Anda di halaman 1dari 3

Khutbah I

‫الَح ْم ُد ِهلِل اَّلِذ ْي َج َع َل الّتْق َو ى َخ ْي َر الَّز اِد َو الِّلَب اِس َو َأَمَر َن ا َأْن َتَز َّو َد ِبَه ا ِليْو م الِحَس اب َأْش َه ُد َأْن َال ِاَلَه‬
‫ِاَّال ُهللا َو ْح َدُه اَل َش ِر ْي َك َلُه َر ُّب الَّن اِس َو َأْش َه ُد َأَّن َس ِّيَد َن ا َح َّم ًد ا َع ْب ُد ُه َو َر ُسْو ُلُه الَم ْو ُصْو ُف ِبَأْك َم ِل ِص َفاِت‬
‫ َو َع َلى آِلِه‬،‫ َالَّلُهَّم َفَص ِّل َو َس ِّلْم َع َلى َس ِّيِد َن ا ُم َح َّمٍد َك اَن َص اِد َق اْلَو ْع ِد َو َك اَن َر ُسْو ًال َن ِبًّي ا‬. ‫اَألْش َخ اِص‬
‫ ُاْو ِص ْي ِنْي َن ْف ِس ْى‬،‫ َفَي ا َأُّي َه ا اْلَح اِض ُرْو َن َر ِحَم ُك ُم ُهللا‬، ‫ َأَّما َب ْع ُد‬، ‫َو َص ْح ِبِه أجمعين وَس ّلْم َت سليًما َك ِثيًر ا‬
‫ َفَقْد َفاَز اْلُم َّت ُقْو َن‬،‫َو ِإَّياُك ْم ِبَت ْق َو ى ِهللا‬
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Di tengah wabah Corona banyak kesusahan datang
melanda. Tidak sedikit kini orang sulit mencari nafkah, mengalami PHK, bangkrut, hingga
bertambahlah pengangguran-pengangguran baru. Namun, kondisi ini tak boleh membuat kita
putus asa, apalagi sampai bermalas-malasan dalam bekerja dan berusaha.

Dari Muhammad bin Ashim, dia berkata, “Telah sampai berita padaku bahwa Umar bin Khattab
radliyallahu ‘anh jika melihat pemuda yang membuatnya kagum maka ia akan menanyakan perihal
anak itu, ‘Apakah anak itu memiliki pekerjaan? Jika dikatakan ‘Tidak’ maka ia akan berkata, ‘Telah
jatuh satu derajat anak muda itu di mataku”.

Islam sangat menganjurkan kepada kita untuk bergerak dan berkarya selama hayat masih di
kandung badan. Rasulullah mengingatkan agar umatnya senantiasa berusaha dan berhati-hati
terhadap waktu luang. Waktu kosong bisa menjadi ladang subur bagi setan untuk menanamkan
kemungkaran. Dengan demikian, bekerja adalah jalan lain untuk membendung kejahatan. Dengan
kata lain, orang yang bekerja keras hakikatnya sedang merintis jalan kemuliaan.

Berjuang, berkarya, berusaha, dan bekerja adalah keniscayaan dalam hidup, baik dalam keadaan
susah maupun senang. Menurut Ibnu Atsir, bekerja termasuk bagian dari sunnah para nabi. Nabi
Zakaria ‘alaihissalam adalah tukang kayu. Nabi Daud ‘alaihissalam membuat baju besi dan
menjualnya sendiri. Bahkan sebagaimana disampaikan oleh Rasulullah, Nabi Daud itu tidak akan
makan kecuali dari hasil jerih payahnya sendiri. Siapa yang tidak mengenal Nabiyullah Daud
‘alaihissalam? Selain seorang nabi, beliau telah diberi oleh Allah subhanahu wata’ala kekuasaan
dan harta yang melimpah. Walau begitu, beliau tidak merasa gengsi untuk bekerja dengan
tangannya sendiri guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Beliau tidak mengajarkan berpangku
tangan dan mengharap belas kasih dari orang lain atau dari umat yang dipimpinnya.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:

‫َأَلْن َي ْح َت ِط َب َأَح ُد ُك ْم ُح ْز َم ًة َع َلى َظ ْه ِر ِه َخ ْيٌر َلُه ِم ْن َأْن َي ْس َأَل َأَح ًد ا َفُيْع ِط َي ُه َأْو َي ْم َن َع ُه‬
"Sungguh seorang dari kalian yang memanggul kayu bakar dengan punggungnya lebih baik
baginya daripada dia meminta-minta kepada seseorang, baik orang itu memberinya atau
menolaknya” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Imam Ar-Raghib al-Ishfahani pernah berkata, “Siapa saja yang tidak mau berusaha dan bekerja
maka nilai kemanusiaannya telah rusak bahkan nilai kebinatangannya, dan menjadi orang yang
telah mati”.
Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat mengambil contoh. Misalnya, masyarakat lebih
menghargai tukang sayur keliling yang mampu menghidupi dirinya secara mandiri daripada
pengangguran. Allah mengajarkan keseimbangan dalam kehidupan. Allah memberi kesempatan
kepada manusia untuk bekerja mencari rezeki di siang hari, dan pada malam harinya digunakan
untuk beristirahat dan mengumpulkan tenaga agar bisa kerja lagi pada esok harinya.

