Anda di halaman 1dari 15

Etos kerja menurut saya adalah semangat kerja, kesanggupan dalam

berkerja juga menjadi daya picu saat bekerja. Setiap orang pastinya memiliki
etos kerja. Entah dari semangatnya, hobinya, passionnya sendiri. Etos Kerja
biasanya banyak terlihat ketika mereka mengerjakan sesuatu karena sukarela
atau sesuai dengan passion kerja mereka. Maka dari itu banyak yang memilih
sebuah perkerjaan dengan menentukan hobi juga kenyamanannya dalam
menjalankan kerjanya nanti.

Etos berasal dari bahasa Yunani yang berarti sikap, kepribadian atau juga
bermakna watak. Dari kata ini melahirkan kata etika atau etiket, sehubungan
dengan hal ini Toto Tasmara menjelaskan:

Kata etos (ethos), berasal dari bahasa yunani yang berarti sikap, kepribadian,
watak, karakter. Etos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh budaya, serta
sistim nilai yang diyakininya. Dari kata etos dikenal pula kata etika, etiket, yang
terkandung makna semangat yang kuat untuk mengerjakan sesuatu secara
optimal, lebih baik dan optimal dengan menghindari segala kerusakan, sehingga
setiap pekerjaan yang dilakukannya akan diarahkan untuk mengurangi bahkan
menghilangkan cacat dari hasil pekerjaannya. Sikap ini dalam islam dikenal
dengan istilah ihsan.

Dari penjelasan tersebut tersirat makna bahwa Etos berkaitan dengan nilai
kejiwaan seseorang. Oleh karena itu seorang muslim harus mengisinya dengan
kebiasaan kebiasaan yang positif, sehingga akan mencerminkan kepribadiannya
sebagai seorang muslim yang pekerjaannya akan mengarah pada hasil yang
baik dan sempurna.(Sunardi, n.d.)

Nilai-nilai etos kerja dalam ekonomi Islam perlu diterapkan pada semua aspek
kehidupan sosial ekonomi, sehingga dengan nilai-nilai itu diharapkan akan
membawa manusia pada satu kesadaran religious, yang akibatnya dapat
mendekatkan manusia pada Allah swt semata. Semua hasil kerjanya hanya
diserahkan kepada-Nya untuk menilai-Nya sebagai faktor ibadah semata.

Dalam mewujudkan Etos Kerja, alangkah baiknya semua pihak yang terkait
memahami mengenai faktor-faktor harus diperhatikan. Bahu membahu dalam
memperbaiki dan menjaga hubungan dengan sesama manusia dan alam sekitar

1
sehingga melahirkan kesejahteraan, kebahagian dan keselamatan didunia dan
akhirat.(3425-Article Text-10948-1-10-20230117, n.d.)

Sikap hidup orang yang memiliki etos kerja yang islami akan mencerminkan
aqidahnya diantaranya sebagai berikut :

1. Akan menjunjung tinggi nilai nilai kejujuran dalam melaksanakan aktivitasnya,

karena dia memiliki keyakinan bahwa Allah adalah dzat yang maha melihat
terhadap

apapun dan dimanapun aktivitas yang dilakukan hambanya. Sehingga bagi


seorang

muslim tidak perlu adanya pengawasan dari manusia ketika diamanati untuk

melakukan pekerjaan, bagi dia Allah adalah pengawas yang sesungguhnya.


Allah

berfirman dalam surat al-Ahzab ayat 52 “Dan adalah Allah maha mengawasi
segala sesuatu”. (al-Ahzab : 52)

2. Akan selalu istiqomah / konsisten, yakni kemampuan untuk bersikap taat


kepada

azas, pantang menyerah dan mampu mempertahankan prinsip serta


komitmennya

walaupun harus berhadapan dengan resiko yang membahayakan dirinya, karena

baginya bekerja adalah amanat yang wajib di tunaikan. Allah berfirman dalam
surat

an-Nisa : 58 “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat


kepada yang berhak menerimanya, danmenyuruh kamu apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya
Allah memberi pengajaran yang sebaik baiknya kepadamu, sesungguhnya Allah
maha mendengar lagi maha melihat. (an-Nisa : 58)

3. Akan selalu bertanggung jawab, yakni satu sikap yang ingin menunaikan
segala

2
aktivitasnya dengan sebaik baiknya, karena hasilnya harus dipertanggung
jawabkan.

