Anda di halaman 1dari 6

PENGURUS CABANG NAHDLATUL ULAMA

LEMBAGA DAKWAH NAHDLATUL ULAMA


LDNU KABUPATEN KEDIRI
Sekertariat: Jl. Imam Bonjol 38 Kediri 64122
=============================================================================

Mengobati Hati dari Penyakit Riya’


Khutbah I

َ
ُ‫ ُ َو َعلى ُآ ِل ُِه‬،‫هلل‬ ‫ا‬ُ ُ
‫ل‬ ْ ‫السلَامُ ُ َعلَى ُ َسيدنَا ُم َح َمدُ ُ َرس‬
‫و‬ َ ‫الصلَاةُ ُ َو‬ َ ‫ ُ َو‬،‫اَلْ َح ْمدُ ُهلل‬
ِ ِ ِِ ِ
ْ َ ً َ َ ََ َ َ َ ْ َ َ َ َ
َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ ََ ْ َ َ َ
ُُ‫ن ُس ِيدنا ُمحمدا ُعبده‬ ُ ‫ ُوأشهدُ ُأ‬،‫له ُ ِإلا ُاهلل‬
ُ ‫ن ُلا ُ ِإ‬
ُ ‫ ُوأشهدُ ُأ‬،‫ن ُوالاه‬ ُ ‫وصح ِب ُِه ُوم‬
َ َ ْ َْ َ َْ ْ ََْ ْ ْ ْ َ َْ ََ ْ ََ
ُ:‫لُفيُمحك ُِمُ ِكتابِ ُِه‬ ُِ ِ‫هللُالقائ‬ ُِ ‫يُبِتقوىُا‬
ُ ‫ُف ِإنِيُأو ِصيك ُمُونف ِس‬،‫ُأماُبعد‬.ُ‫ورسوله‬
ً َ َ َ َ َ ْ ْ ََ ً َ ً َ َ ْ َ ْ َْ َ َ َ َ ْ َ َ َ ْ ََ
‫كُبِ ِعباد ُِةُربِ ُِهُأحدا‬ ُ ‫لُعملاُصا ِلحاُولاُيش ِر‬ ُ ‫اءُربِ ُِهُفلي ُعم‬
ُ ‫انُيرجوُ ِلق‬ ُ ‫نُك‬ ُ ‫فم‬
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Takwa adalah kata yang ringan untuk diucapkan, akan tetapi berat dalam
timbangan amal perbuatan. Takwa tempatnya di hati. Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam menunjuk ke dadanya tiga kali dan mengatakan:

َ َ ََْ َ َ َ ََْ َ
‫ُالتقوىُهاُهنا‬،‫التقوىُهاُهنا‬

Maknanya: “Takwa ada di sini, takwa ada di sini” (HR Ahmad dalam Musnad-
nya).

Jadi hati adalah pemimpin anggota badan. Jika hati baik, maka seluruh anggota
badan akan baik sehingga orang menjadi bertakwa. Sebaliknya jika hati rusak,
maka anggota badan menjadi rusak sehingga orang menjadi pelaku maksiat.
Maka marilah kita bertakwa kepada Allah, yaitu melaksanakan semua
kewajiban dan meninggalkan semua yang diharamkan serta mencari bekal
sebanyak-banyaknya untuk kehidupan akhirat. Allah ta’ala berfirman dalam
surat Asy Syu’aro ayat 88 – 89:

1
َ ْ َ ََ ََ ْ َ َ َ َ َ َ َ َْ َ َ َ َْ
ُ ‫اللُبِقلبُُس ِل‬
‫يم‬ ُ ُ‫نُأتى‬
ُ ‫ُ ِإلاُم‬،‫يو ُمُلاُينفعُُمالُُولاُبنون‬

Maknanya: “(yaitu) di hari yang harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna,
kecuali orang-orang yang dihisab oleh Allah dengan hati yang bersih (dari
kekufuran)” (QS asy-Syu’ara’: 88-89)

