Anda di halaman 1dari 8

STUDI AYAT DAN HADITS

HUKUM EKONOMI SYARIAH


BEKERJA DALAM ISLAM

Oleh:

Lailatun Nikmah

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH


FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
2023
STUDI AYAT DAN HADITS
HUKUM EKONOMI SYARIAH
BEKERJA DALAM ISLAM

Lailatun Nikmah

Program Studi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah) Fakultas Syariah


UIN Sayyid Ali Rahamatullah Tulungagung
lailatunnikmah1509@gmail.com

Abstrak

Islam mendorong umatnya untuk bekerja, hidup dengan tidak mengandalkan orang
lain dan tidak menjadi beban orang lain. Islam juga memberi kebebasan dalam memilih
pekerjaan yang sesuai dengan bidang dan kemampuan setiap orang. Namun demikian, Islam
mengatur batasan-batasan, meletakkan prinsip-prinsip dan menetapkan nilai-nilai yang harus
dijaga oleh seorang muslim, agar kemudian aktifitas bekerjanya benar-benar dipandang oleh
Allah sebagai kegiatan ibadah yang memberi keuntungan berlipat di dunia dan di akhirat .
Setiap muslim diperintahkan untuk makan yang halal-halal saja serta hanya memberi dari
hasil usahanya yang halal, agar pekerjaan itu mendatangkan kemaslahatan dan bukan justru
menimbulkan kerusakan. Itu semua tidak dapat diwujudkan, kecuali jika pekerjaan yang
dilakukannya termasuk kategori pekerjaan yang dihalalkan oleh Islam. Maka tidak boleh bagi
seorang muslim bekerja dalam bidang-bidang yang dianggap oleh Islam sebagai kemaksiatan
dan akan menimbulkan kerusakan.

Kata Kunci : ibadah, kebebasan, prinsip

Pendahuluan

Bekerja adalah suatu bentuk aktivitas yang melibatkan kesadaran manusia untuk
mencapai hasil yang sesuai dengan harapannya. Kesadaran untuk melakukan aktivitas dan
paham akan tujuan yang akan diraih merupakan hal yang penting dalam bekerja. Bekerja
merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk hidup. Dengan bekerja seseorang akan
mendapatkan penghasilan yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok. Selain itu,
bekerja juga merupakan upaya dalam mengembangkan diri di dunia karir.

Tujuan dari bekerja adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Lebih jauh,
manusia bekerja juga untuk mendapatkan rasa aman, mencari kepuasan, dan
mengaktualisasikan dirinya dalam bekerja. Hasil yang diraih (gaji) seringkali bukan menjadi
hal yang dapat mengikat seseorang untuk terus bertahan dalam lingkungan pekerjaannya.

Bekerja juga akan bernilai ibadah jika pekerjaan apa pun yang kita jalani tidak sampai
melalaikan dan melupakan kita dari kewajiban-kewajiban kepada Allah. Sibuk bekerja tidak
boleh sampai membuat kita meninggalkan kewajiban. Shalat misalnya. Ia adalah kewajiban
yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim. Maka, jangan sampai kesibukan bekerja
mencari karunia Allah mengakibatkan ia meninggalkan shalat walau pun hanya satu kali.
Begitu pula dengan kewajiban yang lainnya, seperti zakat, puasa, haji, bersilaturahmi dan
ibadah-ibadah wajib lainnya.

Dalam Islam, bekerja bukan sekadar memenuhi kebutuhan perut, tapi juga untuk
memelihara harga diri dan martabat kemanusiaan yang seharusnya dijunjung tinggi.
Rasulullah SAW sangat menghargai orang yang bekerja dengan tangannya sendiri
sebagaimana yang dilakukan terhadap Sa'ad. Orang yang berusaha mendapatkan penghasilan
dengan tangannya sendiri baik untuk membiayai kebutuhannya ataupun kebutuhan anak dan
istri, dikategorikan jihad fi sabilillah.

Islam memberikan apresiasi yang sangat tinggi bagi mereka yang mau berusaha
dengan sekuat tenaga dalam mencari nafkah. Rasulullah SAW pernah ditanya tentang
pekerjaan apa yang paling baik. Beliau menjawab, “Pekerjaan terbaik adalah usaha seseorang
dengan tangannya sendiri dan semua perjualbelian yang dianggap baik.” (Riwayat Ahmad
dan Baihagi).

