Riya (ria’), Sum’ah, Ujub dan Takabur adalah 4 (empat) sifat-sifat tercela yang hampir
memiliki kesamaan, dan sifat-sifat tersebut harus kita jauhi, pengertian dan pembahasan
selengkapnya simak di bawah ini:
A. RIYA
PENGERTIAN RIYA MENURUT BAHASA
Pengertian Riya menurut Bahasa: riya’ ( )الرياءberasal dari kata الرؤية/ru’yah, yang artinya
menampakkan. Riya’ adalah memperlihatkan suatu amal kebaikan kepada sesama manusia.
PENGERTIAN RIYA MENURUT ISTILAH:
Pengertian Riya Menurut Istilah yaitu: melakukan ibadah dengan niat supaya ingin dipuji
manusia, dan tidak berniat beribadah kepada Allah SWT.
Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqolani dalam kitabnya Fathul Baari berkata: “Riya’ ialah
menampakkan ibadah dengan tujuan dilihat manusia, lalu mereka memuji pelaku amalan itu”.
Imam Al-Ghazali, riya’ adalah mencari kedudukan pada hati manusia dengan
memperlihatkan kepada mereka hal-hal kebaikan.
Imam Habib Abdullah Haddad pula berpendapat bahwa riya’ adalah menuntut kedudukan
atau meminta dihormati daripada orang ramai dengan amalan yang ditujukan untuk akhirat.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa riya’ adalah melakukan amal kebaikan bukan
karena niat ibadah kepada Allah, melainkan demi manusia dengan cara memperlihatkan amal
kebaikannya kepada orang lain supaya mendapat pujian atau penghargaan, dengan harapan
agar orang lain memberikan penghormatan padanya.
JENIS-JENIS RIYA
Riya’ dibagi kedalam dua tingkatan:
riya’ kholish yaitu melakukan ibadah semata-mata hanya untuk mendapatkan pujian dari
manusia,
riya’ syirik yaitu melakukan perbuatan karena niat menjalankan perintah Allah, dan juga
karena untuk mendapatkan pujian dari manusia, dan keduanya bercampur”.
Riya’ bisa muncul didalam diri seseorang pada saat setelah atau sebelum suatu ibadah
selesai dilakukan
Perbuatan riya bila dilihat dari sisi amal/citra yang ditonjolkan menurut Imam Al-Ghazali
dapat dibagi atas 5 kategori, yaitu:
o Riya dalam masalah agama dengan penampilan jasmani, misalnya memperlihatkan
badan yang kurus dan pucat agar disangka banyak puasa dan shalat tahajud;
o Riya dalam penampilan tubuh dan pakaian, misalnya memakai baju koko agar disangka
shaleh atau memperlihatkan tanda hitam di dahi agar disangka rajin sholat.
o Riya dalam perkataan, misalnya orang yang selalu bicara keagamaan agar disangka ahli
agama.
o Riya dalam perbuatan, misalnya orang yang sengaja memperbanyak shalat sunnah di
hadapan orang banyak agar disangka orang sholeh. Atau seseorang yang pergi
berhaji/umroh untuk memperbaiki citranya di masyarakat.
o Riya dalam persahabatan, misalnya orang yang sengaja mengikuti ustadz ke manapun
beliau pergi agar disangka ia termasuk orang alim.