Saudaraku seiman rahimakumullah,

Oleh karenanya mari kita perbaiki hati kita dengan menerapkan adab-adab
yang diajarkan dalam Islam secara lahir dan batin. Kita obati hati dengan
mengikuti ajaran Allah ta’ala dan meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Kita obati hati kita karena hati memiliki penyakit-penyakit yang tidak
bisa diobati oleh para dokter. Penyakit-penyakit hati itu hanya bisa diobati
dengan kesungguhan kita mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Diantara penyakit hati adalah riya’, yaitu melakukan bentuk ketaatan agar
dilihat oleh orang lain dengan tujuan mengharapkan pujian darinya. Allah ta’ala
berfirman, surat Al Bayyinah ayat 5:

َ َ ْ ََ َْ َ
َ‫ين‬
ُ ‫الد‬
ِ ُُ‫ينُله‬ ُ ُ‫َو َماُأ ِمرواُ ِإلاُ ِليعبدوا‬
ُ ‫اللُمخ ِل ِص‬

Maknanya: “Padahal mereka tidak diperintahkan kecuali supaya menyembah


Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya” (QS al Bayyinah: 5)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Mari kita Ikhlaskan niat selalu hanya karena Allah ta’ala dan jangan sampai
jatuh pada maksiat riya’. Sahabat Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu
meriwayatkan hadits qudsi bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: Allah berfirman:

2
ََْ ْ ْ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ ً َ َ َ َ ْ َ ْ َ ََ ْ َ ْ َ ََ
ُُ‫ي ُتركته‬
ُ ‫ي ُغي ِر‬
ُ ‫ك ُ ِفي ُِه ُم ِع‬
ُ ‫لا ُأشر‬
ُ ‫ل ُعم‬
ُ ‫ن ُع ِم‬
ُ ‫ك ُم‬
ُِ ‫الشر‬
ِ ُ‫ن‬ُِ ‫ى ُالشرَك ُِء ُع‬
ُ ‫أنا ُأغن‬
َ ْ َ
ُ‫و ِشركه‬

Maknanya: “Aku tidak menerima tujuan lain dalam beramal, barangsiapa


melakukan satu amal perbuatan dan memiliki tujuan lain selain ridla-Ku, maka
Aku akan meninggalkannya dan tidak menerimanya” (HR Muslim).

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Jika kita melakukan suatu amal perbuatan untuk mencari pahala dari Allah dan
sekaligus mengharap pujian sesama manusia, maka Allah tidak akan menerima
amal tersebut dari kita. Jadi seseorang yang melakukan amal perbuatan yang
disertai riya’, maka tidak ada pahalanya sama sekali, bahkan dia berdosa karena
riya’nya. Oleh karenanya, marilah kita instropeksi diri. Kita awasi dan amati hati
kita. Jika kita melakukan shalat lima waktu sendirian, kita tidak mengiringinya
dengan shalat sunnah rawatib.

Namun jika kita shalat berjamaah di masjid, kita mengiringinya dengan shalat
sunnah rawatib. Kita tanyai diri kita, kenapa kita melakukan itu?. Jika kita
melakukan shalat sendirian, kita selesaikan dengan cepat dan hanya melakukan
rukun-rukunnya saja. Sedangkan jika berada di tengah-tengah banyak orang
kita perpanjang shalat kita. Kita berusaha untuk menghadirkan rasa khusyu’
dan kita baguskan shalat kita.

Maka tanyakanlah kepada diri kita, kenapa kita melakukan itu?. Apakah kita
menginginkan pujian sesama hamba?. Apakah kita ingin agar dihormati oleh
mereka?. Apakah ini lebih kita sukai daripada ridla Allah ta’ala?. Padahal seluruh
manusia adalah makhluk-makhluk ciptaan Allah sama seperti kita. Mereka tidak
dapat menciptakan manfaat maupun mudlarat.

Mereka tidak bisa memberikan manfaat kepada kita atau mencelakai kita
kecuali atas kehendak Allah. Kenapa kita memilih dicela oleh Allah agar dipuji
oleh sesama hamba?. Pujian mereka kepada kita tidak akan menambah rezeki,
tidak menunda ajal dan tidak bermanfaat bagi kita dalam kehidupan akhirat.
Oleh karenanya, obatilah hati kita dari penyakit riya`. Kita jadikan ridla Allah

3
Sang pencipta kebaikan dan keburukan sebagai tujuan kita. Kita ikhlaskan niat
karena Allah dan jangan kita pedulikan apakah orang mencela atau memuji kita.
Sungguh kebaikan seluruhnya ada pada ridla Allah subhanahu wa ta’ala.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Marilah bersama-sama kita renungkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam


Muslim dari Sulaiman bin Yasar, ia berkata: Ketika majelis Abu Hurairah usai dan
orang-orang pergi meninggalkan majelis, maka Natil –seorang penduduk Syam-
berkata kepada Abu Hurairah: Wahai Guru, sampaikanlah kepada kami sebuah
hadits yang telah engkau dengar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Abu Hurairah berkata: Iya, aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda: “Orang yang pertama kali diberikan keputusan kepadanya
di hari kiamat adalah orang yang tewas di medan peperangan. Ia pun
didatangkan dan diingatkan tentang nikmat-nikmat yang diberikan kepadanya
di dunia, maka dia pun mengingatnya. Dikatakan kepadanya: Apa yang engkau
lakukan terhadap nikmat-nikmat tersebut?. Dia pun menjawab: aku berperang
di jalan-Mu hingga aku mati syahid. Maka dikatakan kepadanya: Engkau telah
berdusta, engkau berperang untuk dikatakan sebagai pemberani dan itu sudah
dikatakan.

Kemudian diperintahkan agar orang tersebut diseret dengan posisi muka di


bawah hingga dilempar ke neraka. Begitu juga seorang hamba yang telah
mempelajari ilmu agama, mengajarkannya dan rajin membaca al Qur`an. Maka
didatangkan dan diberitahukan nikmat-nikmat yang diberikan kepadanya, maka
ia pun mengingatnya. Ditanyakan kepadanya: Apakah yang engkau lakukan
terhadap nikmat-nikmat tersebut?. Ia menjawab: Aku mempelajari ilmu,
mengajarkannya dan membaca al Qur`an karena-Mu ya Allah . Dikatakan
kepadanya: Apa yang engkau lakukan terhadap nikmat-nikmat tersebut?. Dia
pun menjawab: aku berperang di jalan-Mu hingga aku mati syahid. Maka
dikatakan kepadanya: Engkau telah berdusta, engkau berperang untuk
dikatakan sebagai pemberani dan itu sudah dikatakan.

Kemudian diperintahkan agar orang tersebut diseret dengan posisi muka di


bawah hingga dilempar ke neraka. Begitu juga seorang hamba yang telah

4
mempelajari ilmu agama, mengajarkannya dan rajin membaca al Qur`an. Maka
didatangkan dan diberitahukan nikmat-nikmat yang diberikan kepadanya, maka
ia pun mengingatnya. Ditanyakan kepadanya: Apakah yang engkau lakukan
terhadap nikmat-nikmat tersebut?. Ia menjawab: Aku mempelajari ilmu,
mengajarkannya dan membaca al Qur`an karena-Mu ya Allah. Dikatakan
kepadanya: Engkau berdusta, kenyataannya engkau mempelajari ilmu agar
dikatakan sebagai ulama, engkau membaca al Qur`an agar engkau dikatakan
pandai membaca al Qur`an dan ini telah dikatakan.

Kemudian diperintahkan agar orang itu diseret dengan posisi muka di bawah
sehingga dilempar ke neraka. Begitu juga seseorang yang Allah lapangkan
rezekinya dan Allah berikan kepadanya seluruh jenis harta, maka ia
didatangkan, diingatkan tentang nikmat-nikmatnya, maka ia pun
mengingatnya. Dikatakan kepadanya: Apa yang engkau lakukan terhadap
nikmat-nikmat tersebut?. Ia pun menjawab: Aku tidak meninggalkan jalan infaq
yang Engkau anjurkan kecuali aku infaqkan hartaku untuk meraih ridla-Mu ya
Allah. Lalu dikatakan kepadanya: Engkau berdusta, engkau lakukan ini agar
dikatakan sebagai dermawan dan itu telah dikatakan. Kemudian diperintahkan
agar orang itu diseret dengan posisi muka di bawah sehingga dilemparkan di
neraka” (HR Muslim).

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Jika kita melakukan shalat, maka kita lakukan karena Allah. Jika kita
bersedekah, maka kita bersedekah karena Allah. Jika kita perindah akhlak, kita
lakukan itu karena Allah. Jika kita belajar ilmu agama, maka juga karena Allah.
Jika kita mengajarkan ilmu agama, maka kita mengajar karena Allah. Jika kita
menaati Allah, maka kita taat karena semata-mata ingin meraih ridla-Nya. Jika
kita melakukan itu semua bukan karena Allah melainkan karena tujuan-tujuan
lain, maka sia-sialah umur kita dan alangkah ruginya waktu kita.