Bagi seorang muslim pertanggung jawaban segala amal perbuatannya tidak


hanya

kepada manusia tetap juga harus dipertanggung jawabkan kepada Allah di


akherat

kelak. Allah berfirman : “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah
diperbuatnya”. (al-Muddatstsir : 38)

4. Senantiasa ikhlas. Seorang muslim yang memiliki etos kerja islami, dia bekerja
bukan kerena ingin menumpuk kekayaan, tapi dia melakukannya semata mata
karena Allah, dia bekerja karena ada keyakinan bekerja adalah kewajiban dari
Allah yang wajib ditunaikan, dan meninggalkannya adalah berdosa. Karena yang
menjadi orientasi bekerjanya adalah Allah maka dia akan bekerja sebaik mungkin
agar mendapat ridha dari Allah. Menurut Toto Tasmara, orang yang ikhlas
(mukhlis) dalam bekerja adalah mereka yang melaksanakan tugasnya secara
profesional tanpa motivasi lain, kecuali bahwa pekerjaan itu merupakan amanat
yang harus ditunaikan dengan sebaik baiknya. Allah berfirman : artinya : “Kecuali
orang orang yang bertaubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh
pada agama Allah dan tulus ikhlas mengerjakan agama karena Allah. Maka
mereka itu adalah bersama sama orang yang beriman dan kelak Allah akan
memberikan kepada orang orang yang beriman pahala yang besar. (an-Nisa
:146)(Sunardi, n.d.)

Seorang muslim akan bekerja dengan sebaik-baiknya, sebaik ketika menjalankan


ibadah yang sifatnya hubungan langsung dengan Allah, seperti shalat, puasa, dll.
Hal ini seperti ditegaskan dalam hadits Nabi dari kulaib, dalam sabdanya : Dari
Kulaib, Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya Allah mencintai orang yang
bekerja, apabila bekerja ia melakukannya dengan ihsan”. (HR. Baihaqi).(Sunardi,
n.d.)

Karena bekerja dalam Islam termasuk ibadah, maka mulailah setiap pekerjaan
dengan basmalah, sebagai tanda mohon perkenan, dan pertolongan Allah dalam
kelancaran bekerja, dan akhiri dengan hamdalah sebagai tanda syukur kepada-

3
Nya. “Dan ingatlah tatkala Tuhanmu memaklumkan : Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kami
mengingkari (ni’matKu), maka sesungguhnya azabKu sangat pedih. (QS. Ibrahim
: 7) Bekerja tentu saja mendatangkan rizki atau harta. Ajaran islam ternyata tidak
hanya memerintahkan ummat mencari rizki, tetapi juga ajaran islam mengajarkan
bagaimana memanfaatkan harta tersebut. Islam mengajarkan agar harta yang
diperolah digunakan dijalan Allah, hanya untuk hal-hal yang diridhai-Nya, seperti
menafkahi diri dan keluarga, membayar zakatnya, menyedekahkannya untuk
kaum dhuafa, serta menginfakkannya untuk kepentingan agama dan umat
Islam(Sunardi, n.d.)

Etos kerja terkait dengan tingkat perkembangan ekonomi tertentu, juga


merupakan hasil pengamatan terhadap masyarakat-masyarakat tertentu yang
etos kerjanya menjadi baik setelah mencapai kemajuan ekonomi tertentu, seperti
umumnya negara-negara Industri Baru di Asia Timur, yaitu Korea Selatan,
Taiwan, Hongkong dan Singapura. Kenyataan bahwa Singapura, misalnya,
menunjukkan peningkatan etos kerja warga negaranya setelah mencapai tingkat
perkembangan ekonomi yang cukup tinggi. Peningkatan etos kerja di sana
kemudian mendorong laju perkembangan yang lebih cepat lagi sehingga negara
kota itu menjadi seperti sekarang(228453677, n.d.)

Gagasan tentang Teologi Pembangunan ini dilandasi oleh asumsi-asumsi: (1)


sistem teologi yang dianut oleh umat Islam Indonesia belum mampu mendorong
dan membangkitkan etos kerja yang tinggi; (2) umat Islam Indonesia mudah
sekali menyerah ketika mengalami suatu kegagalan; (3) umat Islam Indonesia
bersifat pasif, fatalis dan deterministik; serta asumsi-asumsi lainnya.

