Optimal“
Etika kerja islam juga didefinisikan sebagai sikap dalam bekerja yang
dilandasi oleh nilai-nilai agama, antara lain bekerja secara optimal, bersaing
secara sehat, melaksanakan kewajiban, memberikan dedikasi terbaik, bekerja
sama secara harmonis tanpa diskriminasi dan mendapatkan penghasilan sesuai
dengan apa yang dikerjakan. Dalam perspektif Islam, etika diartikan sebagai
suatu tindakan yang diterima sebagai norma yang tidak bertentangan dengan
aturan-aturan islam. Etika kerja haruslah bersifat universal, sehingga dapat
diterima oleh masyarakat manapun tanpa memandang agama, ras, warna kulit,
1
maupun etnis. Sebuah organisasi secara langsung dapat memperoleh manfaat
dari memiliki pekerja yang taat karena mereka seimbang dalam segala aspek
dan menurut pandangan filososfis, seorang yang taat tidak hanya akan
meningkatkan produktivitas san kinerja perusahaan, tetapi juga menghasilkan
perilaku yang mulai diantara para pekerja. Oleh sebab itu, segala upaya untuk
meningkatkan kinerja organisasi harus dilakukan dengan menanamkan prioritas
Islan yang berlandaskan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah.
(Kusumaningtyas Sugiyanto et al., 2020)
Kinerja merupakan suatu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
diperoleh dari seorang pegawai yang menyelesaikan pekerjaannya dengan
tanggung jawab yang telah diberikan. Pengelolaan sumber daya manusia yang
baik akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja pegawai seperti kepemimpinan, faktor individu, dan etos
kerja islam. Kepemimpinan merupakan persoalan penting dalam Islam karena
berkaitan dengan tujuan manusia. Etos kerja Islam merupakan sikap kepribadian
yang menumbuhkan keyakian bahwa bekerja bukan hanya untuk diri sendiri,
namun bkerja merupakan salah satu aktivitas yang mencerminkan amal shaleh
yang bernilai ibadah (Candra et al., 2022) . Kinerja juga merupakan kemampuan
seseorang dalam melakukan pekerjaan berdasarkan pengetahuan tertentu. Yang
dapat disimpulkan bahwa kinerja pengawai adalah hasil kerja yang dapat dicapai
oleh kelompok pegawai/pegawai dalam mencapai tujuan organisasi berdasarkan
tugas dan tanggung jawabnya, secara efektif dan efisien dngan kemampuan,
peluang dan tanggung jawabnya.
2
bekerja dan berusaha adalah seperti jihad di jalan Allah. Dalam Perspektif islam,
kepuasan kerja adalah ketenangan yang diperoleh karyawan sebelum, sekama
dan sesudah melakukan pekerjaan, berdasarkan keyakinan bahwa bekerja
adalah ibadah yang dilakukan untuk mencapai keridhaan Allah.
(Candra et al., 2022)
Etos kerja ini perlu dibahas, sebab bagi umat islam sangat diperlukan.
Pembahasan ini perlu bagi seorang muslim karena akan menjadi peta dalam
kesuksesan dunianya, dan dunia merupakan tempat mereka menggapai
kehidupan surga, yang merupakan impian setiap muslim. Kesuksesan di akhirat
itu juga tidak terlepas dari kesuksesan di dunia melalui ibadah dan amalan
sebagaimana diajarkan oleh agam islam. Banyak asumsi bahwa umat muslim
memiliki etos kerja yang buruk dan menjadi umat yang terbelakang dalam
kemiskinan dan tertinggal. Dari ratusan teori sukses yang beredar di masyarakat
sekarang ini dapat disederhanakan menjadi empat pilar teori utama. Keempat
pilar inilah yang sesungguhnya bertanggung jawab menopang semua jenis dan
sistem keberhasilan yang berkelanjutan pada semua tingkatan.
3
1. Mencetak prestasi denganmotivasi superior
2. Membangun masa depan dengan kepemimpinan visioner
3. Menciptakan nilai baru dengan inovasi kreatif
4. Meningkatkan mutu dengan keunggulan insani
Dari keempat hal diatas kemudian dirumuskan menjadi delapan aspek etos kerja
yaitu:
4
7. Kerja adalah seni. Kesadaran ini dapat membuat kita bekerja dengan
perasaan senang seperti halnya melakukan sebuah hobi.