Hadirin rahimakumullah,

Demikian khutbah yang singkat ini. Mudah-mudahan bermanfaat bagi kita

َْ ْ ََ َ ٰ ْ َْ ْ َ
semua.
َِ ُُ‫ُإنَهُُه َُوُالْ َغف ْور‬،‫اس َت ْغ ِفر ْوه‬
ْ‫الرحيم‬ ْ َ‫ُف‬،‫يُ َولَك ْم‬ْ َ
ُ ‫اهللُ ِل‬
ُ ُُ‫لُهذاُوأستغ ِفر‬ ُ ِ ‫أقولُُقو‬
ِ

5
‫‪Khutbah II‬‬

‫ْ ْ َ َ َ ََ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ََ َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َََ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َْ‬
‫هلل ُالمصطفى‪ُ ،‬وعلىُ‬ ‫ي ُوأس ِلمُ ُعلى ُس ِي ِدنا ُمحمدُ ُرسو ُِل ُا ُِ‬ ‫هلل ُوكفى‪ُ ،‬وأص ِل ُ‬ ‫الحمدُ ُ ُِ‬
‫َ‬
‫َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ ََ‬ ‫َ‬ ‫ََ ْ َ َ ْ َْ َ َ ْ َ ْ َ َٰ َ‬
‫َ‬ ‫َ‬
‫ن ُس ِيدناُ‬ ‫ك ُله‪ُ ،‬وأشهدُ ُأ ُ‬ ‫ن ُلا ُ ِإل ُه ُ ِإلا ُاهللُ ُوحدهُ ُلا ُش ِري ُ‬ ‫ل ُالوفا‪ُ.‬وأشهدُ ُأ ُ‬ ‫آ ِل ُِه ُوأصحابِ ُِه ُأه ُِ‬
‫َ‬
‫م َح َم ًداُعبْدهُُ َو َرس ْولهُ‬
‫اعلَمواُْ‬ ‫َْ ْ َ ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ََ َْ ََ َ َ ْ ْ ْ َ ْ ْ ْ ََْ ْ َْ‬
‫يُالع ِظي ُِمُو‬ ‫هللُالع ِل ِ ُ‬ ‫يُبِتقوىُا ُِ‬ ‫أماُبعد‪ُ،‬فياُأيهاُالمس ِلمون‪ُ،‬أو ِصيك ُمُونف ِس ُ‬
‫اهللَُ‬ ‫ْ َ ْ ََ َ َ‬ ‫َ َ َ َ َ ََ َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ََ َ َََ ْ َْ َ ْ َ‬
‫نُ ُ‬ ‫ال‪ِ ُ :‬إ ُ‬ ‫اهلل ُأمرك ُم ُبِأمرُ ُع ِظيم‪ُ ،‬أمرك ُم ُبِالصلا ُِة ُوالسلامُِ ُعلى ُن ِب ِي ُِه ُالك ِري ُِم ُفق ُ‬ ‫َ‬ ‫نُ ُ‬ ‫أُ‬
‫يما‪ُ ،‬اَللٰه ُمَُ‬ ‫آمنوا ُ َصلوا ُ َعلَيْ ُه ُ َو َسلموا ُت َ ْسل ً‬ ‫ين ُ َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ َ َ‬
‫ون ُعلى ُالن ِب ِي‪ُ ،‬يا ُأيها ُال ِذ ُ‬ ‫َ‬ ‫ََ َ ََ َ َ ََ‬
‫وملائِكتهُ ُيصل ُ‬
‫ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ َ َ َ َ َ َْ َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ت ُ َعلى ُ َس ِي ُِدنا ُ ِإبْ َرا ِهيْ َُم ُ َو َعلىُ‬ ‫آل ُس ِي ِدنا ُمحمدُ ُكما ُصلي ُ‬ ‫ل ُ َعلى ُ َس ِي ِدنا ُم َح َمدُ ُ َو َعلى ُ ُِ‬ ‫َص ُِ‬
‫َ َ َ َ َ َ َ َْ َ ََ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ َْ َْ ََ ْ َ‬
