Anda di halaman 1dari 17

About Sitemap Kontak Disclaimer     

 HOME PROFIL  UNIT KERJA  REGULASI  BERITA DATA ZI

PROSEDUR REFORMASI BIROKRASI

Home »
Khutbah Jum'at
» Khutbah Jum’at: Etos Kerja Dan Keikhlasan Dalam
Islam

Khutbah Jum’at: Etos Kerja Dan Keikhlasan


Dalam Islam

PUBLISHED: 17.11
| FOLLOW 
@USERNAME | JOIN US ON 
FACEBOOK

Khutbah Jum'at Edisi III/Jumadil


Awal/1439 H

Etos Kerja Dan Keikhlasan Dalam


Islam
Disusun Oleh Endang Mu'min
Photo Endang Mu'min/HumasKemenag

‫ َاْلَمْو ُصْو ِف ِبِص َفاِت اْلَج َالِل‬، ‫َاْلَح ْم ُد


ِهَّلِل اْلَم ْح ُم ْو ِد َعَلى ُكِّل َح اٍل‬
‫ َأْح َم ُدُه ُسْبَح َاَنُه‬. ‫
اْلَم ْعُر ْو ِف ِبَمِز ْيِد ْاِإل ْنَعاِم َو ْاِإل ْفَض اِل‬، ‫َو اْلَكَم اِل‬
‫ َو َأْش َه ُد َأَّن َال ِإَلَه ِإَّال ُهللا َو ْح َد ُه‬. ‫َو ُهَو
اْلَم ْح ُم ْو ُد َعَلى ُكِّل َح اٍل‬
‫َالَشِر ْيَك َلُه ُذو اْلَعَظَم ِة َو اْلَج َالِل َو َأْش َه ُد َأَّن ُم َح َّم ًدا َعْبُدُه‬
‫ َالَّلُه َّم َص ِّل َعَلى َعْبِد َك‬. ‫َو َر ُسْو ُلُه َو َخ ِلْيُلُه الَّص اِدُق اْلَم َقاِل‬
‫َو َر ُسْو ِلَك ُم َح َّم ٍد َو َعَلى آِلِه َو َأْصَح اِبِه َخ ْيِر َصْح ٍب َو آٍل َو َسِّلْم‬
.‫َتْسِلْيًم ا كثيرا‬
‫َيا َأُّيهَا اَّلِذْيَن
َء اَم ُنوا اَّتُقوا َهللا َحَّق ُتَقاِتِه َو َال َتُم ْو ُتَّن ِإَّال َو َأنُتْم‬

َيا َأُّيَه ا الَّناُس اَّتُقْو ا َر َّبُكُم اَّلِذ ْي
َخَلَقُكْم ِّم ْن َنْفٍس‬. ‫ُّم ْسِلُم ْو َن‬
‫َو اِح َد ٍة َو َخ َلَق ِم ْنَه ا َز ْو َجَه ا َو َبَّث ِم ْنُه َم ا ِر َج اًال
َكِثْيًر ا َو ِنَسآًء‬
‫َو اَّتُقوا َهللا اَّلِذ ْي َتَسآَء ُلْو َن ِبِه َو ْاَألْر َح اَم
ِإَّن َهللا َكاَن َعَلْيُكْم‬
.‫ َيا َأُّيَه ا اَّلِذْيَن
َء اَم ُنوا اَّتُقوا َهللا َو ُقْو ُلْو ا َقْو ًال َسِدْيًدا‬.‫َر ِقْيًبا‬
‫ُيْصِلْح َلُكْم َأْع َم اَلُكْم
َو َيْغِفْر َلُكْم ُذُنْو َبُكْم َو َم ْن ُيِط ِع َهللا َو َر ُسْو َلُه‬
.‫َفَقْد َفاَز َفْو ًز ا
َعِظ ْيًم ا‬
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…

Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda,


"Demi Dzat yang diriku ada di tangan-Nya, bahwa jika salah
seorang diantara
kalian mengambil tali lalu pergi ke gunung untuk
mengambil kayu bakar lalu
dipikulnya pada punggungnya, itu lebih
baik batinya dari pada ia meminta-minta
pada orang baik orang
tersebut memberinya atau menolaknya" (HR. Bukhari)

Sebelum Islam datang, pekerjaan yang berbasis


keterampilan tidak
terlalu mendapat tempat di hati orang-orang kafir. Misalnya
pekerjaan sebagai tukang jahit, pandai besi, tukang roti, tukang
tenun, tukang
kayu. Mereka menganggap pekerjaan itu adalah
pekerjaan para budak. Karena itu,
mereka nyaris tidak pernah mau
menghadiri undangan perkawinan bila undangan itu
datang dari
orang dengan profesi seperti itu.
Ketika Islam datang, konsepsi tentang pekerjaan
menjadi salah satu
tema penting yang dibenahi oleh Islam. Islam mendorong
umatnya
untuk bekerja. Di dalam Al-Qur’an dengan jelas Allah Subhanahu
Wa
Ta’ala menegaskan,

‫َو ُقِل ٱۡع َم ُلوْا


َفَسَيَر ى ٱُهَّلل َعَم َلُكۡم َو َر ُسوُل ۥُه َو ٱۡل ُم ۡؤ ِم ُنوَۖن َو َسُتَر ُّدوَن
ِإَلٰى َٰع ِلِم‬
  ‫ٱۡل َغۡي ِب َو ٱلَّشَٰه َدِة َفُيَنِّبُئُكم ِبَم ا ُكنُتۡم
َتۡع َم ُلوَن‬

Dan Katakanlah:
"Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta
orang-orang mukmin akan
melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) Yang
Mengetahui akan yang ghaib dan
yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa
yang telah kamu
kerjakan.” (QS. At-Taubah : 105)

Perlahan namun pasti, Islam


mulai mengajarkan kepada para
pemeluknya, bahwa mengukur rasa keberartian dalam
pekerjaan
harus dikembalikan kepada prinsip-prinsip yang lebih mendasar.
Dan
tidak semata kepada perbedaan jenis pekerjaan. Sebab, tidak
semua orang
memiliki kesamaan jenis pekerjaan.