Jangan biarkan pahala ibadah-ibadah yang telah sulit kita kumpulkan hilang tanpa arti dan
berbuah keburukkan lantaran masih ada riya di hati kita. Allah SWT mengingatkan dalam
Surat Al-Baqarah ayat 264 firmannya:
اس َواَلِ َّق َمالَ ۥهُ ِرَئٓا َء ٱلنُ ِص َد ٰقَتِ ُكم بِ ۡٱل َمنِّ َوٱَأۡل َذ ٰى َكٱلَّ ِذي يُنف َ وا ْ ُوا اَل تُ ۡب ِطل
ْ ُين َءا َمن َ ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذ
ۡل ٗد ۖاn ص َ اب فََأ
َ ُل فَتَ َر َك ۥهٞ ِصابَ ۥهُ َواب ٞ ان َعلَ ۡي ِه تُ َر َ ي ُۡؤ ِم ُن بِٱهَّلل ِ َو ۡٱليَ ۡو ِم ٱأۡل ٓ ِخ ۖ ِر فَ َمثَلُ ۥهُ َك َمثَ ِل
ٍ ص ۡف َو
٢٦٤ ين ْ ۗ ُون َعلَ ٰى َش ۡي ٖء ِّم َّما َك َسب
َ ُوا َوٱهَّلل ُ اَل يَ ۡه ِدي ۡٱلقَ ۡو َم ۡٱل ٰ َكفِ ِر َ اَّل يَ ۡق ِدر
264. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu
dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang
menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah,
kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka
tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang kafir
B. SUM’AH
PENGERTIAN SUM’AH SECARA ETIMOLOGI/BAHASA
Kata sum’ah ( )السمعةberasal dari kata س ّمع samma’a (memperdengarkan)
Kalimat samma’an naasa bi ‘amalihi digunakan jika seseorang menampakkan amalnya
kepada manusia yang semula tidak mengetahuinya.
PENGERTIAN SUM’AH SECARA TERMINOLOGI/ISTILAH
Pengertian sum’ah secara istilah/terminologi adalah sikap seorang muslim yang membicara-
kan atau memberitahukan amal shalihnya yang sebelumnya tidak diketahui atau tersembunyi
kepada manusia lain agar dirinya mendapatkan kedudukan dan/atau penghargaan dari
mereka, atau mengharapkan keuntungan materi.
Dalam Fathul Bari, Ibnu Hajar Al-Asqalani mengetengahkan pendapat Izzudin bin
Abdussalam yang membedakan antara riya dan sum’ah. Bahwa riya adalah sikap seseorang
yang beramal bukan untuk Allah; sedangkan sum’ah adalah sikap seseorang yang
menyembunyikan amalnya untuk Allah, namun ia bicarakan hal tersebut kepada manusia.
Sehingga, menurutnya semua riya itu tercela, sedangkan sum’ah adalah amal terpuji jika ia
melakukannya karena Allah dan untuk memperoleh ridha-Nya, dan tercela jika dia
membicarakan amalnya di hadapan manusia.
Dalam Al-Qur’an Allah telah memperingatkan tentang sum’ah dan riya ini:
ِ ق َمالَهُ ِرَئا َء النَّا
س ُ ِص َدقَاتِ ُك ْم بِا ْل َمنِّ َواَأْل َذى َكالَّ ِذي يُ ْنف
َ يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل تُ ْب ِطلُوا
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan
hartanya karena riya kepada manusia…” (QS. Al-Baqarah : 264)
Rasulullah SAW juga memperingatkan dalam haditsnya:
س َّم َع هَّللا ُ بِ ِه َو َمنْ يُ َراِئي يُ َراِئي هَّللا ُ بِ ِه
َ س َّم َع
َ َْمن
Siapa yang berlaku sum’ah maka akan diperlakukan dengan sum’ah oleh Allah dan siapa
yang berlaku riya maka akan dibalas dengan riya. (HR. Bukhari)
Diperlakukan dengan sum’ah oleh Allah maksudnya adalah diumumkan aib-aibnya di
akhirat. Sedangkan dibalas dengan riya artinya diperlihatkan pahala amalnya, namun tidak
diberi pahala kepadanya. Na’udzubillah min dzalik.
C. UJUB
PENGERTIAN SIFAT UJUB
Ujub adalah mengagumi diri sendiri, yaitu ketika kita merasa bahwa diri kita memiliki
kelebihan tertentu yang tidak dimiliki orang lain.
Ibnul Mubarok pernah berkata, “Perasaan ‘ujub adalah ketika engkau merasa bahwa dirimu
memiliki kelebihan tertentu yang tidak dimiliki oleh orang lain.”
