Anda di halaman 1dari 19

ETOS KERJA

DALAM
ISLAM
Sugeng Ahmad Riyadi, M.E.I.
Definisi:
 Etos berasal dari bahasa Yunani, yaitu
ethos yang artinya sikap, kepribadian,
watak, karakter, serta keyakinan atas
sesuatu
 Dimiliki individu dan kelompok
 Etos dibentuk oleh berbagai kebiasaan,
pengaruh budaya, serta sistem nilai
yang diyakininya.
Definisi:
 Dalam kamus besar bahasa Indonesia, etos
diartikan sebagai pandangan hidup yang khas
dari suatu golongan social
 Dari kata etos ini dikenal pula kata etika, etiket
yang hampir mendekati pada pengertian
akhlak atau berkaitan dengan nilai baik buruk
(moral) sehingga dalam etos tersebut
terkandung gairah atau semangatyang amat
kuat untuk mengerjakan sesuatu secara
optimal, lebih baik, bahkan berupaya untuk
mencapai kualitas kerja yang sesempurna
mungkin.
 Kerja adalah kegiatan (aktivitas) yang didalamnya
terdapat sesuatu ang dikejar, ada tujuan serta
usaha yang sangat bersungguh-sungguh, dengan
mengerahkan seluruh aset, fikir, dan dzikirnya
untuk mengaktualisasikan atau menampakkan arti
dirinya sebagai hamba Allah yang harus
menundukkan dunia dan menempatkan dirinya
sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik atau
dapat dikatakan bahwa dengan bekerja manusia
itu memanusiakandirinya.
Kerja dapat
dilihat dari tiga
sudut pandang DARI SEGI PERORANGAN BEKERJA
ADALAH GERAK DARI PADA
DARI SEGI KEMASYARAKATAN,
BEKERJA MERUPAKAN
DARI SEGI SPIRITUAL BEKERJA
MERUPAKAN HAK DAN
BADAN DAN PIKIRAN ORANG MELAKUKAN SESUATU UNTUK KEWAJIBAN MANUSIA
UNTUK MELANGSUNGKAN HIDUP MEMUASKAN KEBUTUHAN MEMULIAKAN DAN MENGABDI
BADANIAH MAUPUN ROHANIAH MASYARAKAT KEPADA TUHAN
 Makna bekerja bagi seorang muslim adalah
suatu upaya yang sungguh-sungguh
dengan menggerakkan seluruh aset pikir
dan dzikirnya untuk mengaktualisasikan
atau menampakkan arti dirinya sebagai
hamba Allah yang harus menundukkan
dunia dan menempatkan dirinya sebagai
bagian dari masyarakat yang terbaik atau
dengan kata lain bahwa hanya dengan
bekerja manusia dapat memanusiakan
dirinya
 Menurut Nurcholish Madjid, etos kerja
dalam Islam adalah hasil suatu
Etos kerja kepercayaan seorang Muslim, bahwa
dalam Islam kerja mempunyai kaitan dengan
tujuan hidupnya, yaitu memperoleh
perkenan Allah Swt.
 Bahwa perkerjaan itu dilakukan berdasarkan pengetahuan
sebagaimana dapat dipahami dari firman Allah dalam al-Qur‟an,
“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan mengenainya.”(QS, 17: 36)
 Pekerjaan harus dilaksanakan berdasarkan keahlian
sebagaimana dapat dipahami dari hadis Nabi Saw, “Apabila
suatu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya, maka tunggulah
Prinsip dasar saat kehancurannya.” (Hadis Shahih riwayat al-Bukhari).
etos kerja  Berorientasi kepada mutu dan hasil yang baik sebagaimana
dapat dipahami dari firman Allah, “Dialah Tuhan yang telah
dalam Islam menciptakan mati dan hidupuntuk menguji siapa di antara kalian
yang dapat melakukan amal (pekerjaan) yang terbaik; kamu akan
dikembalikan kepada Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan
yang nyata, lalu Dia memberitahukan kepadamu tentang apa
yang telah kamu kerjakan.” (QS. Al-Mulk: 67: 2). Dalam Islam,
amal atau kerja itu juga harus dilakukan dalam bentuk saleh
sehingga dikatakan amal saleh, yang secara harfiah berarti
sesuai, yaitu sesuai dengan standar mutu.
 Pekerjaan itu diawasi oleh Allah, Rasul dan masyarakat, oleh
karena itu harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab,
sebagaimana dapat dipahami dari firman Allah, “Katakanlah:
Bekerjalah kamu, maka Allah, Rasul dan orang-orang beriman
akan melihat pekerjaanmu.”(QS. 9: 105).
 Pekerjaan dilakukan dengan semangat dan etos kerja yang
Prinsip dasar tinggi. Pekerja keras dengan etos yang tinggi itu digambarkan
oleh sebuah hadis sebagai orang yang tetap menaburkan
etos kerja benih sekalipun hari telah akan kiamat