‫ت ُعلىُ‬ ‫آل ُس ِي ِدنا ُمحمدُ ُكما ُبارك ُ‬ ‫ك ُ َعلى ُ َس ِي ِدنا ُم َح َمدُ ُ َو َعلى ُ ُِ‬ ‫ار ُ‬ ‫آل ُس ِي ِدنا ُ ِإبرا ِهي ُم ُوب ِ‬ ‫ُِ‬
‫َ َ َْ َْ ْ َْ َ ْ َ َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫كُ َح ِميْدُُ َم ِجيْدُ‬ ‫نُ ِإن ُ‬ ‫يُالعال ِمي ُ‬ ‫آلُس ِي ِدناُ ِإبرا ِهيم‪ِ ُ،‬ف ُ‬ ‫َس ِي ِدناُ ِإبْ َرا ِهيْ َُمُ َو َعلىُ ُِ‬
‫َ‬ ‫َْ ْ َ ْ ْ َ َْ ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ ْ َْ َ ْ ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ ٰ َ ْ ْ ْ ْ َْ َ ْ‬
‫ات‪ُ،‬‬ ‫اتُالأحيا ُِءُ ِمنه ُمُوالأمو ِ‬ ‫نُوالمؤ ِمن ِ ُ‬ ‫اتُوالمؤ ِم ِني ُ‬ ‫نُوالمس ِلم ِ ُ‬ ‫الله ُمُاغ ِف ُرُلِلمس ِل ِمي ُ‬
‫َْ ْ ْ ََ‬ ‫ْ ْ‬ ‫ْ َ ْ َ َ َْ َ َ َ َْ َ َ َ َْ َ َ َ َْ ْ َ َ ْ ْ َ‬
‫ف ُالمختَ ِلف ُةُ‬ ‫ي ُ َوالسيو ُ‬ ‫اء ُ َوالمنك َُر ُ َوالبَغ َُ‬ ‫اء ُوالفحش ُ‬ ‫اء ُوالوب ُ‬ ‫اء ُوالغل ُ‬ ‫امهلل ُادف ُع ُعنا ُالبل ُ‬
‫ْ‬ ‫َ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ ََ َْ َ َ ََ َ ْ ََ َ َ َ َ َ ً َ ْ ْ‬
‫نُ‬ ‫ان ُالم ْس ِل ِميْ َُ‬ ‫ن ُبل َد ُِ‬ ‫ن ُبل ِدنا ُهذا ُخاص ُة ُو ِم ُ‬ ‫والشدائِ ُد ُوال ِمحن‪ُ ،‬ما ُظه ُر ُ ِمنها ُوما ُبطن‪ِ ُ ،‬م ُ‬
‫َ‬ ‫َ ْ‬ ‫َْ ْ َ ْ ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ ًَ َ َ َ‬
‫ان ُو ِإيتا ُِء ُ ِذيُ‬ ‫اهلل ُيَأمرُ ُبِالعد ُِل ُوالإحس ُِ‬
‫َ‬ ‫إن ُ َُ‬ ‫هلل‪ُ ُ ،‬‬ ‫اد ُا ِ‬‫ل ُش ْيءُ ُق ِديْرُ ُ ِع َب ُ‬ ‫ك ُ َعلى ُك ُِ‬ ‫عامة‪ُ ،‬إِن ُ‬
‫ْ َََ ْ ََ َ ْ َ َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ ْ َ‬ ‫َ ْ َ‬ ‫ْ َْ َْ‬
‫ن‪ُ .‬فاذكروا ُ َُ‬
‫اهللُ‬ ‫ن ُالفحشا ُِء ُ َوالمنك ُِر ُ َوالبَغ ِي‪ُ ،‬يَ ِعظك ُم ُلعلك ُم ُتذكرو ُ‬ ‫وين َهى ُ َع ُِ‬ ‫بُ‬
‫القر ُ‬
‫هللُأَ ْكبرَُ‬ ‫َ ْ‬
‫ال َع ِظيْ َُمُيَذك ْرك ُْمُ َول ِذكرُُا ُِ‬
‫ْ‬ ‫ْ‬

‫‪Ustadz Nur Rohmad, Pemateri/Peneliti di Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur‬‬


‫‪dan Ketua BiroُPeribadatanُ& Hukum, Dewan Masjid Indonesia Kab. Mojokerto‬‬

‫‪6‬‬

Anda mungkin juga menyukai