Anda di halaman 1dari 17

Nama : Najwa Ruki Umanu

NIM : 30323030

Prodi : D3 Farmasi

Kelas : C2

Etos Kerja Muslim: Menuju Prestasi yang Optimal

Pendahuluan
Kerja adalah sebuah aktivitas yang sangat mulia. Dalam agama islam.
Manusia didorong untuk bekerja sehingga dapat menjadi seorang yang mandiri
dan dapat membantu orang lain. Oleh sebab itu, dalam agama islam berkerja
merupakan sebuah ibadah karena hal tersebut adalah salah satu bukti bahwa
umatnya dapat menjalankan perintah dari Allah SWT. Agama islam juga mengatur
setiap aspek kehidupan manusia, termasuk mengatur masalah etos kerja.

Dalam bahasa Yunani, etos berasal dari bahasa Yunani yaitu “ethos” yang
artinya kepribadian, sikap, karakter, dan watak atas sesuatu. Etos kerja adalah
sifat yang muncul atas kehendak dan kesadaran sendiri yang didasari oleh sistem
orientasi nilai budaya terhadap kerja (sukardewi, 2013:3).

Menurut Hafidhuddin (2003) Islam mendorong umatnya memiliki semangat


bekerja dan beramal, serta menjauhkan diri dari sifat malas. Kerja dalam Islam
memiliki nilai tinggi dan mulia, yang merupakan dasar setiap kebesaran dan jalan
menuju kesuksusesan. Dengan kerja, manusia akan hidup mulia, dapat
merekayasa waktu guna mengembangkan kekayaan (Sahmiar Pulungan, 2014:
512).

1
Etos Kerja dalam Islam
Etos kerja dalam pengertian Islam, dikutip dari laman MUI Digital,
merupakan seseorang yang menanamkan pemikiran bahwa bekerja bukan hanya
untuk dirinya, tetapi juga sebagai bentuk dari amal saleh. Alhasil, orang tersebut
akan memperhatikan segala bentuk kehalalan dalam pekerjaannya.

Beberapa unsur yang harus ada dalam etos kerja adalah:

1. ketepatan waktu
2. akhlak yang murni
3. kejujuran
4. istiqom (kuat, mandiri)

Setiap umat muslim diminta untuk bekerja, mau seperti apapun hasilnya
nanti. Umat muslim diharapkan untuk mempunyai etos kerja yang sesuai dengan
Al-Qur'an dan hadits supaya dapat menjadi seseorang yang profesional, ahli dan
bermanfaat bagi masyarakat. Allah SWT bahkan memerintahkan hamba-Nya
untuk bekerja dalam surat At-Taubah ayat 105:

‫س َي َرى ٱ ْع َملُوا َوقُل‬ ُ ‫ست ُ َر ُّدونَ ۖ َو ْٱل ُمؤْ منُونَ َو َر‬


َ ‫سولُهُۥ َع َملَ ُك ْم‬
َ َ‫ٱّللُ ف‬ َ ‫إلَى َو‬
‫ش َه َدة ْٱلغَيْب َعلم‬َ ‫تَ ْع َملُونَ ُكنت ُ ْم ب َما فَيُنَبئ ُ ُكم َوٱل‬

Artinya: "Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta
orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan
kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-
Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan."

Tetapi, meski Allah memerintahkan hamba-Nya untuk bekerja, Allah tidak


memaksa hambanya bekerja di luar batas kemampuannya. Seperti dalam firman
Allah dalam Q.S. Al Baqarah ayat 286:

2
‫ف َل‬ ُ ‫ّللاُ يُ َكل‬
ٰ ‫سا‬ ً ‫ت َما لَ َها ۖ ُو ْسعَ َها ا َل نَ ْف‬ َ ‫علَ ْي َها َك‬
ْ َ‫سب‬ َ ‫ت َما َو‬ َ َ‫َل َربَنَا ۖ ا ْكت‬
ْ َ‫سب‬
‫طأْنَا اَ ْو نَس ْينَا ا ْن ت ُ َؤاخ ْذنَا‬ ْ ‫َعلَى َح َم ْلتَه َك َما ا‬
َ ‫ص ًرا َعلَ ْينَا تَ ْحم ْل َو َل َر َبنَا ۖ ا َ ْخ‬
َ‫طاقَةَ َل َما ت ُ َحم ْلنَا َو َل َربَنَا ۖ قَبْلنَا م ْن الَذيْن‬َ ‫ْف به لَنَا‬ُ ‫لَنَا َوا ْغف ْر َعنَا َواع‬
ُ ‫ْالكفريْنَ ْالقَ ْوم َعلَى فَا ْن‬
ْ ‫ص ْرنَا َم ْولىنَا اَ ْنتَ ۖ َو‬
‫ار َح ْمنَا‬

Artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan


kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan
dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), “Ya
Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan
kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang
berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya
Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup
kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami.
Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.”

Selain itu juga, Rasulullah SAW juga pernah bersabda: “Bekerjalah untuk
duniamu seakan-akan kamu hidup selamanya, dan beribadahlah untuk akhiratmu
seakan-akan kamu mati besok.” Dalam ungkapan lain dikatakan juga oleh
Rasulullah SAW bahwa, “Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah,
Memikul kayu lebih mulia dari pada mengemis, Mukmin yang kuat lebih baik dari
pada muslim yang lemah. Allah menyukai mukmin yang kuat bekerja.”

Menurut Toto Tasmara dalam bukunya yang berjudul Etos Kerja Pribadi
Muslim, bekerja bagi seorang Muslim merupakan sebuah usaha yang serius, yang
mengerahkan segala harta, pikiran, dan dzikir untuk mengungkapkan makna diri
sebagai hamba Allah yang harus menundukkan dunia dan menempatkan dirinya
untuk menjadi umat yang terbaik (khaira ummah).

Etos kerja yang tinggi sama sekali tidak ada hubungannya dengan jenis
kelamin (Perempuan dan laki-laki), tetapi yang membedakannya adalah landasan
ketaqwaan, khususnya dorongan keimanan yang kuat, seperti firman Allah SWT
QS An-Nahl: 97:

3
ً‫طيِبَ ًۚة‬
َ ً‫صا ِل ًحا ِم ْن ذَ َك ٍر ا َ ْو ا ُ ْن ٰثى َوه َُو ُمؤْ ِم ٌن فَلَنُ ْحيِ َينَّهٗ َح ٰيوة‬ َ ‫َم ْن َع ِم َل‬
َ‫س ِن َما َكانُ ْوا َي ْع َملُ ْون‬َ ‫َو َلن َْج ِز َينَّ ُه ْم اَ ْج َرهُ ْم ِبا َ ْح‬

Artinya: “Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan


dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan
yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan.”

Tujuan Etos Kerja dalam Islam


1. Penghapusan dosa-dosa tertentu yang tidak dapat dihapus dengan
melakukan puasa dan sholat.

َ ‫َولَ ْال َح ُج َولَ الصيا َ ُم َولَ ال‬


‫لَذُنُ ْوبًا الذُّنُ ْوب منَ إ َن‬، َ‫صالة ُ ت ُ َكف ُرهَا ل‬
ْ ‫س ْو َل يَا ت ُ َكف ُرهَا َو َما قَا َل‬
ُ ‫العُ ْم َرة‬، ُ ‫طلَب ف ْي ْال ُه ُم ْو ُم قا َ َل هللا؟ َر‬
َ ‫رواه ْال َمع ْيشَة‬
‫الطبراني‬

“Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda,


'Sesungguhnya diantara dosa-dosa itu terdapat suatu dosa yang tidak
dapat diampuni dengan shalat, puasa, haji dan juga umrah." Sahabat
bertanya, "Apa yang bisa menghapuskannya wahai Rasulullah?". Beliau
menjawab, "Semangat dalam mencari rizki". (HR. Thabrani, dalam Al-
Mu'jam Al-Ausath I/38)

