Anda di halaman 1dari 16

“Harmoni dan Sukses: Etos Kerja Islam dalam Meraih Prestasi

Optimal“

Peningkatan kualitas kerja berkaitan dengan landasan yang kokoh dan


penerapan aturan, norma, dan nilai yang berlaku di lingkungan kerja. Menaati
etika selama kerja, kinerja sangat penting untuk keberhasilan suatu organisasi
manapun. Namun, beberapa profesi pekerjaan lebih rentan daripada yang lain
dalam hal etika. Selain itu, agama memainkan peran penting dalam membentuk
sikap, perilku dan persepsi para pemeluknya dalam hal mengikuti etika, moralitas
dan nilai-nilai yang diajarkan oleh agama. Bagi umat islam menerapkan nilai-nilai
dan etika islam karena ingin mendapatkan berkah dari ALLAH SWT.
(Arif et al., 2023)

Etika adalah hal yang penting dalam masyarakat termasuk bagi


organisasi karena di dalamnya terkandung nilai-nilai yang akan mendorong
seseorang untuk bekerja secara optimal dan selalu dijiwai oleh hati nurani.
Masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama islam cenderung menerapkan
nilai-nilai islam dalam kehidupan kerja mereka. Etika kerja dalam islam dikenal
dengan istilah Etika Kerja Islam (Islamic Work Ethics). Nilai-nilai Etika Kerja
Islam berorientasi pada kerja yang positif dan menyeimbangkan kehidupan
individu dan sosial. Etika Kerja Islam berfokus pada sudut pandang yang
berbeda karena mencerminkan cara hidup dan tradisi Muslim. Hal tersebut akan
berdampak pada bagaimana seorang muslim memiliki pandangan tentang
keseimbangan kerja dan kepuasan kerja yang mereka dapatkan.
(Kusumaningtyas Sugiyanto et al., 2020)

Etika kerja islam juga didefinisikan sebagai sikap dalam bekerja yang
dilandasi oleh nilai-nilai agama, antara lain bekerja secara optimal, bersaing
secara sehat, melaksanakan kewajiban, memberikan dedikasi terbaik, bekerja
sama secara harmonis tanpa diskriminasi dan mendapatkan penghasilan sesuai
dengan apa yang dikerjakan. Dalam perspektif Islam, etika diartikan sebagai
suatu tindakan yang diterima sebagai norma yang tidak bertentangan dengan
aturan-aturan islam. Etika kerja haruslah bersifat universal, sehingga dapat
diterima oleh masyarakat manapun tanpa memandang agama, ras, warna kulit,

1
maupun etnis. Sebuah organisasi secara langsung dapat memperoleh manfaat
dari memiliki pekerja yang taat karena mereka seimbang dalam segala aspek
dan menurut pandangan filososfis, seorang yang taat tidak hanya akan
meningkatkan produktivitas san kinerja perusahaan, tetapi juga menghasilkan
perilaku yang mulai diantara para pekerja. Oleh sebab itu, segala upaya untuk
meningkatkan kinerja organisasi harus dilakukan dengan menanamkan prioritas
Islan yang berlandaskan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah.
(Kusumaningtyas Sugiyanto et al., 2020)

Kinerja merupakan suatu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
diperoleh dari seorang pegawai yang menyelesaikan pekerjaannya dengan
tanggung jawab yang telah diberikan. Pengelolaan sumber daya manusia yang
baik akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja pegawai seperti kepemimpinan, faktor individu, dan etos
kerja islam. Kepemimpinan merupakan persoalan penting dalam Islam karena
berkaitan dengan tujuan manusia. Etos kerja Islam merupakan sikap kepribadian
yang menumbuhkan keyakian bahwa bekerja bukan hanya untuk diri sendiri,
namun bkerja merupakan salah satu aktivitas yang mencerminkan amal shaleh
yang bernilai ibadah (Candra et al., 2022) . Kinerja juga merupakan kemampuan
seseorang dalam melakukan pekerjaan berdasarkan pengetahuan tertentu. Yang
dapat disimpulkan bahwa kinerja pengawai adalah hasil kerja yang dapat dicapai
oleh kelompok pegawai/pegawai dalam mencapai tujuan organisasi berdasarkan
tugas dan tanggung jawabnya, secara efektif dan efisien dngan kemampuan,
peluang dan tanggung jawabnya.