Dengan begitu, kemudian kita


mengenal bahwa soal pekerjaan
dalam Islam tidak semata apakah seseorang punya
kesibukan,
pekerjaan rutin, lalu mendapat upah. Tapi pekerjaan adalah bagian
tak
terpisahkan dari urusan keIslaman kita juga. Ada tiga prinsip
utama yang
dipakai Islam terkait dengan pekerjaan.

Pertama, prinsip pembalasan.


Maksudnya, bahwa dalam Islam,
setiap pekerjaan yang dilakukan manusia akan
mendapat
pembalasan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala di akhirat kelak.
Maka
pekerjaan tidak hanya urusan yang selesai di dunia. Tapi punya
mata
rantainya hingga ke kehidupan akhirat. Bobot ini memberi rasa
keberartian yang
sangat luar biasa. Pada saat yang sama, prinsip ini
akan melahirkan apa yang
disebut dengan kesadaran
tanggungjawab. Dengan meyakini bahwa setiap pekerjaan
akan
dibalas oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di akhirat kelak, maka kita
didorong untuk menjadi orang yang memiliki rasa tanggung jawab
terhadap
pekerjaan yang kita lakukan. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman,

… ‫َفٱۡس َتَج اَب َلُه ۡم


َر ُّبُه ۡم َأِّني ٓاَل ُأِض يُع َعَم َل َٰع ِم ٖل ِّم نُكم ِّم ن َذَكٍر َأۡو ُأنَثٰۖى‬
١٩٥

“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan


berfirman): "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-
orang yang
beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan,
…" (QS. Ali Imran : 195)

Dalam
ayat lain Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyatakan,
‫ ُثَّم‬ ٤٠
‫ َو َأَّن َسۡع َي ۥُه َسۡو َف ُيَر ٰى‬٣٩ ‫َو َأن
َّلۡي َس ِلِإۡل نَٰس ِن ِإاَّل َم ا َسَعٰى‬ 
٤١
‫ُيۡج َز ٰى ُه ٱۡل َج َز ٓاَء ٱَأۡلۡو َفٰى‬

“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa


yang
telah diusahakannya. dan bahwasanya usaha itu kelak akan
diperlihatkan
(kepadanya). Kemudian akan diberi balasan
kepadanya dengan balasan yang paling
sempurna.” (QS. An-Najm :
39 – 41)

Karena
pembalasan itu baru akan terketahui secara pasti di akhirat
kelak, Islam
memberikan alat yang mudah untuk mengukur rasa
keberartian kita dalam bekerja.
Yaitu dengan mengembalikan
penilaian pekerjaan itu pertama kali kepada niat
kita. Dalam hadits
Umar, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
menjelaskan,
“Sesungguhnya segala pekerjaan itu tergantung niatnya.”
Sementara secara praktik, tentu pekerjaan yang dimaksud adalah
pekerjaan yang
halal.

Karena
itu, dalam hadits yang lain dari Aisyah Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam mengatakan, “Barangsiapa melakukan
perbuatan yang tidak sesuai
dengan ajaranku maka akan ditolak.”
Tidak
berlebihan bila sebagian ulama mengatakan, bahwa dua
hadits itulah inti dari
ajaran agama. Hadits Umar merupakan alat
ukur pekerjaan secara bathin. Sedang
hadits Aisyah merupakan alat
ukur pekerjaan secara lahir.

Kedua,
prinsip kemudahan. Maksudnya, bahwa
setiap orang akan
dimudahkan untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan potensi,
bakat, kecenderungan dan juga apa yang ia geluti dari waktu ke
waktu hingga
menjadi sebuah keahlian. Inilah yang dimaksud
dengan firman Allah Subhanahu
wa Ta’ala,

٨٤ ‫ّل َيۡع َم ُل َعَلٰى


َشاِك َلِتِهۦ َفَر ُّبُكۡم َأۡع َلُم ِبَم ۡن ُهَو َأۡه َدٰى َسِبياٗل‬ٞ‫ُقۡل ُك‬

Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya


masing-
masing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar
jalannya.” (QS. Al-Isra : 84)

Prinsip
ini  merupakan landasan untuk melahirkan
apa yang disebut
dengan kesadaran keahlian atau kesadaran professional.
Artinya,
setiap orang pada dasarnya memiliki bahan atau potensi di dalam
diri
yang membuat dia bisa bekerja dan menekuni profesi atau
keahlian tertentu.
Kesadaran professional itulah yang disebut
dengan itqan dan ihsan dalam Islam.
Artinya seseorang bekerja
dengan keahlian yang maksimal dengan kualitas yang
maksimal.
Karena
itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan derajat yang
berbeda antara
satu orang dengan orang lain sesuai dengan kadar
pekerjaannya. Inilah
konsekuensi dari prinsip kemudahan itu, di
mana ada orang yang sungguh-sungguh,
dan ada yang kurang.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

١٣٢ ‫ت
ِّم َّم ا َعِم ُلوْۚا َو َم ا َر ُّبَك ِبَٰغ ِفٍل َعَّم ا َيۡع َم ُلوَن‬ٞ ‫َو ِلُكّٖل َدَر َٰج‬

“Dan masing-masing orang memperoleh


derajat-derajat (seimbang)
dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak
lengah dari
apa yang mereka kerjakan.” (QS.
Al-An’am : 132)

Ketiga, prinsip kemanfaatan. Maksudnya, bahwa dalam Islam, kita


didorong untuk memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi
kehidupan sesama. Seperti yang dijelaskan
Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam dalam haditsnya,

)‫ التبراني الدارقطني‬,‫َخ ْيُر الناِس َأْنَفُعُه ْم ِللناِس


(رواه احمد‬

“Sebaik-baik
manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia”
(HR. Ahmad,
ath-Thabrani, ad-Daruqutni)

Maka, pekerjaan yang memberi manfaat pada kehidupan ini, bagi


banyak orang, tentu lebih bernilai dan berarti ketimbang pekerjaan
yang hanya
memberi manfaat kepada diri sendiri, atau segelintir
orang, atau malah yang
tidak memberi manfaat, atau malah
merugikan. Dalam hal ini, kita merasa berarti
atau tidak berarti
dipengaruhi oleh apakah kita merasakan bahwa ada manfaat
yang
bisa kita berikan kepada orang lain dari pekerjaan kita. Ini yang
disebut
dengan prinsip kemanfaatan melahirkan kesadaran peran.

