Anda di halaman 1dari 9

ETIKA  ORGANISASI

Cita cita, tujuan dan keinginan suatu organisasi akan berhasil bila dibangun dengan
berlandaskan etika dan akhlakkulkarimah dari para pengurus dan anggotanya.

Pertama visi dan misi yang jelas. Apabibla suatu organisasi islam menyatakan
secara tegas islam sebagai landasannya, maka haruslah terlihat dalam visi dan
misinya yaitu islam sebagai Rahmatanlilalamin, toleransi, menghargai pendapat dan
perbedaan, bekerjaa keras, serta keterbukaan.

Semua hal tersebut adalah ciri yang melekat pada islam, sehingga suatu organisasi
islam tidak perlu lagi menyatakan menjadi organisasi terbuka karena pada
hakekatnya itu adalah bagian dari ajaran islam yang tebuka (inklusif). Adanya
anggapan islam eksklusif adalah karena kurangnya pemahaman spirit islam dan
tidak adanya kepercayaan diri menyatakan label islam dalami aktifitas
organisasinya.

Kedua, visi dan misi itu harus tercermin pada perilaku pengurus dan
anggotanya.Kejujuran, amanah, ketaatan, keterbukaan, disiplin,
kesederhanaan, keberanian untuk menyatakan yang salah itu salah dan yang
benar ittu benar. Perilaku tersebut merupakan representasi dari label dan nama
dari organisasinya.

Ketiga, menghindari perdebatan dan pertentangan yang dapat menimbulkan


perpecahan. Sebab hal ini akan menyebabkan kelemahan dan berakibat pada
kegagalan dalam melaksanakan visi dan misi organisasi, sebagaimana dalam QS
Al-Anfal:46 “ Dan taatlah kalian kepada Alloh danRosulNya dan janganlah kamu
berbantah bantah, yang menyebankan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu
dan bersabarlah, karena Alloh bersama orang orang yang sabar”.

Keempat, Ketaatan kepada pemimpin, merupakan bagian dari ketaatan kepada


Alloh SWT selama pemimpin itu berada dijalan Alloh.

Keempat hal tersebut diatas adalah yang mendasari sebuah organisasi dapat
berjalan dengan baik , sehingga mencapai goal yang diharapkan. Namun selain
empat hal tersebut ada faktor faktor lainnya yang dapat mendukung keeberhasilan
suatu organisasi.

Islam merupakan nilai etika dalam hidup manusia ditempat yang paling tinggi.Pada
dasarnya, agama Islam diturunkan sebagai kode prilaku moral dan etika bagi
kehidupan manusia. Seperti hadis: “aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang
mulia”. Terminologi yang paling dekat dengan pengertian etika dalam Islam adalah
akhlak (bentuk jamaknya khuluq).Akhlak adalah kebiasaan kehendak. Akhlak dalam
Alqur’an terdapat dalam ayat berikut:

“ dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti (akhlak)yang luhur “. (QS .


68:4).dan juga (QS.3:159)

Menurut pandangan Islam, etika merupakan pedoman yang digunakan umat Islam
untuk berprilaku dalam segala aspek kehidupan.Dalam hukum ekonomi Islam
(muamalat) etika bisnis merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
ekonomi secara keseluruhan. Etika bisnis Islami merupakan nilai-nilai etika islam
dalam aktivitas bisnis yang telah disajikan dari perspektif Alqur’an dan hadis, yang
bertumpu pada enam prinsip, terdiri atas: kebenaran, kepercayaan, ketulusan,
persaudaraan, pengetahuan dan spiritualitas kedalam dunia bisnis.

Selain akhlak,terminologi etika dalam Alqur’an ,bisa dihubungkan dengan istilah


berikut ini:

1. khayr (kebaikan)
2. birr (kebajikan)
3. qist (persamaan)
4. adl (keseimbangan dan keadilan)
5. haqq (kebenaran)
6. ma’ruf (yang diperintahkan)

.
Prinsip Dasar Etika Dalam Islam Dan Praktiknya Dalam Organisasi
Terdapat lima prinsip yang mendasari etika Islam:

1. unity (kesatuan)
2. equilibrium (keseimbangan)
3. free will (kebebasan berkehendak)
4. responsibility(bertanggung jawab)