Kepemimpinan adalah suatu kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang


untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam kehidupan berjamaah, seorang
pemimpin mempunyai peran strategis dalam menetapkan pola dan gerakan.
Keterampilan memimpin akan mengantarkan umatnya mencapai tujuan, yang
namanya harkat dan kesejahteraan disertai dengan ridha Allah, sebagaimana
firman Allah dalam Al-Quran. Kepemimpinan dalam Islam seperti yang diamalkan
oleh Nabi Muhammad SAW, dimana gaya kepemimpinannya sesuai dengan Al-
Quran. Dalam islam, bekerja dianggap sebagai fakta kehidupan dan misteri
pencita. Manusia mengekspresikan eksistensi mereka dengan usaha dan
menentukan nilai mereka yang sebenarnya dengan bekerja. Dalam islampun,

2
bekerja dan berusaha adalah seperti jihad di jalan Allah. Dalam Perspektif islam,
kepuasan kerja adalah ketenangan yang diperoleh karyawan sebelum, sekama
dan sesudah melakukan pekerjaan, berdasarkan keyakinan bahwa bekerja
adalah ibadah yang dilakukan untuk mencapai keridhaan Allah.
(Candra et al., 2022)

Dalam bekerja juga harus memperhatikan quality of work-life (QWL) guna


meningkatkan profesionalisme kerja yang pada akhirnya berdampak langsung
pada peningkatan kinerja. QWL adalah kontruksi multidimensi yang mengacu
pada kepuasan keseluruhan terhadap kehidupan kerja bersama dengan rasa
memiliki kumulatif terhadap kelompok kerja dan menjadi layak serta terhormat.
Pengaruh QWL dengan perasaan seseorang tentang setiap dimensi pekerjaan
termasuk imbalan dan tunjangan ekonomi, keamanan, kondisi kerja, hubungan
organisasi dan interpersonal, serta makna intrinsik kehidupan seseorang.
Kualitas kehidupan kerja merupakan isu penting organisasi untuk mencapai
keunggulan kompetitif, hal ini disebabkan oleh pandangan bahwa QWL dianggap
mampu meningkatkan partisipasi dan kontribuasi anggota organisasi. QWL
memiliki dampak positif yang signifikan terhadap tugas yang dilakukan karyawan,
konteks di mana mereka berada, dan kinerja pekerjaan mereka secara
keseluruhan. Karyawan mengalami QWL yang lebih baik, ketika mereka memiliki
kecukupan sumber daya, dukungan, kekuasaan dan peluang di tempat kerja.
(Rokhman & Ahamed, 2021)

Etos kerja ini perlu dibahas, sebab bagi umat islam sangat diperlukan.
Pembahasan ini perlu bagi seorang muslim karena akan menjadi peta dalam
kesuksesan dunianya, dan dunia merupakan tempat mereka menggapai
kehidupan surga, yang merupakan impian setiap muslim. Kesuksesan di akhirat
itu juga tidak terlepas dari kesuksesan di dunia melalui ibadah dan amalan
sebagaimana diajarkan oleh agam islam. Banyak asumsi bahwa umat muslim
memiliki etos kerja yang buruk dan menjadi umat yang terbelakang dalam
kemiskinan dan tertinggal. Dari ratusan teori sukses yang beredar di masyarakat
sekarang ini dapat disederhanakan menjadi empat pilar teori utama. Keempat
pilar inilah yang sesungguhnya bertanggung jawab menopang semua jenis dan
sistem keberhasilan yang berkelanjutan pada semua tingkatan.

3
1. Mencetak prestasi denganmotivasi superior
2. Membangun masa depan dengan kepemimpinan visioner
3. Menciptakan nilai baru dengan inovasi kreatif
4. Meningkatkan mutu dengan keunggulan insani

Dari keempat hal diatas kemudian dirumuskan menjadi delapan aspek etos kerja
yaitu:

1. Kerja adalah rahmat. Seluruh pekerjaan kita, entah pengusaha, pegawai


kantor, sampai buruh sekalipun, adalah dari Tuhan. Anugerah itu kita
terima tanpa syarat, seperti halnya menghirup udara dan oksigen tanpa
biaya sepeserpun.
2. Kerja adalah panggilan. Kerja merupakan suatu darma yang sesuai
dengan panggilan jiwa sehingga kita mampu bekerja dengan penuh
integritas. Jadi, jika pekerjaan atau profesi sebagai panggilan, kita bisa
berucap pada diri sendiri. Dengan begitu kita tidak akan merasa puas jika
hasil karya kita kurang baik.
3. Kerja adalah amanah. Kerja adalah titpan berharga yang dipercayakan
pada kita sehinga secara moral kita harus bekerja dengan benar dan
penuh tanggung jawab. Etos dapat membuat kita bekerja sepenuh hati
dan menjauhi tindakan tercela, seperti korupsi dalam berbagai bentuk.
4. Kerja adalah ibadah. Bekerja adalah bentuk bakti dan ketakwaan kita
kepada Tuhan, sehingga melalui pekerjaan manusia engarahkan dirinya
pada tujuan agung Sang Pencipta dalam pengabdian. Kesadaran ini
membuat kita bekerja secara ikhlas, tidak hanya demi mencari uang atau
jabatan semata.
5. Kerja adalah kehormatan. Seremeh apapun pekerjaan kita, itu merupakan
sebuah kehormatan. Jika kita bisa menjaga kehormatan kita dengan baik,
maka kehormatan lain yang lebih besar akan datang kepada kita.
6. Kerja adalah aktualisasi. Pekerjaan merupakan saran bagi kita untuk
mencapai hakikat manusia yang tertinggi, sehingga kita akan bekerj keras
dengan penuh semangat. Meski terkadang membuat kita lelah, bekerja
tetap merupakan cara terbaik untuk mengembangkan potensi dii dan
membuat kita merasa ada.

4
7. Kerja adalah seni. Kesadaran ini dapat membuat kita bekerja dengan
perasaan senang seperti halnya melakukan sebuah hobi.
8. Kerja adalah pelayanan. Manusia bekerja tidak hanya untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri saja tetapi untuk melayani, sehingga harus bekerja
dengan sempurna dan penuh kerendahan hati. (Kirom, 2018)

Esensi sebenarnya dari menjaga keseimbangan dalam kehidupan seseorang


menurut prinsip-prinsip islam berasal dari agama, ibadah, ide, atau kegiatan
sehari-hari. Mempraktikkan keseimbangan kehidupan kerja juga akan menuntut
manajemen waktu yang efektif. Nilai kerja dalam prespektif islam secara
sistematis mempertimbangkan semua aspek, tidak hanya aspek spiritual dan
moral dari nilai kerja, tetapi juga aspek material, kebahagiaan lingkungan erja,
dan kepuasan kerja. Tujuan utama seorang muslim adalah mencari keridhaan
Allah. Tujuan ‘menyenangkan Allah’ sangat mempengaruhi psikologi seseorang
dan mentalitas dan membuat mereka kuat secara spiritual. Dengan kekuatan itu,
mereka fokus pada tujuan mereka dengan menahan godaan duniawi. Untuk
mencapai keseimbangan hidup, kehidupan seorang muslim bertumpu pada tiga
prinsip dasar tauhid, al-akhira, dan khlifah. Dikatakan bahwa dalam iklim
pandangan filosofis ekonomi islam, etikalah yang mendominasi ekonomi dan
bukan sebaliknya, dan bahwa ekonomi islam dicirikan sebagai etika di samping
menjadi saleh, manusiawi, dan seimbang.

Etika kerja diindikasikan memiliki dampak terbesar terhadap kepuasan kerja,


seorang muslim cenderung mengejar aspek ekstrinsik dan intrinsik dari
pekerjaan untuk kepuasan kerja mereka. Aspek ekstrinsik berarti pekerjaan
tersebut merupakan sumber daya ekonomi untuk bertahan hidup, dan digunakan
dengan baik untuk tujuan akhirat. Sementara itu, aspek intrinsik meliputi
memilikipekerjaan yang menarik atau pekerjaan yang berguna bagi masyarakat,
dan lainnya secara positif, serta pekerjaan dianggap sebagai sumber
kemandirian dan sarana untuk mendorong pertumbuhan pribadi, kepuasan dan
pemenuhan diri. Spiritualitas membantu seseorang memprioritaskan kebutuhan
keluarganya dan kehidupannya. (Kusumaningtyas Sugiyanto et al., 2020)

Seorang muslim membutuhkan keseimbangan antara pekerjaan dan


keluarga, dengan alasan bahwa mereka dituntut untuk menjadi baik tidak hanya
dalam pekerjaan mereka dan dengan orang-orang di sekitar mereka, tetapi juga

5
untuk orang tua dan keluarga mereka. Islam Work Ethics akan mengarah pada
Work Life Balance yang berlandaskan pada nilai-nilai islam yang secara
langsung akan menciptakan kepuasan kerja yang islami. Karyawan atau pekerja
yang dapat menyeimbangkan antara pekerjaan dan kehidupan pribadinya
mampu meningkatkan kepuasan kerjanya. Mereka akan menemukan
ketenangan sebelum,selama dan setelah melakukan pekerjaan, berdasarkan
keyakinan bahwa bekerja adalah ibadah yang dilakukan untuk mencapai ridha
Allah.