Namun demikian, karena masalah teologi sangat sensitif, akhirnya gagasan-


gagasan yang pernah dicetuskan itu berakhir dengan tanpa memperoleh
rumusan yang jelas dan sistematis. Kalau kita mau mencermati dan mengkaji
makna-makna yang terkandung dalam al-Qur‟an dan al-Sunnah, maka kita akan
menemukan banyak sekali bukti, bahwa sesunguhnya ajaran Islam sangat
mendorong umatnya untuk bekerja keras, dan bahwa ajaran Islam memuat spirit
dan dorongan pada tumbuhnya budaya dan etos kerja yang tinggi.(228453677,
n.d.)

4
Menurut Nurcholish Madjid, etos kerja dalam Islam adalah hasil suatu
kepercayaan seorang Muslim, bahwa kerja mempunyai kaitan dengan tujuan
hidupnya, yaitu memperoleh perkenan Allah Swt. Berkaitan dengan ini, penting
untuk ditegaskan bahwa pada dasarnya, Islam adalah agama amal atau kerja
(praxis). Inti ajarannya ialah bahwa hamba mendekati dan berusaha memperoleh
ridha Allah melalui kerja atau amal saleh, dan dengan memurnikan sikap
penyembahan hanya kepada-Nya.(228453677, n.d.)

Etos kerja adalah bagian dari proses eksistensi diri manusia dalam lapangan
kehidupannya yang amat luas dan kompleks. Allah telah menciptakan manusia
dan menetapkannya sebagai khalifah di atas muka bumi untuk menjadi wakilnya
dalam pemakmuran bumi. Pemakmuran bumi tersebut hanya dapat terwujud
melalui etos kerja yang baik. Allah telah berfirman dalam Q. S. al-Jumu’ah, 62: 9-
10:

‫دون اَذِإ ُاونَمآ َنيِذﱠال اَهﱡـيَأ‬ ُ َ ‫ﱃإ اْ َوعْساَف ِة‬


ُ ِ‫ع ُمُْ ﳉا ِ ْم َوـي ْنِم ِةالﱠصلِل َي‬ ِ َ ‫م ُُْ تْنُك ْنِإ ْ ُمكَل ٌ ْرـيَخ ْ ُم ِكلَذ َعْيـ َبْال ُاو َرذَو ِﱠهلال ِ ْركِذ‬
‫اَي‬

ِ ‫ن َ ُوحِ ْلفُـت ْ ُمكﱠلَعَل ا‬


َ ِ ‫ﲑثَك َﱠهلال ُاو ُر ْكذاَو ِﱠهلال ِلض َُْ ف ْنِم ُاوغَـتْـباَو ِضْرﻷا ِﰲ ُاور‬
(٩)‫شتْـناَف ُةالﱠصال ِتَيِضُق ا َ ِذإَف‬
‫ن َ ُو َم ْلعَـت‬

Artinya: “Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat


Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual
beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah
ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia
Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.(Nasution,
2017)

Melandaskan kerja atas niat yang benar

‫عزَ ـق ُ ْنب َﲕَْﳛ اَنَـثﱠ َدح‬


َ َ ‫َة‬، ‫ ٌ ِكالَم اَن َـثﱠ َدح‬، ‫ٍديِعَس ِ ْنب َﲕَْﳛ ْنَع‬، ‫ر ِا َﳊا ِ ْنب َميِها َ ْرـبِإ ِ ْنب ِﱠد َمُُ ﳏ ْنَع‬

،ٍ ‫ ِث‬، ‫صاقَو ِ ْنب َة َ َم ْقلَع ْنَع‬


‫ﱠ‬

،‫يـنالِب ُلَ َمعال‬


‫ِةﱠ ﱢ‬، ‫ﳕإَو‬
ِ َ ‫ىَ َوـن اَم ٍئ ِْرم ِال ﱠا‬

َ،‫ﱃإ ُ ُهت َْر ِجه ْت َناَك ْنَ َمف‬


ِ َ ‫س َرو ِﱠهلال‬ ُ ‫ِه‬، ‫ﱃإ ُ ُهت َْر ِج َهف‬
َ ‫ِلو‬ ِ َ ‫س َرو ِﱠهلال‬ ُ ‫ىلَص ِه‬
َ ‫ِلو‬ ‫سو ِ ْهيَلَع ُﷲا ﱠ‬
َ َ‫ﱠمل‬

