Anda di halaman 1dari 7

4 PAKET SIFAT TERCELA YANG HARUS DIHINDARI

Riya (ria’), Sum’ah, Ujub dan Takabur adalah 4 (empat) sifat-sifat tercela yang hampir
memiliki kesamaan, dan sifat-sifat tersebut harus kita jauhi, pengertian dan pembahasan
selengkapnya simak di bawah ini:
A. RIYA
PENGERTIAN RIYA MENURUT BAHASA
Pengertian Riya menurut Bahasa: riya’ (‫ )الرياء‬berasal dari kata ‫ الرؤية‬/ru’yah, yang artinya
menampakkan. Riya’ adalah memperlihatkan suatu amal kebaikan kepada sesama manusia.
PENGERTIAN RIYA MENURUT ISTILAH:
Pengertian Riya Menurut Istilah yaitu: melakukan ibadah dengan niat supaya ingin dipuji
manusia, dan tidak berniat beribadah kepada Allah SWT.
Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqolani dalam kitabnya Fathul Baari berkata: “Riya’ ialah
menampakkan ibadah dengan tujuan dilihat manusia, lalu mereka memuji pelaku amalan itu”.
Imam Al-Ghazali, riya’ adalah mencari kedudukan pada hati manusia dengan
memperlihatkan kepada mereka hal-hal kebaikan.
Imam Habib Abdullah Haddad pula berpendapat bahwa riya’ adalah menuntut kedudukan
atau meminta dihormati daripada orang ramai dengan amalan yang ditujukan untuk akhirat.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa riya’ adalah melakukan amal kebaikan bukan
karena niat ibadah kepada Allah, melainkan demi manusia dengan cara memperlihatkan amal
kebaikannya kepada orang lain supaya mendapat pujian atau penghargaan, dengan harapan
agar orang lain memberikan penghormatan padanya.
JENIS-JENIS RIYA
Riya’ dibagi kedalam dua tingkatan:
riya’ kholish yaitu melakukan ibadah semata-mata hanya untuk mendapatkan pujian dari
manusia,
riya’ syirik yaitu melakukan perbuatan karena niat menjalankan perintah Allah, dan juga
karena untuk mendapatkan pujian dari manusia, dan keduanya bercampur”.
Riya’ bisa muncul didalam diri seseorang pada saat setelah atau sebelum suatu ibadah
selesai dilakukan
Perbuatan riya bila dilihat dari sisi amal/citra yang ditonjolkan menurut Imam Al-Ghazali
dapat dibagi atas 5 kategori, yaitu:
o Riya dalam masalah agama dengan penampilan jasmani, misalnya memperlihatkan
badan yang kurus dan pucat agar disangka banyak puasa dan shalat tahajud;
o Riya dalam penampilan tubuh dan pakaian, misalnya memakai baju koko agar disangka
shaleh atau memperlihatkan tanda hitam di dahi agar disangka rajin sholat.
o Riya dalam perkataan, misalnya orang yang selalu bicara keagamaan agar disangka ahli
agama.
o Riya dalam perbuatan, misalnya orang yang sengaja memperbanyak shalat sunnah di
hadapan orang banyak agar disangka orang sholeh. Atau seseorang yang pergi
berhaji/umroh untuk memperbaiki citranya di masyarakat.
o Riya dalam persahabatan, misalnya orang yang sengaja mengikuti ustadz ke manapun
beliau pergi agar disangka ia termasuk orang alim.
Jangan biarkan pahala ibadah-ibadah yang telah sulit kita kumpulkan hilang tanpa arti dan
berbuah keburukkan lantaran masih ada riya di hati kita. Allah SWT mengingatkan dalam
Surat Al-Baqarah ayat 264 firmannya:
‫اس َواَل‬ِ َّ‫ق َمالَ ۥهُ ِرَئٓا َء ٱلن‬ُ ِ‫ص َد ٰقَتِ ُكم بِ ۡٱل َمنِّ َوٱَأۡل َذ ٰى َكٱلَّ ِذي يُنف‬ َ ‫وا‬ ْ ُ‫وا اَل تُ ۡب ِطل‬
ْ ُ‫ين َءا َمن‬ َ ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذ‬
‫ ۡل ٗد ۖا‬n ‫ص‬ َ ‫اب فََأ‬
َ ُ‫ل فَتَ َر َك ۥه‬ٞ ِ‫صابَ ۥهُ َواب‬ ٞ ‫ان َعلَ ۡي ِه تُ َر‬ َ ‫ي ُۡؤ ِم ُن بِٱهَّلل ِ َو ۡٱليَ ۡو ِم ٱأۡل ٓ ِخ ۖ ِر فَ َمثَلُ ۥهُ َك َمثَ ِل‬
ٍ ‫ص ۡف َو‬
٢٦٤ ‫ين‬ ْ ۗ ‫ُون َعلَ ٰى َش ۡي ٖء ِّم َّما َك َسب‬
َ ‫ُوا َوٱهَّلل ُ اَل يَ ۡه ِدي ۡٱلقَ ۡو َم ۡٱل ٰ َكفِ ِر‬ َ ‫اَّل يَ ۡق ِدر‬
264. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu
dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang
menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah,
kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka
tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang kafir