Penerapan nilai-nilai IWE sanga berpengaruh positif tidak hanya


berdampak pada kinerja pegawai secara individu namun juga organisasi. Faktor-
faktor yang mempengaruhi perilaku tidak etis misalnya, tahap perkembangan
moral, pengaruh keluarga dan pengaruh teman sebaya. Pedoman etika yang
harus diwujudkan dalam diri yaitu bersikap amanah, jujur, dan musyawarah.
Islam adalah cara hidup yang lengkap. Oleh sebab itu, etika dapat diterapkan
pada setiap aspek kehidupan umat islam termasuk saat bekerja. Etos kerja juga
kemungkinan besar mempengaruhi prestasi kerja individu. Islam memandang
bekerja sebagai bagian integral dari ibadah kepada Allah. Dalam pandangan
tersebut, setiap muslim akan melihat pekerjaannya dalan dua cara:

 Sebagai sumber dukungan keuangan dan mencapai kehidupan


duniawi yang baik
 Sebagai sarana mengabdi kepada Allah dan mempersiapkan
keberhasilan hidup akhirat

Prinsip etika kerja dalam islam berasal dari Al-Quran, perkataan dan
praktik Nabi Muhammad. Banyak ayat Al-Quran berbicara tentang keadilan dan
kejujuran, dan sopan santun dan keadilan dalam hubungan kerja, juga
mendorong manusia untuk mempelajari keterampilan baru dan berusaha
melakukan pekerjaan baik yang bermanfaat bagi individu dan masyarakat. Dalam
islam memberikan perhatian yang ketat bahwa pekerja tidak boleh dieksploitasi
dan bahwa kondisi kerja harus baik termasuk beban kerja yang wajar dan
terjangkau agar pekerja dapat bekerja. Oleh sebab itu kepuasan kerja selalu
menjai hal krusial bagi kebahagiaan atau ketidakbahagiaan karyawan pada saat

6
bekerja, dan ini jelas merupakan kualitas keseluruhan perasaan individu tentang
berbagai aspek pekerjaan mereka.

IWE bersifat komprehensif, realistis dan moderat, oleh karena itu tidak
hanya sekedar persoalan moalitas agama dalam pembuatan tertentu tetapi
mencakup seluruh aspek kehidupan baik jasmani, rohani, lingkup moral atau
emosional, yang berkaitan dengan aspek intelektual, emosional, individu dan
kolektif karyawan. IWE memainkan peran penting dalam mengurangi dampak
negatif dari kondisi kerja yang buruk, seperti konflik keluarga-pekerjaan atau
persepsi politik organisasi.

Secara eksplisit beberapa sikap yang perlu atau seharusnya mendasari


seseorang dalam memberikan nilai pada kerja, yang disimpulakn sebagai berikut:

1. Bekerja adakah hakikat kehidupan manusia


2. Bekerja adalah suatu berkat Tuhan
3. Bekerja merupakan sumber penghasilan yang halal dan tidak amoral
4. Bekerja merupakan suatu kesempatan untuk mengemabngkan diri dan
berbakti
5. Bekerja merupakan sarana pelayanan dan perwujudan kasih

Masyarakat diaktakan memiliki etos kerja yang tinggi apabila menunjukkan


tanda-tanda sebagai berikut:

 Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia


 Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi
kehidupan manusia
 Menempatkan pandangan tentang kerja, sebagai suatu hal yang amat
luhur bagi eksistensi manusia
 Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan
dan sekaligus sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita
 Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah

Sedangkan, bagi individu maupun kelompok masyarakat yang memiliki


etos kerja yang rendah, maka akan ditujukkan ciri-ciri yang sebaliknya, yaitu:

7
 Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri
 Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja manusia
 Kerja dipandang sebagai suatu pengahambat dalam memperoleh
kesenangan
 Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan
 Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutintas hidup

Etos kerja pribadi muslim, menyatakan bahwa “bekerja” bagi seorag


muslim adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh, dengan mengerahkan
seluruh aset, fikir dan zikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakkan arti
dirinya sebagai hamba Allah yang harus menundukkan dunia dan menempatkan
dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik, atau dengan kata lain dapat
dikatakan bahwa dengan bekerja manusia itu memanusiakan dirinya. Manusia
adalah khalifah di alam ini yang mengemban misi di bumi. Faktor pertama ini
yang selama ini banyak dilalaikan oleh orang, amanh merupakan hal yang berat
bagi manusia, sekaligus merupakan bentuk komitmen untuk mengerjakan dan
mengerahkan segala usaha untuk melakukan suatu pekerjaan. Amanah
merupakan tanggung jawab yang besar dalam segala aspek bagi seorang
muslim, karna ketika amanah itu tiiada maka seseorang tidak ada rasa takut dan
menjadikan ia semena-mena dalam melaksanakan suatu pekerjaan.

