Nim : 30323038
Prodi: D3 Farmasi/23
Soal B
bagaimana etos kerja muslim untuk
mencapai prestasi yang optimal
JUDUL
Islam adalah agama yang mengatur segala aspek, seorang penulis perancis
Jack Aster dalam bukunya, islam dan perkembangan ekonomi, mengatakan,
islam adalah sebuah sistem hidup yang aplikatif dan secara bersamaan
mengandung nilai-nilai ahlaq yang tinggi. Kedua hal ini berkaitan erat, tidak
pernah terpisahkan satu dengan lainya. Dari sini bisa dipastikan kaum muslimin,
tidak akan menerima sistem ekonomi kapitalis. Ekonomi yang mengambil
kekuatanya dari wahyu al-Quran pasti ekonomi yang berahlak. Ahlaq ini mampu
memberikan makna baru terhadap nilai, dan mampu mengisi kekosongan pikiran
yang nyaris muncul akibat alat industrialisasi. (Yusuf, 1997: 23)
Manusia adalah mahluk yang dikendalikan oleh sesuatu yang bersifat batin dan
psikologis, bukan oleh fisik yang nampak. (Abdus, 1988:86) Jadi seorang muslim
1
tidak dibenarkan bermalas-malasan dalam bekerja sebagaimana anjuran hadist
nabi ‘bekerjalah untuk duniamu seakan- akan kamu hidup selamanya, dan
bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan besok kau akan mati’. (al-hadist)
banyak asumsi bahwa umat islam memiliki etos kerja yang buruk dan menjadi
umat yang terbelakang dalam kemiskian dan tertinggal. Negara-negara yang
mayoritas beragama islam menjadi negara yang tidak maju, tentu ini menarik
menjadi kajian, dalam makalah ini membahas bagaimana etos kerja yang ideal
menurut islam, faktor apa saja yang memicu etos kerja dan bagimana agar
kualitas kerja seseorang atau instansi lebih baik dan maju sebagaimana yang
diharapkan bersama.
Islam menempatkan bekerja sebagai ibadah untuk mencari rezeki dari Allah guna
menutupi kebutuhan hidupnya. Bekerja untuk mendapatkan rezeki yang halalan
thayiban termasuk kedalam jihad di jalan Allah yang nilainya sejajar dengan
melaksanakan rukun Islam. Dengan demikian bekerja adalah ibadah dan menjadi
kebutuhan setiap umat manusia. Bekerja yang baik adalah wajib sifatnya dalam
Islam. Rasulullah, para nabi dan para sahabat adalah para profesional yang
memiliki keahlian dan pekerja keras. Mereka selalu menganjurkan dan
menteladani orang lain untuk mengerjakan hal yang sama. Profesi nabi Idris
adalah tukang jahit dan nabi Daud adalah tukang besi pembuat senjata. Jika kita
ingin mencontoh mereka maka yakinkan diri kita juga telah mempunyai profesi
dan semangat bekerja keras. Profesi yang dikembangkan di lingkungan kita
seperti profesi dosen, profesi verifikator keuangan, profesi ahli hukum, profesi
laboran, profesi administratur, profesi supir, dan lainnya merupakan profesi yang
harus kita kerjakan untuk kemaslahatan masyakat banyak. Satu langkah setelah
2
meyakini memiliki profesi maka wajib hukumnya kita untuk bekerja keras.
InsyaAllah kita akan dilimpahkan rezeki yang halal sekaligus pahala atas ibadah
pekerjaan yang kita lakukan. Melengkapi bekerja keras dan profesional adalah
praktek bersikap dan berperilaku mencontoh Rasulullah yaitu bersifat siddiq,
fathonah, amanah dan tabligh agar kita diberikan keselamatan dunia dan akhirat.
Sifat siddiq adalah dapat dipercaya dan jujur. Sifat fathonah adalah harus pintar.
Sifat amanah adalah melaksanakan tugas yang dibebankan dan tabligh adalah
mampu melakukan komunikasi yang baik.