َ ‫ ٱلَّ ِذ‬٥ ‫ون‬


َ ‫ين هُمۡ ي َُرٓا ُء‬
٦ ‫ون‬ َ ُ‫صاَل تِ ِهمۡ َساه‬ َ ‫ ٱلَّ ِذ‬٤ ‫ين‬
َ ‫ين هُمۡ َعن‬ َ ‫ل لِّ ۡل ُم‬ٞ ‫فَ َو ۡي‬
َ ِّ‫صل‬
4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat
5. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya
6. orang-orang yang berbuat riya

B. SUM’AH
PENGERTIAN SUM’AH SECARA ETIMOLOGI/BAHASA
Kata sum’ah (‫ )السمعة‬berasal dari kata ‫س ّمع‬ samma’a (memperdengarkan)
Kalimat samma’an naasa bi ‘amalihi digunakan jika seseorang menampakkan amalnya
kepada manusia yang semula tidak mengetahuinya.
PENGERTIAN SUM’AH SECARA TERMINOLOGI/ISTILAH
Pengertian sum’ah secara istilah/terminologi adalah sikap seorang muslim yang membicara-
kan atau memberitahukan amal shalihnya yang sebelumnya tidak diketahui atau tersembunyi
kepada manusia lain agar dirinya mendapatkan kedudukan dan/atau penghargaan dari
mereka, atau mengharapkan keuntungan materi.
Dalam Fathul Bari, Ibnu Hajar Al-Asqalani mengetengahkan pendapat Izzudin bin
Abdussalam yang membedakan antara riya dan sum’ah. Bahwa riya adalah sikap seseorang
yang beramal bukan untuk Allah; sedangkan sum’ah adalah sikap seseorang yang
menyembunyikan amalnya untuk Allah, namun ia bicarakan hal tersebut kepada manusia.
Sehingga, menurutnya semua riya itu tercela, sedangkan sum’ah adalah amal terpuji jika ia
melakukannya karena Allah dan untuk memperoleh ridha-Nya, dan tercela jika dia
membicarakan amalnya di hadapan manusia.
Dalam Al-Qur’an Allah telah memperingatkan tentang sum’ah dan riya ini:
ِ ‫ق َمالَهُ ِرَئا َء النَّا‬
‫س‬ ُ ِ‫ص َدقَاتِ ُك ْم بِا ْل َمنِّ َواَأْل َذى َكالَّ ِذي يُ ْنف‬
َ ‫يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل تُ ْب ِطلُوا‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan
hartanya karena riya kepada manusia…” (QS. Al-Baqarah : 264)
Rasulullah SAW juga memperingatkan dalam haditsnya:
‫س َّم َع هَّللا ُ بِ ِه َو َمنْ يُ َراِئي يُ َراِئي هَّللا ُ بِ ِه‬
َ ‫س َّم َع‬
َ ْ‫َمن‬
Siapa yang berlaku sum’ah maka akan diperlakukan dengan sum’ah oleh Allah dan siapa
yang berlaku riya maka akan dibalas dengan riya. (HR. Bukhari)
Diperlakukan dengan sum’ah oleh Allah maksudnya adalah diumumkan aib-aibnya di
akhirat. Sedangkan dibalas dengan riya artinya diperlihatkan pahala amalnya, namun tidak
diberi pahala kepadanya. Na’udzubillah min dzalik.
C. UJUB
PENGERTIAN SIFAT UJUB
Ujub adalah mengagumi diri sendiri, yaitu ketika kita merasa bahwa diri kita memiliki
kelebihan tertentu yang tidak dimiliki orang lain.
Ibnul Mubarok pernah berkata, “Perasaan ‘ujub adalah ketika engkau merasa bahwa dirimu
memiliki kelebihan tertentu yang tidak dimiliki oleh orang lain.”
Imam Al Ghozali menuturkan, “Perasaan ‘ujub adalah kecintaan seseorang pada suatu
karunia dan merasa memilikinya sendiri, tanpa mengembalikan keutamaannya kepada
Alloh.”
Memang setiap orang mempunyai kelebihan tertentu yang tidak dimiliki oleh orang lain,
tetapi milik siapakah semua kelebihan itu ? Allohk berfirman :
“Bagi Alloh semua kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di antaranya.” (QS. Al
Maidah : 120)
Maksud dari ayat di atas adalah apapun yang kita miliki, semuanya adalah milik Alloh yang
dipinjamkan kepada kita agar kita dapat memanfaatkannya dan sebagai ujian bagi kita. Tidak
seorangpun yang memiliki sesuatu di alam semesta ini walaupun sekecil atom kecuali Alloh