Faktor kedua yaitu kekuatan, yang dimaksud adalah kemampuan dan


keprofesionalan dalam suatu bidang untuk mengerjakan suatu pekerjaan. Sebab
stiap pekerjaan membutuhkan skill yang profesional agar apa yang dilakukan
maksimal dan target yang diharapkan tercapai. Dalam bekerja seorang muslim
harus mempunyai etos kerja islami yang diantaranya:

1. Profesional, setiap pekerja yang harus dilakukan seorang muslim


harus dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh
hasil yang terbaik. Tentu untuk mencapai profesionalisme harus
didukung dengan sarana yang ilmiah, modern dan canggih.
2. Tekun. Seorang muslim tidak hanya sekedar bekerja, tapi juga
menekankan agar bekerja dengan tekun dan baik dapat
menyelesaikannya dengan sempurna karena itu merupakan
kewajiban setiap muslim.

8
3. Amanah dalam bekerja adalah suatu perbuatan yang sangat mulia
dan utama.
4. Jujur dalam bekerja bukan hanya tuntutan melainkan juga ibadah.
Seorang muslim yang dekat dengan Allah akan bekerja dengan
baik di dunia dan akhirat.
5. Kreatif, orang yang hari ini sama dengan hari kemarin dianggap
merugi karena tidak ada kemajuan dan tertinggal oleh perubahan.
Apalagi orang yang hari ini lebih buruk dari kemarin dianggap
orang celaka, karena berarti akan tertinggal jauh dan sulit lagi
mengejar. Orang yang beruntung adalah orang yang hari ini lebih
baik dari kemarin, berarti selalu ada penambahan atau progres.
(Kirom, 2018)

Beberapa kriteria seperti kejujuran, keadilan, penghargaan dan


kebijaksanaan mampu mengurangi masalah disiplin dan meningkatkan kualitas
layanan. Empat unsur yaitu kejujuran, dapat dipercaya, keadilan dan kejujuran
merupakan faktor utama yang berkontribusi terhadap tingkat profesional individu.
Akhlak sangat penting untuk memicu dan melatih individu dalam melakukan
tindakan tertentu yang menciptakan dampak besar dan positif bagi organisasi.
Jika setiap pekerja mempraktikkan seluruh kriteria tersebut terus-menerus, maka
kompetensi individu dan organisassi scara keseluruhan akan terwujud.

Etos kerja pribadi muslim ada 14 karakter etos kerja seorang muslim,
karakter tersebut adalah :

1. Memiliki kepemimpinan
Manusia adalah khalifah di bumi, dan pemimpin berarti
mengambil peran secara aktif untuk mempengaruhi orang lain,
agar orang lain dapat berbuat baik sesuai keinginannya.
Kepemimpinan berarti kemampuan untuk mengambil posisi
sekaligus memainkan peran, sehingga kehadiran dirinya
memberikan pengaruh pada lingkungannya. Pemimpin adalah
seseorang yang mempunyai personalitas tinggi. Dia larut dalam
keyaninannya tetapi tidak segan untuk menerima kritik, bahkan
mengikuti yang terbaik.
2. Menghargai waktu