‫َو َج َع ْلَن ا ٱَّلْي َل ِلَب اًسا َو َج َع ْلَن ا ٱلَّن َه اَر َمَع اًش ا‬
“Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian. Dan Kami jadikan siang untuk penghidupan.” (QS An-
Naba: 10-11).

Tidak bekerja adalah sikap setan. Setan selalu membisikkan pada manusia agar meninggalkan
usaha dan ikhtiar. Setan meniupkan rasa malas pada manusia agar manusia tidak berusaha,
cukup menunggu sampai ketentuan takdir-Nya datang. Padahal rezeki harus dicari dengan kerja
keras. Orang yang dengan gigih bekerja keras, membanting tulang, mencari rezeki dari memeras
keringat dan makan dari hasil itu, maka itu lebih baik dari makan hasil yang diperoleh dari harta
warisan atau pemberian orang lain.

Orang yang senantiasa bergerak dan bekerja menandakan keimanan yang bersangkutan dalam
kondisi aktif dan dinamis. Sebaliknya, mereka yang ‘menikmati’ bermalas-malasan alias gemar
berpangku tangan, menandakan dirinya sedang dilanda impotensi iman. Sebagaimana firman
Allah subhanahu wata'ala:

‫ٱْع َم ُلو۟ا َفَسَيَر ى ٱُهَّلل َع َم َلُك ْم َو َر ُسوُلُهۥ َو ٱْلُمْؤ ِم ُنوَن ۖ َو َس ُتَر ُّد وَن ِإَلٰى َٰع ِلِم ٱْلَغ ْي ِب َو ٱلَّش َٰه َدِة َفُيَن ِّب ُئُك م ِبَم ا‬ ‫َو ُقِل‬
‫َت ْع َم ُلوَن‬ ‫ُك نُتْم‬
Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan
melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan
yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan (QS
At-Taubah: 105).

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Firman Allah subhanahu wata’ala:

‫َفٱْب َتُغ و۟ا ِع نَد ٱِهَّلل ٱلِّر ْز َق َو ٱْع ُبُد وُه َو ٱْشُك ُرو۟ا َلُهٓۥۖ ِإَلْي ِه ُتْر َج ُعوَن‬
"Maka carilah rezeki di sisi Allah, kemudian beribadah dan bersyukurlah kepada Allah. Hanya
kepada Allah kamu akan dikembalikan”(QS al-Ankabut:17).

Dalam rangka bekerja mencari nafkah, menurut riwayat al-Baihaqi dalam Syu’bul Iman ada empat
prinsip etos kerja yang diajarkan Rasulullah. Keempat prinsip itu harus dimiliki kaum beriman,
yakni:

1. Bekerja dengan cara yang halal (thalaba ad-dunya halalan)


2. Bekerja demi menjaga diri supaya tidak menjadi beban hidup orang lain (ta’affufan an al-
mas’alah)
3. Bekerja demi mencukupi kebutuhan keluarga (sa’yan ala iyalihi)
4. Bekerja untuk meringankan beban hidup tetangga (ta’aththufan ala jarihi).

Kemuliaan pekerjaan sungguh tidak bisa dilihat dari jenisnya. Setelah memenuhi empat prinsip di
atas, nilai sebuah pekerjaan akan diukur dari kualitas niat (shahihatun fi an-niyat) dan
pelaksanaannya (shahihatun fi at-tahshil). Itulah pekerjaan yang bernilai ibadah dan kelak akan
mengantarkan pelakunya ke pintu surga. Bahkan dalam berbagai hadits, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam menjelaskan bahwa orang yang bekerja keras akan mendapat berbagai
kemuliaan. Orang yang bekerja keras mencari nafkah, Allah akan mengampuni dosanya. Orang
yang bekerja keras mencari nafkah untuk keluarganya termasuk fi sabilillah, dan orang yang
bekerja keras untuk mencari nafkah, nanti di akhirat akan datang dengan wajah laksana bulan
purnama Demikian uraian khutbah singkat ini.Semoga kita termasuk orang-orang yang gemar
bekerja keras. Dengan menjadi pekerja keras, Allah akan memuliakan dan menyukseskan kita
dunia dan akhirat

Anda mungkin juga menyukai