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TIMBULNYA SIFAT UJUB


1. Banyak dipuji orang
Pujian seseorang secara langsung kepada orang lain, dapat menimbulkan perasaan ‘ujub dan
egois pada diri orang yang dipujinya. Makin lama perasaan itu akan menumpuk dalam
hatinya, maka ia akan semakin dekat kepada kebinasaan dan kegagalan sedikit demi sedikit.
Karena orang yang mempercayai pujian itu akan selalu merasa bangga dan dirinya punya
kelebihan, sehingga menjadikannya malas untuk berbuat kebajikan. Rosululloh pernah
terkejut ketika melihat seseorang yang memuji orang lain secara langsung, sampai-sampai
beliau bersabda, “Sungguh dengan pujianmu itu, engkau dapat membinasakan orang yang
engkau puji. Jikalau ia mendengarnya, niscaya ia tidak akan sukses.”
2. Banyak meraih kesuksesan
Seseorang yang selalu sukses dalam meraih cita-cita dan usahanya, akan mudah dirasuki
perasaan ‘ujub dalam hatinya, karena ia merasa bisa mengungguli orang lain yang ada di
sekitarnya dan tidak menyadari bahwa segala sesuatu yang diraihnya adalah atas kehendak
Alloh yang Maha Kuasa.
3. Kekuasaan
Setiap penguasa biasanya mempunyai kebebasan bertindak tanpa ada protes dari orang yang
ada di sekelilingnya, dan banyak orang yang kagum dan memujinya. Fenomena semacam ini
akan menyebabkan hati seseorang mudah dimasuki perasaan ‘ujub. Seperti kisah Raja
Namrud yang menyebut dirinya sebagai Tuhan, karena dia menjadi seorang penguasa. Dan
seandainya di lemah dan miskin, tentulah tidak akan menyebut dirinya sebagai Tuhan.
4. Tersohor di kalangan orang banyak
Tersohor di kalangan orang banyak merupakan cobaan besar bagi diri seseorang. Karena
semakin banyak yang mengenalnya, maka dia semakin kagum terhadap dirinya sendiri.
Semuanya itu akan memudahkan timbulnya perasaan ‘ujub pada hati seseorang.
5. Mempunyai intelektualitas dan kecerdasan yang tinggi
Orang yang mempunyai intelektualitas dan kecerdasan yang lebih, biasanya merasa bangga
dengan dirinya sendiri dan egois, karena merasa mampu dapat menyelesaikan segala
permasalahan kehidupannya tanpa campur tangan orang lain. Kondisi seperti itu akan
melahirkan sikap otoriter dengan pendapatnya sendiri. Tidak mau bermusyawarah,
menganggap bodoh orang-orang yang tak sependapat dengannya, dan melecehkan pendapat
orang lain.
6. Memiliki kesempurnaan fisik
Orang yang memiliki kesempurnaan fisik seperti suara bagus, cantik, postur tubuh yang ideal,
tampang ganteng dan sebagainya, lalu ia memandang kepada kelebihan dirinya dan
melupakan bahwa semua itu adalah nikmat Alloh yang bisa lenyap setiap saat, berarti orang
tersebut telah kemasukan sifat ‘ujub.
7. Lalai atau tidak memahami hakikat dirinya sendiri.
Apabila seseorang lalai atau tidak memahami hakikat bahwa dirinya berasal dari air yang
hina serta akan kembali ke dalam tanah, kemudian menjadi bangkai, maka orang seperti ini
akan mudah merasa bahwa dirinya hebat. Perasaan seperti ini akan diperkuat oleh bisikan
setan yang pada akhirnya akan muncul sifat kagum terhadap diri sendiri.
BAHAYA SIFAT UJUB