Pentingnya kesadaran akan peran


ini, dapat kita lihat pada banyak
sekali pembobotan yang diberikan Islam kepada
berbagai
pekerjaan. Pembobotan itulah sumber keberartian bathin yang
menentramkan. Bagaimana Islam memberi penghargaan kepada
para suami yang
bekerja mencari nafkah untuk keluarganya. Juga
para istri yang mengelola
berbagai beban rumah tangga. Atau guru
yang mengajarkan ilmu dan mengubah
orang-orang yang lugu
menjadi berilmu. Atau pengusaha sukses yang mengentaskan
banyak orang miskin melalui sedekah yang memberdayakan.
Semua itu ada
pembobotannya secara nash dalam Islam. Ada
banyak dalil yang menjelaskan
keutamaan berbagai peran. Tetapi
dengan kerangka umum, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling
bermanfaat bagi manusia.”

Islam memandang bahwa bekerja merupakan satu


kewajiban bagi
setiap insan. Karena dengan bekerja, seseorang akan memperoleh
penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan
juga keluarganya
serta dapat memberikan maslahat bagi
masyarakat disekitarnya.
Selain sebagai satu kewajiban, Islam juga
memberikan
penghargaan yang sangat mulia bagi para pemeluknya yang
dengan
ikhlas bekerja mengharapkan keridhaan Allah Subhanahu
Wa Ta’ala.
Penghargaan tersebut adalah sebagaimana dalam
riwayat-riwayat hadits berikut :

·               
Akan diampuni dosa-dosanya oleh
Allah Subhanahu Wa
Ta’ala

(‫َم ْن َأْم َسى


َكاًّال ِم ْن َعَم ِل َيِدِه َأْم َسى َم ْغُفْو ًر ا َلُه )رواه
الطبراني‬

Dari Ibnu Abbas ra berkata,


Aku mendengar Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Barang
siapa yang merasakan
keletihan pada sore hari, karena pekerjaan yang dilakukan
oleh
kedua tangannya, maka ia dapatkan dosanya diampuni oleh Allah
Subhanahu Wa
Ta’ala pada sore hari tersebut." (HR. Imam Tabrani,
dalam Al-Mu'jam
Al-Ausath VII/ 289)

·  Dihapuskan dosa-dosa
tertentu yang tidak dapat
             
dihapuskan dengan shalat, puasa dan shadaqah.

‫ َال
ُتَكِّفُر َها الَّص الُة َو َال الِّص يَاُم َو َال اْلَحُج َو َال‬،‫ِإَّن ِم َن الُّذُنْو ِب َلُذُنْو ًبا‬
‫ َقاَل
َو َم ا ُتَكِّفُر َها َيا َر ُسْو َل ِهللا؟ قَاَل اْلُه ُم ْو ُم ِفْي َطَلِب
اْلَم ِع ْيَشِة‬،‫اْلُعْم َر ُة‬
(‫)رواه
الطبراني‬

Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah


Shallallahu ‘Alaihi
Wa Sallam bersabda, 'Sesungguhnya diantara dosa-dosa itu
terdapat suatu dosa yang tidak dapat diampuni dengan shalat,
puasa, haji dan
juga umrah." Sahabat bertanya, "Apa yang bisa
menghapuskannya wahai
Rasulullah?". Beliau menjawab,
"Semangat dalam mencari rizki." (HR.
Thabrani, dalam Al-Mu'jam
Al-Ausath I/38)

·        
Mendapatkan cinta Allah Subhanahu
Wa Ta’ala

(‫ِإَّن َهللا ُيِح ُّب اْلُم ْؤ ِم َن اْلُم ْح َتِر َف )رواه الطبراني‬

Dari Ibnu Umar ra bersabda, 'Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa


Ta’ala
mencintai seorang mu'min yang bekerja dengan giat." (HR.
Imam
Tabrani, dalam Al-Mu'jam Al-Aushth VII/380)

·        
Terhindar dari azab neraka

Dalam sebuah riwayat dikemukakan, "Pada


suatu saat, Saad bin
Muadz Al-Anshari berkisah bahwa ketika Nabi Muhammad
Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam baru kembali dari Perang Tabuk,
beliau melihat tangan Sa'ad
yang melepuh, kulitnya gosong
kehitam-hitaman karena diterpa sengatan matahari.
Rasulullah
bertanya, 'Kenapa tanganmu?' Saad menjawab, 'Karena aku
mengolah
tanah dengan cangkul ini untuk mencari nafkah keluarga
yang menjadi
tanggunganku." Kemudian Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam mengambil
tangan Saad dan menciumnya seraya
berkata, 'Inilah tangan yang tidak akan
pernah disentuh oleh api
neraka'" (HR. Tabrani)

·        
Bekerja mencari nafkah digolongkan
dalam fi sabililah

Dari Ka'ab bin Umrah berkata, "Ada


seseorang yang berjalan
melalui tempat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam. Orang itu
sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas. Para sahabat
lalu
berkata, 'Ya Rasulullah, andaikata bekerja seperti dia dapat
digolongkan
fi sabilillah, alangkah baiknya.' Lalu Rasulullah
bersabda, 'Jika ia bekerja
untuk menghidupi anak-anaknya yang
masih kecil, itu adalah fi sabilillah; Jika
ia bekerja untuk membela
kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia, itu adalah
fi sabilillah;
dan jika ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri agar tidak
meminta-minta, maka itu adalah fi sabilillah... (HR. Thabrani)

Riwayat-riwayat di atas sudah lebih dari cukup


bagi seorang mu'min
untuk menjadi motivator dalam bekerja. Oleh karenanya
seorang
muslim yang baik adalah yang bekerja dengan penuh kesungguhan
dan
ketekunan. Karena selain mendapatkan penghasilan untuk
kehidupan dunianya, ia
juga mendapatkan beribu kebaikan untuk
kehidupannya di akhirat kelak.