9
Waktu adalah rahmat yang tiada terhitung nilainya, dan
konsekuensi logisnya adalah menjadikan waktu sebagai wadah
produktifitas. Ajaran islam adalah ajaran yang rill, bukan sebagai
ajaran yang mengawang-ngawang, bukan pula bahan konsumsi
diskusi konsep lapuk di atas meja seminar. Tetapi dia merupakan
ayat-ayat amaliyah, suatu agama menuntut pengalaman ayat-ayat
dalam bentuk yang senyata-nyatanya, melalui gerakan bil haal.
Setiap muslim harus menyadari bahwa apa yang akan diraih pada
waktu yang akan datang ditentukan oleh caranya mengada pada
hari ini.
3. Selalu berhitung
Rasulullah bersabda ‘bekerjalah untuk duniamu seakan
hidup selamanya dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan
engkau akan mati besok’. Seorang muslim haruslah melihat resiko
dan memplaning apa yang akan dilakukan agar konsisten, tepat
waktu dan bisa mendapatkan hasil yang memuaskan.
4. Tidak pernah puas dengan berbuat baik
Merasa telah puas dalam berbeuat kebaikan adalah tanda-
tanda kematian kreatifitas. Seorang muslim akan tampak dari
semangat juangnya, yang tak mengenal lelah, tidak ada kata
menyerah pantang surut apalagi terbelenggu dalam kemalasan
yang nista. Dengan semangat tersebut, seorang muslim selalu
berusaha untuk mengambil posisi dan memaikan perannya yang
dinamis dan kreatif.
5. Memiliki jiwa wiraswasta
Memiliki semangat wiraswasta tinggi, memikirkan segala
fenomena yang ada disekitarnya, merenung dan kemudian
bergelora semangatnya untuk mewujudkan setiap renungan
batinnya dalam bentuk yang nyata dan realistis, nuraninya sangat
halus dan tanggap terhadap lingkungan dan setiap tindakannya
diperhitungkan dengan laba rugi.
6. Memiliki kemandirian
Keyakinan atas nilai tauhid penghayatan terhadap ikrar
iyyaka na’budu, menyebabkan setiap pribadi muslim yang memiliki

10
semangat jihad sebagai etos kerjanya, adalah jiwa merdeka.
Semangat macam ini melahirkan sejuta kebahagiaan yang
diantaranya adalah kebahagiaan untuk memperoleh hasil dan
usaha atas karsa dan karya yang dibuahkan dari dirinya sendiri.
Kemandirian bagi diri adalah lambang perjuangan sebuah
semangat yang mahal harganya.
7. Hidup hemat dan efisien
Hidup hemat dan efisien adalah dua sifat yang bagus bagi
seorang muslim, orang yang berhemat adalah orang yang
mempunyai pandangan jauh kedepan, hemat selalu di
indentikkan dengan menumpuk harta kekayaan, sedangkan orang
yang efisien di dalam mengelola setiap resources yang dimilikinya,
dia menjauhkan dari sifat yang tidak produktif dan mubazir.
8. Memiliki jiwa bertanding dan bersaing

Semangat bertanding merupakan sisi seornag mslim yang


tangguh, melalui lapangan kebijakan dan meraih prestasi. Harus
disadari dengan penuh keyakinan yang mendalam bahwa keuletan
dan kegigihan adalah fitrah diri setiap pribadi manusia, sehingga
sikap kehilangan semangat dan malas berkompetensi adalah
kondisi melawan fitrah kemanusiaan, dan menghianati misi
sebagia seorang khalifah di dunia.

9. Haus untuk memiliki sifat keilmuan


Setiap pribadi muslim diajarkan untuk mampu membaca
environment dari dirinya sendiri sampai pada yang universe dan
bahkan memasuki ruang yang lebih metafisik. Dari rasa haus akan
keilmuan ini akan menimbulkan sifat kritis, semangat membara
dan selalu belajar lebih baik.
10. Memperhatikan kesehatan dan gizi
Menjaga kesehatan adalah salah satu cara untuk menjaga
kekuatan, karena semangat yang membara juga membutuhkan
tubuh yang sehatan dan kuat. Etos kerja muslim adalah etos yang
sangat erat kaitannya dengan cara dirinya memelihara kebugaran
dan kesegaran jasmaninya.

11
11. Ulet dan pantang menyerah
Keuletan meruapakan modal yang sangat besar didalam
menghadapi segala macam tantangan atau tekanan, sebab
sejarah telah banyak membuktikkan betapa banyak bangsa-
bangsa yang memiliki sejarah kelam yang akhirnya dapat keluar
dengan inovasi dan keuletan yang mereka miliki.
12. Berwawasan makro-universal
Dengan memiliki wawasan, seorang muslim menjadi
manusia yang bijaksana. Mampu membuat pertimbangan yang
tepat, serta keputusannya lebih mendekati presisi yang terarah
dan benar. Seorang muslim tidak hanya berkewajiban pada
ibadah-ibadah yang mahdoh saja tetapi dia juga memiliki
tanggung jawab yang lain dari sosial,ekonomi, kemasyarakatan
lain yang bersifat kesalihan sosial.
13. Berorientasi pada produktivitas
Seorang muslim itu seharusnya sangat menghayati makna
yang difirmankan Allah dengan sangat tegas melarang sikap
mubazir karena sesungguhnya itu merupakan perilaku syaitan.
Dari ayat tersebut jiwa seorang muslim akan terarah pada etos
kerja yang baik. Sikap seperti ini merupakan modal dasar dalam
upaya untuk menjadikan dirinya sebagai manusia yang
berorientasi kepada nilai-nilai produktif.
14. Memperkaya jaringan silaturahim
Silaturahim, bentuk sambung rasa yang dinamis dapat
memberikan dampak yang sangat luas. Apalagi dunia bisnis
merupakan dunia relasi sebuah jaringan yang membutuhkan lebih
banyak informasi dan komunikasi. Sebab itu tidak ada alasan
sedikitpun bagi seorang muslim untuk mengisolasi diri dari tatanan
sosial. (Kirom, 2018)