5
َ ‫ضر ِﱠبا‬
» :‫طﳋا ِنْب َ َر ُمع ْنَع‬ ‫ىلَص ﱡ ِ ﱠ‬
َ ‫ُ ْهن َع ُﱠهلال َ ِي‬، ‫ل َاَق‬: ‫ﱯنال َالَق‬ ‫سو ه ِ ُْيَلَع ُﷲا ﱠ‬
َ َ‫م ﱠَل‬

‫ﱃإ ُ ُهت َْر ِجه ْت َناَك ْنَ َمو‬


ِ َ ‫اَيْـنُد‬

ُ ‫اَهُـب ِي‬، ‫ا َ ُهحِ ْكنَـي ٍة َأر َ ُْما ِ َوأ‬، ‫ﱃإ ُ ُهت َْر ِج َهف‬
«‫صي‬ ِ َ ‫ه ِ ُْيَ ِل َ َرجاَه اَم‬

Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Qaza'ah Telah


menceritakan kepada kami Malik dari Yahya bin Sa'id dari Muhammad bin
Ibrahim bin Al Harits dari 'Alqamah bin Waqash dari Umar bin Al Khaththab
radliallahu 'anhu ia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya setiap amal itu tergantung pada niatnya. Dan bagi seseorang
adalah apa yang ia niatkan. Barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-
Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa yang
hijrahnya lantaran dunia yang hendak ia kejar atau wanita yang ingin dinikahinya,
maka hijrahnya itu adalah sekedar kepada apa yang ia inginkan." (Nasution,
2017)

Niat adalah maksud atau tujuan dalam melakukan suatu pekerjaan. Niat
merupakan hal yang paling mendasar ketika seseorang akan mengerjakan
sesuatu. Apa yang akan didapat oleh seseorang sesuai dengan apa yang
diniatkan dalam dirinya. Daud mengatakan niat adalah setengah Islam karena
Islam terdiri atas dua aspek yaitu aspek lahir dan batin. Aspek lahir adalah
perbuatan dan aspek batin adalah niat. Sementara asy-Syafi’i menyatakan niat
adalah sepertiga Islam karena perbuatan seorang hamba terdiri atas tiga
aktivitas yaitu aktivitas hati, aktivitas lisan, dan aktivitas anggota
badan.(Nasution, 2017)

Manfaat Etos Kerja

1. Kinerja Karyawan yang Lebih Produktif : Memiliki perilaku yang positif tentu
saja akan mendorong kinerja karyawan untuk menjadi lebih produktif. Karyawan
yang memiliki etos kerja akan berusaha untuk memaksimalkan kinerjanya agar
dapat berpengaruh bagi kesuksesan perusahaan. Karyawan yang seperti ini
akan terlihat dari bagaimana mereka mengerjakan seluruh tugas secara tepat
waktu atau bahkan hampir tidak pernah telat (Indrasari, 2017: 19).

2. Menghasilkan Kinerja yang Berkualitas : Karyawan yang memiliki etos kerja


tentu akan memberikan hasil kinerja terbaik dan berkualitas untuk perusahaan.

6
Mereka tidak akan mengerjakan sesuatu secara setengah-setengah. Dengan
demikian, Anda dapat memberikan kesempatan bagi mereka untuk dapat meraih
jenjang karir ke tahap selanjutnya (Azhari 2020: 48).

3. Memiliki Wawasan yang Luas : Seseorang yang memiliki etos kerja yang tinggi
biasanya juga memiliki wawasan yang luas. Hal ini dikarenakan mereka ingin
terus mengembangkan diri dengan pengetahuan ataupun meningkatkan potensi
dalam diri seperti skill. Dengan wawasan yang mereka miliki, bukan tidak
mungkin karyawan tersebut mampu memberikan ide-ide yang dapat membangun
perusahaan Anda agar menjadi lebih baik lagi (Sastrawan, 2020: 98).

4. Mengemban Tanggung Jawab dengan Baik : Etos kerja dalam diri karyawan
dapat terlihat dari bagaimana mereka menjalankan seluruh tanggung jawab yang
telah didelegasikan oleh perusahaan dengan baik. Anda bahkan dapat
mempercayakan tanggung jawab yang besar sekalipun kepada karyawan yang
memiliki etos kerja yang tinggi (Desi, 2019: 58).