Sifat ‘ujub membawa akibat buruk dan menyeret kepada kehancuran, baik bagi pelakunya
maupun bagi amal perbuatannya. Diantara dampak dari sifat ‘ujub tersebut adalah :
1. Membatalkan pahala
Seseorang yang merasa ‘ujub dengan amal kebajikannya, maka pahalanya akan gugur dan
amalannya akan sia-sia. Karena Alloh tidak akan menerima amalan kebajikan sedikitpun
kecuali dengan ikhlas karena-Nya. Rosululloh n bersabda :
“Tiga hal yang membinasakan : Kekikiran yang diperturutkan, hawa nafsu yang diumbar dan
kekaguman seseorang pada dirinya sendiri.” (HR. Thobroni).
2. Menyebabkan Murka Alloh
Nabi saw bersabda, “Seseorang yang menyesali dosanya, maka ia menanti rahmat Alloh.
Sedang seseorang yang merasa ‘ujub, maka ia menanti murka Alloh.” (HR. Baihaqi)
Perasaan ‘ujub menyebabkan murka Alloh, karena ‘ujub telah mengingkari karunia Alloh
yang seharusnya kita syukuri.
3. Terjerumus ke dalam sikap ghurur (terperdaya) dan takabur.
Orang yang kagum pada diri sendiri akan lupa melakukan instropeksi diri. Bersamaan dengan
perjalanan waktu, hal itu akan menjadi penyakit hatinya. Pada akhirnya ia terbiasa
meremehkan orang lain atau merasa dirinya lebih tinggi daripada orang lain dan tidak mau
menghormati orang lain. Itulah yang disebut takabur. Nabi n bersabda, ” Tidak akan masuk
surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat perasaan sombong meskipun hanya sebesar
biji sawi. (HR. Nasa’i)
4. Menyebabkan mengumbar nafsu dan melupaka dosa-dosa
Seseorang yang mempunyai perasaan ‘ujub akan selalu menilai dirinya baik dan tidak pernah
menilai dirinya buruk dan serba kekurangan, sehingga ia selalu mengumbar keinginan hawa
nafsunya dan tidak merasa kalau dirinya telah berbuat dosa. Nabi bersabda, “Andaikan kalian
tidak pernah berbuat dosa sedikitpun, pasti aku khawatir kalau kalian berbuat dosa yang lebih
besar, yaitu perasaan ujub.” (HR. Al Bazzar).
5. Menyebabkan orang lain membenci pelakunya.
Pada umumnya, orang tidak suka terhadap orang yang membanggakan diri, mengagumi diri
sendiri dan sombong. Oleh karena itu, orang yang ‘ujub tidak akan banyak temannya, bahkan
ia akan dibenci meskipun luas ilmunya dan terpandang kedudukannya. Syeikh Mustofa As
Sibai berkata, “Separuh kepandaian yang disertai tawadhuk lebih disenangi oleh orang
banyak dan lebih bermanfaat bagi mereka daripada kepandaian yang sempurna yang disertai
kecongkakan.”
6. Menyebabkan Su’ul Khotimah dan kerugian di Akherat
Nabi bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang suka menyebut-nyebut kembali
pemberiannya, seorang yang durhaka, dan pecandu minuman keras.” (HR. Nasa’i)
Orang yang mempunyai sifat ‘ujub biasanya suka menyebut-nyebut kembali sesuatu yang
sudah diberikan.
Umar Ra pernah berkata,”Siapapun yang mengakui dirinya berilmu, maka ia seorang yang
bodoh dan siapapun yang mengaku dirinya akan masuk surga, maka ia akan masuk neraka.”
Qotadah berkata, “Barangsiapa yang diberi kelebihan harta, atau kecantikan, atau ilmu, atau
pakaian, kemudian ia tidak bersikap tawadhuk, maka semua itu akan berakibat buruk baginya
pada hari kiamat.”