dalam Islam  Orang berhak mendapatkan imbalan atas apa yang telah ia
kerjakan. Ini adalah konsep pokok dalam agama. Konsep
imbalan bukan hanya berlaku untuk pekerjaan-pekerjaan dunia,
tetapi juga berlaku untuk pekerjaan-pekerjaan ibadah yang
bersifat ukhrawi. Di dalam al-Qur‟an ditegaskan bahwa: “Allah
membalas orang-orang yang melakukan sesuatu yang buruk
dengan imbalan setimpal dan memberi imbalan kepada orang-
orang yang berbuat baik dengan kebaikan.”(QS. 53: 31)
 Berusaha menangkap makna sedalam-dalamnya sabda Nabi
yang amat ter-kenal bahwa nilai setiap bentuk kerja itu
tergantung kepada niat-niat yang dipunyai pelakunya: jika
tujuannya tinggi (seperti tujuan mencapai ridha Allah) maka ia
pun akan mendapatkan nilai kerja yang tinggi, dan jika tujuannya
rendah (seperti, hanya bertujuan memperoleh simpati sesama
manusia belaka), maka setingkat itu pulalah nilai kerjanya
Prinsip dasar tersebut.21Sabda Nabi Sawitu menegaskan bahwa nilai kerja
manusia tergantung kepada komitmen yang mendasari kerja itu.
etos kerja Tinggi rendah nilai kerja itu diperoleh seseorang sesuai dengan
tinggi rendah nilai komitmen yang dimilikinya.
dalam Islam  Ajaran Islam menunjukkan bahwa “kerja” atau “amal” adalah
bentuk ke-beradaan manusia. Artinya, manusia ada karena
kerja, dan kerja itulah yang membuat atau mengisi keberadaan
kemanusiaan.
 Menangkap pesan dasar dari sebuah hadis shahih yang
menuturkan sabda Rasulullah Saw yang berbunyi “Orang
mukmin yang kuat lebih disukai Allah”,
Hikmah Etos Penggairah

Kerja
dalam
aktivitas
Sebagai alat
penggerak, maka
besar kecilnya
motivasi yang
akanmenentukan
cepat lambatnya
suatu perbuatan
 Agama
 Budaya
 Sosial politik
Faktor yang  Kondisi lingkungan
mempengaruhi  Pendidikan
etos kerja  Struktur ekonomi
 Motivasi instristik individu
Kerja adalah rahmat (Aku Bekerja Tulus Penuh Syukur)

Jansen Kerja adalah amanah(aku bekerja benar penuh tanggung


jawab)
Hulman
Sinamo Kerja adalah panggilan(aku bekerja tuntas penuh integritas)

mengemukak
Kerja adalah aktualisasi
an terdapat 8
etos kerja
professiona Kerja adalah ibadah

Kerja adalah seni


Jansen
Hulman
Sinamo Kerja adalah pelayanan
mengemukak
an terdapat 8
etos kerja
professiona Kerja adalah kehormatan
 ّ‫ ِإ ّن هَّللا َ تَ َعالى ي ُِحب‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ ْ َ‫ض َي هللاُ َع ْنهَا قَال‬
َ ِ‫ قَا َل َرس ُْو ُل هللا‬:‫ت‬ ِ ‫َع ْن َعاِئ َشةَ َر‬
ُ‫ِإ َذا َع ِم َل َأ َح ُد ُك ْم َع َمالً َأ ْن يُ ْت ِقنَه‬