.Dalam kehidupan ini, setiap individu memiliki tujuan yang ingin dicapai. Bagi
seorang muslim, prestasi yang optimal bukan hanya mencakup pencapaian
dalam kehidupan dunia semata, tetapi juga dalam kehidupan akhirat. Etos kerja
muslim adalah suatu konsep yang mengacu pada semangat keras dalam meraih
kesuksesan dengan menjalankan tugas dan kewajiban sebagai seorang hamba
Allah. Melalui etos kerja yang kuat, seorang muslim dapat mencapai prestasi
yang tinggi dan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitarnya
Etos kerja Muslim adalah seperangkat prinsip dan praktik yang memandu umat
Islam dalam mencapai kinerja optimal dalam pekerjaannya. Hal ini berakar pada
ajaran Islam yang menekankan pentingnya kerja keras, keikhlasan, dan niat
dalam segala aspek kehidupan. Dalam esai ini, kita akan mengeksplorasi etos
kerja Muslim dan komponen-komponen utamanya, serta tantangan yang
dihadapi Muslim dalam mencapai kinerja optimal di tempat kerja.
Etos kerja Muslim dapat didefinisikan sebagai seperangkat nilai dan prinsip yang
memandu umat Islam dalam pekerjaan mereka. Hal ini didasarkan pada
keyakinan bahwa bekerja adalah salah satu bentuk ibadah dan bahwa segala
pekerjaan, sekecil atau sekecil apa pun, harus dilakukan dengan niat dan
keikhlasan. Umat Islam percaya bahwa pekerjaan mereka harus menjadi alat
3
untuk mencari penghidupan dan menafkahi keluarga mereka, namun juga harus
menjadi cara untuk mengabdi kepada Allah dan memberikan kontribusi kepada
masyarakat. Salah satu konsep kunci etos kerja umat Islam adalah barakah,
yang berarti keberkahan.
. Etos Kerja dalam Islam Etos kerja dalam Islam mencakup sikap yang diperlukan
untuk mencapai prestasi yang optimal. Salah satu prinsip utama dalam etos kerja
muslim adalah tawakkal, yaitu kepercayaan sepenuhnya kepada Allah SWT.
Seorang muslim dianjurkan untuk bekerja keras dalam mencapai tujuan, tetapi
pada saat yang sama mengandalkan Allah dalam segala hal. Ketika menghadapi
kesulitan atau tantangan, seorang muslim harus tetap tenang dan mengandalkan
pertolongan Allah untuk meraih kesuksesan. Selain tawakkal, etos kerja muslim
juga mengajarkan pentingnya disiplin dan ketekunan dalam bekerja. Dalam Islam,
diwajibkan untuk menjalankan shalat lima waktu sebagai bentuk kedisiplinan
dalam menaati perintah Allah. Hal ini mencerminkan pentingnya memiliki jadwal
kerja yang teratur dan komitmen untuk menyelesaikan tugas dengan baik.
Ketekunan juga sangat penting, karena tanpa usaha yang sungguh-sungguh dan
konsisten, sulit untuk mencapai prestasi yang optimal.
Motivasi dalam Etos Kerja Muslim Salah satu faktor penting dalam mencapai
prestasi yang optimal adalah motivasi yang kuat. Dalam etos kerja muslim, iman
dan takwa merupakan sumber motivasi yang utama. Seorang muslim yang
memiliki iman yang kuat dan takwa yang tinggi akan memiliki dorongan yang kuat
untuk berusaha mencapai kesuksesan. Iman dan takwa juga mengajarkan
pentingnya berbuat baik dan memanfaatkan setiap peluang untuk berkontribusi
bagi kebaikan umat manusia. Selain iman dan takwa, etos kerja muslim juga
dikaitkan dengan tujuan hidup yang jelas. Sebagai seorang muslim, tujuan hidup
utama adalah mencari ridha Allah dan mencapai surganya. Oleh karena itu,
semangat untuk meraih prestasi dalam kehidupan dunia juga harus sejalan
dengan tujuan akhir tersebut. Seorang muslim yang memiliki tujuan yang jelas
dan fokus pada akhirat akan merasa terdorong untuk bekerja keras dan
mencapai prestasi yang optimal.
Demikian juga tinggi atau rendahnya etos kerja seorang muslim akan sangat
tergantung kepada keyakinannya (imannya) kepada Allah SWT. Semakin tinggi
4
dan semakin berkualitas keimanannya kepada Allah, maka akan melahirkan
sebuah sikap yang ingin berusaha untuk dapat memahami apa yang menjadi
keinginan Allah yang ditunjukan dalam al-Qur’an dan sunnah, untuk dijadikan
pedoman dan tuntunan hidupnya di dunia, yang ditampilkan dalam kehidupan
kesehariannya. Keimanan seorang muslim yang kokoh kepada Allah juga akan
menjadikan al-Qur’an menjadi satu satunya pedoman hidup baik dalam
beraqidah, beribadah, bermuamalah maupun berahlak dalam kehidupan
bermasyarakat.