CARA MENANGGULANGI SIFAT UJUB 


Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh setiap orang muslim agar dirinya terhindar dari
penyakit ‘ujub, diantaranya adalah :
1. Selalu mengingat akan hakikat diri
Orang yang kagum pada diri sendiri hendaknya sadar bahwa nyawa yang ada dalam tubuhnya
semata-mata anugerah Alloh l. Andaikan nyawa tersebut meninggalkan badannya, maka
badan tidak ada harganya lagi sama sekali. Dia harus sadar bahwa tubuhnya pertama-tama
dibuat dari tanah yang diinjak-injak manusia dan binatang, kemudian dari air mani yang hina,
yang setiap orang merasa jijik melihatnya, lalu kembali lagi ke tanah dan menjadi bangkai
yang berbau busuk dan setiap orang tidak suka mencium baunya.
2. Selalu sadar akan hakikat dunia dan akherat
Hendaklah seseorang selalu sadar bahwa dunia adalah tempat menanam kebahagiaan
kehidupan akherat. Dia harus sadar bahwa sekalipun umurnya panjang, namun tetap akan
mati, kemudian hidup di sebuah kampung abadi yaitu akherat. Kesadaran seperti ini akan
mendorong seseorang untuk meluruskan akhlaknya yang bengkok, sebelum nafasnya
meninggalkan jasadnya dan sebelum hilang kesempatan untuk bertaubat.
3. Selalu mengingat nikmat Alloh
Alloh berfirman :
“Dan jika kamu menghitung nikmat Alloh, niscaya kamu tidak akan dapat menghitungnya.”
(QS. Ibrohim : 34)
Dengan kesadaran seperti ini, seseorang akan merasa lemah dan merasa butuh kepada Alloh,
sehingga dia akan membersihkan diri dari penyakit kagum diri dan berusaha terhindar
darinya.
4. Selalu ingat tentang kematian dan kehidupan setelah mati
Kesadaran seperti ini akan mendorong seseorang meninggalkan perasaan kagum diri karena
takut akan berbagai kesengsaraan hidup setelah mati.
5. Tidak berkawan dengan orang yang kagum diri
Sebaiknya, berkawanlah dengan orang-orang yang tawadhuk dan memahami status dirinya.
Hal semacam itu sangat membantu seseorang untuk meninggalkan perangai buruk kagum
diri.
6. Memperhatikan keadaan orang yang sedang sakit, bahkan keadaan orang yang
meninggal dunia, ziarah kubur dan merenungkan keadaan ahli kubur
Cara semacam ini akan mendorong seseorang untuk meninggalkan perasaan kagum diri dan
panyakit hati lainnya.
7. Selalu bermuhasabah (Introspeksi diri)
Dengan demikian, mudah dideteksi gejala awal dari segala bentuk penyakit hati, terutama
penyakit kagum diri. Dengan demikian, penyakit ini akan mudah diobati.
8. Selalu memohon bantuan dari Alloh
Dengan cara berdoa dan senantiasa memohon perlindungan dari-Nya agar terhindar dari
penyakit kagum diri dan tidak terjerumus ke dalamnya.
9. Penyembuhan dengan Al Qur’an
Al Qur’an sangat mujarab untuk mengobati berbagai penyakit hati, khususnya penyakit ‘ujub
dan berbagai sebabnya. Karena Al Qur’an telah mengenalkan diri kita kepada Alloh, dan Al
Qur’an juga telah mengenalkan diri kita kepada kita, yaitu kelemahan, kemiskinan, dan
kebutuhan kepada Alloh. Maka tidaklah pantas jika seseorang mengagumi dirinya sendiri
sementara dia adalah makhluk yang tak mampu berdiri sendiri. Al Qur’an juga telah
mengingatkan kita akan akibat dari penyakit ‘ujub, sombong, dan bangga diri. Seperti halnya
kisah Fir’aun, Qorun, dan lain sebagainya.
Imam Syafi’i rohimahumulloh berkata :
“Barangsiapa yang mengangkat-angkat diri secara berlebihan, niscaya Allah akan
menjatuhkan martabatnya”
DAMPAK SIFAT UJUB
1. Jatuh pada sifat sombong dan terperdaya.
3. Munculnya kebencian terhadap orang lain.
4. Mendapat adzab dari Allah SWT