Pekerjaan atau kehidupan kerja sudah menjadi bagian dari kebutuhan


utama kehidupan seseorang. Namun, tanpa eksekusi yang hebat dan prestasi
yang gemilang, bekerja semata tidak akan bisa memberikan hasil yang produktif
bagi seorang individu khususnya sebagai seorang muslim. Jadi, untuk mencapai

12
dan mempertahankan kualitas kinera kerja seorang muslim yang baik, diperlukan
pendekatan yang berbeda, yaitu: kesadaran akan religius islam. Sebagaimana
tercantum dalam Al-Quran yang menyiratkan bahwa salah satu tujuan
diciptakannya manusia adalah menyadarkan manusia akan pentingnya niat
sebelum memulai dan mengakhiri segala kegiatan, yaitu beribadah kepada tuhan
dan mengerjakan tugas apapun yang diberikan demi ridho-Nya. Kesadaran ini
dapat mendorong setiap inividu muslim untuk melakukan tugasnya secara efektif.
Selain itu, dengan pembinaan kesadaran religius islam, seorang muslim kan
selalu berusaha untuk berperilaku baik dalam kehidupan sehari-hari dan
menghindari perilaku tidak etis. Hal tersebut disebabkan oleh ketakutan mereka
terhadap Allah, serta keimanan mereka kepada Allah akan selalu mengawasi
mereka kapanpun dan dimanaun mereka berada. (Zahrah, 2016)

Dalam bekerja, masyarakat dapat bersosialisasi dengan berbgai macam


karakter dan pengalaman individu. Dengan begitu, melalui bekerja manusia akan
menjadi lebih bijaksana, berpikir kritis, dan lebih berdedikasi dalam hidupnya.
Untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas kinerja karyawan, suatu
organisasi harus memperhatikan wawasan karyawannya tentang religius mereka
dan memastikan standar etika mereka dari perspektif islam.

Seiring dengan meluasnya bisnis global dan perkembangan modern di


seluruh dunia, isu akuntabilitas sosial dan perilaku etis di seluruh level karyawan
masih hangat diperbincangkan. Hal tersebut disebabkan pentingnya etika dalam
meningkatkan prestasi kerja yang banyak dibuktikan, baik oleh peneliti maupun
organisasi itu sendiri. Sayangnya, dalam masyarakat saat ini sebagian besar
individu bahkan negara-negara muslim menolak untuk mengikuti aturan dan tidak
berperilaku sesuai aturan. Banyak umat islam yang mengabaikan standar etika
islam dalam berbisnis atau melakukan suatu pekerjaan, karena mereka hanya
mengupayakan keuntungan besar dan prestasi kerja yang tinggi tanpa mengikuti
etika kerja islam. Oleh sebab itu, penting untuk mendidik individu muslim untuk
berkinerja baik dalam pekerjaannya dengan mematuhi seluruh etika kerja islam.
(Zahrah, 2016)

Dengan begitu, agar masyarakat tidak berperilaku tidak etis, maka


masyarakat harus memilikinya dalam diri dengan nilai-nilai akhlak yang kuat,
khususnya masyarakat muslim yang telah berpedoman pada Al-Quran dan hadis

13
dalam kehidupan sehari-harinya. Islam adalah jalan hidup sekaligus mengarah
pada individu dan organisasi, keberhasilanny adalah jika seluruh individu
mempelajari prinsip-prinsipnya dan dapat memperoleh pedoman dalam
berperilaku islami, sebagaimana ajaran islam diterima untuk semua generasi.
Lebih lagi setiap individu dapat hidup tentram jika taat pada kehendak Allah
dalam segala urusan kehidupan. IWE menyoroti perilaku yang ada bail dilarang
atau dipromosikan utnuk untuk individu dalam suatu organisasi. Melalui IWE
pekerjaan dapat terorganisasi dengan baik dan sekaligus memberikan kontribusi
dalam pertumbuhan ekonomi pula memobilisasi keberhasilan organisasi dna
individu.