Imam Al Ghozali menuturkan, “Perasaan ‘ujub adalah kecintaan seseorang pada suatu
karunia dan merasa memilikinya sendiri, tanpa mengembalikan keutamaannya kepada
Alloh.”
Memang setiap orang mempunyai kelebihan tertentu yang tidak dimiliki oleh orang lain,
tetapi milik siapakah semua kelebihan itu ? Allohk berfirman :
“Bagi Alloh semua kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di antaranya.” (QS. Al
Maidah : 120)
Maksud dari ayat di atas adalah apapun yang kita miliki, semuanya adalah milik Alloh yang
dipinjamkan kepada kita agar kita dapat memanfaatkannya dan sebagai ujian bagi kita. Tidak
seorangpun yang memiliki sesuatu di alam semesta ini walaupun sekecil atom kecuali Alloh
D.TAKABUR
PENGERTIAN TAKABUR
Takabur berasal dari bahasa arab Takabbara-Yatakabbaru yang artinya sombong atau
membanggakan diri sendiri. Takabur semakna dengan Ta’azum, yaitu menampakkan
keagungannya dan kebesarannya dibandingkan dengan orang lain. Dalam bahasa indonesia
banyak sekali istilah lain dari takabur ini antara lain, sombong, congkak, angkuh, tinggi hati
atau besar kepala.
Secara naluri setiap orang tidak menyukai sifat takabur atau sombong. Namun disadari atau
tidak terkadang seseorang akan menampakan akan sikap sombongnya, biasanya sifat ini
timbul manakala ia merasa memiliki nilai lebih, seperti lebih pandai, lebih kaya, lebih cantik.
Sebagai seorang muslim sudah seharusnya menghindari sifat takabur ini, karena teladannya
adalah Rasulullah SAW, yang meskipun penuh dengan kemuliaan dan kelebihan, namun
beliau tetap tidak merasa lebih bahkan para pengikutnya dipanggil dengan sebutan sahabat,
yang mempunyai arti kesetaraan.
Sifat takabur ini merupakan sifat tercela dan berbahaya, bahkan dibenci oleh Allah SWT,
sebagaimana firman-firmannya :
“maka masuklah pintu-pintu neraka jahanam, kamu kekal didalamnya, maka amat buruklah
tempat orang-orang yang menyombongkan diri”. (Q.S An Naml : 29) ..
“sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong”. (Q.S An Nahl : 23)
MACAM-MACAM TAKABUR
Dari segi obyek atau sasarannya takabur menjadi tiga :
1. Takabur kepada Allah SWT, yaitu keadaan seseorang yang tidak mengakui dan menerima
kebenaran yang datang dari Allah SWT, seperti perintah shalat, zakat dan yang lainnya.
2. Takabur kepada Rasulullah.
3. Takabur terhadap sesama manusia, hal ini biasannya terlihat dari hal-hal yang bersifat
lahiriah, seperti kekayaan, kedudukan, wajah atau kepandaian.
Menurut pandangan tersebut di atas, secara umum takabur dapat dibagi menjadi dua macam
yaitu :
1) Takabur Batini (Takabur dalam sikap)
Takabur batini atau batin adalah sifat takabur yang tertanam dalam hati seseorang sehingga
tidak tampak secara lahir/fisik, seperti seseorang yang mengingkari kebenaran yang datang
dari Allah swt. padahal dia mengetahui kebenaran tersebut.
Dalam kehidupan sehari-hari orang yang termasuk golongan takabur batin memiliki sikap,
antara lain enggan minta tolong kepada orang lain meskipun ia membutuhkan serta tidak mau
berdoa untuk memohon pertolongan Allah swt. padahal semua persoalan yang kita hadapi
tidak dapat diselesaikan sendiri tanpa pertolongan-Nya. Allah swt. Berfirman dalam surat Al-
Mu’min ayat 60, yaitu: