Anda di halaman 1dari 6

‫‪Semarak Ramadhan‬‬

‫‪khotbahjumat.com/6293-semarak-ramadhan.html‬‬

‫‪March 19, 2023‬‬

‫‪Khutbah Pertama:‬‬

‫إَّن الـَح ْم َد ِهّلِل َنـْح َم ُد ُه َو َنْس َتِعْيُنُه َو َنْس َتْغ ِفُر ُه‪َ ،‬و َنُعوُذ ِباِهلل ِم ْن ُش ُر وِر َأْنُفِس َنا َوِم ْن َس ِّيَئاِت َأْع َم اِلَنا‪َ ،‬م ْن َيْه ِدِه اُهلل َفاَل ُمِض َّل َلُه ‪َ ،‬وَم ْن‬
‫ُيْض ِلْل َفاَل َه اِدَي َلُه ‪َ ،‬و َأْش َه ُد َأن َّال ِإَلَه ِإَّال اهلل َوْح َدُه اَل َش ِر ْيَك َلُه َو َأْش َه ُد َأَّن ُمـَح َّم دًا َع ْبُد ُه َوَر ُس وُله‬

‫َيا َأُّيَه ا اَّلِذ يَن آَم ُنوا اَّتُقوا اَهَّلل َح َّق ُتَقاِتِه َو اَل َتُموُتَّن ِإاَّل َو َأْنُتْم ُمْس ِلُموَن‬

‫َيا َأُّيَه ا الَّناُس اَّتُقوا َر َّبُك ُم اَّلِذ ي َخ َلَقُك ْم ِم ْن َنْف ٍس َو اِح َدٍة َو َخ َلَق ِم ْنَه ا َز ْو َج َه ا َوَبَّث ِم ْنُهَم ا ِر َج ااًل َك ِثيًر ا َوِنَس اًء َو اَّتُقوا اَهَّلل اَّلِذ ي َتَس اَء ُلوَن‬
‫ِبِه َو اَأْلْر َح اَم ِإَّن اَهَّلل َك اَن َع َلْيُك ْم َر ِقيًبا‬

‫َيا َأُّيَه ا اَّلِذ يَن آَم ُنوا اَّتُقوا اَهَّلل َو ُقوُلوا َقْو اًل َس ِد يًد ا‬

‫ُيْص ِلْح َلُك ْم َأْع َم اَلُك ْم َوَيْغ ِفْر َلُك ْم ُذ ُنوَبُك ْم َوَم ْن ُيِط ِع اَهَّلل َوَر ُس وَلُه َفَقْد َفاَز َفْو ًز ا َع ِظ يًما‬

‫َو ِإَّن َأَص َد َق اْلَح ِد يِث ِك َتاُب اِهَّلل ‪َ ،‬و َأْح َس َن اْلَه ْد ِي َه ْدُي ُمَح َّم ٍد َص َّلى اُهَّلل َع َلْيِه َوَس َّلَم ‪َ ،‬و َش َّر اُألُموِر ُمْح َد َثاُتَه ا ‪َ ،‬و ُكَّل ُمْح َد َثٍة ِبْدَع ٌة ‪،‬‬
‫َو ُكَّل ِبْدَع ٍة َض الَلٌة ‪َ ،‬و ُكَّل َض الَلٍة ِفي الَّناِر‬

‫‪َ:‬أَّم ا َبْع ُد‬

‫َأُّيَه ا اْلُمْس ِلُموَن ِاَّتُقْو ا اَهلل َتَع اَلى‬

‫‪Ibadallah,‬‬

‫‪1/6‬‬
Di antara karunia Allah dan bentuk kasih-Nya kepada hamba-hamba-Nya adalah Allah
membuat syariat yang ganjarannya dilipat-gandakan untuk mereka. Sebuah syariat yang
pahalanya besar, menyucikan jiwa mereka, dan menyehatkan raga mereka. Syariat
tersebut adalah syariat wajibnya puasa selam satu bulan di bulan Ramadhan. Allah
Ta’ala berfirman,
‫َٰٓي‬
‫۟ا‬
  ‫َأُّيَه ا ٱ ِذ يَن َء اَم ُنو ِتَب َع ْي ُم ٱلِّص َياُم َم ا ِتَب َع ى ٱ ِذ يَن ِم ن ْبِل ْم َع ْم َتَّت وَن‬
‫ُق‬ ‫َّلُك‬ ‫َل‬ ‫ُك‬ ‫َق‬ ‫َّل‬ ‫َل‬ ‫ُك‬ ‫َك‬ ‫ُك‬ ‫َل‬ ‫ُك‬ ‫َّل‬

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” [Quran Al-Baqarah: 183]

Ayat yang mulia ini adalah panggilan dari Allah Ar-Rahman kepada orang-orang yang
beriman.  Dalam ayat ini, Allah menjelaskan tentang keutamaan berpuasa dari berbagai
sisi. Di antaranya: 

Pertama: Allah wajibkan ibadah puasa ini kepada semua umat sebelum kita. Ini
menunjukkan kemuliaan dan keagungan ibadah puasa ini. Banyaknya kebaikannya. Dan
kecintaan Allah pada ibadah ini dan orang-orang yang mengerjakannya. Oleh karena itu,
Dia wajibkan ibadah puasa ini kepada semua umat. Agar mereka semua mendapatkan
pahala dan keberkahannya. 

Kedua: Karena ibadah ini sangat efektif menumbuhkan ketakwaan, yang ketakwaan itu
akan mendatangkan kecintaan Allah pada seorang hamba. Ketika Allah sudah cinta,
seseorang akan hidup Bahagia di dunia dan di akhirat. Karena itulah, Allah wajibkan
ibadah puasa ini. Dan takwa juga merupakan wasiat Allah kepada semua umat.
Sebagaiman firman-Nya,
‫۟ا‬ ‫۟ا‬ ‫۟ا َٰت‬ ‫َٰمَٰو‬
 ‫َوِهَّلِل َم ا ِفى ٱلَّس ِت َوَم ا ِفى ٱَأْلْر ِض َو َلَقْد َوَّص ْيَنا ٱَّلِذ يَن ُأوُتو ٱْلِك َب ِم ن َقْبِلُك ْم َو ِإَّياُك ْم َأِن ٱَّتُقو ٱَهَّلل َو ِإن َتْك ُفُر و َفِإَّن ِهَّلِل َم ا‬
‫َٰمَٰو‬
‫ِفى ٱلَّس ِت َوَم ا ِفى ٱَأْلْر ِض َو َك اَن ٱُهَّلل َغ ِنًّيا َح ِم يًد ا‬

“Dan kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi, dan sungguh Kami telah
memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada
kamu; bertakwalah kepada Allah. Tetapi jika kamu kafir maka (ketahuilah), sesungguhnya
apa yang di langit dan apa yang di bumi hanyalah kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya
dan Maha Terpuji.” [Quran An-Nisa: 131].

Takwa menjadi sebab diterimanya amal. Allah Ta’ala berfirman,

‫ِإَّنَم ا َيَتَقَّبُل ٱُهَّلل ِم َن ٱْلُم َّتِقيَن‬

“Sesungguhnya Allah hanya menerima dari orang-orang yang bertakwa.” [Quran Al-
Maidah: 27].

Sementara di akhirat nanti, orang-orang bertakwa akan mendapatkan pengampunan dari


Allah. allah Ta’ala berfirman,
‫َٰٓي‬
‫۟ا‬ ‫۟ا‬
‫ٓو‬
‫ْل‬ ‫ْلَف‬ ‫ُهَّلل ُذ‬ ‫ُك َٔـ ُك ْغ َلُك‬ ‫َّلُك ُف َق ًن َك ِّف‬ ‫َهَّلل‬ ‫َتَّتُق‬ ‫ُن‬ ‫َّل‬ ‫َأ‬
‫ُّيَه ا ٱ ِذ يَن َء اَم ِإن و ٱ َيْج َع ل ْم ْر ا ا َوُي ْر َع ن ْم َس ِّي اِت ْم َوَي ِفْر ْم َو ٱ و ٱ ْض ِل ٱ َعِظ يِم‬

2/6
“Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan
kepadamu Furqaan. Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan
mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” [Quran Al-
Anfal: 29].

Karena puasa adalah jalan menuju takwa, atas alasan itulah Allah syariatkan ibadah
puasa untuk hamba-hambanya, baik umat terdahulu maupun umat akhir zaman
sekarang.

Ketiga: pelajaran dari ayat puasa ini berikutnya adalah agar manusia semakin menyadari
tentang agungnya ibadah puasa yang merupakan salah satu dari rukun Islam. Yaitu
syariat yang menjadi pondasi agama ini.

Kemudian Allah memotivasi manusia dengan menyebutkan keutamaan-keutamaan


ibadah puasa Ramdhan. Dalam hadits lain disebutkan,

‫ َو َفْر َح ٌة ِع ْنَد ِلَقاِء َر ِّبِه‬، ‫ َفْر َح ٌة ِع ْنَد ِفْط ِر ِه‬: ‫ِللَّص اِئِم َفْر َح َتاِن‬

“Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan, yaitu kegembiraan ketika berbuka
puasa dan kegembiraan ketika bertemu dengan Rabb-nya.” [HR. Al-Bukharidan Muslim].

Ibnu Rajab Al-Hanbali rahimahullah dalam kitab Lathaiful Ma’arif berkata: “Sesungguhnya
jiwa sangat condong kepada apa yang menjadi kebutuhannya, seperti makan, minum,
dan hubungan suami istri. Jika tiga hal itu dilarang pada waktu tertentu, kemudian
diperbolehkan untuk dilakukan, terutama pada waktu yang sangat dibutuhkan, maka jiwa
akan merasakan kebahagiaan.

Kebahagiaan sesungguhnya ada pada saat kita mendapatkan ridha Allah. Dengan cara
melakukan apa yang Allah dan Rasul-Nya perintahkan dan menjauhi apa yang Allah dan
Rasul-Nya larang, inilah nilai ketakwaan. Ketika seorang mukmin dihalalkan untuk
makan, minum, dan hubungan suami istri kapanpun dan dimanapun, padahal tiga hal itu
sangat dibutuhkan oleh setiap jiwa, namun ia tinggalkan itu karena perintah Allah dan
Rasul-Nya, ketika mereka mampu untuk meninggalkannya karena keimanan dan
harapan ganjaran dari Allah. Maka mereka akan menemukan kebahagiaan.”

Dalam hadits lainnya disebutkan,

،‫ َو َأَنا َأْج ِز ي به‬،‫ إاَّل الَّص ْو َم ؛ فإَّنه لي‬: ‫ قاَل اُهَّلل َع َّز َوَج َّل‬، ‫ إلى َس ْبع ِم اَئة ِض ْع ٍف‬،‫ الَح َس َنُة َع ْش ُر َأْم َثاِلَه ا‬، ‫ُكُّل َع َم ِل اْبِن آَد َم ُيَض اَع ُف‬
‫ْن‬ ‫َأْط‬ ‫َلُخ ُل ُف‬ ‫َف ٌة ْن َق‬ ‫َف َت َف ٌة ْن ْط‬ ‫َأ‬ ‫ُع َش َتُه َط ُه‬
‫ َو و فيه َيُب ِع َد اِهلل ِم ن ِر يِح‬. ‫ َو ْر َح ِع َد ِل اِء َر ِّبِه‬،‫ ْر َح ِع َد ِف ِر ِه‬: ‫ ِللَّص اِئِم ْر َح اِن‬.‫َيَد ْه َو َو َع اَم ِم ن ْج ِلي‬
‫الِمْس ِك‬.

“Semua amal Anak Adam pahalanya dilipat-gandakan. Setiap satu kebaikan dibalas
sepuluh kali lipatnya. Hingga menjadi tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman, ‘Kecuali
(lipat ganda pahala) puasa. Sesungguhnya puasa itu untukku. Aku sendiri yang akan
membalasnya. Karena dia telah meninggalkan syahwatnya dan makanannya karena
Aku’.

3/6
Orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan. Kebahagiaan saat berbuka
dan kebahagiaan saat berjumpa dengan Rabbnya. Dan sungguh bau mulut orang yang
berpuasa itu lebih harum di sisi Allah daripada bau misk.” [HR. Muslim 1151].

Dari hadits ini, Allah hendak menjelaskan kepada kita bahwa pahala puasa tidak terbatas
sepuluh kali lipat atau sebanyak tujuh ratus kali lipat, lebih dari itu semua. Mengapa?
Karena yang tau seseorang berpuasa atau tidak itu hakikatnya adalah dirinya dengan
Allah saja. Dia berharap, takut, dan harap hanya kepada Allah. Sehingga Allah lah yang
akan membalasnya hingga nanti Allah sempurnakan balasnya di akhirat kelak sebagai
bentuk pemuliaan Allah kepada-Nya.

Dalam hadits lainnya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

‫ْل ُقْل‬ ‫َل َأ‬ ‫ْل‬ ‫ُف‬ ‫ٌة‬


‫الِّص َياُم ُج َّن َفال َيْر ْث َو ال َيْج َه َو ِإْن اْم ُر ٌؤ َقاَت ُه ْو َش اَتَم ُه َف َي ِإِّني َص اِئٌم َمَّر َتْيِن‬

“Puasa itu adalah perisai, maka janganlah (seseorang yang sedang berpuasa)
mengucapkan ucapan yang kotor, dan janganlah bertindak bodoh, dan jika ada orang
yang sewenang-wenang merebut haknya atau mencelanya, maka katakan, ‘Saya sedang
puasa’ -dua kali-.” [HR. Al-Bukhari].

Maksudnya: puasa itu menghalangi dan melindungi seseorang dari apa yang ditakutkan.
puasa yang dikerjakan seseorang bisa menghalangi dan melindunginya dari
mengerjakan maksiat. Maksiat itu adalah sebab seseorang mendapat siksa neraka.

Ibnu al-Atsir rahimahullah mengatakan, “Makna puasa sebagai perisai atau tameng


adalah puasa melindungi pelakunya dari syahwat (keinginan-keinginan nafsu) yang akan
menyakitinya.

Demikian khotbah yang pertama ini. Semoga Allah memberi kita hidayah dan taufik untuk
menaati dan tunduk kepada-Nya.

‫ َو َأْس َتْغ ِفُر اَهلل ِلي َو َلُك ْم ِم ْن ُك ِّل َذ ْنٍب ؛ َفِإَّنُه ُه َو اْلَغ ُفوُر الَّر ِح يُم‬،‫َأُقوُل َقْو ِلي َه َذ ا‬.

Khutbah Kedua:

‫ َو َأْش َه ُد َأَّن َنِبَّيَنا ُمَح َّم ًد ا َع ْبُد ُه َوَر ُس وُلُه‬، ‫ َو َأْش َه ُد َأَّال ِإَلَه ِإَّال اُهَّلل َتْع ِظ يًما ِلَش اِنِه‬، ‫ َو الُّش ْك ُر َلُه َع َلى َتْو ِفيِقِه َو اْم ِتَناِنِه‬، ‫اْلَح ْم ُد ِهلل َع َلى ِإْح َس اِنِه‬
‫ َوَس َّلَم َتْس ِليًما َك ِثيًر ا‬، ‫ َص َّلى اُهلل َع لْيِه َوَع َلى آِلِه َو َأْص َح اِبِه َو َأْع َو اِنِه‬، ‫الَّداِع ي ِإَلى ِر ْض واِنِه‬..

‫ َأُّيَه ا اْلُمْس ِلُموَن ِاَّتُقْو ا اَهلل َتَع اَلى‬: ‫َأَّم ا َبْع ُد‬:

Jamaah yang dimuliakan Allah,

Untuk menghasilkan puasa yang berkualitas, puasa yang membuahkan ketakwaan,


sehingga kita mendapatkan keutamaan-keutamaannya, seseorang juga harus
mengetahui dan mengamalkan adab-adab puasa. Di antara adab puasa terdapat dalam
sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

‫ فإِن اْم ُر ٌؤ شاَتَم ه أو قاَتَلُه َفلَيُقْل إِّني صائٌم‬، ‫ فإذا كان أحُد كم صائًما فال َيرُفْث وال َيجهْل‬، ‫الصياُم ُج َّنٌة‬

4/6
“Puasa adalah perisai. Jika kalian sedang puasa janganlah berkata kotor, jangan berbuat
fasik, jangan berbuat bodoh (dosa). Bila ada yang menghinanya, responlah dengan
ucapan ‘Aku sedang berpuasa.’” [HR. al-Bukhari dan Muslim].

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫َم ْن َلْم َيَدْع َقْو َل الُّز وِر َو اْلَعَم َل ِبِه َفَلْيَس ِهَّلِل َح اَج ٌة ِفى َأْن َيَدَع َط َع اَم ُه َو َش َر اَبُه‬

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, Allah


tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” [HR. Bukhari].

Sahabat Jabir bin Abdullah memberikan petuah yang sangat bagus. Beliau mengatakan,

‫إَذ ا ُص مَت فليُص ْم سمُعك وَبصُر ك من الَم حارِم ولساُنك ِم َن الكِذ ِب وَدْع أَذ ى الخاِد ِم ولَيُك ْن َع ليَك َو قاٌر وَس كينٌة وال تجَع ْل يوَم‬
‫صوِم ك ويوَم فطِر ك سواًء‬

“Kalau engkau berpuasa, hendaknya pendengaranmu, penglihatanmu, dan lisanmu turut


berpuasa dari dusta dan hal-hal haram. Serta janganlah kamu menyakiti tetangga.
Bersikap tenang dan berwibawalah di hari puasamu. Janganlah kamu jadikan hari
puasamu dan hari tidak berpuasamu sama saja.” (Riwayat al-Hakim).

Riwayat-riwayat di atas menunjukkan dengan jelas bahwa yang diinginkan Allah dari
ibadah puasa bukan semata-mata menahan makan, minum, dan berhubungan suami
istri. Bukan! Tapi Allah menginginkan agar kita meninggalkan semua yang haram. Baik
berupa ucapan maupun perbuatan. 

Siapa yang meninggalkan hal-hal yang diharamkan, maka dia telah mewujudkan apa
yang Allah kehendaki dari seorang hamba dalam berpuasa. Dia pun akan mendapatkan
apa yang Allah janjikan yang merupakan buah dari puasa. Ketakwaan yang
mendatangkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

﴿: ‫ َو َقاَل ‏َص َّلى اُهَّلل َع َلْيِه َوَس َّلَم‬،]56 :‫ِإَّن اَهلل َوَم الِئَك َتُه ُيَص ُّلوَن َع َلى الَّنِبِّي َيا َأُّيَه ا اَّلِذ يَن آَم ُنوا َص ُّلوا َع َلْيِه َوَس ِّلُموا َتْس ِليًما﴾ [األحزاب‬
‫]«َم ْن َص َّلى َع َلَّي َص الًة َو اِح َد ًة َص َّلى اُهلل َع َلْيِه ِبَه ا َع ْش ًر ا» [َر َواُه ُمْس ِلم‬.

‫ِّل‬
‫ َوَباِر ْك َع َلى ُمَح َّم ٍد َوَع َلى آِل‬، ‫َالَّلُه َّم َص َع َلى ُمَح َّم ٍد َوَع َلى آِل ُمَح َّم ٍد َك َم ا َص َلْيَت َع َلى ِإْبَر اِه ْيَم َوَع َلى آِل ِإْبَر اِه ْيَم ِإَّنَك َح ِمْيٌد َم ِج ْيٌد‬
‫َأ‬ ‫َأل‬ ‫َل‬ ‫َّل‬ ‫َك‬ ‫َل‬ ‫َل‬
‫ َواْر َض ال ُه َّم َع ِن الُخ َفاِء الَّر اِش ِدْيَن ا ِئَّمِة الَمْه ِد ِيْيَن ِبْي َبْك ِر‬. ‫ُمَح َّم ٍد َك َم ا َباَر ْك َت َع ى ِإْبَر اِه ْيَم َوَع ى آِل ِإْبَر اِه ْيَم ِإَّن َح ِمْيٌد َم ِج ْيٌد‬
‫ َوَع ِن الَتاِبِعْيَن َوَم ْن‬، ‫ َواْر َض الَّلُه َّم َع ِن الَّص َح اَبِة َأْج َمِعْيَن‬،‫ َو َأِبي الَح َس َنْيِن َع ِلي‬، ‫ َو ُع ْثَم اَن ِذْي الُنْو َر ْيِن‬، ‫ َو ُع َمَر الَفاُر ْو ِق‬، ‫الِّص ِّد ْيِق‬
‫ َوَع َّنا َمَعُه ْم ِبَم ِّنَك َو َك َر ِم َك َو ِإْح َس اِنَك َيا َأْك َر َم اَألْك َر ِمْيَن‬، ‫َتِبَعُه ْم ِبِإْح َس اٍن ِإَلى َيْو ِم الِّد ْيِن‬.

‫ َوَدِّمْر‬، ‫ َو َأِذ َّل الِش ْر َك َوالُم ْش ِر ِكْيَن‬، ‫ َالَّلُه َّم َأِع َّز اِإلْس اَل َم َو اْلُمْس ِلِمْيَن‬، ‫ َالَّلُه َّم َأِع َّز اِإلْس اَل َم َو اْلُمْس ِلِمْيَن‬، ‫َالَّلُه َّم َأِع َّز اِإلْس اَل َم َو اْلُمْس ِلِمْيَن‬
‫ َالَّلُه َّم آِم َّنا ِفي َأْو َط اِنَنا َو َأْص ِلْح َأِئَّم َتَنا َوُو اَل َة ُأُمْو ِر َنا َو اْج َع ْل اَل َيَتَنا ِفْيَم ْن َخ اَفَك‬، ‫ َو اْح َح ْو َز َة الِّد ْي َيا َر َّب الَع اَلِمْيَن‬، ‫َأْع َداَء الِّد ْيَن‬
‫ِو‬ ‫ِن‬ ‫ِم‬
‫ َالَّلُه َّم َو ِّفْق َوِلَي َأْم ِر َنا ِلَم ا ُتِح ُّب َو َتْر َض ى َو َأِع ْنُه َع َلى الِبِّر َو الَتْق َو ى َوَس ِدْدُه ِفي َأْق َو اِلِه‬، ‫َو اَّتَقاَك َو اَّتَبَع ِر َض اَك َيا َر َّب الَع اَلِمْيَن‬
، ‫ َالَّلُه َّم َو ِّفْق َج ِمْيَع ُو اَل َة َأْم ِر الُمْس ِلِمْيَن ِلْلَعَم ِل ِبِك َتاِبَك َو اِّتَباِع ُس َّنَة َنِبِّيَك صلى اهلل عليه وسلم‬، ‫َو َأْع َم اِلِه َيا َذ ا الَج اَل ِل َو اِإلْك َر اِم‬
‫َو اْج َع ْلُه ْم َر ْأَفًة َع َلى ِع َباِد َك الُمْؤ ِمِنْيَن‬

‫ َو اْش ُك ُر ْو ُه َع َلى ِنَعِمِه َيِز ْد ُك ْم‬، ‫ ُاْذ ُك ُر ْو ا اَهلل َيْذ ُك ْر ُك ْم‬: ‫ ِع َباَد اِهلل‬،   ‫َو َلِذ ْك ُر اِهَّلل َأْك َبُر َو اُهَّلل َيْع َلُم َم ا َتْص َنُعوَن‬  .

Oleh Nurfitri Hadi

5/6
Artikel www.KhotbahJumat.com

6/6

Anda mungkin juga menyukai