Etika Bekerja
Dalam Islam

Dalam mewujudkan nilai-nilai ibadah dalam


bekerja yang dilakukan
oleh setiap insan, diperlukan adab dan etika yang
membingkainya,
sehingga nilai-nilai luhur tersebut tidak hilang sirna sia-sia.
Diantara
adab dan etika bekerja dalam Islam adalah :

1. Bekerja
dengan ikhlas karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Ini merupakan hal dan landasan terpenting bagi


seorang yang
bekerja. Artinya ketika bekerja, niatan utamanya adalah karena
Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Ia sadar, bahwa bekerja adalah
kewajiban dari
Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang harus dilakukan
oleh setiap hamba. Ia
faham bahwa memberikan nafkah kepada diri
dan keluarga adalah kewajiban dari
Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Ia
pun mengetahui, bahwa hanya dengan
bekerjalah ia dapat
menunaikan kewajiban-kewajiban Islam yang lainnya, seperti
zakat,
infak dan shodaqah. Sehingga ia selalu memulai aktivitas
pekerjaannya
dengan dzikir kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

2. Itqon,
tekun dan sungguh-sungguh dalam bekerja.

Implementasi dari keikhlasan dalam bekerja


adalah itqon (baca ;
profesional) dalam pekerjaannya. Ia sadar bahwa kehadiran
tepat
pada waktunya, menyelesaikan apa yang sudah menjadi
kewajibannya secara
tuntas, tidak menunda-nunda pekerjaan, tidak
mengabaikan pekerjaan, adalah
bagian yang tidak terpisahkan dari
esensi bekerja itu sendiri yang merupakan
ibadah kepada Allah
Subhanahu Wa Ta’ala. Dalam sebuah hadits, riwayat
Aisyah ra,
bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda,

)‫ِاَّن َهللا ُيِح ُّب ِاَذا َعِم َل َاَح ُدُكْم


َعَم ًال َاْن ُيْتِقَنُه (رواه الطبراني‬

"Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa


Ta’ala mencintai seorang
hamba yang apabila ia bekerja, dia itqan (baca ;
menyempurnakan)
pekerjaannya." (HR. Thabrani).

3. Jujur dan
amanah.

Etika lain dari bekerja dalam Islam adalah


jujur dan amanah. Karena
pada hakekatnya pekerjaan yang dilakukannya tersebut
merupakan
amanah, baik secara duniawi dari atasannya atau pemilik usaha,
maupun
secara ukhrawi dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang akan
dimintai
pertanggung jawaban atas pekerjaan yang dilakukannya.
Implementasi jujur dan
amanah dalam bekerja diantaranya adalah
dengan tidak mengambil sesuatu yang
bukan menjadi haknya, tidak
curang, obyektif dalam menilai, dan sebagainya.
Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam memberikan janji bagi orang
yang jujur
dan amanah akan masuk ke dalam surga bersama para shiddiqin
dan
syuhada'. Dalam hadits riwayat Imam Turmudzi : Dari Abu Said
Al-Khudri ra,
beliau berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam bersabda,

‫َالَّتاِج ُر الَّصُدْو ُق َاألِم ْيُن َمَع


الَّنِبِّيْيَن َو الِّص ِّدْيِقْيَن َو الُّشَه َدأ (رواه‬
)‫الترمذي‬

"Pebisnis yang jujur lagi dipercaya (amanah) akan


bersama para
nabi, shiddiqin dan syuhada'. (HR. At-Tirmidzi)

4. Menjaga
etika sebagai seorang muslim.

Bekerja juga harus memperhatikan adab dan


etika sebagai seorang
muslim, seperti etika dalam berbicara, menegur,
berpakaian,
bergaul, makan, minum, berhadapan dengan customer, rapat, dan
sebagainya. Bahkan akhlak atau etika ini merupakan ciri
kesempurnaan iman
seorang mu'min. Dalam sebuah hadits
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
mengatakan,

)‫َاْك َم ُل اْلُم ْؤ ِم ِنْيَن ِإْيَم اًنا َأْح َسُنُه م


ُخُلًقا (رواه الترمذي‬

"Orang mu'min yang paling sempurna


imannya adalah mereka yang
paling baik akhlaknya." (HR. Turmudzi). 
Dan dalam
bekerja, seorang mu'min dituntut untuk bertutur kata
yang sopan, bersikap yang
bijak, makan dan minum sesuai dengan
tuntunan Islam, berhadapan dengan customer
dengan baik, rapat
juga dengan sikap yang terpuji dan sebagainya yang menunjukkan
jatidirinya sebagai seorang yang beriman. Bahkan dalam hadits
yang lain
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menggambarkan
bahwa terdapat
dua sifat yang tidak mungkin terkumpul dalam diri
seorang mu'min, yaitu bakhil
dan akhlak yang buruk. (HR.
Turmudzi)

5. Tidak
melanggar prinsip-prinsip syariah.

Aspek lain dalam etika bekerja dalam Islam


adalah tidak boleh
melanggar prinsip-prinsip syariah dalam pekerjaan yang
dilakukannya. Tidak melanggar prinsip syariah ini dapat dibagi
menjadi beberapa
hal, Pertama dari sisi dzat atau substansi dari
pekerjaannya, seperti
memproduksi barang yang haram,
menyebarluaskan kefasadan (seperti pornografi
dan permusuhan),
riba, risywah dsb. Kedua dari sisi penunjang yang tidak
terkait
langsung dengan pekerjaan, seperti tidak menutup aurat, ikhtilat
antara
laki-laki dengan perempuan, membuat fitnah dalam
persaingan dsb.
Pelanggaran-pelanggaran terhadap prinsip syariah,
selain mengakibatkan dosa dan
menjadi tidak berkahnya harta, juga
dapat menghilangkan pahala amal shaleh kita
dalam bekerja. Allah
Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,

‫۞َٰٓيَأُّيَه ا ٱَّلِذيَن
َء اَم ُنٓو ْا َأِط يُعوْا ٱَهَّلل َو َأِط يُعوْا ٱلَّر ُسوَل َو اَل ُتۡب ِط ُلٓو ْا
َأۡع َٰم َلُكۡم‬
٣٣

"Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan


taatlah
kepada Rasul-Nya dan janganlah kalian membatalkan/merusak
amal
perbuatan/pekerjaan kalian." (QS. Muhammad : 33).

