Anda di halaman 1dari 5

Hakekat Ikhlas

Pendahuluan

Ikhlas merupakan sifat yang harus dimiliki oleh seorang hamba


Allah. Tanpa sifat ini maka seluruh amalan dan perbuatan baiknya tidak
dianggap dan dihitung ibadah oleh Allah. Bahkan pondasi agama
dibangun oleh sifat ini. Ikhlas artinya murni dan tanpa campuran apapun
juga. Artinya amalan seseorang harus dimurnikan dari berbagai
kepentingan baik kepentingan akhirat terlebih lagi kepentingan-
kepentingan duniawi. Ikhlas mengharuskan semua amalan ibadah dan
kebaikan manusia hanya dilakukan semata untuk Allah.

Bukankah ketika sholat, kita mengatakan lillahi ta’ala yaitu semata-


mata karena Allah tanpa tendensi apapun juga. Oleh karena itu, keikhlasan
dalam ibadah itu, ibarat ruh dalam jasad. Jasad tanpa ruh menjadi bangkai
yang tidak bernilai. Demikian pula amalan, jika dilakukan tanpa
keikhlasan maka tidak ada nilainya, bahkan suatu amalan tidak dikatakan
amal shalih tanpa keikhlasan.

Allah berfirman dalam surah al-Bayyinah ayat 5 :

‫صينَ لَهُ الدِينَ ُحنَفَا َء‬ َ ‫َو َما أ ُ ِم ُروا ِإ اَّل ِليَ ْعبُدُوا ا‬
ِ ‫َّللا ُم ْخ ِل‬

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allâh dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus.

Disini Allah memberi sebuah penekanan bahwasanya semua


perintah llah yang termaktub dalam alquran harus dilakukan dengan
dasar keikhlasan. Konsekwensi terbaliknya adalah ketika sebuah perintah
Allah tidak dilakukan dengan ikhlas akan tertolak dan diterima oleh Allah.

Cobalah renungi ayat 103-104 dalam surah al-Kahfi :

1
‫س ْعيُ ُه ْم فِّي ْال َحيا ِّة الدُّ ْنيا َو ُه ْم‬ َ َ‫سرينَ أَعْمالا الَّذين‬
َ ‫ض َّل‬ َ ‫قُ ْل ه َْل نُنَبِّئ ُ ُك ْم ِّب ْاْل َ ْخ‬
ُ َ‫سبُونَ أَنَّ ُه ْم يُ ْح ِّسنُون‬
‫ص ْنعا ا‬ َ ‫يَ ْح‬
“Katakanlah, “Apakah akan Kami memberitahukan kepadamu tentang orang-
orang yang paling merugi perbuatan mereka?”. Yaitu orang-orang yang telah sia-
sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka
bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya”.

Penetapan tentang ikhlas juga ada dalam dalam sunnah Nabi saww.
Dalam salah satu riwayat yang begitu terkenal dan sering kita dengar yang
berkaitan dengan amalan yang ditentukan oleh niyat seseorang. Nabi
saww bersabda :

,‫ أ َ ْو ِإلَى ْام َرأَةٍ يَ ْن ِك ُح َها‬,‫ُص ْيبُ َها‬


ِ ‫َت هِجْ َرتُهُ ِإلَى ُد ْنيَا ي‬ ٍ ‫ َو ِإنا َما ِل ُك ِل ْام ِر‬,ِ‫ِإنا َما اْأل َ ْع َما ُل ِبالنِياات‬
ْ ‫ فَ َم ْن َكان‬,‫ئ َما ن ََوى‬
‫فَ ِهجْ َرتُهُ ِإلَى َما هَا َج َر ِإلَ ْي ِه‬

“Sesungguhnya setiap amalan disertai niat. Dan sesungguhnya setiap orang


hanya akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Barangsiapa hijrahnya untuk
mendapatkan dunia atau untuk wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya
kepada apa yang ia berhijrah kepadanya”.

Maka bisa dipahami dari hadis diatas ini bahwasanya setiap amalan
baik manusia harus kembali kepada niyatnya. Jika niyatnya bukan karena
Allah, hanya untuk mencapai pujian, pangkatan dan jabatan di dunia
maka dia akan mendapatkan semua itu, karena Allah tidak pernah berlaku
zalim kepada hamba-hambaNya namun dia tidak akan mendapatkan apa-
apa untuk kehidupan akhiratnya.

Sekali lagi kami mengajak anda untuk merenungi ayat alquran


berkenan tentang hal ini sehingga kita tidak tergolong orang-orang yang
merugi dalam kehidupan nanti. Hidup ini bukan hanya untuk kehidupan
materi dan dunia saja. Namun manusia diciptakan oleh Allah untuk
kehidupan akhirat yang lebih kekal.

2
Maka cobalah bentuk seluruh harapan dan niyat kita hanya untuk
meraih keridhaan Allah dan bukan untuk yang lainnya. Niyatkanlah
penuntutan ilmu anda hanya untuk mencari ridha Allah dan bukan untuk
mencari kesenangan duniawi. Materi akan anda dapatkan tanpa perlu ada
niyat apaun juga. Cukup anda bekerja sebaik mungkin dengan dasar
karena Allah maka dengan sedirinya materi dan kenikmatan dunia akan
datang menghampiri anda. Yakinlah tidak ada orang kecewa ketika
bekerja untuk Allah. Dia begitu kontan dan tepat waktu dalam membalas
dan menggaji kebaikan manusia.