Ajaran islam memainkan peran penting dalam kehidupan indivdu,


keluarga, dan profesional seorang muslim. Oleh karena itu seorang muslim sejati
tidak boleh menggerutu atau mengeluh terhadap tugas yang diberikan dan selalu
berusaha untuk tetap berkomitmen dan melaksanakan tugas yang diberikan
kepadanya dengan baik. Sebanyak semua hal yang mereka lakukan adalah
karena keikhlasan menuju ridho Allah. Bukan hanya untuk emndapatkan pahala
duniawi, tetapi juga untuk memperoleh pahala di akhirat. Seorang muslim akan
merasakan kepuasan yang tinggi ketika mereka menempatkan nilai yang tinggi
usaha dan keihlasan yang utuh dalam segala tugas yang diberikan kepadanya,
serta ‘tawakal’ terhadap setiap hasil atau imbalannya.

Organisasi harus menentukan cara yang tepat dalam memberikan


kesadaran mendalam terhadap religius islam dan etika kerja islami pada setiap
individu muslim. Selain itu pemberi kerja juga harus senantiasa mengevaluasi
pemahaman dan kesadaran pegawai terhadap religius dan etika kerja dalam
sudut pandang islam. Apabila jika mereka menjadikan religius islam sebagai
landasan dalam beraktivitas sehari-hari akan membawa kesuksesan besar serta
kemakmuran jangka panjang, baik bagi individu maupun pribadi organisasi itu
sendiri. Sebagai implikasi teoritis, hubungan tampak sangat positif dan terjalin
antara kualitas kehidupan kerja karyawan di lingkungan kerja sehari-hari dan
kepuasan kerja mereka secara keseluruhan dalam pekerjaan, yang dengan
demikian menegaskan kembali bahwa semakin besar kualitas kehidupan kerja
yang dinikmati karyawan dam organisasi, semaki baik kinerja organisasi yang
disumbangkan oleh karyawan tersebut.

14
Membahas etos kerja dalam islam, berarti menggunakan dasar pemikiran
bahwa islam sebagai suatu sistem keimanan, tentunya mempunyai pandangan
tertentu yang positif terhadap masalah etos kerja. Adanya etos kerja yang kuat
memerlukan kesadaran pada orang bersangkutan tentang kaitan suatu kerja
dengan pandangan hidupnya yang lebih menyeluruh, yang pandangan hidup itu
memberinya keinsafan akan makna dan tujuan hidupnya. Dengan kata lain,
seseorang agaknya akan sulit melakukan suatu pekerjaan dengan tekun jika
pekerjaan itu tidak bermakna baginya, dan tidak bersangkutan dengan tujuan
hidupnya yang lebih tinggi, langsung ataupun tidak langsung.

15
Arif, S., Ahmad, J., & Ramzan, S. (2023). Impact of Islamic Work Ethics on Organizational
Citizenship Behavior: Mediating Role of Job Satisfaction in the Banking Sector of Quetta
City. Journal of Social Sciences Review, 3(2), 995–1011.
https://doi.org/10.54183/jssr.v3i2.336

Candra, W., Tubastuvi, N., Santoso, S. B., & Haryanto, E. (2022). Analysis of The Islamic
Leadership, Islamic Work Ethics and Intellectual Intelligence on Employee Performance
with Islamic Organization Culture as Moderated Variables. Journal of Islamic Economic
and Business Research, 2(1). https://doi.org/10.18196/jiebr.v2i1.21

Kirom, C. (2018). Etos Kerja dalam Islam. Tawazun: Journal of Sharia Economic Law, 1(1).
http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/tawazun/index

Kusumaningtyas Sugiyanto, E., Rahman, T., & Santoso, A. (2020). Islamic Work Ethics in
Building Work Life Balance to Achieve Islamic Job Satisfaction. 14(2).
https://doi.org/10.18326/infsl3.v14i2

Rokhman, W., & Ahamed, F. (2021). The Influence of Quality of Work Life and Islamic Work
Ethics Towards Job Performance among SMEs’ Employee. IQTISHADIA, 14(1), 125.
https://doi.org/10.21043/iqtishadia.v14i1.11729

Zahrah, N. (2016). The Relationship between Islamic Religiosity, Islamic Work Ethics and Job
Performance. 710–716. https://doi.org/10.15405/epsbs.2016.08.100

16

Anda mungkin juga menyukai