Dalil-dalil  (‫)رواه ا لطبرنيوا لبيهقي‬


 Dari Aisyah r.a., sesungguhnya Rasulullah s.a.w. bersabda:
bekerja dalam “Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang apabila bekerja,
Islam mengerjakannya secara profesional”. (HR. Thabrani, No: 891,
Baihaqi, No: 334).
 ‫يث َع ْه ٍد‬ َ ‫ َو ُكنَّا َح ِد‬،‫ُون َرسُو َل هَّللا ِ ؟‬ َ ‫ َأالَ تُبَا ِيع‬:‫ فَقَا َل‬،ً‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِت ْس َعةً َأ ْو ثَ َمانِيَةً َأ ْو َس ْب َعة‬ َ ِ ‫ُكنَّا ِع ْن َد َرسُو ِل هَّللا‬
َ‫ َأال‬:‫ ثُ َّم قَا َل‬،ِ ‫ك يَا َرسُو َل هَّللا‬ َ ‫ فَقُ ْلنَا قَ ْد بَايَ ْعنَا‬،‫ُون َرسُو َل هَّللا ؟‬
َ ‫ َأالَ تُبَايِع‬: ‫ ثُ َّم قَا َل‬،ِ ‫ك يَا َرسُو َل هَّللا‬ َ ‫ قَ ْد بَايَ ْعنَا‬: ‫بِبَ ْي َع ٍة فَقُ ْلنَا‬
َ‫ َعلَى َأ ْن تَ ْعبُ ُدوا هَّللا َ َوال‬: ‫ك يَا َرسُو َل هَّللا ِ فَ َعلَى َما نُبَا ِي ُعكَ؟ قَا َل‬ َ ‫ قَ ْد بَايَ ْعنَا‬:‫طنَا َأ ْي ِديَنَا َوقُ ْلنَا‬ْ ‫ قَا َل فَبَ َس‬،‫تُبَا ِيعُونَ َرسُو َل هَّللا ؟‬
‫ك النَّفَ ِر‬َ ‫ْض ُأولَِئ‬َ ‫ْت بَع‬ ُ ‫ فَلَقَ ْد َرَأي‬.‫اس َش ْيًئا‬َ َّ‫ َوَأ َس َّر َكلِ َمةً َخفِيَّةً َوالَ تَ ْسَألُوا الن‬،‫س َوتُ ِطيعُوا‬ ِ ‫ت ْال َخ ْم‬ ِ ‫صلَ َوا‬َّ ‫تُ ْش ِر ُكوا ِب ِه َش ْيًئا َوال‬
)‫اولُهُ ِإيَّاهُ (رواه مسلم‬ ِ َ‫يَ ْسقُطُ َسوْ طُ َأ َح ِد ِه ْم فَ َما يَ ْسَأ ُل َأ َح ًدا يُن‬
Ketika kami sedang duduk bersama beberapa orang sahabat, jumlah kami kira-kira
tujuh, delapan atau sembilah orang, datang pada kami Rasulullah saw seraya bersabda,

Dalil-dalil
“Tidakkah kamu berbaiat kepada Rasulullah?”. Saat itu kami baru saja berbaiat
kepadanya. Maka kami menjawab, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami telah
berbaiat kepadamu.” Kemudian Nabi saw bersabda lagi, “Tidakkah kamu berbaiat
bekerja dalam kepada Rasulullah?”. Maka kami pun kembali menjawab, “Wahai Rasulullah,
sesungguhnya kami telah berbaiat kepadamu.”   Lalu beliau bersabda lagi, “Tidakkah
Islam kamu berbaiat kepada Rasulullah?”. Maka kami segera mengulurkan tangan untuk
berbaiat sambil berkata, “Kami telah berbaiat, wahai Rasulullah, maka baiat apa lagi
yang harus kami sampaikan?”. Nabi menjawab, “Berbaiat untuk menyembah Allah dan
tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, kemudian shalat lima waktu serta
taat kepada Allah.” Kemudian Nabi saw merendahkan suaranya sambil bersabda, “Dan
jangan meminta-minta suatu apapun kepada orang lain.” Betapa kesungguhan para
sahabat menerima baiat Nabi tadi, perawi hadits meriwayatkan bahwa ia melihat
sebagian dari mereka yang ada di situ, cambuk kendaraannya jatuh, dan ia tidak
meminta pertolongan kepada siapa pun untuk mengembalikannya. (HR. Muslim:
No.1729
َ َّ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َما يَ َزا ُل ال َّر ُج ُل يَ ْسَأ ُل الن‬
 ‫اس َحتَّى‬ َ ِ ‫َع ْن َع ْب ِد هَّللا ِ ب ِْن ُع َم َر قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬
)‫ْس فِي َوجْ ِه ِه ُم ْز َعةُ لَحْ ٍم (رواه البخاري ومسلم‬ َ ‫يَْأتِ َي يَ ْو َم ْالقِيَا َم ِة َولَي‬
Dalil-dalil  Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar, Rasulullah saw bersabda,
bekerja dalam “Seorang tidak henti-hentinya meminta belas kasihan kepada orang
Islam lain, hingga nanti ia akan datang pada hari kiamat dengan bentuk
muka yang tidak berdaging (seperti tengkorak).” (HR. Bukhari: No.
1381 dan Muslim: No. 1725)
Thank you_
Thank you
someone@example.com

Anda mungkin juga menyukai