D.TAKABUR
PENGERTIAN TAKABUR
Takabur berasal dari bahasa arab Takabbara-Yatakabbaru yang artinya sombong atau
membanggakan diri sendiri. Takabur semakna dengan Ta’azum, yaitu menampakkan
keagungannya dan kebesarannya dibandingkan dengan orang lain. Dalam bahasa indonesia
banyak sekali istilah lain dari takabur ini antara lain, sombong, congkak, angkuh, tinggi hati
atau besar kepala.
Secara naluri setiap orang tidak menyukai sifat takabur atau sombong. Namun disadari atau
tidak terkadang seseorang akan menampakan akan sikap sombongnya, biasanya sifat ini
timbul manakala ia merasa memiliki nilai lebih, seperti lebih pandai, lebih kaya, lebih cantik.
Sebagai seorang muslim sudah seharusnya menghindari sifat takabur ini, karena teladannya
adalah Rasulullah SAW, yang meskipun penuh dengan kemuliaan dan kelebihan, namun
beliau tetap tidak merasa lebih bahkan para pengikutnya dipanggil dengan sebutan sahabat,
yang mempunyai arti kesetaraan.
Sifat takabur ini merupakan sifat tercela dan berbahaya, bahkan dibenci oleh Allah SWT,
sebagaimana firman-firmannya :
“maka masuklah pintu-pintu neraka jahanam, kamu kekal didalamnya, maka amat buruklah
tempat orang-orang yang menyombongkan diri”. (Q.S An Naml : 29) ..
“sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong”. (Q.S An Nahl : 23)
MACAM-MACAM TAKABUR
Dari segi obyek atau sasarannya takabur menjadi tiga :
1. Takabur kepada Allah SWT, yaitu keadaan seseorang yang tidak mengakui dan menerima
kebenaran yang datang dari Allah SWT, seperti perintah shalat, zakat dan yang lainnya.
2. Takabur kepada Rasulullah.
3. Takabur terhadap sesama manusia, hal ini biasannya terlihat dari hal-hal yang bersifat
lahiriah, seperti kekayaan, kedudukan, wajah atau kepandaian.
Menurut pandangan tersebut di atas, secara umum takabur dapat dibagi menjadi dua macam
yaitu :
1) Takabur Batini (Takabur dalam sikap)
Takabur batini atau batin adalah sifat takabur yang tertanam dalam hati seseorang sehingga
tidak tampak secara lahir/fisik, seperti seseorang yang mengingkari kebenaran yang datang
dari Allah swt. padahal dia mengetahui kebenaran tersebut.
Dalam kehidupan sehari-hari orang yang termasuk golongan takabur batin memiliki sikap,
antara lain enggan minta tolong kepada orang lain meskipun ia membutuhkan serta tidak mau
berdoa untuk memohon pertolongan Allah swt. padahal semua persoalan yang kita hadapi
tidak dapat diselesaikan sendiri tanpa pertolongan-Nya. Allah swt. Berfirman dalam surat Al-
Mu’min ayat 60, yaitu:

Artinya : “Kuperkenankan (Kukabulkan) bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang


menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina
dina.” (QS Al Mukmin: 60)
2) Takabur Zahiri ( Takabur dalam Perbuatan )
Takabur zahiri adalah sifat takabur yang dapat dilihat langsung dengan panca indra, seperti
dalam bentuk ucapan dan gerakan anggota tubuh. Contohnya, riya, angkuh, dan memalingkan
muka terhadap orang lain. Allah swt. tidak menyukai orang-orang yang memalingkan muka
(sombong) sebagaimana terdapat dalam Surah Luqman Ayat 18 berikut.
Artinya: “janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS Luqman: 18).
Demikianlah dakwah mengenai 4 sifat tercela (riya’, sum’ah, ujub, dan takabur) yang harus
kita hindari, semoga kita semua dijauhkan dari sifat-sifat tercela tersebut

Anda mungkin juga menyukai