5. Memengaruhi Sesama Rekan Kerja untuk Menjadi Lebih Baik : Manfaat


terakhir yang dapat memberikan dampak yang besar untuk perusahaan adalah
pengaruh dari karyawan dengan etos kerja yang tinggi bagi sesama rekan
kerjanya. Perilaku positif yang tercermin dari karyawan tersebut dapat dijadikan
sebagai contoh ataupun panutan bagi sesama rekan kerja lainnya. Dengan
demikian, jika perusahaan Anda dipenuhi dengan karyawan yang disiplin,
bertanggung jawab, aktif dan berwawasan luas, hal tersebut tentu saja akan
meningkatkan keuntungan bagi perusahaan (www. Sodexo.com).

(Mas et al., 2022)

Ciri-Ciri Orang Yang Memiliki Etos Kerja Tinggi :

Seseorang yang memiliki dan menjalani etos kerja sesuai ajaran Islam dapat
dilihat dalam sikap dan perilakunya berdasarkan gagasan yang sama sekali
mendalam bahwa lukisan adalah bentuk pemujaan, nama dan perintah Tuhan
dengan maksud untuk memuliakannya, memanusiakan dirinya sebagai bagian
dari orang yang dipilih. Beberapa

ciri-ciri orang yang memiliki etos kerja tinggi diantaranya :

7
a. Kecanduan Terhadap Waktu

b. Ikhlas

c. Jujur

d. Berkomitmen

e. Konsisten

f. Disiplin

g. Bertanggung jawab

h. Kreatif (Mas et al., 2022)

Dalam bentuk aksioma, Toto meringkasnya dalam bentuk sebuah rumusan:

KHI = T, AS (M,A,R,A)

KHI = Kualitas Hidup Islami

T = Tauhid

AS = Amal Shaleh

M= Motivasi

A = Arah Tujuan (Aim and Goal/Objectives)

R = Rasa dan Rasio (Fikir dan Zikir)

A = Action, Actualization.

Dari rumusan di atas, Toto mendefinisikan etos kerja dalam Islam (bagi kaum
Muslim) adalah: “Cara pandang yang diyakini seorang Muslim bahwa bekerja itu
bukan saja untuk memuliakan dirinya, menampakkan kemanusiaannya, tetapi
juga sebagai suatu manifestasi dari amal shaleh dan oleh karenanya mempunyai
nilai ibadah yang sangat luhur.”(Kirom, 2018)

Implementasi Etos Kerja dalam Islam

Impelementasi etos kerja islam adalah setiap pribadi muslim mampu dan
memiliki etos kerja yang sesuai dengan tuntunan al quran dan al-hadist,
sehingga ia menjadi pribadi yang profesional, handal dan produktif. disebutkan

8
dalam Buku yang berjudul Membudayakan Etos Kerja Islami karangan Toto
Tasmara, bahwa dalam al-Qur’an banyak kita temui ayat tentang kerja
seluruhnya berjumlah 602 kata, bentuknya:

1. Kita temukan 22 kata ‘amilu (bekerja) di antaranya di dalam surat al- Baqarah:
62, an-Nahl: 97, dan al-Mukmin: 40.

2. Kata ‘amal (perbuatan) kita temui sebanyak 17 kali, di antaranya surat Hud:
46, dan al-Fathir: 10.

3. Kata wa’amiluu (mereka telah mengerjakan) kita temui sebanyak 73 kali,


diantaranya surat al-Ahqaf: 19 dan surat al-Nur: 55.

4. Kata Ta’malun dan Ya’malun seperti dalam surat al-Ahqaf: 90 dan surat Hud:
92.

5. Kita temukan sebanyak 330 kali kata a’maaluhum, a’maalun, a’maluka,


‘amaluhu, ‘amalikum, ‘amalahum, ‘aamul dan amullah. Diantaranya dalam surat
Hud: 15, al-Kahf: 102, Yunus: 41, Zumar: 65, Fathir: 8, dan at-Tur: 21.

6. Terdapat 27 kata ya’mal, ‘amiluun, ‘amilahu, ta’mal, a’malu seperti dalam surat
al-Zalzalah: 7, Yasin: 35, dan al-Ahzab: 31.