6. Menghindari
syubhat

Dalam bekerja terkadang seseorang dihadapkan


dengan adanya
syubhat atau sesuatu yang meragukan dan samar antara kehalalan
dengan keharamannya. Seperti unsur-unsur pemberian dari pihak
luar, yang
terdapat indikasi adanya satu kepentingan tertentu. Atau
seperti bekerja sama
dengan pihak-pihak yang secara umum
diketahui kedzaliman atau pelanggarannya
terhadap syariah. Dan
syubhat semacam ini dapat berasal dari internal maupun
eksternal.
Oleh karena itulah, kita diminta hati-hati dalam kesyubhatan ini.
Dalam sebuah hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
bersabda,

‫َق‬ ‫ُّن‬ ‫َأ‬


‫ َسِم ْعُت َر ُسْو َل‬: ‫َعْن َأِبْي َعْبِد ِهللا الُّنْعَم اِن
ْبِن ِبِشْير رضي هللا عنهما َقاَل‬
‫ (ِإَّن الَح الَل َبِّيٌن َو ِإَّن الَح َر اَم َبِّيٌن‬: ‫ِهللا صلى هللا عليه وسلم
َيُقْو ُل‬
‫ َفَم ِن اَّتَقى‬،ِ‫َو َبْيَنُه َم ا
ُأُم ْو ٌر ُم ْش َتِبَه ات َال َيْعَلُم ُه َّن َكِثْيٌر ِم َن الَّناس‬
‫ َو َم ْن َو َقَع ِفي
الُّشُبَهاِت َو َقَع ِفي‬،‫الُّشُبَهاِت َفَقِد اْس َتْبرَأ ِلِدْيِنِه وِع ْر ِض ه‬
)‫ (رواه البخاري ومسلم‬... ‫الَح َر اِم‬

"Halal itu jelas dan haram itu jelas, dan


diantara keduanya ada
perkara-perkara yang syubhat. Maka barang siapa yang
terjerumus
dalam perkara yang syubhat, maka ia terjerumus pada yang
diharamkan..." (HR. Muslim)

7. Menjaga
ukhuwah Islamiyah.

Aspek lain
yang juga sangat penting diperhatikan adalah masalah
ukhuwah islamiyah antara
sesama muslim. Jangan sampai dalam
bekerja atau berusaha melahirkan perpecahan
di tengah-tengah
kaum muslimin. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
sendiri
mengemukakan tentang hal yang bersifat prefentif agar tidak
merusak
ukhuwah Islamiyah di kalangan kaum muslimin. Beliau
mengemukakan,

(‫اَل َيِبْع َبْعُضُكْم


َعَلى َبْيِع َبْعٍض )رواه مسلم‬
"Dan
janganlah kalian menjual barang yang sudah dijual kepada
saudara kalian"
(HR. Muslim). 

Karena jika terjadi kontradiktif dari hadits di atas,


tentu akan
merenggangkan juga ukhuwah Islamiyah diantara mereka; saling
curiga,
su'udzon dsb. Karena masalah pekerjaan atau bisnis yang
menghasilkan uang, akan
sangat sensitif bagi pelakunya. Kaum
Anshar dan Muhajirin yang secara sifat,
karakter, background dan
pola pandangnya sangat berbeda telah memberikan contoh
sangat
positif bagi kita; yaitu ukhuwah islamiyah. Salah seorang sahabat
Anshar
bahkan mengatakan kepada Muhajirin, jika kamu mau, saya
akan bagi dua seluruh
kekayaan saya; rumah, harta, kendaraan,
bahkan (yang sangat pribadipun
direlakan), yaitu istri. Hal ini terjadi
lantaran ukhuwah antara mereka yang
demikian kokohnya.

Ranjau-Ranjau
Berbahaya Dalam Dunia Kerja

Dunia kerja adalah dunia yang terkadang


dikotori oleh ambisi-ambisi
negatif manusia, ketamakan, keserakahan, keinginan
menang
sendiri, dsb. Karena dalam dunia kerja, umumnya manusia memiliki
tujuan
utama hanya untuk mencari materi. Dan tidak jarang untuk
mencapai tujuan
tersebut, segala cara digunakan. Sehingga sering
kita mendengar istilah, injak
bawah, jilat atas dan sikut kiri kanan.
(Na'udzu billah min dzalik).
Oleh karenanya, disamping kita perlu
untuk menghiasi diri dengan sifat-sifat
yang baik dalam bekerja,
kitapun harus mewaspadai ranjau-ranjau berbahaya dalam
dunia
kerja serta berusaha untuk menghindarinya semaksimal mungkin.
Karena
dampak negatif dari ranjau-ranjau ini sangat besar,
diantaranya dapat
memusnahkan seluruh pahala amal shaleh kita.
Berikut adalah diantara beberapa
sifat-sifat buruk dalam dunia kerja
yang perlu dihindari dan diwaspadai:

1.Hasad
(Dengki)

Hasad atau dengki adalah suatu sifat, yang


sering digambarkan
oleh para ulama dengan ungkapan "senang melihat orang
susah,
dan susah melihat orang senang." Sifat ini sangat berbahaya,
karena
akan "menghilangkan" pahala amal shaleh kita dalam
bekerja.Dalam
sebuah hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam bersabda :

‫َقاَل ِإَّياُكْم َو اْلَحَسَد َفِإَّن‬ ‫َعْن َأِبي ُهَر ْيَر َة َأَّن الَّنِبَّي َص َّلى
ُهَّللا َعَلْيِه َو َسَّلَم‬
‫َقاَل اْلُعْش َب )رواه أبو‬ ‫اْلَحَسَد
َيْأُكُل اْلَحَسَناِت َكَم ا َتْأُكُل الَّناُر اْلَح َطَب َأْو‬
(‫داود‬