Sikap hidup orang yang memiliki etos kerja yang islami akan mencerminkan
aqidahnya di antaranya sebagai berikut :
3. Akan selalu bertanggung jawab, yakni satu sikap yang ingin menunaikan
segala aktivitasnya dengan sebaik baiknya, karena hasilnya harus dipertanggung
5
jawabkan. Bagi seorang muslim pertanggung jawaban segala amal perbuatannya
tidak hanya kepada manusia tetap juga harus dipertanggung jawabkan kepada
Allah di akherat kelak. Allah berfirman :
“Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya”. (al-
Muddatstsir : 38)
4. Senantiasa ikhlas. Seorang muslim yang memiliki etos kerja islami, dia bekerja
bukan kerena ingin menumpuk kekayaan, tapi dia melakukannya semata mata
karena Allah, dia bekerja karena ada keyakinan bekerja adalah kewajiban dari
Allah yang wajib ditunaikan, dan meninggalkannya adalah berdosa. Karena yang
menjadi orientasi bekerjanya adalah Allah maka dia akan bekerja sebaik mungkin
agar mendapat ridha dari Allah.
Menurut Toto Tasmara, orang yang ikhlas (mukhlis) dalam bekerja adalah
mereka yang melaksanakan tugasnya secara profesional tanpa motivasi lain,
kecuali bahwa pekerjaan itu merupakan amanat yang harus ditunaikan dengan
sebaik baiknya.7 Allah berfirman :
artinya : “Kecuali orang orang yang bertaubat dan mengadakan perbaikan dan
berpegang teguh pada agama Allah dan tulus ikhlas mengerjakan agama karena
Allah. Maka mereka itu adalah bersama sama orang yang beriman dan kelak
Allah.
Etos kerja seseorang dapat dilihat dari beberapa hal berikut ini :
6
• Produktivitas. Menggunakan waktu agar bisa menyelesaikan tugas dan
memenuhi tujuan.
Dalam ajaran Islam, etos kerja sudah lebih dahulu diajarkan secara tersurat
maupun tersirat baik melalui kalam Al quran maupun hadits atau Sunnah Nabi
SAW. Secara hakiki, bekerja bagi seorang muslim adalah ibadah, bukti
pengabdian dan rasa syukurnya untuk mengolah dan memenuhi panggilan Ilahi
agar mampu menjadi yang terbaik karena mereka sadar bahwa bumi diciptakan
sebagai ujian bagi mereka yang memiliki etos yang terbaik. Sebagaimana firman
Allah pada (Q.S alkahfi: 7)2 yang artinya :
Ayat ini mengetuk hati pribadi setiap muslim untukmengaktualisasikan etos kerja
dalam bentuk mengerjakan segala sesuatu dengan kualitas yang tinggi.
Nabi juga mengajarkan melalui haditsnya tentang etos kerja seperti hadits berikut
ini:
Islam tidak meminta penganutnya sekedar bekerja, tetapi juga meminta agar
mereka bekerja dengan tekun dan baik yakni dapat menyelesaikannya dengan
sempurna. Untuk mencapai ketekunan dalam bekerja, salah satu pondasinya
7
adalah amanah dan ikhlas dan berusaha semaksimal mungkin dengan prinsip
melakukan yang terbaik dan bertawakkal serta dibentengi oleh etika mulia dan
hanya berharap mendapatkan keberkahan Allah swt. atas usaha yang
dilakukannya di dunia dan kelak di akhirat mendapat ganjaran pahala. (Yusuf
Qardawi, 1997:164)
Dalam bekerja seorang muslim harus mempunyai etos kerja islami yang antara
lain adalah:
2. Tekun. Seorang muslim tidak hanya sekedar bekerja, tetapi juga menekankan
agar bekerja dengan tekun dan baik yaitu dapat menyelesaikannya dengan
sempurna karena itu merupakan kewajiban setiap muslim.
3. Jujur dalam bekerja bukan hanya merupakan tuntutan melainkan juga ibadah.
Seorang muslim yang dekat dengan Allah akan bekerja dengan baik untuk dunia
danm akhirat.
4. Amanah dalam bekerja adalah suatu perbuatan yang sangat mulia dan utama.
5. Kreatif. Orang yang hari ini sama dengan hari kemarin dianggap merugi,
karena tidak ada kemajuan dan tertinggal oleh perubahan. Terlebih lagi orang
yang hari ini lebih buruk dari kemarin dianggap orang yang celaka, karena berarti
akan tertinggal jauh dan sulit lagi mengejar. Orang yang beruntung hanyalah
orang yang hari ini lebih baik dari kemarin, berarti selalu ada penambahan. Inilah
sikap perubahan yang diharapkan selalu terjadi pada setiap muslim, sehingga
tidak akan pernah tertinggal, dia selalu antisaifatif terhadap perubahan, dan
selalu siap menyikapi perubahan. (Didin, 2000:34)
8
muslim ada 14 karakter etos kerja seorang muslim,(Toto Tasmara, 1995:61)
karakter sersebut adalah:
Manusia adalah khalifah di bumi, dan pemimpin berarti mengambil peran secara
aktif untuk mempengaruhi orang lain, agar orang lain tersebut dapat berbuat baik
sesuai keinginanya. Sekaligus kepemimpinan berarti kemampuan untuk
mengambil posisi sekaligus memainkan peran (role), sehingga kehadiran dirinya
memberikan pengaruh pada lingkunganya. Seorang pemimpin adalah seseorang
yang mempunyai personalitas tinggi. Dia larut dalam keyakinanya tetapi tidak
segan untuk menerima kritik, bahkan mengikuti yang terbaik
2. Selalu berhitung
selamanya dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan engkau akan mati besok,
senada dengan hadist sayidina umar berkata: maka hendaklah kamu menghitung
dirimu sendiri, sebelum datang hari dimana engkau akan diperhitungkan. Hal
senada juga terdapat dalam firman allah hendaklah kamu menghitung diri hari ini
untuk mempersiapkan hari esok (Qs: 59:18).Seorang muslim harus melihat resiko
dan memplaning apa yang akan dilakukan agar konsisten, tepat waktu dan bisa
mendapatkan hasil yang memuaskan.
3. Menghargai waktu
pentingnya waktu, sebagaimana dalam surat al-ash ayat 1-3. Waktu adalah
rahmat yang tiada terhitung nilainya, dan konsekwensi logisnya adalah
menjadikan waktu sebagai wadah produktivitas. Ada semacam bisikan dalam
jiwa jangan lewatkan sedetik pun kehidupan ini tanpa memberi arti..
Ajaran islam adalah ajaran yang riil, bukan sebagai ajaran yang mengawang-
ngawang, bukan pula bahan konsumsi diskusi konsep lapuk di atas meja seminar.
9
Tetapi dia merupakan ayat-ayat amaliyah, suatu agama yang menuntut
pengamalan ayat –ayat dalam bentuk yang senyata-nyatanya, melalui gerakan
bil haal. Oleh sebab itulah disadari oleh setiap muslim bahwa memang apa yang
akan di raih pada waktu yang akan datang ditentukan oleh caranya mengada
pada hari ini what we are going tomorrow we are becoming today.
4. Tidak pernah merasa puas dengan berbuat baik (positif improvement) Merasa
puas di dalam berbuat kebaikanadalah tand a-tanda kematian kreatifitas. Sebab
itu sebagai konsekwensi logisnya, tipe seorang muslim akan tampak dari
semangat juangnya, yang tak mengenal lelah, tidak ada kamus menyerah
pantang surut apalagi terbelenggu dalam kemalasan yang nista. Dengan
semangat ini, seorang muslim selalu berusaha untuk mengambil posisi dan
memainkan peranya yang dinamis dan kreatif.
Hidup berhemat dan efisien adalah dua sifat yang bagus bagi seorang muslim,
orang yang berhemat adalah orang yang mempunyai pandangan jauh kedepan
(future outlook), bukan hemat selalu di identikkan dengan menumpuk harta
kekayaan, sedangkan orang yang efisien di dalam mengelola setiap resources
yang di milikinya, dia menjauhkan dari sifat yang tidak produktif dan mubazir.
Semangat bertanding merupakan sisi lain bagi seorang muslim yang tangguh,
melalui lapangan kebajikan dan meraih prestasi. Harus disadari dengan penuh
10
keyakinan yang mendalam bahwa keuletan dan kegigihan adalah fitrah diri setiap
pribadi manusia, sehingga sikap malas dan kehilangan semangat berkompetisi
adalah kondisi melawan fitrah kemanusianya, dan menghianati misi sebagai
seorang khalifah di dunia ini.
Setiap pribadi muslim diajarkan untuk mampu membaca environment dari yang
mikro (dirinya sendiri) sampai pada yang makro (universe) dan bahkan
memasuki ruang yang lebih hakiki yaitu metafisik. Dari rasa haus keilmuan ini
akan menimbulkan sifat kritis, semangat membara dan selalu belajar lebih baik.
11
11. Memperhatikan kesehatan dan gizi
Menjaga kesehatan badan adalah salah satu cara untuk menjaga kekuatan,
karena semangat yang membara juga membutuhkan tubuh yang sehat dan kuat.
Etos kerja pribadi muslim adalah etos yang sangat erat kaitanya dengan cara
dirinya memelihara kebugaran dan kesegaran jasmaninya. Dalam Alquran
banyak ditemukan ayat tentang perintah menjaga makanan, bahkan bukan
hanya sekedar yang halal tapi juga bervitamin yang akan memberikan asupan
gizi bagi tubuh manusia.
Kualitas silaturahim, yang dinyatakan dalam bentuk sambung rasa yang dinamis
dapat memberikan dampak yang sangat luas. Apalagi dunia bisnis adalah dunia
relasi sebuah jaringan yang membutuhkan lebih banyak informasi dan
komunikasi. Sebab itu tidak ada alasan sedikitpun bagi seorang muslim untuk
mengisolasi diri dari tatanan sosial.
12
Ciri-ciri etos kerja muslim, ada 25 ciri diantaranya : 8
Bagi yang mempunyai etos kerja islam ia selalu menganggap waktu adalah aset
Illahi yang sangat berharga, adalah ladang subur yang membutuhkan ilmu dan
amal untuk diolah serta dipetik hasilnya pada waktu yang lain. Waktu adalah
kekuatan. Mereka yang mengabaikan waktu berarti menjadi budak kelemahan.
Bila kita memanfaatkan seluruh waktu, kita sedang berada di atas jalan
keberuntungan. Hal ini sebagaimana firmanNya:
Salah satu kompetensi moral yang dimiliki seseorang yang berbudaya kerja
islami itu adalah nilai keikhlasan. Ikhlas yang terambil dalam bahasa Arab
mempunyai arti bersih, murni (tidak terkontaminasi), sebagai antonim dari syirik
(tercampur). Dengan demikian, ikhlas merupakan energi batin yang akan
membentengi diri dari segala bentuk yang kotor (rizsun). Itulah sebabnya Allah
berfirman : “Warrujza fahju dan tinggallkanlah segala bentuk yang kotor (Al-
Muddatstsir : 5)
Pribadi muslim adalah tipe manusia yang terkena kecanduan (addict) kejujuran;
dalam keadaan apapun, dia merasa bergantung pada kejujuran. Diapun
bergantung pada amal saleh; dirinya seperti terkena sugesti yang kuat untuk
selalu berbuat amal saleh. Sekali dia berbuat jujur atau berbuat amal saleh
prestatif, dirinya bagaikan ketagihan untuk mengulangi dan mengulanginya lagi.
Dia terpenjara dalam cintanya kepada Allah. Tidak ada kebebasan yang dia
nikmati kecuali dalam pelayanannya kepada Allah.
13
Yang dimaksud dengan komitmen (dari bahasa latin : committere, to connect,
entrust-the state of being obligated or emotionally impelled) adalah keyakinan
yang mengingat (aqad) sedemikian kukuhnya sehingga membelenggu seluruh
hati nuraninya dan kemudian menggerakan perilaku menuju arah tertentu yang
diyakininya (I‟tiqad).