7. Disamping itu, banyak sekali ayat-ayat yang mengandung anjuran dengan


istilah seperti shana’a, yasna’un, siru fil ardhi ibtaghu fadhillah, istabiqul khoirot,
misalnya ayat-ayat tentang perintah berulang-ulang dan sebagainya.(Kirom,
2018)

Islam tidak meminta penganutnya sekedar bekerja, tetapi juga meminta agar
mereka bekerja dengan tekun dan baik yakni dapat menyelesaikannya dengan
sempurna. Untuk mencapai ketekunan dalam bekerja, salah satu pondasinya
adalah amanah dan ikhlas dan berusaha semaksimal mungkin dengan prinsip
melakukan yang terbaik dan bertawakkal serta dibentengi oleh etika mulia dan
hanya berharap mendapatkan keberkahan Allah swt. atas usaha yang
dilakukannya di dunia dan kelak di akhirat mendapat ganjaran pahala. (Yusuf
Qardawi,1997:164)

9
Sedangkan menurut Toto Tasmara dalam bukunya etos kerja pribadi muslim ada
14 karakter etos kerja seorang muslim,(Toto Tasmara, 1995:61) karakter sersebut
adalah:

1. Memiliki jiwa kepemimpinan

Manusia adalah khalifah di bumi, dan pemimpin berarti mengambil peran secara
aktif untuk mempengaruhi orang lain, agar orang lain tersebut dapat berbuat baik
sesuai keinginanya. Sekaligus kepemimpinan berarti kemampuan untuk
mengambil posisi sekaligus memainkan peran (role), sehingga kehadiran dirinya
memberikan pengaruh pada lingkunganya. Seorang pemimpin adalah seseorang
yang mempunyai personalitas tinggi. Dia larut dalam keyakinanya tetapi tidak
segan untuk menerima kritik, bahkan mengikuti yang terbaik

2. Selalu berhitung

Rasulullah bersabda ‘bekerjalah untuk duniamu seakan hidup selamanya dan


beribadahlah untuk akhiratmu seakan engkau akan mati besok, senada dengan
hadist sayidina umar berkata: maka hendaklah kamu menghitung dirimu sendiri,
sebelum datang hari dimana engkau akan diperhitungkan. Hal senada juga
terdapat dalam firman allah hendaklah kamu menghitung diri hari ini untuk
mempersiapkan hari esok (Qs: 59:18).Seorang muslim harus melihat resiko dan
memplaning apa yang akan dilakukan agar konsisten, tepat waktu dan bisa
mendapatkan hasil yang memuaskan.

3. Menghargai waktu

Kita sangat hafal dengan ayat al-quran tentang makna dan pentingnya waktu,
sebagaimana dalam surat al-ash ayat 1-3. Waktu adalah rahmat yang tiada
terhitung nilainya, dan konsekwensi logisnya adalah menjadikan waktu sebagai
wadah produktivitas. Ada semacam bisikan dalam jiwa jangan lewatkan sedetik
pun kehidupan ini tanpa memberi arti. Ajaran islam adalah ajaran yang riil, bukan
sebagai ajaran yang mengawang-ngawang, bukan pula bahan konsumsi diskusi
konsep lapuk di atas meja seminar. Tetapi dia merupakan ayat-ayat amaliyah,
suatu agama yang menuntut pengamalan ayat –ayat dalam bentuk yang
senyata-nyatanya, melalui gerakan bil haal. Oleh sebab itulah disadari oleh
setiap muslim bahwa memang apa yang akan di raih pada waktu yang akan

10
datang ditentukan oleh caranya mengada pada hari ini what we are going
tomorrow we are becoming today.

4. Tidak pernah merasa puas dengan berbuat baik (positif improvement)

Merasa puas di dalam berbuat kebaikanadalah tanda-tanda kematian kreatifitas.


Sebab itu sebagai konsekwensi logisnya, tipe seorang muslim akan tampak dari
semangat juangnya, yang tak mengenal lelah, tidak ada kamus menyerah
pantang surut apalagi terbelenggu dalam kemalasan yang nista. Dengan
semngat ini, seorang muslim selalu berusaha untuk mengambil posisi dan
memainkan peranya yang dinamis dan kreatif.

5. Hidup berhemat dan efisien

Hidup berhemat dan efisien adalah dua sifat yang bagus bagi seorang muslim,
orang yang berhemat adalah orang yang mempunyai pandangan jauh kedepan
(future outlook), bukan hemat selalu di identikkan dengan menumpuk harta
kekayaan, sedangkan orang yang efisien di dalam mengelola setiap resources
yang di milikinya, dia menjauhkan dari sifat yang tidak produktif dan mubazir.