Dari Abu Hurairah ra berkata, sesungguhnya


Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Jauhilah oleh
kalian sifat hasad (iri
hati), karena sesungguhnya hasad itu dapat memakan
kebaikan
sebagaimana api melalap kayu bakar.” (HR. Abu Daud)

2.Saling
bermusuhan

Tidak jarang, ketika orang yang sama-sama


memiliki ambisi dunia
berkompetisi untuk mendapatkan satu jabatan tertentu,
atau ingin
mendapatkan "kesan baik" di mata atasan, atau sama-sama
ingin
mendapatkan proyek tertentu, kemudian saling fitnah, saling tuduh,
lalu
saling bermusuhan. Jika sifat permusuhan merasuk dalam jiwa
kita, dan tidak
berusaha kita hilangkan, maka akibatnya juga sangat
fatal, yaitu bahwa amal
shalehnya akan "dipending" oleh Allah
Subhanahu Wa Ta’ala,
hingga mereka berbaikan. Dalam hadits lain
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam bersabda :

‫َعْن َأِبي ُهَر ْيَر َة َأَّن َر ُسوَل ِهَّللا


َص َّلى ُهَّللا َعَلْيِه َو َسَّلَم َقاَل ُتْفَتُح َأْبَو اُب‬
‫اْلَج َّنِة َيْو َم
ااِل ْثَنْيِن َو َيْو َم اْلَخ ِم يِس َفُيْغَفُر ِلُكِّل َعْبٍد اَل ُيْش ِر ُك
ِباِهَّلل َشْيًئا ِإاَّل‬
‫َر ُج اًل َكاَنْت َبْيَنُه َو َبْيَن َأِخ يِه َشْح َناُء
َفُيَقاُل َأْنِظ ُر وا َهَذْيِن َح َّتى َيْص َطِلَح ا‬
(‫َأْنِظ ُر وا َهَذْيِن َح َّتى
َيْص َطِلَح ا َأْنِظ ُر وا َهَذْيِن َح َّتى َيْص َطِلَح ا )رواه
مسلم‬

Dari Abu Hurairah ra berkata,bahwa Rasulullah Shallallahu


‘Alaihi
Wa Sallam bersabda, “Pintu-pintu surga dibuka pada hari senin
dan
kamis, maka pada hari itu akan diampuni dosa setiap hamba yang
tidak
menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, kecuali
seseorang yang sedang
bermusuhan dengan saudaranya sesama
muslim, maka dikatakan kepada para
malaikat, “Tangguhkan dua
orang ini sampai mereka berbaikan.” (HR.
Muslim)
3.Berprasangka
Buruk

Sifat inipun tidak kalah negatifnya. Karena


ambisi tertentu atau hal
tertentu, kemudian menjadikan kita bersu'udzon atau
berprasangka
buruk kepada saudara kita sesama muslim, yang bekerja dalam
satu
atap bersama kita, khususnya ketika ia mendapatkan reward
yang lebih baik dari
kita. Sifat ini perlu dihindari karena merupakan
sifat yang dilarang oleh Allah
Subhanahu Wa Ta’ala & Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam,
di samping juga bahwa sifat ini
merupakan pintu gerbang ke sifat negatif
lainnya.Dalam sebuah
hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
bersabda :

‫َعْن َأِبي ُهَر ْيَر َة َأَّن َر ُسوَل ِهَّللا


َص َّلى ُهَّللا َعَلْيِه َو َسَّلَم َقاَل ِإَّياُكْم َو الَّظَّن‬
‫َفِإَّن الَّظَّن
َأْك َذُب اْلَحِديِث َو اَل َتَحَّسُسوا َو اَل َتَجَّسُسوا َو اَل َتَناَفُسوا َو اَل‬
‫َتَح اَسُدوا َو اَل َتَباَغُضوا َو اَل َتَداَبُر وا َو ُكوُنوا ِعَباَد ِهَّللا
ِإْخ َو اًنا )رواه‬
(‫مسلم‬

Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwasanya


Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Jauhilah oleh
kalian prasangka buruk,
karena sesungguhnya prasangka buruk itu adalah
sedusta-dustanya
perkataan. Dan janganlah kalian mencari-cari berita kesalahan
orang lain, dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain,
dan
janganlah kalian saling mementingkan diri sendiri, dan
janganlah kalian saling
dengki, dan janganlah kalian saling marah,
dan janganlah kalian saling memusuhi
dan jadilah kalian hamba-
hamba Allah yang bersaudara.” (HR. Muslim)

4. Sombong

Di sisi lain, terkadang kita yang mendapatkan


prestasi sering
terjebak pada satu bentuk kearogansian yang mengakibatkan pada
sifat kesombongan. Merasa paling pintar, paling profesional, paling
penting
kedudukan dan posisinya di kantor, dsb. Kita harus
mewaspadai sifat ini, karena
ini merupakan sifatnya syaitan yang
kemudian menjadikan mereka dilaknat oleh
Allah Subhanahu Wa
Ta’ala serta dijadikan makhluk paling hina diseluruh
jagad raya ini.
Sifat ini pun sangat berbahaya, karena dapat menjadikan
pelakunya
diharamkan masuk ke dalam surga (na'udzu billah min dzalik).
Dalam sebuah riwayat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
bersabda

‫اَل َيْد ُخ ُل اْلَج َّنَة


َم ْن َكاَن ِفي َقْلِبِه ِم ْثَقاُل َذَّر ٍة ِم ْن ِكْبٍر َقاَل َر ُجٌل ِإَّن
الَّر ُجَل‬
‫ُيِح ُّب َأْن َيُكوَن َثْو ُبُه َحَسًنا َو َنْعُلُه َحَسَنًة َقاَل ِإَّن
َهَّللا َجِم يٌل ُيِح ُّب اْلَج َم اَل‬
(‫)رواه مسلم‬  ‫اْلِكْبُر َبَطُر اْلَح ِّق َو َغْم ُط الَّناِس‬

“Tidak akan masuk surga


seseorang yang di dalam hatinya terdapat
kesombongan sebesar biji sawi.” Ada seseorang yang bertanya,
“Bagaimana dengan seorang yang
suka memakai baju dan sandal
yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya
Allah itu indah dan
menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan
meremehkan orang lain.“ (HR. Muslim)

5. Namimah
(mengadu domba)

Indahnya dunia terkadang membutakan mata.


