatan maksiat jika ia membuat
suatu benteng pertahanan hawa nafsu dari dalam dirinya. Benteng tersebut dapat
dibuat dengan cara terus-menerus mengingat Allah, selalu beribadah kepada-Nya,
dan selalu berpegang teguh bahwasanya maksiat merupakan suatu perbuatan yang
paling dibenci oleh Allah SWT dan Rasul-Nya.

DAFTAR PUSTAKA

Fauziah, Siva, “Tasawuf jadi”, (Akademia.edu).

Ghozali, Imam, Bahaya Riya dan Penawarnya, (Surabaya: CV ANUGERAH,1996).

Hasanuddin Sinaga, Zahruddin AR dan, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada, 2004).

Ibid.

Ibnu Ibrohim, Abu Ali, “Untaian Mutiara Hikmah (Fiqih, Tauhid dan Tashawwuf
untuk mencapai kedekatan diri kepada Allah)”, Lembaga Pengembangan Pendidikan dan
Pengajaran Pondok Pesantren Modern/Salafiyah Al-Madaniyah Jaro Tanjung: 2006.

Nasrullah, Muhammad, “Ibadah-ibadah paling terhormat bagi pelaku maksiat agar


taubat nasuha”, Araska Publisher (2020).

Sugirma , Agustang K dan, Tasawuf Anak Muda, (Yogyakarta: Deepublish,2017).

Anda mungkin juga menyukai