Bahkan ketika seseorang merasa kelelahan atau capek setelah pulang bekerja, Allah
SWT mengampuni dosa-dosanya saat itu juga. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW
bersabda, "Barang siapa pada malam hari merasakan kelelahan karena bekerja pada siang
hari, maka pada malam itu ia diampuni Allah.” (Riwayat Ahmad dan Ibnu Asakir)

Hadits ini seakan mengatakan ukuran kemuliaan seseorang bisa dilihat dari
sejauhmana nilai manfaat dirinya bagi orang lain. Semakin bermanfaat kepada orang lain
berarti semakin tinggi kemuliaannya. Sebaliknya, derajat kemuliaan seseorang menurun
kalau tidak punya nilai manfaat atau malah menjadi beban bagi lainnya. Karena itulah Islam
menekankan agar setiap Muslim bekerja sehingga bisa menghidupi dirinya sendiri dan tidak
menjadi beban orang lain.

Suatu hari Nabi Muhammad SAW melihat tangan sahabatnya, Sa'ad bin Mu'adz Al-
Anshari, melepuh. Nabi SAW bertanya apa yang menyebabkannya. Dengan jujur Sa'ad
menyatakan akibat kerja keras untuk menghidupi keluarganya. Mendengar jawaban Sa'ad itu,
dengan spontan Rasulullah meraih tangan sahabatnya lalu menciumnya.

Sikap Rasulullah SAW ini menunjukkan kepada kita bahwa bekerja keras itu
merupakan pekerjaan yang terhormat dan mulia. Terlebih bila kerja itu digunakan untuk
mencari nafkah demi menghidupi keluarganya. Islam dengan tegas menyatakan bekerja itu
mendapatkan pahala karena ja merupakan kewajiban atau fardhu. Dalam kaidah figh, orang
yang menjalankan kewajiban akan mendapatkan pahala, sedangkan mereka yang
meninggalkannya akan terkena sanksi dosa.

Pembahasan

A. Pengertian

Bekerja adalah suatu aktifitas melakukan suatu pekerjaan atau perbuatan yang
dilakukan secara terus menerus dengan maksud untuk memperoleh pendapatan atau
keuntungan.

Sedangkan pekerja merupakan orang atau subjek hukum yang melakukan


pekerjaan dengan menerima upah atau imbalan.

Menurut Dr. Franz Von Magnis di dalam Anoraga (2009:11), pekerjaan adalah
“kegiatan yang direncanakan.” Artinya bekerja merupakan suatu kegiatan yang telah
direncanakan seseorang untuk mencapai tujuan tertentu, baik itu mendapatkan
penghasilan, meneliti karir ataupun hobi.

Bekerja adalah kegiatan manusia yang di lakukan secara rutin atas dasar
kewajiban dan tanggung jawab untuk dirinya sendiri, orang lain, juga perusahaan tanpa
merugikan siapapun (Irsyad, 2013 :15).

B. Konsep Bekerja yang baik menurut Islam


Adapun dalam Islam, seseorang harus mempunyai dasar fundamental dalam bekerja
yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Kerja keras
Kerja keras yaitu seseorang dalam perkembangan, kualitas kerja harus semakin
ditingkatkan artinya prestasi kerja harus semakin meningkat bukan sebaliknya.
Maka Ketika bekerja dilakukan dengan bersungguh-sungguh dan professional,
atau sering disebut dengan itqan, maka hasil dari kerja keras tersebut adalah tuntas
melaksnakan pekerjaan yang diamanahkan kepadanya.
Sebagaimana dalam ayat Al-Qur’an:

ٓ
َ َ‫ال َو ِم ْن ُذرِّ يَّتِ ْي ۗ ق‬
‫ال اَل‬ ِ َّ‫اعلُكَ لِلن‬
َ َ‫اس اِ َما ًما ۗ ق‬ ٍ ٰ‫َواِ ِذ ا ْبت َٰلى اِب ْٰر ٖه َم َربُّهٗ بِ َكلِم‬
َ َ‫ت فَاَتَ َّمهُنَّق‬
ِ ‫ال اِنِّ ْي َج‬
ٰ ‫ينَا ُل َع ْهد‬
َ‫الظّلِ ِم ْين‬ ِ َ
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu
dia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, “Sesungguhnya
Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia.” Dia (Ibrahim)
berkata, “Dan (juga) dari anak cucuku?” Allah berfirman, “(Benar, tetapi) janji-
Ku tidak berlaku bagi orang-orang zalim.” (QS. Al-Baqarah: 124)