Keingingan mencapai
sesuatu, meraih kedudukan tinggi, memiliki gaji yang besar,
tidak
jarang menjerumuskan manusia untuk saling fitnah dan adu domba.
Sifat ini
teramat sangat berbahaya, karena akan merusak tatanan
ukhuwah dalam dunia
kerja. Di samping itu, sifat sangat dimurkai
oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala
serta dibenci Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Dalam sebuah
hadits Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :

‫َعْن ُح َذْيَفَة َأَّنُه َبَلَغُه َأَّن َر ُج اًل


َيُنُّم اْلَح ِديَث َفَقاَل ُح َذْيَفُة َسِم ْعُت َر ُسوَل ِهَّللا‬
)‫َص َّلى ُهَّللا
َعَلْيِه َو َسَّلَم َيُقوُل اَل َيْد ُخ ُل اْلَج َّنَة َنَّم اٌم (رواه البخاري ومسلم‬

Dari Hudzaifah ra berkata bahwa Rasulullah Shallallahu


‘Alaihi Wa
Sallam bersbada, “Tidak akan masuk surga seseorang yang suka
mengadu domba.” (HR Bukhari Muslim)

Masih banyak sesungguhnya sifat-sifat lain


yang perlu dihindari.
Namun setidaknya kelima ranjau berbahaya tadi, dapat
menggugah
kita untuk menjauhi segala ranjau-ranjau berbahaya lainnya
khususnya
dalam kehidupan dunia kerja. Jadi, sekarang bekerjalah
dengan niat ikhlas,
hiasi dengan sifat-sifat positif dan songsonglah
hari esok dengan penuh
kegemilangan serta keridhaan dari Allah
Subhanahu Wa Ta’ala.

Bersyukurlah kita. Menjadi muslim artinya menjadi orang yang


punya
landasan ideologis kuat dalam soal pekerjaan. Ya, bekerja
tidak sekedar
membanting tulang atau menguras keringat. Bagi kita
bekerja adalah bagian tak
terpisahkan dari ajaran agama kita.

Kesadaran inilah sebenarnya pilar penting kita dalam memuliakan


pekerjaan. Sebab menilai pekerjaan hanya dari jenis pekerjaannya
sangatlah
rapuh. Sebab apapun jenisnya, setiap pekerjaan punya
masa semangatnya, juga
punya masa jenuhnya. Setiap pekerjaan
punya saat mudahnya, juga punya saat
sulitnya. Secara lahiriyah
profesi kita mejelaskan apa-apa yang harus kita
kerjakan. Tapi
keberartian adalah apa yang kita rasakan di lubuk hati yang
paling
dalam ketika kita menjalani pekerjaan itu. Wallahu a’lam
bishshawab.

‫ َو َنَفَعِنْي َو ِإَّياُكْم ِبَم ا


ِفْيِه ِم َن ْاآلَياِت‬، ‫َباَر َك
ُهللا ِلْي َو َلُكْم ِفي اْلُقْر آِن اْلَعِظ ْيِم‬
. ‫ َأُقْو ُل َقْو ِلْي َهَذا َو َأْس َتْغِفُر
َهللا اْلَعِظ ْيَم ِلْي َو َلُكْم‬. ‫َو الِّذ ْك ِر اْلَحِكْيِم‬