2. Terhindar dari azab


Dikatakan pada sebuah Riwayat, "Pada suatu saat, Saad bin Muadz Al-
Anshari berkisah bahwa ketika Nabi Muhammad SAW baru kembali dari
Perang Tabuk, beliau melihat tangan Sa'ad yang melepuh, kulitnya gosong
kehitam-hitaman karena diterpa sengatan matahari. Rasulullah bertanya,
'Kenapa tanganmu?' Saad menjawab, 'Karena aku mengolah tanah
dengan cangkul ini untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi

4
tanggunganku." Kemudian Rasulullah SAW mengambil tangan Saad dan
menciumnya seraya berkata, 'Inilah tangan yang tidak akan pernah
disentuh oleh api neraka'" (HR. Tabrani)

3. Memenuhi ibadah dan akan diampuni dosa-dosanya oleh Allah SWT

َ ‫سى يَده َع َمل م ْن َكالا أَ ْم‬


‫سى َم ْن‬ َ ‫الطبراني رواه لَهُ َم ْغفُ ْو ًرا أَ ْم‬

“Dari Ibnu Abbas ra berkata, Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,


'Barang siapa yang merasakan keletihan pada sore hari, karena pekerjaan
yang dilakukan oleh kedua tangannya, maka ia dapatkan dosanya
diampuni oleh Allah SWT pada sore hari tersebut." (HR. Imam Tabrani,
dalam Al-Mu'jam Al-Ausath VII/ 289)

Selain itu, terdapat hadist yang menerangkan bahwa setiap amalan


bergantung dari niatnya, dan setiap umat akan mendapatkan balasan dari
Allah SWT dari apa yang orang tersebut niatkan.

Rasulullah SAW pernah bersabda,

‫ بالنيَة األ َ ْع َما ُل إنَ َما‬، ‫ ن ََوى َما ل ْمرئ َوإنَ َما‬، ‫َت فَ َم ْن‬
ْ ‫ّللا إلَى ه ْج َرتُهُ َكان‬
َ
ُ ‫ّللا إلَى فَه ْج َرتُهُ َو َر‬
‫سوله‬ ْ ‫ُد ْنيَا إلَى ه ْج َرتُهُ َكان‬
ُ ‫ َو َر‬، ‫َت َو َم ْن‬
َ ‫سوله‬
‫ َيتَزَ َو ُج َها ْام َرأَة أَو يُصيبُ َها‬، ُ‫إلَيْه هَا َج َر َما إلَى فَه ْج َرتُه‬

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Dan setiap orang


akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah
dan Rasul-Nya, mkaa hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang
hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka
hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907)

5
Manfaat dari Etos Kerja
Beberapa manfaat dari etos kerja adalah:

1. Memiliki Wawasan yang Luas


Dengan memiliki etos kerja yang tinggi, biasanya orang tersebut juga
mempunyai wawasan yang luar sebab mereka ingin mengembangkan diri
mereka dengan meninggatkan potensi diri sendiri seperti skill.

2. Memiliki Tanggung Jawab yang Baik


Orang yang memiliki etos kerja yang tinggi dapat dilihat dari cara mereka
menjalankan seluruh tanggung jawab yang telah diberikan oleh atasan
dengan baik.

3. Mempunyai Reputasi yang Positif


Manusia yang etos kerjanya tinggi dapat memberikan dampak positif
kepada mereka salah satunya yaitu memiliki reputasi yang potsitif. Orang
tersebut terkenal akan dedikasi dan ketekunan yang dimilikinya saat
bekerja sehingga mendapatkan kepercayaan dari orang lain.