2. Ikhlas
Dalam bekerja selain dibutuhkan prestasi kerja juga dibutuhkan keikhlasan
agar semua pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya akan terselesaikan dengan
tuntas. Niatkan diri kita bekerja karena Allah SWT saja, sehinga pekerjaan yang
kita lakukan akan menjadi wasilah kebahagiaan, karena Ketika kita akan memulai
bekerja kita selalu memulai aktivitas pekrjaannya dengan berdzikir kepada Allah
dan itu dimulai kala hendak berangkat beraktivitas setidaknya kita membasahi
lisan dengan doa keluar rumah dan bepergian

‫ َوهُ َو ْال َع ِز ْي ُز ْال َغفُوْ ۙ ُر‬, ‫ق ْال َموْ تَ َو ْال َح ٰيوةَ لِيَ ْبلُ َو ُك ْم اَيُّ ُك ْم اَحْ َس ُن َع َماًل‬
َ َ‫الَّ ِذيْ خَ ل‬
“Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu
yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun.” (QS. Al-
Mulk: 2)
C. Ayat dan Hadits tentang bekerja

ِ ‫َيا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ُكلُوا ِم ْن طَيِّبَا‬


َ‫ت َما َرزَ ْقنَا ُك ْم َوا ْش ُكرُوا هَّلِل ِ ِإ ْن ُك ْنتُ ْم ِإيَّاهُ تَ ْعبُ ُدون‬
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang
Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-
Nya kamu menyembah.” (QS. Al Baqarah: 172)
Di dalam Al-Quran Allah menyuruh hambanya mencari rezeki di bumi dengan
cara yang halal dan mencari rezeki yang halal pula, terlebih bila kerja itu digunakan
untuk mencari nafkah demi menghidupi keluarganya.

‫ اِ ْع َملُوْ اَ َل‬,‫ت‬ ِ ‫ان َكا ْل َج َوا‬


ِ ‫ب َوقُ ُدوْ ِر الر‬
ِ ‫َّاسيَا‬ –ٍ َ‫ْب َوتَ َماثِي َْل َو ِجف‬ ِ ‫ ِم ْن َم َح‬,‫يَ ْع َملُوْ نَ لَهُ َما يَشآ ُء‬
َ ‫اري‬
‫ي ال َّش ُكوْ ِر‬َ ‫ َوقَلِ ْي ٌل ِم ْن ِعبَا ِد‬,‫دَاوُوْ َد ُش ْكرًا‬.
“Mereka (para jin itu) bekerja untuk Sulaiman sesuai dengan apa yang
dikehendakinya di antaranya (membuat) gedung-gedung yang tinggi, patung-patung,
piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk-periuk yang tetap (berada di
atas tungku). Bekerjalah wahai keluarga Dawud untuk bersyukur (kepada Allah).
Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” (QS. Saba’: 13)

‫اِ َّن هّللا َ الَ يُ َغيِّ ُر َما ِبقَوْ ٍم َحتَّى يُ َغيِّرُوْ ا َما ِبا َ ْنفُس ِهم‬

“Sesungguhnya Allah Tidak Merubah Keadaan Suatu Kaum Sehingga Mereka


Merubah Keadaan Yang Ada Pada Diri Mereka Sendiri.” (QS. Ar-Ra’du: 11)

Dengan bekerja seseorang tidak akan bergantung dengan orang lain, bahkan
banyak orang yang bekerja bisa membantu orang lain yang lebih membutuhkan.

‫ والبيهقى وضعفه عن ابن مسعو(ع‬,‫طلب كسب الحالل فريضة بعد الفريضة) الطبرانى‬

“Mencari Rezeki Yang Halal Itu Wajib Sesudah Menunaikan Fardhu (Seperti Sholat,
Puasa, Dan Sebagainya).”
(Riwayat At-Thabrani Dan Al-Baihaqi melemahkannya bersumber Dari Abdullah Bin
Mas’ud Radhiyallahu Anhu, Al Haitsami, Menyatakan bahwa dalam sanadnya ada
Abbad Bin Katsir Al Tsaqafi yang tertuduh berdusta (Matruk), Ibnu Thahir Al
Maqdisi memasukan dalam kitab Tadzkirah Al Maudhu’at halaman 85 dengan nomer
509).