6. Memiliki jiwa wiraswasta (entreprenership)

Memilik semangat wiraswata yang tinggi, tahu memikirkan segala fenomena


yang ada di sekitarnya, merenung dan kemudian bergelora semangatnya untuk
mewujudkan setiap perenungan batinya dalam bentuk yang nyata dan realistis,
nuraninya sangat halus dan tanggap terhadap lingkungan dan setiap tindakanya
diperhitungkan dengan laba rugi, manfaat dan mudharatnya (entrepreneurship).
Dalam sabda Rasulullah sesungguhnya Allah sangat cinta kepada seorang
mukmin yang berpenghasilan.

7. Memiliki jiwa bertanding dan bersaing.

Semangat bertanding merupakan sisi lain bagi seorang muslim yang tangguh,
melalui lapangan kebajikan dan meraih prestasi. Harus disadari dengan penuh
keyakinan yang mendalam bahwa keuletan dan kegigihan adalah fitrah diri setiap
pribadi manusia, sehingga sikap malas dan kehilangan semangat berkompetisi
adalah kondisi melawan fitrah kemanusianya, dan menghianati misi sebagai
seorang khalifah di dunia ini.

11
8. Memiliki kemandirian (independent)

Keyakinan akan nilai tauhid penghayatanya terhadap ikrar iyyaka na’budu,


menyebabkan setiap pribadi muslim yang memiliki semangat jihad sebagai etos
kerjanya, adalah jiwa merdeka. Semangat semacam ini melahirkan sejuta
kebahagiaan yang diantaranya adalah kebahagiaan untuk memperolah hasil dan
usaha atas karsa dan karya yang dibuahkan dari dirinya sendiri. Dia merasa risih
apabila memperoleh sesuatu dengan gratis, merasa tidak tak bernilai apabila
menikmati sesuatu tanpa bertegang otot bermandikan keringat. Kemandirian
bagi dirinya adalah lambang perjuangan sebuah semangat yang mahal
harganya.

9. Haus untuk memiliki sifat keilmuan

Setiap pribadi muslim diajarkan untuk mampu membaca environment dari yang
mikro (dirinya sendiri) sampai pada yang makro (universe) dan bahkan
memasuki ruang yang lebih hakiki yaitu metafisik. Dari rasa haus keilmuan ini
akan menimbulkan sifat kritis, semangat membara dan selalu belajar lebih baik.

10. Berwawasan Makro – Universal

Dengan memiliki wawasan makro, seorang muslim menjadi manusia yang


bijaksana. Mampu membuat pertimbangan yang tepat , serta setiap keputusanya
lebih mendekati tingkat presisi (ketepatan) yang terarah dan benar. Seorang
muslim tidak hanya berkewajiban pada ibadah-ibadah yang mahdoh saja tetapi
dia juga memiliki tanggung jawab yang lain dari ekonomi, sosial, kemasyarakatan
lain yang bersifat kesalihan sosial. Salah satu hadist Rasulullah tidak beriman
sesorang yang tidur kekenyangan sementara tetangganya kelaparan (HR.
Bukhari). Inilah salah satu hadist dalam sosial ekonomi.

11. Memperhatikan kesehatan dan gizi

Menjaga kesehatan badan adalah salah satu cara untuk menjaga kekuatan,
karena semangat yang membara juga membutuhkan tubuh yang sehat dan kuat.
Etos kerja pribadi muslim adalah etos yang sangat erat kaitanya dengan cara
dirinya memelihara kebugaran dan kesegaran jasmaninya. Dalam Alquran
banyak ditemukan ayat tentang perintah menjaga makanan, bahkan bukan

12
hanya sekedar yang halal tapi juga bervitamin yang akan memberikan asupan
gizi bagi tubuh manusia.

12. Ulet, Pantang menyerah.

Keuletan merupakan modal yang sangat besar di dalam menghadapi segala


macam tantangan atau tekanan, sebab sejarah telah banyak membuktikan,
betapa banyak bangsa-bangsa yang memiliki sejarah kelam akhirnya dapat
keluar dengan inovasi dan keuletan yang mereka miliki.

13. Berorientasi pada produktivitas

Seorang muslim itu seharusnya sangat menghayati makna yang difirmankan


Allah dengan sangat tegas melarang sikap mubazir karena sesuangguhnya itu
adalah perilaku syetan. Dari ayat ini jiwa seorang muslim akan terarah pada etos
kerja yang baik. Sikap seperti ini merupakan modal dasar dalam upaya untuk
menjadikan dirinya sebagai manusia yang selalu berorientasi kepada nilai-nilai
produktif.