Kekecewaan akan muncul karena anda berbuat dan bekerja untuk


dunia dan orang lain. Sebab dunia ini tidak akan bisa memberikan apa
yang anda inginkan sesuai dengan apa yang anda inginkan dan keluarkan.
Namun jika anda bekerja untuik Allah maka anda tidak pernah akan
kecewa. Anda akan selalu plong dan tenang. Kedamaian dan ketenangan
hati hanya bisa didapatkan ketika orang menyandarkan seluruh harap dan
inginnya hanya kepada Allah semata.

Imam as-Syafi’i berkata, “Seandainya engkau mengerahkan seluruh


kemampuanmu untuk menjadikan semua manusia ridha dan simpati
kepada diri kita maka tidak ada jalan untuk mewujudkannya. Jika
demikian, maka ikhlaskanlah amalan dan niatmu hanya untuk Allah
semata.”

Hatim berkata, “Carilah jati dirimu dalam empat perkara, yaitu


beramal shalih tanpa riya’, mengambil (pemberian) tanpa ada keinginan,
memberi tanpa mengharap imbalan, dan menahan (pemberian) tanpa ada
rasa kikir.

Abu Abdirrahman as-Sulami berkata, “Saya pernah mendengar


Manshur bin Abdillah berkata, “Telah berkata Muhammad bin Ali at-
Tirmidzi, “Kesuksesan di akhirat itu bukan karena banyaknya amalan.

3
Sesungguhnya kesuksesan di sana itu dengan mengikhlaskan amalan dan
memperbaikinya.”

Oleh karena itu sebelum kita beramal maka perbaiki dan fokuslah
pada hati kita sebab Allah pada hakekatnya hanya melihat pada niyat
seseorang jika niyatnya baik maka amalnya diterima namun jika niyatnya
buruk, walaupun perbuatannya baik maka tetap akan tertolak dari sisi
Allah.

Hal ini telah diisyaratkan Allah dalam surah al-Ma’un ayat 4-7 :

َ‫) َو َي ْمنَعُونَ ْال َماعُون‬6( َ‫) الاذِينَ ُه ْم ي َُرا ُءون‬5( َ‫سا ُهون‬
َ ‫ص ََلتِ ِه ْم‬ َ ‫فَ َو ْي ٌل ِل ْل ُم‬
َ ‫) الاذِينَ ُه ْم‬4( َ‫صلِين‬
َ ‫ع ْن‬

“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (Yaitu) orang-orang yang


lalai dari shalatnya. Orang-orang yang berbuat riya’. Dan enggan (menolong
dengan) barang berguna.”

Renungkanlah! Bagaimana Allah mengancam orang-orang yang riya


dalam shalatnya, padahal shalat itu amalan yang sangat utama dan
agung.

Motivasi Dalam Berbuat Ikhlas

Di antara hal yang memotivasi untuk merealisasikan keikhlasan


adalah balasan yang disediakan oleh Allah berupa pahala yang besar pada
hari kiamat nanti. Allah berfirman.

ٌ ‫﴾ أُو َٰلَئِكَ لَ ُه ْم ِر ْز‬٤٠﴿ َ‫َّللاِ ا ْل ُم ْخلَ ِصين‬


‫﴾ فَ َوا ِكهُ َو ُه ْم‬٤١﴿ ‫ق َم ْعلُو ٌم‬ ‫﴾ ِإ اَّل ِعبَا َد ا‬٣٩﴿ َ‫َو َما تُجْ َز ْونَ ِإ اَّل َما ُك ْنت ُ ْم ت َ ْع َملُون‬
ٍ ‫علَي ِْه ْم ِبكَأ ْ ٍس ِم ْن َم ِع‬
‫ين‬ َ ‫اف‬ ُ ‫﴾ يُ َط‬٤٤﴿ َ‫س ُر ٍر ُمتَقَا ِب ِلين‬
ُ ‫علَ َٰى‬
َ ﴾٤٣﴿ ‫يم‬ ِ ‫ت النا ِع‬ِ ‫﴾ فِي َجناا‬٤٢﴿ َ‫ُمك َْر ُمون‬

“Dan kamu tidak diberi pembalasan melainkan terhadap kejahatan yang telah
kamu kerjakan. Tetapi hamba-hamba Allâh Azza wa Jalla yang dibersihkan (dari
dosa), mereka itu memperoleh rezki yang tertentu, yaitu buah buahan. Dan mereka

4
adalah orang-orang yang dimuliakan. Di dalam surga-surga yang penuh ni’mat.
Di atas tahta-tahta kebesaran berhadap-hadapan. Diedarkan kepada mereka gelas
yang berisi khamar dari sungai yang mengalir.” [ash-Shaffât :39-45]

Itulah pahala bagi orang yang berbuat ikhlas, yaitu orang-orang yang
memurnikan perbuatannya semata karena mengharap ridha Allah.

Sedangkan pamrih dalam beramal hanya akan menyebabkan


pelakunya berdosa dan konsekwensinya merugi dan sengsara dikemudian
hari, meskipun ia mengerjakan amalan yang paling utama sekalipun.

Semoga Allah senantiasa melimpahkan kasih sayangNya, hidayah


dan inayah(pertolongan) kepada jiwa dan hati kita sehingga mampu
mengikhlaskan seluruh amal dan perbuatan kita hanya semata-mata
mencari keridhaan-Nya. Amiiin.

Anda mungkin juga menyukai