4. Memiliki Mental yang Kuat


Orang yang mempunyai tekat yang tinggi diperkirakan lebih mampu untuk
bertahan dari stress dan mampu untuk menjalani tantangan dengan tenang
dan tidak terpengaruh oleh tekanan situasi apapun itu.

5. Prestasi yang Optimal


Orang yang menunjukkan ketekunannya dan konsisten dalam bekerja
adalah suatu kunci untuk mencapai suatu prestasi. Selain itu menetapkan
tujuan yang jelas dan terarah akan membantu untuk mencapai prestasi
yang optimal. Manusia dapat mencapai prestasi yang optimal akan
memberi dampak positif pada kehidupannya.

6. Memberikan Kreativitas
Dengan kreativitas, dapat dibuka sebuah pintu untuk memberi ide-ide baru
yang kreatif dan inovatif. Dan apabila ditambahkan dengan etos kerja,

6
maka akan diberikan sebuah fondasi yang lebih kuat dengan adanya
ketekunan dan kerja keras yang diberikan untuk mencapai ide-ide tersebut.

7. Merupakan Sebuah Ibadah


Apabila seseorang menganggap pekerjaan yang ia jalani merupakan
sebuah ibadah, maka orang tersebut akan menjadi semakin tawakal dan
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Niat untuk mencari ridha dari Allah
SWT juga memberikan motivasi dalam menjalani pekerjaan sehari-hari.

8. Rasa Syukur yang Tinggi


Dengan menganggap etos kerja sebagai ibadah, hal tersebut membantu
seseorang tersebut untuk bersyukur akan kesuksesan yang didapatkan.
Dengan bersyukur maka akan menciptakan rasa rendah hati dan syukur
akan pekerjaannya sehingga menanggap bahwa hal yang dia kerjakan
merupakan suatu bentuk pengabdian untuk Allah SWT.

9. Mengembangkan Karakter
Memberikan pembentukan nilai-nilai seperti ketekunan, kejujuran,
tanggung jawab, dan kedisiplinan adalah salah satu bagian dari karakter
seorang muslim yang diinginkan oleh Allah SWT.

10. Memiliki Etika


Etos kerja membantu seseorang untuk memiliki perilaku yang etis dan
hormat kepada sesama, menghargai antar sesama, dan menghindari
keburukan yang bertentangan dengan agama islam.

Pentingnya Etos Kerja dalam Mencapai Prestasi Optimal


Pada sebuah studi yang diterbitkan oleh Journal of Applied Psychology,
dijelaskan bahwa seseorang yang mempunyai etos kerja lebih mampu untuk
menciptakan nilai tambah dan lingkungan kerja yang memotivasi dan mendukung
pertumbuhan karir.

7
Etos kerja memegang peranan penting untuk meningkatkan suatu kualitas
kerja. Dengan memiliki kesadaran tentang betapa pentingnya setiap tekad dan niat
untuk melibatkan diri dalam pekerjaan akan membawa seseorang tersebut pada
pencapaian hasil yang baik.

Etos kerja yang baik akan menghasilkan orang-orang yang berkarakter,


dapat dipercaya, dan menjadi inspirasi bagi Masyarakat. Etos kerja juga berperan
penting dalam mempengaruhi kehidupan pribadi seseorang secara positif. Hal ini
dikarekan ketika seseorang tersebut menjalani hidupnya dengan sungguh-sunggu
dan dengan kemampuan terbaik yang dia miliki, maka dia akan merasakan
kepuasan dan pencapaian yang mendalam.