14. Memperkaya jaringan silaturahim.

Kualitas silaturahim, yang dinyatakan dalam bentuk sambung rasa yang dinamis
dapat memberikan dampak yang sangat luas. Apalagi dunia bisnis adalah dunia
relasi sebuah jaringan yang membutuhkan lebih banyak informasi dan
komunikasi. Sebab itu tidak ada alasan sedikitpun bagi seorang muslim untuk
mengisolasi diri dari tatanan sosial.(Kirom, 2018)

Adapun indikasi-indikasi orang atau sekelompok masyarakat yang beretos kerja


tinggi, menurut Gunnar Myrdal dalam bukunya Asian Drama, ada tiga belas sikap
yang menandai hal itu:

1. Efisien
2. Rajin
3. Teratur
4. Disiplin atau tepat waktu
5. Hemat
6. Jujur dan teliti
7. Rasional dalam mengambil keputusan dan tindakan

13
8. Bersedia menerima perubahan
9. Gesit dalam memanfaatkan kesempatan
10. Energik
11. Ketulusan dan percaya diri
12. Mampu bekerja sama dan,
13. Mempunyai visi yang jauh ke depan.(Kirom, 2018)

Menurut Nurcholish Madjid, etos kerja dalam Islam adalah hasil suatu
kepercayaan seorang Muslim, bahwa kerja mempunyai kaitan dengan tujuan
hidupnya, yaitu memperoleh perkenan Allah Swt. Berkaitan dengan ini, penting
untuk ditegaskan bahwa pada dasarnya, Islam adalah agama amal atau kerja
(praxis). Inti ajarannya ialah bahwa hamba mendekati dan berusaha memperoleh
ridha Allah melalui kerja atau amal saleh, dan dengan memurnikan sikap
penyembahan hanya kepada-Nya.(Kirom, 2018)

Toto Tasmara, dalam bukunya Etos Kerja Pribadi Muslim, menyatakan


bahwa “bekerja” bagi seorang Muslim adalah suatu upaya yang sungguh-
sungguh, dengan mengerahkan seluruh asset, fikir dan zikirnya untuk
mengaktualisasikan atau menampakkan arti dirinya sebagai hamba Allah yang
harus menundukkan dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari
masyarakat yang terbaik (khaira ummah), atau dengan kata lain dapat dikatakan
bahwa dengan bekerja manusia itu memanusiakan dirinya.(Kirom, 2018)

Berdasarkan kajian diatas dapat disimpulkan bahwa setiap muslim diharapkan


mampu dan memiliki etos kerja yang sesuai dengan petunjuk Al-Qur'an dan
hadits sehingga menjadi manusia yang profesional, handal dan berdaya guna
bagi semua orang. Menumbuhkan etos kerja sangatlah penting bagi setiap
muslim dikarenakan manfaat etos kerja sangat baik dalam dunia kerja,
diantaranya: kinerja karyawan yang lebih produktif, menghasilkan kinerja yang
berkualitas, memiliki wawasan yang luas, mengemban tanggung jawab dengan
baik, mempengaruhi sesama rekan kerja untuk menjadi lebih baik. Dalam bekerja
Salah satu landasan yang penting adalah amanah dan keikhlasan, serta
berusaha semaksimal mungkin dengan prinsip berbuat yang terbaik, amanah
dan teguh pendirian serta mengharap ridho Allah SWT.(Mas et al., 2022)

14
DAFTAR PUSTAKA

3425-Article Text-10948-1-10-20230117. (n.d.).


228453677. (n.d.).
Kirom, C. (2018). Etos Kerja dalam Islam. Tawazun: Journal of Sharia Economic
Law, 1(1). http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/tawazun/index
Mas, M., Asyhari, ud, Achfriedo, C., Fatkhul Rohman, H., & Basyrul Muvid, M.
(2022). ARJIS KONSEP ETOS KERJA DALAM ISLAM (THE CONCEPT OF
WORK ETHIC IN ISLAM). In ABDURRAUF JOURNAL OF ISLAMIC
STUDIES (ARJIS) P-ISSN (Vol. 1, Issue 2).
Nasution, M. T. (2017). ETOS KERJA DALAM PERSPEKTIF ISLAM. In Mhd.
Thoib Nasution (Vol. 1, Issue 1). Etos kerja dalam perspektif Islam.
Sunardi, D. (n.d.). ETOS KERJA ISLAMI.

15

Anda mungkin juga menyukai