اﷲُ َأﻛ َْﱪ ،اﷲُ َأﻛ َْﱪ ،اﷲُ َأﻛ َْﱪ ،اﷲُ َأﻛ َْﱪ ،اﷲُ َأﻛ َْﱪ ،اﷲُ َأﻛ َْﱪ ،اﷲُ َأﻛ َْﱪ ،اﷲُ َأﻛ َْﱪ ،اﷲُ َأﻛ َْﱪ.
ﲔ ،ﻧ َْﺤ َﻤﺪُ ُه َوﻧ َْﺴﺘ َِﻌ ْﻴﻨُ ُﻪ َوﻧ َْﺴ َﺘﻐ ِْﻔ ُﺮ ُه َو َﻧﺘ ُْﻮ ُب إِﻟَ ْﻴ ِﻪَ ،و َﻧ ُﻌ ْﻮ ُذ ﺑِﺎﷲِ ِ
ـﺤ ْﻤﺪُ ﷲِّ َر ﱢب ا ْﻟ َﻌﺎﳌَ ْ َ ا ْﻟ َ
ﻼ ﻣ ِﻀ ﱠﻞ َﻟﻪ ،وﻣﻦ ﻳ ْﻀﻠِ ْﻞ َﻓ َ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ي َﻟ ُﻪ.
ﻼ َﻫﺎد َ ُ ََ ْ ُ ﴍ ْو ِر َأ ْﻧ ُﻔﺴﻨَﺎَ ،و َﺳ ﱢﻴﺌَﺎت َأ ْﻋ َﲈﻟﻨَﺎَ ،ﻣ ْﻦ َ ْﳞﺪ اﷲُ َﻓ َ ُ ﻣ ْﻦ ُ ُ
ﳏ ﱠﻤﺪً ا َﻋ ْﺒﺪُ ُه َو َر ُﺳ ْﻮ ُﻟ ُﻪ.ﻚ َﻟ ُﻪَ ،و َأ ْﺷ َﻬﺪُ َأ ﱠن ُ َ ﴍ ْﻳ َ َأ ْﺷ َﻬﺪُ َا ْن ﻻَ اِﻟ َﻪ اِﻻﱠ اﷲُ َو ْﺣﺪَ ُه ﻻَ َ ِ
Karenanya kita berharap, semoga semua karunia ini dapat mengokohkan ketakwaan
kita kepada Allah Subhanahu wata’la dalam menjalani sisa kehidupan kita di dunia.
Ketakwaan yang membuat kita bisa keluar dari berbagai persoalan hidup dan mengangkat
derajat kita menjadi amat mulia di hadapan Allah Subhanahu wata’la.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad
Shallallahu alaihi wasallam, beserta keluarga, sahabat dan para penerusnya hingga hari
akhir nanti.
Dibukanya pintu surga telah menghembuskan angin surga ke dalam kalbu setiap
mukmin untuk bersemangat melakukan berbagai ibadah kepada Allah subhanahu wata'ala.
Ditutupnya pintu neraka menjadi peredam gejolak hati seorang mukmin melakukan
perbuatan dosa dan maksiat. Sementara dibelenggunya syaitan menjadikan kemauan fitrah
manusia untuk melakukan berbagai macam kebaikan dan meninggalkan berbagai kejelekan
dengan mudah terlaksana.
Dalam suasana Iedul Fitri ini kita perlu merenungkan kembali makna syahadat kita
yaitu:
Syahadat ini tidak hanya mengandung pengakuan tentang eksistensi Allah subhanahu
wa ta’ala sebagai satu-satunya Tuhan kita, begitu juga bukan hanya sekedar pengakuan
bahwa nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah utusan Allah. Akan tetapi
terkandung juga didalamnya ikrar atau janji setia untuk senantiasa taat kepada perintah
Allah dan menjadikan Rasul Muhammad sebagai suri tauladan utama kita, dalam setiap
langkah dan aktifitas kehidupan kita. Ikrar syahadat kita tidak mengenal limitasi waktu; tidak
dibatasi hari, pekan, bulan dan tahun. Allah subhanahu wata'ala berfirman :
ِ َ ﻚ ﺣﺘﱠﻰ ﻳ ْﺄﺗِﻴ
ُ ﻚ ا ْﻟ َﻴﻘ
ﲔ َ َ ٰ َ َ َوا ْﻋ ُﺒﺪْ َر ﱠﺑ
“Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang sampai
tiba ajalmu.” (Qs. Al-Hijr: 99)
Dengan demikian, ketika pada bulan Ramadhan Allah telah menolong kita untuk bisa
melakukan kebaikan-kebaikan dengan mudah, maka hendaklah kita menjadikan aktifitas
pada bulan Ramadhan sebagai standar kehidupan kita sebagai seorang muslim. Jika
sebelum Ramadhan sebagian kita belum mampu menjalankan shalat lima waktu tepat pada
waktunya, dan kemudian ketika Ramadhan hal itu terasa mudah dilakukan, maka hendaklah
Jika sebelum Ramadhan masjid terasa jauh dan berat untuk didatangi, kemudian
ketika Ramadhan hati kita menjadi tertambat ke masjid sehingga senantiasa rindu untuk
mengunjunginya, maka itulah seharusnya kondisi normal kehidupan kita. Allah berfirman:
ِ ِ إِﻧﱠﲈ َﻳ ْﻌ ُﻤ ُﺮ َﻣ َﺴ
ﺎﺟﺪَ اﷲﱠِ َﻣ ْﻦ َآﻣ َﻦ ﺑِﺎﷲﱠِ َوا ْﻟ َﻴ ْﻮ ِم ْاﻵﺧ ِﺮ َو َأ َﻗﺎ َم ﱠ
اﻟﺼ َﻼ َة َ
ﻚ َأ ْن َﻳﻜُﻮﻧُﻮا ِﻣ َﻦ َ ِﳜ َﺶ إِ ﱠﻻ اﷲﱠَ ۖ◌ َﻓ َﻌ َﺴ ٰﻰ ُأو َٰﻟﺌْ َ ْ َوآﺗَﻰ اﻟ ﱠﺰﻛَﺎ َة َو َﱂ
ِ
َ اﳌُْ ْﻬﺘَﺪ
ﻳﻦ
“Hanyalah yang memakmurkan mesjid-mesjid Allah ialah orang-orang
yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan
shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain
kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan
termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Qs. At-
Taubah 18).
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam juga bersabda dalam hadis yang diriwayatkan
oleh Ibnu Majah:
Ketika sebelum Ramadhan kita merasa berat untuk bangun malam dan melakukan
qiyamullail, kemudian di bulan Ramadhan hampir pasti setiap malam kita bangun untuk
shalat tahajjud yang diikuti dengan makan sahur, maka itulah sebenarnya aktifitas normal
seorang muslim yang memahami keutamaan waktu tersebut, sebagaimana disampaikan oleh
ِ ِ ٍ
ﺚُ ﲔ َﻳ ْﺒ َﻘﻰ ُﺛ ُﻠ َ اﻟﺴ َﲈء اﻟﺪﱡ ْﻧ َﻴﺎ ﺣ َﻳﻨ ِْﺰ ُل َر ﱡﺑﻨَﺎ َﺗ َﺒ َﺎر َك َو َﺗ َﻌ َﺎﱃ ﻛ ﱠُﻞ َﻟ ْﻴ َﻠﺔ إِ َﱃ ﱠ
، َﻣ ْﻦ َﻳ ْﺴ َﺄ ُﻟﻨِﻲ َﻓ ُﺄ ْﻋﻄِ َﻴ ُﻪ،ﻴﺐ َﻟ ُﻪ ِ ﻮﲏ َﻓﺄَ ْﺳﺘ
َ َﺠ ِ َﻣ ْﻦ َﻳﺪْ ُﻋ:ﻮل ُ اﻟ ﱠﻠ ْﻴ ِﻞ ْاﻵ ِﺧ ُﺮ َﻳ ُﻘ
َﻣ ْﻦ َﻳ ْﺴﺘَﻐ ِْﻔ ُﺮ ِﲏ َﻓ َﺄ ْﻏ ِﻔ َﺮ ﻟَ ُﻪ
“Allah turun ke langit dunia dan berfirman : Adakah yang berdoa
maka akan saya kabulkan, adakah yang meminta kepada maka akan
saya berinya, adakah yang meminta ampun maka akan saya ampuni.”
(Muttafaun Alaih)
Jika sebelum Ramadhan seorang muslim jarang menjamah dan mengkaji al-Quran,
dan kemudian selama Ramadhan al-Qur’an menjadi teman akrabnya dan bagian dari wirid
wajibnya, maka ini adalah standar normal seorang muslim; manusia terbaik yang dipilih
Allah karena selalu mengkaji dan mengajarkan al-Qur’an, sebagaimana sabda Rasulullah
آن َو َﻋ ﱠﻠ َﻤ ُﻪ
َ َﺧ ْ ُﲑﻛ ُْﻢ َﻣ ْﻦ َﺗ َﻌ ﱠﻠ َﻢ ا ْﻟ ُﻘ ْﺮ.
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`an dan
mengajarkannya.”(Hr. al-Bukhari)
Jika sebelum Ramadhan perasaan dengki, sombong, kikir, mudah menyalahkan orang
lain, bahkan memusuhi sesama muslim, sering menghinggapi hati kita, kemudian dengan
Ramadhan kita terkondisikan dengan ritme kehidupan puasa yang penuh kekhusukan dan
penuh kecintaan kepada saudara seiman, karena semua larut dalam ibadah dalam rangka
mengharap ridha dan ampunan-Nya, sehingga timbul perasaan tawadhu’, senantiasa
bersyukur, dan cinta kasih yang tulus, maka ini adalah kondisi yang normal dalam kehidupan
seorang muslim, karena Allah sudah berfirman:
ِ ِ ِ ِ ِ
َ ﺎﻫﺪُ وا ﻓﻴﻨَﺎ َﻟﻨ َْﻬﺪ َﻳﻨ ُﱠﻬ ْﻢ ُﺳ ُﺒ َﻠﻨَﺎ ۚ◌ َوإِ ﱠن ا ﱠﻟ َﻪ ﳌَ َﻊ اﳌُْ ْﺤﺴﻨ
ﲔ َ َوا ﱠﻟﺬ
َ ﻳﻦ َﺟ
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami,
benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami.
Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang
berbuat baik.” (QS. Al-Ankabut: 69)
ِ ِ ِ ِ
.ﱠﺎر َ َر ﱠﺑﻨَﺎ َاﺗﻨَﺎ ِﰱ اﻟﺪﱡ ْﻧ َﻴﺎ َﺣ َﺴﻨَ ًﺔ َو ِﰱ اﻷَﺧ َﺮة َﺣ َﺴﻨَ ًﺔ َوﻗﻨَﺎ َﻋ َﺬ
ِ اب اﻟﻨ
Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan
yang baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.
ِ و
آﺧ ُﺮ َد ْﻋ َﻮا َﻧﺎ َأ ِن ا ْﻟـ َﺤ ْﻤﺪُ ﷲ َر ﱢب ا ْﻟ َﻌﺎﳌَﲔ َ