Ciri – Ciri Orang yang Mempunyai Etos Kerja


Berikut adalah beberapa ciri orang yang memiliki etos kerja yang tinggi:

1. Orang Tersebut Kecanduan Waktu


Salah satu inti etos kerja adalah bagaimana seseorang menghargai,
memahami, dan merasakan nilai waktunya adalah berharga. Ia menyadari
bahwa waktu bersifat netral, terus bergerak dari satu momen ke momen
berikutnya, dan tidak pernah kembali ke detik sebelumnya.
Seorang muslim berkata, “Waktu adalah kekuatan. Bila kita memanfaatkan
seluruh waktu, kita sedang berada di atas jalan keberuntungan.” Hal
ini sebagaimana firman-Nya:

ْ َ‫(و ْالع‬1)
‫صر‬ َ َ ‫( ُخسْر لَفي ْاْل ْن‬2) ‫صال َحات َو َعملُوا آ َمنُوا الَذينَ إ َل‬
‫سانَ إ َن‬ َ ‫ال‬
َ ‫ص ْوا ب ْال َحق َوتَ َوا‬
‫ص ْوا‬ َ ‫صبْر َوتَ َوا‬
َ ‫بال‬

Artinya: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam


kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh
dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat
menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Q.S. AL-Asrh: 1-3)

8
2. Memiliki sikap Ikhlas
Menurut Muhammad Djakfar (2012: 97-98) Sikap ikhlas bukan hanya
output dari cara dirinya melayani, melainkan juga input atau masukan yang
membentuk kepribadiannya didasarkan pada sikap yang bersih. Bahkan,
cara dirinya mencari rezeki, makanan, dan minuman yang masuk ke dalam
tubuhnya, adalah bersih semata-mata. Dengan demikian, Ikhlas
merupakan energi batin yang akan membentengi diri dari segala
bentuk yang kotor.
Bekerja untuk mencari rezeki, tetapi rezeki itu tidak boleh didapatkan dari
sesuatu atau usaha yang haram dan bathil menurut islam. Allah SWT
berfirman dalam Q.S. An-Nisa: 29-30

‫ارةً تَ ُك ۡونَ اَ ۡن ا َ ٰۤل ب ۡال َباطل َب ۡينَ ُك ۡم اَمۡ َوالَـ ُك ۡم تَ ۡا ُكلُ ٰۡۤوا َل ا َمنُ ۡوا الَذ ۡينَ ٰۤيـاَيُّ َها‬
َ ‫ت َج‬
‫س ُك ۡمۖ تَ ۡقتُلُ ٰۡۤوا َو َل م ۡن ُك ۡم تَ َراض َع ۡن‬ َ ُ‫ّللا ا َن اَ ۡنـف‬
َ ٰ َ‫ َرح ۡي ًما ب ُك ۡم َكان‬٢٩
ُ ‫ظ ۡل ًما‬
‫ع ۡد َوانًا لكَ ذ ي َۡف َع ۡل َو َم ۡن‬ ُ ‫ف َو‬ ً ‫َعلَى لكَ ذ َو َكانَ ۖ ن‬
َ َ‫َارا نُصۡ ل ۡيه ف‬
َ ‫س ۡو‬
ٰ ‫ يَس ۡي ًرا‬٣٠
‫ّللا‬

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling


memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali
dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara
kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha
Penyayang kepadamu. Dan barang siapa berbuat demikian dengan cara
melanggar hukum dan zalim, akan Kami masukkan dia ke dalam neraka.
Yang demikian itu mudah bagi Allah.”
3. Memiliki Pendirian
Konsistensi adalah kemampuan untuk mengikuti prinsip, pantang
menyerah, dan tetap berpegang teguh pada pendirian meskipun
menghadapi risiko yang membahayakan diri sendiri. Rasulullah SAW
menyampaikan bahwa Allah menyukai hambanya yang mau bekerja

9
dengan itqan. Kerja itqan merupakan kerja tuntas. Melakukan sesuatu
dengan efektif sehingga mampu selesai dengan optimal.