Islam menyatakan dengan tegas bahwa bekerja juga mendapatkan pahala


karena ia merupakan kewajiban atau fardhu. Dalam kaidah fiqh orang yang
menjalankan kewajiba akan mendapatakan pahala, sedangkan mereka yang
meninggalkannya akan mendapatkan dosa.

Perihal kewajiban seorang muslim, maka akan kita jumpai dalam agama islam
terdapat banyak sekali ibadah yang tidak mungkin dilakukan tanpa adanya biaya atau
harta yang tidak mungkin diperoleh tanpa adanya proses kerja, karena hasil dari
proses kerja ini akan terbayar dengan upah hasil jerih payah bekerja. Oleh karena itu,
bekerja untuk memperoleh harta dalam rangka ibadah kepada Allah SWT menjadi
wajib, sebagaimana kaidah fiqhiyah yang mengatakan:

ِ ‫َما الَ يَتِ ُّم ْال َو‬


ٌ‫اجبُ اِالَّ بِ ِه فَه َُو واَ ِجب‬

“suatu kewajiban yang tidak bisa dilakukan melainkan dengan pelaksanaan sesuatu,
maka sesuatu itu hukumnya wajib"

ِ ‫ِإنَّ َما اَْأل ْع َما ُل بِالنِّيَّا‬


‫ت َوِإنَّ َما لِ ُكلِّ ا ْم ِرٍئ َما ن ََوى‬

“Sesungguhnya amal-amal perbuatan itu tergantung niat. Dan setiap orang


akan mendapatkan balasan sesuai dengan apa yang diniatkannya.” (HR Bukhari
Muslim)

Niat sangat penting dalam bekerja. Jika kita ingin pekerjaan kita dinilai
ibadah, maka niat ibadah itu harus hadir dalam sanubari kita. Segala lelah dan setiap
tetesan keringat karena bekerja akan dipandang oleh Allah sebagai ketundukan dan
amal shaleh disebabkan karena niat. Untuk itulah, jangan sampai kita melupakan niat
tersebut saat kita bekerja, sehingga kita kehilangan pahala ibadah yang sangat besar
dari pekerjaan yang kita jalani itu
‫من امسى كاال من عمل يده امسى مغفورا له‬

“Barang Siapa Yang Sore Hari Duduk Kelelahan Lantaran Pekerjaan Yang Telah
Dilakukannya, Makai A Dapatkan Sore Hari Tersebut Dosa-Dosanya Diampuni oleh
Allah SWT.” (HR. Al-Thabrani)

‫ان هللا يحب اذا عمل احدكم عمال ان يتقنه‬

“Sesungghnya Allah Mencintai Seorang Hamba Yang Apabila Ia Bekerja, Ia


Menyempurnakan Pekerjaannya.”

(HR. Abu Ya’la, At-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Austh, Al-Baihaqi Dalam Syuab
Al-Iman Dalam Sanadnya Terdapat Rowie Mush’ab Bin Tsabit Yang Dilemahkan
Oleh Ibnu Hibban Namun Sejumlah Ulama Mentautsiqkan)

Kesimpulan

Bekerja merupakan kewajiban bagi setiap muslim demi menjamin keberlangsungan


hidupnya. Bekerja juga akan bernilai ibadah jika pekerjaan kita jalani diniatkan untuk ibadah,
tidak semata-mata hanya untuk mencari uang, akan tetapi ada pahala yang juga akan mengalir
seraya kita bekerja lillahi ta’ala. Setiap muslim juga wajiba mencari bekerja dalam prinsip-
prinsip halal atau bekerja sesuai syariat yaitu bekerja yang di halalkan oleh islam.

Daftar Pustaka

Anggota Asosiasi Dewan Pengawas Syariah. Sistem Kumpulan Khotbah Bisnis dan
Keuangan Syariah, Surabaya: Otoritas Jasa Keuangan, 2016
Anoraga Panji, 1998, Psikologi Kerja, Jakarta: Rinka Cipta.

http://jabar.kemenag.go.id/mimbar-dakwah-bekerja-bernilai-ibadah

Anda mungkin juga menyukai