‫‪Khutbah
2‬‬

‫ِإَّن اْلَح ْم َد ِهَّلِل


َنْح َم ُدُه َو َنْس َتِعْيُنُه َو َنْس َتْغِفُر ْه َو َنُعوُذ ِباِهلل ِم ْن ُشُر ْو ِر َأْنُفِس َنا‬
‫َو ِم ْن َسْيَئاِت َأْع َم اِلَنا‪َ ،‬م ْن َيْهِدِه ُهللا َفَال ُمِض َّل َلُه َو َم ْن ُيْض ِلْل
َفَال َهاِد َي‬
‫َلُه‪َ .‬و َأْشَهُد َأْن َال ِإَلَه ِإَّال ُهللا َو ْح َد ُه َال َشِر ْيَك
َلُه َو َأْشَهُد َأَّن ُم َح َّم ًدا َعْبُدُه‬
‫َو َر ُسْو ُلُه َص َّلى ُهللا َعَلْيِه َو َسَّلَم
َتْسِلْيًم ا‪.‬‬
‫َأَّم ا َبْعُد؛
ِإَّن َهللا َو َم َالِئَكَتُه ُيَص ُّلْو َن َعَلى الَّنِبِّي‪َ
،‬يا َأُّيهَا اَّلِذْيَن َء اَم ُنْو ا‬
‫َص ُّلْو ا َعَلْيِه َو َسِّلُم ْو ا َتْسِلْيًم ا‪َ .‬الَّلُه َّم
َص ِّل َعَلى ُم َح َّم ٍد َو َعَلى آِل ُم َح َّم ٍد َكَم ا‬
‫َص َّلْيَت َعَلى ِإْبَر اِهْيَم
َو َعَلى آِل ِإْبَر اِهْيَم ‪ِ ،‬إَّنَك َحِم ْيٌد َم ِج ْيٌد‪َ .‬و َباِر ْك َعَلى‬
‫ُم َح َّم ٍد
َو َعَلى آِل ُم َح َّم ٍد َكَم ا َباَر ْك َت َعَلى ِإْبَر اِهْيَم َو َعَلى آِل ِإْبَر اِهْيَم ‪ِ
،‬إَّنَك‬
‫َحِم ْيٌد َم ِج ْيٌد‪.‬‬
‫َالَّلُه َّم اْغ ِفْر
ِلْلُم ْسِلِم ْيَن َو اْلُم ْسِلَم اِت‪ْ ،‬اَألْح َياِء ِم ْنُه ْم َو ْاَألْم َو اِت‪َ .‬ر َّبَنا
اْغ ِفْر‬
‫َلَنا َو ِإل ْخ َو اِنَنا اَّلِذْيَن َسَبُقْو َنا ِبْاِإل ْيَم اِن َو َال َتْج َعْل
ِفْي ُقُلْو ِبَنا ِغ ًّال ِّلَّلِذْيَن‬
‫َء اَم ُنْو ا َر َّبَنا ِإَّنَك َر ُءْو ٌف َّر ِح ْيٌم ‪َ
.‬الَّلُه َّم اْفَتْح َبْيَنَنا َو َبْيَن َقْو ِم َّنا ِباْلَح ِّق‬
‫َو َاْنَت َخ ْيُر اْلَفاِتِح ْيَن ‪َ
.‬ر َّبَنا َظَلْم َنا َأْنُفَسَنا َو ِإْن
َّلْم َتْغِفْر َلَنا َو َتْر َح ْم َنا‬
‫َلَنُكْو َنَّن ِم َن اْلَخ اِس ِر ْيَن ‪َ .‬ر َّبَنا اْغ ِفْر
َلَنا َو ِلَو اِلَد ْيَنا َو اْر َح ْم ُه َم ا َكَم ا َر َّبَياَنا‬
‫ِص َغاًر ا‪َ .‬الَّلُه َّم ِإَّنا
َنْس َأُلَك ِم َن اْلَخ ْيِر ُكِّلِه َم ا َعِلْم َنا ِم ْنُه َو َم ا َلْم َنْعَلْم ‪،‬‬
‫َو َنُعْو ُذ
ِبَك ِم َن الَّشِّر ُكِّلِه َم ا َعِلْم َنا ِم ْنُه َو َم ا َلْم َنْعَلْم ‪َ .‬الَّلُه َّم
ِإَّنا َنْس َأُلَك ِم ْن‬
‫َخ ْيِر َم ا َسَأَلَك ِبِه ِعَباُدَك الَّص اِلُحْو َن ‪َ ،‬و َنُعْو ُذ
ِبَك ِم ْن َشِّر َم ا اْس َتَعاَذ ِبَك‬
‫ِم ْنُه ِعَباُدَك الَّص اِلُحْو َن ‪َ .‬الَّلُه َّم ِإَّنا
َنْس َأُلَك ِع ْلًم ا َناِفًعا َو ِر ْز ًقا َطِّيًبا َو َعَم ًال‬
‫ُم َتَقَّبًال‪َ .‬ر َّبَنا
آِتَنا ِفي الُّد ْنَيا َحَسَنًة َو ِفي اآلِخ َر ِة َحَسَنًة َو ِقَنا َعَذاَب الَّناِر ‪.‬‬
‫َو َص َّلى ُهللا َعَلى َنِبِّيَنا ُم َح َّم ٍد َو َعَلى
آِلِه َو َصْح ِبِه َو َم ْن َتِبَعُه ْم ِبِإْح َساٍن ِإَلى‬
‫ِيْو ِم الِّدْيِن ‪.‬‬
‫ِعَباَد ِهللا‪ِ ،‬إَّن َهللا
َيْأُمُر ُكْم ِباْلَعْد ِل َو ْاِإل ْح َساِن َو ِإيَتآِئ ِذي اْلُقْر َبى َو َيْنَه ى‬
‫َعِن
اْلَفْح َشآِء َو اْلُم نَكِر َو اْلَبْغِي َيِع ُظُكْم َلَعَّلُكْم َتَذَّكُر ْو َن ‪َ .‬فاْذُكُر وا
َهللا‬
‫اْلَعِظ ْيَم ‪ ‬‬

‫‪Tweet‬‬ ‫‪Like 20‬‬ ‫‪Share‬‬

‫‪Related Posts‬‬

‫‪Pembinaan Rohani; Makna‬‬ ‫‪Inilah Yang Dilakukan Saat‬‬


‫‪Amanat Yang Benar‬‬ ‫‪Gerhana Bulan, Jangan Malah‬‬
‫‪Selfie Ya‬‬
Khutbah Jum'at: Mari Khutbah Jum'at; Lihatlah
Mengindahkan Shalat Sesuatu dari Sisi Lain Yang
Berbeda

Labels:
Khutbah Jum'at

0 Comments

Add a comment...

Facebook Comments Plugin

0
comments:

Posting Komentar

Masukkan komentar Anda...

Beri komentar sebagai:


harddiella@gm

Logout

Publikasikan
P blik ik Pratinjau
P ti j Beri tahu saya

Search here... SEARCH

KEPALA KANTOR

POPULAR POSTS
Wali Nikah: Macam-Macam Wali dan Syarat-
syaratnya

Buku Nikah Hilang atau rusak? Inilah Tatacara


Membuat Duplikat Buku Nikah. GRATIS

Inilah 6 Pengikut Dajjal, Salah satunya LGBT dan


Wanita

Khutbah Jum'at: Mari Mengindahkan Shalat

Inilah Materi Yang Harus Disampaikan Penyuluh


Agama Isalam Saat Penyuluhan
ENTRI YANG DIUNGGULKAN TAGS CLOUD

Buku Nikah Hilang atau rusak?


APEL PAGI ARTIKEL BERITA
Inilah Tatacara Membuat
Duplikat Buku Nikah. GRATIS
DOWNLOAD HEADLINE

INFO BIMAS INFO HAJI

INFO KUA INFO MADRASAH

KEGIATAN KHUTBAH JUM'AT

MATERI PENTING PEMBINAAN

PROSEDUR REGULASI

RENUNGAN VIDEO

ZONA INTEGRITAS

LINK

Monitoring Pokja Reformasi


Birokrasi
Info Bimas Islam
Produk Hukum
Kemenag Kanwil Prov. Jawa Barat
Kementerian Agama RI
Penilaian Mandiri Pembangunan
Zona Integritas
Penmad Majalengka

Copyright © 2017 INMAS KEMENAG MAJALENGKA . All rights reserved

Anda mungkin juga menyukai