Prinsip Dalam Bekerja Bagi Seorang Muslim


Beberapa prinsip dalam bekerja bagi seorang muslim:

1. Kerja keras
Menurut Kesuma, dkk (2011) kerja keras adalah suatu istilah yang
melingkupi suatu upaya yang terus dilakukan (tidak pernah menyerah)
dalam menyelesaikan pekerjaan atau yang menjadi tugasnya sampai
tuntas. Kerja keras bukan berarti bekerja sampai tuntas lalu berhenti, yang
dimaksud adalah mengarah pada visi besar yang harus dicapai untuk
kebaikan/ kemaslahatan manusia dan lingkungannya.
Biasanya karena seringkalinya seseorang merasa sudah tidak
tahan dengan kemiskinan, maka orang tersebut akan menghalalkan semua
cara agar ingin cepat menjadi kaya. Hal ini sangat dibenci Allah karena
Allah memerintahkan setiap muslim agar bekerja keras. Bekerja dengan
jujur dan halal akan dikategorikan sebagai ibadah (jihad).
Beberapa indikator yang menunjukkan bahwa seseorang tersebut kerja
keras antara lain yaitu:
1. Tidak pantang menyerah ketika menghadapi masalah
2. Mengejar tujuan sampai tujuan itu tercapai
3. bersungguh-sungguh saat mengerjakan sesuatu

2. Kerja cerdas
Terceritakan dalam kisah Nabi Sulaiman AS bahwa apabila etos
kerja digambarkan dengan semangat kerja, maka etos kerja bagi seorang
muslim bersumber dari visinya, yaitu untuk meraih kebaikan dunia dan
kebaikan akhirat.

3. Kerja ikhlas
Bekerja harus dengan Ikhlas untuk mengharapkan ridho dari Allah SWT.
Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya diantara dosa-dosa, ada yang tidak

10
bisa dihapus dengan pahala puasa, salat haji, dan umroh, namun hanya
bisa dihapus dengan kesusah payahan dalam mencari nafkah". (H.R
Bukhari).

Tahapan Menuju Etos Kerja yang lebih Optimal


1. Diawali dari Diri Sendiri
Hal ini dapat dimulai dari langkah yang sederhana yaitu makan
makanan yang bergizi, tidur dengan teratur, rajin berolah raga, menghindari
perbuatan yang dapat merugikan diri sendiri

2. Menggunakan Waktu dengan Baik


Salah satu langkah menuju sebuah kesuksesan adalah
menggunakan waktu dengan baik atau bijak. Tidak menunda-nunda waktu
dan disiplin dalam segala kegiatan, dan rajin beribadah merupakan
langkah awal untuk membiasakan diri untuk memanfaatkan waktu dengan
baik.
Rasulullah pernah bersabda dan menasehati seorang pria:

‫سا ا ْغتَن ْم‬ً ‫خ َْمس قَ ْب َل َخ ْم‬: َ‫ش َبا َبك‬


َ ‫ه ََرمكَ قَ ْب َل‬، َ‫سقَمكَ قَ ْب َل َوص َحتَك‬ َ ،
َ‫فَ ْقركَ َق ْب َل َوغنَاك‬، َ‫ش ْغلكَ قَ ْب َل َوفَ َرا َغك‬
ُ ، َ‫َم ْوتكَ قَ ْب َل َو َحيَاتك‬

Artinya: "Jagalah lima perkara sebelum (datang) lima perkara


(lainnya). Mudamu sebelum masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu,
kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum sibukmu dan
hidupmu sebelum matimu." (HR Nasai dan Baihaqi)

Lima perkara yang disebutkan antara lain adalah:

1. Mudamu sebelum masa tuamu


Maksud dari perkara ini adalah apabila seorang individu telah
memasuki masa lanjut usia, maka dia akan memiliki keterbatasan
kemampuan dalam melakukan sesuatu. Oleh karena itu, selagi
seseorang masih muda, diharapkan mereka memaksimalkan masa

11
mudanya dengan kegiatan yang bermanfaat dan belajar dengan giat
untuk mencapai cita-citanya.

2. Sehatmu sebelum sakitmu


Kesehatan merupakan nikmat besar yang diberikan Allah untuk
hamba-Nya. Maka sebagai hamba-Nya diharapkan untuk selalu
menjaga kesehaatan.