Pribadi muslim yang profesional dan berakhlak memiliki sikap konsisten (dari
bahasa latin consistere, harmony of conduct or practice with profession; ability to
be asserted together without contradiction), yaitu kemampuan untuk bersikap
secara taat asas, pantang menyerah, dan mampu mempertahankan prinsip serta
komitmennya walau harus berhadapan dengan resiko yang membahayakan
dirinya. Mereka mampu mengendalikan diri dan mengelola emosinya secara
efektif. Tetap teguh pada komitmen, positif, dan tidak rapuh kendati berhadapan
dengan situasi yang menekan. Sikap konsisten telah melahirkan kepercayaan diri
yang kuat dan memiliki integritas serta mampu mengelola stres dengan penuh
gairah.
Ciri lain dari pribadi muslim yang memiliki budaya kerja adalah keberaniannya
menerima konsekuensi dari keputusannya. Bagi mereka, hidup adalah pilihan
(life is a choice) dan setiap pilihan merupakan tanggung jawab pribadinya.
Mereka tidak mungkin menyalahkan pihak manapun karena pada akhirnya
semua pilihan ditetapkan oleh dirinya sendiri. Rasa tanggungjawab nya
mendorong perilakunya yang bergerak dinamis, seakan-akan didalam dadanya
ada “nyala api”, sebuah motivasi yang kuat untuk mencapai tujuan dan menjaga
14
apa yang telah menjadi keputusan atau pilihannya. Orang yang konsekuen
mempunyai kemampuan untuk melakukan pengendalian dan mengelola
emosinya menjadi daya penggerak positif untuk tetap semangat menapaki
keyakinannya.
Pribadi muslim yang percaya diri tampil bagaikan lampu yang benderang,
memancarkan raut wajah yang cerah dan berkharisma. Orang yang berada
disekitarnya merasa tercerahkan, optimis, tentram, dan muthma‟innah. Penelitian
Boyatzis membuktikan bahwa para penyelia, manajer, dan eksekutif yang
percaya diri lebih berprestasi dari orang yang biasa-biasa saja.
Pribadi muslim yang kreatif selalu ingin mencoba metode atau gagasan baru dan
asli sehingga diharapkannya hasil kinerja dapat dilaksanakan secara efisien,
tetapi efektif. Setiap hari adalah sebuah kegairahan untuk menjadikan dirinya
memetik manfaat.
Melayani dengan cinta, bukan karena tugas atau pengaruh dari luar, melainkan
benar-benar sebuah obsesi yang sangat mendalam bahwa aku bahagia karena
melayani.
15
merupakan investasi yang kelak akan dipetik keuntungannya tidak hanya di
akhirat, tetapi di dunia pun mereka sudah merasakannya.
Seorang pribadi muslim yang memiliki etos kerja tidak akan berkata, “ah,
sebagaimana nanti”, dia harus menanam sesuatu yang sudah ia rencanakan,
kapan dan apa hasil yang akan dia peroleh dari upay menabur benih tersebut.
Orang yang berhemat adalah orang yang mempunyai pandangan jauh kedepan.
Dia berhemat bukanlah dikarenakan ingin menumpuk kekayaan sehingga
melahirkan sifat kikir individualistis, melaikan karenakan ada satu reserve bahwa
tidak selamanya waktu itu berjalan secara lurus, adda up dan down sehingga
berhemat berarti mengestimasikan apa yang akan terjadi di masa yang akan
datang.
Efisien berarti melakukan segala sesuatu secara benar, tepat dan akurat. Efisien
berarti pula mampu membandingkan anatar besaran output dan input. Adapun
efektivitas berkaitan dengan tujuan atau menetapkan hal yang benar. Efisien
berarti berkaitan dengan cara melaksanakan, sedangkan efektivitas berkaitam
dengan arah tujuan.
Dia memiliki jiwa wiraswasta yang tinggi yaitu, kesadaran dan kemampuan yang
sangat mendalam (ulil albab) untuk melibatkan segala fenomena yang ada
disekitarnya, merenung dan kemudian bergelora semangatnya untuk
mewujudkan setiap perenungan batinnya dalam bentuk yang nyata dan realitas.
16
Semangat bertanding merupakan sisi lain dari citra seorang muslim
yang ;memiliki semangat jihad. Panggilan untuk bertanding dalam segala
lapangan kebajikan dan meraih prestasi, dihayatinya dengan rasa penuh
tanggungjawab sebagai pembuktian ayat Al-Qur‟an yang telah menggoreskan
kalamnya yang sebagai motivatif, sebagaimana firmanNya :
“Setiap umat ada kiblatnya (sendiri), maka hendaklah kamu sekalian berlomba-
lomba (dalam kebaikan) dimana saja kamu berada sudah dipastikan Allah akan
mengumpulkan kamu semuanya....(Al-Baqarah : 148)”
Salah satu ciri pribadi muslim yang memliki etos kerja adalah suatu dorongan
untuk melakukan perantauan. Mereka ingin menjelajahi hamparan bumi, memetik
hikmah, mengambil pelajaran dari berbagai peristiwa budaya manusia. Jiwa
perantauannya mengantarkan dirinya untuk mampu mandiri, menyesuaikan diri,
17
dan pandai menyimak dan menimbang budaya orang lain. Hal ini menyebabkan
dirinya berwawasan universal, tidak terperangkat dalam fanatisme sempit,
apalagi kauvinisme yang merasa bahwa hanya bangsa dan negaranya sajalah
yang paling unggul.
Mana mungkin kita akan mempunyai kekuatan apabila tubuh kita tidak dipelihara
dengan baik. Padahal semuanya bisa menjadi bisa menjadi indah dan berbagai
ilham akan terlahirkan apabila ditunjang dengan kekuatan jasmani prima. Etos
kerja pribadi muslim adalah etos yang sangat erat kaitannya dengan cara dirinya
memelihara kebugaran dan kesegaran jasmaninya.
Seorang muslim itu seharusnya menghayati makna yang difirmankan allah, yang
dengan sangat tegas melarang sikap mubazir karena sesungguhnya
kemubaziran itu adalah benar-benar temannya setan. Dengan penghayatan ini ,
tumbuhlah sikap konsekuen dalam bentuk perilaku yang selalu mengarah pada
cara kerja yang efisien (hemat energi). Sikap seperti ini merupakan modal dasar
dalam upaya untuk menjadikan dirinya sebagai manusia yang selalu berorientasi
kepada nilai-nilai produktif. Demikianlah, karena setiap pribadi muslim sangat
menghayati arti waktu sebagai aset , dia tidak mungkin membiarkan waktu
berlalu tanpa arti.
18
Rosulullah SAW bersabda “Barang siapa yang ingin panjang umurnya dan
banyak rezeki, sambunglah silaturrahmi” Apa kuncinya seseorang yang
bersilaturrahmi dapat panjang umur dan banyak rezeki. Bersilaturrahmi berarti
membuka peluang dan sekaligus mengikat simpul- simpul informasi dan
menggerakkan kehidupan. Manusia yang tidak atau enggan bersilaturrahmi
untuk membuka cakrawala pergaulan sosialnya atau menutup diri, dan asyik
dengan dirinya sendiri, pada dasarnya dia sedang mengubur masa depannya.
Dia telah mati sebelum mati.
Pribadi yang memiliki etos kerja sangat sadar bahwa tidak akan ada
satumakhlukpun di muka bumi ini yang mampu mengubah dirinya kecuali dirinya
sendiri. Betapapun hebatnya seseorang untuk memberikan motivasi, hal itu
hanyalah sebuah kesia-siaan belaka, bila pada diri orang tersebut tidak ada
keinginan untuk dimotivasi, tidak ada elan api yang menyala-nyala untuk
mengubah diri. Benarlah apa yang difirmankan Allah SWT :
”Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah suatu kaum, kecuali kaum itu
sendiri yang mengubah keadaan diri mereka sendiri...(Ar-Rad : 11).
19
DAFTAR PUSTAKA
REFERENSI
1. Al-Qur'an al-Karim
3. Al-Ghazali, Abu Hamid. "Ihya Ulum al-Din (The Revival of the Religious
Sciences)" 4. Al-Syaukan. "Hadith Bukhari Muslim"
5. Islam Q&A - The Etiquette of Work in Islam, Sheikh Muhammed Salih Al-
Munajjid
8. Al-Ghazali, Abu Hamid. "Ihya Ulum al-Din (The Revival of the Religious
Sciences)" 9. Abkar, Musa. "Reviving the Islamic Work Ethic: A Content Analysis
Approach," Islamic Studies,
2017https://jurnal.umj.ac.id/index.php/jisi/article/download/928/848
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/jisi/article/download/928/848
https://www.bsimaslahat.org/blog/etos-kerja-muslim/
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/jisi/article/download/928/848
20
21