8. Kerja adalah pelayanan. Manusia bekerja tidak hanya untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri saja tetapi untuk melayani, sehingga harus bekerja
dengan sempurna dan penuh kerendahan hati. (Kirom, 2018)
5
untuk orang tua dan keluarga mereka. Islam Work Ethics akan mengarah pada
Work Life Balance yang berlandaskan pada nilai-nilai islam yang secara
langsung akan menciptakan kepuasan kerja yang islami. Karyawan atau pekerja
yang dapat menyeimbangkan antara pekerjaan dan kehidupan pribadinya
mampu meningkatkan kepuasan kerjanya. Mereka akan menemukan
ketenangan sebelum,selama dan setelah melakukan pekerjaan, berdasarkan
keyakinan bahwa bekerja adalah ibadah yang dilakukan untuk mencapai ridha
Allah.
Prinsip etika kerja dalam islam berasal dari Al-Quran, perkataan dan
praktik Nabi Muhammad. Banyak ayat Al-Quran berbicara tentang keadilan dan
kejujuran, dan sopan santun dan keadilan dalam hubungan kerja, juga
mendorong manusia untuk mempelajari keterampilan baru dan berusaha
melakukan pekerjaan baik yang bermanfaat bagi individu dan masyarakat. Dalam
islam memberikan perhatian yang ketat bahwa pekerja tidak boleh dieksploitasi
dan bahwa kondisi kerja harus baik termasuk beban kerja yang wajar dan
terjangkau agar pekerja dapat bekerja. Oleh sebab itu kepuasan kerja selalu
menjai hal krusial bagi kebahagiaan atau ketidakbahagiaan karyawan pada saat
6
bekerja, dan ini jelas merupakan kualitas keseluruhan perasaan individu tentang
berbagai aspek pekerjaan mereka.
IWE bersifat komprehensif, realistis dan moderat, oleh karena itu tidak
hanya sekedar persoalan moalitas agama dalam pembuatan tertentu tetapi
mencakup seluruh aspek kehidupan baik jasmani, rohani, lingkup moral atau
emosional, yang berkaitan dengan aspek intelektual, emosional, individu dan
kolektif karyawan. IWE memainkan peran penting dalam mengurangi dampak
negatif dari kondisi kerja yang buruk, seperti konflik keluarga-pekerjaan atau
persepsi politik organisasi.
7
Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri
Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja manusia
Kerja dipandang sebagai suatu pengahambat dalam memperoleh
kesenangan
Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan
Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutintas hidup
8
3. Amanah dalam bekerja adalah suatu perbuatan yang sangat mulia
dan utama.
4. Jujur dalam bekerja bukan hanya tuntutan melainkan juga ibadah.
Seorang muslim yang dekat dengan Allah akan bekerja dengan
baik di dunia dan akhirat.
5. Kreatif, orang yang hari ini sama dengan hari kemarin dianggap
merugi karena tidak ada kemajuan dan tertinggal oleh perubahan.
Apalagi orang yang hari ini lebih buruk dari kemarin dianggap
orang celaka, karena berarti akan tertinggal jauh dan sulit lagi
mengejar. Orang yang beruntung adalah orang yang hari ini lebih
baik dari kemarin, berarti selalu ada penambahan atau progres.
(Kirom, 2018)
Etos kerja pribadi muslim ada 14 karakter etos kerja seorang muslim,
karakter tersebut adalah :
1. Memiliki kepemimpinan
Manusia adalah khalifah di bumi, dan pemimpin berarti
mengambil peran secara aktif untuk mempengaruhi orang lain,
agar orang lain dapat berbuat baik sesuai keinginannya.
Kepemimpinan berarti kemampuan untuk mengambil posisi
sekaligus memainkan peran, sehingga kehadiran dirinya
memberikan pengaruh pada lingkungannya. Pemimpin adalah
seseorang yang mempunyai personalitas tinggi. Dia larut dalam
keyaninannya tetapi tidak segan untuk menerima kritik, bahkan
mengikuti yang terbaik.
2. Menghargai waktu
9
Waktu adalah rahmat yang tiada terhitung nilainya, dan
konsekuensi logisnya adalah menjadikan waktu sebagai wadah
produktifitas. Ajaran islam adalah ajaran yang rill, bukan sebagai
ajaran yang mengawang-ngawang, bukan pula bahan konsumsi
diskusi konsep lapuk di atas meja seminar. Tetapi dia merupakan
ayat-ayat amaliyah, suatu agama menuntut pengalaman ayat-ayat
dalam bentuk yang senyata-nyatanya, melalui gerakan bil haal.
Setiap muslim harus menyadari bahwa apa yang akan diraih pada
waktu yang akan datang ditentukan oleh caranya mengada pada
hari ini.
3. Selalu berhitung
Rasulullah bersabda ‘bekerjalah untuk duniamu seakan
hidup selamanya dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan
engkau akan mati besok’. Seorang muslim haruslah melihat resiko
dan memplaning apa yang akan dilakukan agar konsisten, tepat
waktu dan bisa mendapatkan hasil yang memuaskan.
4. Tidak pernah puas dengan berbuat baik
Merasa telah puas dalam berbeuat kebaikan adalah tanda-
tanda kematian kreatifitas. Seorang muslim akan tampak dari
semangat juangnya, yang tak mengenal lelah, tidak ada kata
menyerah pantang surut apalagi terbelenggu dalam kemalasan
yang nista. Dengan semangat tersebut, seorang muslim selalu
berusaha untuk mengambil posisi dan memaikan perannya yang
dinamis dan kreatif.
5. Memiliki jiwa wiraswasta
Memiliki semangat wiraswasta tinggi, memikirkan segala
fenomena yang ada disekitarnya, merenung dan kemudian
bergelora semangatnya untuk mewujudkan setiap renungan
batinnya dalam bentuk yang nyata dan realistis, nuraninya sangat
halus dan tanggap terhadap lingkungan dan setiap tindakannya
diperhitungkan dengan laba rugi.
6. Memiliki kemandirian
Keyakinan atas nilai tauhid penghayatan terhadap ikrar
iyyaka na’budu, menyebabkan setiap pribadi muslim yang memiliki
10
semangat jihad sebagai etos kerjanya, adalah jiwa merdeka.
Semangat macam ini melahirkan sejuta kebahagiaan yang
diantaranya adalah kebahagiaan untuk memperoleh hasil dan
usaha atas karsa dan karya yang dibuahkan dari dirinya sendiri.
Kemandirian bagi diri adalah lambang perjuangan sebuah
semangat yang mahal harganya.
7. Hidup hemat dan efisien
Hidup hemat dan efisien adalah dua sifat yang bagus bagi
seorang muslim, orang yang berhemat adalah orang yang
mempunyai pandangan jauh kedepan, hemat selalu di
indentikkan dengan menumpuk harta kekayaan, sedangkan orang
yang efisien di dalam mengelola setiap resources yang dimilikinya,
dia menjauhkan dari sifat yang tidak produktif dan mubazir.
8. Memiliki jiwa bertanding dan bersaing
11
11. Ulet dan pantang menyerah
Keuletan meruapakan modal yang sangat besar didalam
menghadapi segala macam tantangan atau tekanan, sebab
sejarah telah banyak membuktikkan betapa banyak bangsa-
bangsa yang memiliki sejarah kelam yang akhirnya dapat keluar
dengan inovasi dan keuletan yang mereka miliki.
12. Berwawasan makro-universal
Dengan memiliki wawasan, seorang muslim menjadi
manusia yang bijaksana. Mampu membuat pertimbangan yang
tepat, serta keputusannya lebih mendekati presisi yang terarah
dan benar. Seorang muslim tidak hanya berkewajiban pada
ibadah-ibadah yang mahdoh saja tetapi dia juga memiliki
tanggung jawab yang lain dari sosial,ekonomi, kemasyarakatan
lain yang bersifat kesalihan sosial.
13. Berorientasi pada produktivitas
Seorang muslim itu seharusnya sangat menghayati makna
yang difirmankan Allah dengan sangat tegas melarang sikap
mubazir karena sesungguhnya itu merupakan perilaku syaitan.
Dari ayat tersebut jiwa seorang muslim akan terarah pada etos
kerja yang baik. Sikap seperti ini merupakan modal dasar dalam
upaya untuk menjadikan dirinya sebagai manusia yang
berorientasi kepada nilai-nilai produktif.
14. Memperkaya jaringan silaturahim
Silaturahim, bentuk sambung rasa yang dinamis dapat
memberikan dampak yang sangat luas. Apalagi dunia bisnis
merupakan dunia relasi sebuah jaringan yang membutuhkan lebih
banyak informasi dan komunikasi. Sebab itu tidak ada alasan
sedikitpun bagi seorang muslim untuk mengisolasi diri dari tatanan
sosial. (Kirom, 2018)
12
dan mempertahankan kualitas kinera kerja seorang muslim yang baik, diperlukan
pendekatan yang berbeda, yaitu: kesadaran akan religius islam. Sebagaimana
tercantum dalam Al-Quran yang menyiratkan bahwa salah satu tujuan
diciptakannya manusia adalah menyadarkan manusia akan pentingnya niat
sebelum memulai dan mengakhiri segala kegiatan, yaitu beribadah kepada tuhan
dan mengerjakan tugas apapun yang diberikan demi ridho-Nya. Kesadaran ini
dapat mendorong setiap inividu muslim untuk melakukan tugasnya secara efektif.
Selain itu, dengan pembinaan kesadaran religius islam, seorang muslim kan
selalu berusaha untuk berperilaku baik dalam kehidupan sehari-hari dan
menghindari perilaku tidak etis. Hal tersebut disebabkan oleh ketakutan mereka
terhadap Allah, serta keimanan mereka kepada Allah akan selalu mengawasi
mereka kapanpun dan dimanaun mereka berada. (Zahrah, 2016)
13
dalam kehidupan sehari-harinya. Islam adalah jalan hidup sekaligus mengarah
pada individu dan organisasi, keberhasilanny adalah jika seluruh individu
mempelajari prinsip-prinsipnya dan dapat memperoleh pedoman dalam
berperilaku islami, sebagaimana ajaran islam diterima untuk semua generasi.
Lebih lagi setiap individu dapat hidup tentram jika taat pada kehendak Allah
dalam segala urusan kehidupan. IWE menyoroti perilaku yang ada bail dilarang
atau dipromosikan utnuk untuk individu dalam suatu organisasi. Melalui IWE
pekerjaan dapat terorganisasi dengan baik dan sekaligus memberikan kontribusi
dalam pertumbuhan ekonomi pula memobilisasi keberhasilan organisasi dna
individu.
14
Membahas etos kerja dalam islam, berarti menggunakan dasar pemikiran
bahwa islam sebagai suatu sistem keimanan, tentunya mempunyai pandangan
tertentu yang positif terhadap masalah etos kerja. Adanya etos kerja yang kuat
memerlukan kesadaran pada orang bersangkutan tentang kaitan suatu kerja
dengan pandangan hidupnya yang lebih menyeluruh, yang pandangan hidup itu
memberinya keinsafan akan makna dan tujuan hidupnya. Dengan kata lain,
seseorang agaknya akan sulit melakukan suatu pekerjaan dengan tekun jika
pekerjaan itu tidak bermakna baginya, dan tidak bersangkutan dengan tujuan
hidupnya yang lebih tinggi, langsung ataupun tidak langsung.
15
Arif, S., Ahmad, J., & Ramzan, S. (2023). Impact of Islamic Work Ethics on Organizational
Citizenship Behavior: Mediating Role of Job Satisfaction in the Banking Sector of Quetta
City. Journal of Social Sciences Review, 3(2), 995–1011.
https://doi.org/10.54183/jssr.v3i2.336
Candra, W., Tubastuvi, N., Santoso, S. B., & Haryanto, E. (2022). Analysis of The Islamic
Leadership, Islamic Work Ethics and Intellectual Intelligence on Employee Performance
with Islamic Organization Culture as Moderated Variables. Journal of Islamic Economic
and Business Research, 2(1). https://doi.org/10.18196/jiebr.v2i1.21
Kirom, C. (2018). Etos Kerja dalam Islam. Tawazun: Journal of Sharia Economic Law, 1(1).
http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/tawazun/index
Kusumaningtyas Sugiyanto, E., Rahman, T., & Santoso, A. (2020). Islamic Work Ethics in
Building Work Life Balance to Achieve Islamic Job Satisfaction. 14(2).
https://doi.org/10.18326/infsl3.v14i2
Rokhman, W., & Ahamed, F. (2021). The Influence of Quality of Work Life and Islamic Work
Ethics Towards Job Performance among SMEs’ Employee. IQTISHADIA, 14(1), 125.
https://doi.org/10.21043/iqtishadia.v14i1.11729
Zahrah, N. (2016). The Relationship between Islamic Religiosity, Islamic Work Ethics and Job
Performance. 710–716. https://doi.org/10.15405/epsbs.2016.08.100
16