3. Kayamu sebelum miskinmu


Bersyukur merupakan kewajiban bagi siapa saja. Apabila Allah
memberikan nikmat berupa harta yang berlimpah, maka hamba
tersebut diwajibkan untuk bersyukur kepada-Nya sebab di luar sana
masih banyak orang yang membutuhkan. Atau mereka bisa memberi
Sebagian hartanya kepada yang membutuhkan.

4. Waktu luangmu sebelum sibukmu


Selagi memiliki waktu luang, maka manfaatkan waktu tersebut dengan
melakukan hal yang bermanfaat seperti beribadah, bersedekah,
belajar, dan lain sebagainya.

5. Hidupmu sebelum matimu


Kematian merupakan hal yang pasti terjadi kepada setiap individu.
Oleh maka itu, ketika seseorang masih diberi kesempatan hidup oleh
Allah SWT, perbanyak amalan-amalan baik sebelum menjelang
kematian. Hindari kegiatan yang dapat merugikan diri sendiri dan
orang lain sebab di akhirat Allah akan meminta pertanggung jawaban
pada setiap kegiatan yang hamba-Nya lakukan di dunia.

3. Tidak Mudah Menyerah


Putus asa adalah perasaan seseorang yang merasa telah gagal
dalam menjalani hidupnya, entah itu gagal dalam mewujudkan tujuan,
harapan, atau impiannya, sehingga tidak ada keinginan untuk berusaha
atau bekerja lebih keras menurut Alfiah Berkah (2019). Buya Hamka
mengatakan bahwa putus asa adalah suatu gejala dari penyakit jiwa yang

12
menimpa seseorang sehingga jiwa dia menjadi kosong dan akan
bertambah kosong setelah nikmat-Nya dicabut.
Menurut Umy Sharah Utami (2021: 32) putus asa disebabkan oleh dua
faktor yaitu:

1. Faktor internal
Saat suatu individu mempunyai akhlak yang baik, maka dia akan
terbebas dari gangguan jiwa. Tetapi, jika individu tersebut memiliki
akhlak yang rendah, maka dengan mudah mereka akan mengidap
depresi dan rasa putus asa, dan dapat berakhir dengan membunuh
dirinya sendiri. Allah SWT telah berfirman dalam Q.S. An-Nisa ayat 29,

.‫س ُك ْم تَ ْقتُلُ ْوا َو َل‬


َ ُ‫ّللاَ ا َن ۖ اَ ْنف‬
ٰ َ‫َرح ْي ًما ب ُك ْم َكان‬

Artinya: "... Janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah


adalah Maha Penyayang kepadamu.”

Allah menyayangi hamba-Nya yang sabar dan tidak putus asa. Agama
islam tidak mengajarkan hambanya untuk berputus asa, setiap individu
yang menemui kegagalan pasti akan memiliki jalan keluarnya sebab
Allah tidak akan memberikan hamba-Nya ujian di luar batas
kemampuannya. Seperti firman Allah pada Q.S. Al-Baqarah ayat 286:

‫وسعها إل نفسا ً هللا يكلف لا‬

Artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan


kesanggupannya.”

13
2. Faktor eksternal
Faktor ini dikatakan sebagai ujian yang diberikan oleh Allah untuk
hamba-Nya, baik yang diberikan adalah cobaan yang datang dari
keburukan ataupun kebaikan.
Dalam hal keburukan, individu tersebut dianggap tidak mampu
untuk mengambil hikmah dari musibah yang menimpanya, memendam
rasa kesedihan yang berlebihan dan penyesalan yang mendalam.
Rasa penyesalan dan kesedihan yang berlebihan akan membuat rasa
putus asa akan bertambah pada diri seorang. Hal tersebut telah
dijelaskan oleh Allah pada Al Quran surat Al-Hadid ayat 23,

َ ْ‫ّللاُ اتى ُك ْم ب َما تَ ْف َر ُح ْوا َو َل فَاتَ ُك ْم َما َعلى تَأ‬


‫س ْوا ل َكي َْال‬ ٰ ‫ُك َل يُحبُّ َل َو‬
‫۝ فَ ُخ ْور ُم ْختَال‬
٢

Artinya: “(Yang demikian itu kami tetapkan) agar kamu tidak bersedih
terhadap apa yang luput dari kamu dan tidak pula terlalu gembira
terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Allah tidak menyukai
setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.”

14
Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa etos kerja pada seorang muslim yaitu


mengharapkan ridha dari Allah SWT, tidak mudah untuk berputus asa, semangat
dalam menjalani pekerjaannya, dan masih banyak lagi. Etos kerja telah menyatu
pada segala aspek kehidupan di dunia mulai dari zaman para nabi hingga
sekarang. Beberapa faktor yang menentukan faktor apakah seseorang tersebut
memiliki etos kerja yang rendah dan tinggi antara lain adalah faktor lingkungan,
budaya, ataupun agama.

Apabila seorang muslim memiliki etos kerja yang rendah dan mudah putus
asa, hal tersebut dapat diakibatkan dari berbagai faktor seperti internal maupun
eksternal, bukan karena ajaran islam. Hal ini disebabkan karena Allah tidak akan
memberikan cobaan yang di luar kemampuan hambanya.

Oleh sebab itu, sebagai seorang muslim diharapkan semuanya


menanamkan etos kerja yang tinggi pada diri masing-masing sehingga dapat
mencapai kesuksesan dan prestasi yang diinginkan di dunia maupun akhirat

15
Daftar Pustaka

Asiyah, B. N. (2019). Etos Kerja Dalam Islam.


Azkiya, G. (2024, Januari 15). Apa itu Etos Kerja? Pengertian, Ciri-ciri, dan Cara
Menumbuhkannya. Diambil kembali dari Skill Academy:
https://blog.skillacademy.com/etos-kerja-adalah
Diyah Fitriyani1, O. S. (2019). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja
Pegawai Kecamatan Sidorejo Salatiga. Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora,
24-34.
Fitriyani, A. T. (2023). Nilai Kerja dan Etos Kerja Dalam Islam. Jurnal Cendekia
Ilmiah Vol 3, No I, 252-261.
Fuaddi, H. (2018). Etos Kerja Dalam Perspektif Islam. Jurnal Al-Amwal Vol 7, NO
I.
M. Mas’ud Asyhari, C. A. (2022). Konsep Etos Kerja dalam Islam. Abdurrauf
Journal of Islamic Studies (ARJIS) Vol I, No 2, 134-147.
Muhammad Abduh Tuasikal, M. (2023, September 27). Lulus Ataukah Mati Bunuh
Diri? Diambil kembali dari muslim.or.id: https://muslim.or.id/14794-lulus-
ataukah-mati-bunuh-diri.html
Opik, B. (2021, Juli 9). Ingat 5 Perkara Sebelum 5 Perkara. Diambil kembali dari
bmtaum.co.id: https://bmtaum.co.id/ingat-5-perkara-sebelum-5-perkara/
Rahman, M. (t.thn.). Pandangan Al-Qur'an Terhadap Etos Kerja dan Produksi .
Jurnal Studi Islam An-Nawa.
Rudi Hartono, M. I. (2019). Peran Kerja Keras dan Kerja Cerdas Melalui Motivasi
Kerja Dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan Agent Asuransi. Studi Pada
PT. Prudential Life Assurance Surabaya.
Saifullah. (2010). Etos Kerja Dalam Perspektif Islam. Jurnal Sosial Humaniorah.
Setyo, T. (2016). Etos Kerja Tinggi Cermin Kepribadian Muslim Unggul. Wahana
Akademia Vol 3, No 2, 138-149.

16
17

Anda mungkin juga menyukai