ORGANISASI 

1. THE CELESTIAL MANAGEMENT : MENGELOLA ORGANISASI DENGAN


NILAI-NILAI SPIRITUAL
Manajemen spiritual merupakan sebuah konsep terpadu antara manajemen modern
dengan nilai-nilai spiritual yang merupakan nilai-nilai suci dan nilai-nilai
ketuhanan.Model ini mempersiapkan kemapanan seluruh komponen internal untuk
menghadapi dan mengendalikan faktor eksternal yang siap memberikan dua sisi
tantangan, yaitu peluang kegagalan atau kerugian dan peluang kesuksesan atau
keuntungan setiap saat.
Konsep The Celestial Management merupakan sebuah upaya untuk menurunkan
visi langit yang berupa firman Tuhan dan sabda utusanNya untuk mengejawantah di
bumi, khususnya dalam pengelolaan sebuah organisasi bisnis. Atau dengan kata
lain, konsep ini mencoba untuk mentransformasikan ajaran agama Islam yang
bersumber dari Al-qur’an maupun as-sunnah tentang bisnis kedalam budaya
organisasi. Lebih jauh lagi, konsep TCM ini mencoba untuk menggali Islamic
values, yang terdapat di dalam dua sumber tersebut, seperti kejujuran, kepercayaan,
dan sebagainya, untuk diterapkan dalam pengelolaan sebuah organisasi.
The Celestial Management merupakan ilmu manajemen yang didasarkan penafsiran
nilai dan prinsip illahiah yang turun dari langit berupa  spiritualitas melalui firman
Tuhan maupun sabda utusanNya dan di aplikasikan dalam setiap aktivitas manusia
di dunia termasuk di dalamnya aktivitas usaha atau bisnis.
TCM menekankan bahwa aktivitas pengelolaan apakah itu bisnis bahkan negara,
semestinya di warnai oleh semangat spiritualitas yang menyebarkan kebaikan,
bukan kejahatan, menumbuhkan kooperasi, bukan monopoli, mengedepakan
kebersihan dan kejujuran, bukan ketamakan dan keangkuhan. Dalam perspektif
TCM, hidup itu di bagi dalam tiga domain, yaitu life is a place of worship, life is a place
of wealth, life is a place warfare, yang artinya adalah hidup tempat peribaadatan,
mencari kesejahteraan, dan juga sebagai tempat berjuang. Cakupan bahasan TCM
meliputi dua belas pikiran pokok yang terangkum dalam konsep ZIKR, PIKR,MIKR.
Tiga konsep utama ini mengeksplorasi pesan tuhan yang dijabarkan dalam
pemikiran, tuntunan, dan aplikasi dalam bentuk perilaku organisasi.

1. ORGANISASI SEBAGAI TEMPAT IBADAH


Ketika bekerja adalah ibadah, maka tempat bekerja adalah tempat ibadah.Oleh
karenanya, tempat menyembah kepada Allah tidak terbatas tempat ibadah yang
biasa semisal masjid.Seorang bankir bisa saja terus melayani nasabah, tapi hatinya
sujud dan tunduk kepada Allah.Ia persembahkan sisi terbaik dari fragmen hidup
untuk Allah sesuai dengan janji yang tiap kali ia ucapkan dalam mendirikan shalat,
“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan
Semesta Alam (Q.S. 6: 162).
Jika kerja diposisikan sebagai ibadah, maka selain keuntungan dunia yang dicari,
juga kebahagiaan akhirat.Adanya visi akhirat menyebabkan seseorang bisa
mengarahkan tujuannya dengan lebih baik. Orang yang menjadikan kerjanya adalah
ibadah akan mengawalinya dengan niat yang baik, mengusahakan hasil yang
terbaik, dan dia juga meyakini bahwa hasil yang baik diperoleh dengan cara yang
baik. Cara yang baik adalah cara yang dibenarkan oleh agama dan sesuai dengan
hati nurani serta etika bisnis yang berlaku. Oleh karena kerja adalah ibadah, selain
keuntungan dunia, maka keberkahan adalah kata kuncinya.Bisa jadi keuntungan
yang diperolehnya tidak besar ataupun besar, yang penting berkah.

Dalam Islam, bekerja (dalam hal yang tidak dilarang Allah) adalah bagian dari amal
ibadah ghoiru mahdhoh. Yakni jenis ibadah yang tidak secara jelas diatur tata caranya
oleh syariah.Akan tetapi, semua konteks ibadah sangat berhubungan dengan Allah
dan bernilai pahala yang dicatat oleh malaikat dan disaksikan oleh Allah Yang Maha
Melihat.Jadi, ketika seseorang bekerja maka dia sejatinya sedang beribadah
sebagaimana dia sedang melaksanakan shalat, puasa, zakat, dan lainnya.Oleh
karena itu, bekerja haruslah berniat ibadah.

1. ZERO BASED, IMAN, KONSISTEN, RESULT ORIENTED


Dalam konteks teori celestial management, selain motivasi yang benar, berorientasi
hasil haruslah diawali dari akhlak yang mulia dan kemudian ditindaklanjuti
dengan action plan dalam mencapai hal tersubut. Dimana  action plan tersebut
haruslah mengantarkan organisasi pada pencapaian hasil yang lebih baik dan lebih
cepat. Salah satunya adalah dengan perampingan organisasi.
Dalam konteks manajemen bisnis dimana banyak dinamika terjadi, diantara hal yang
paling penting dalam menghadapi suatu masalah adalah bagaimana menyikapi apa
yang terjadi, bukan bagaimana suatu peristiwa terjadi. Bukan perusahaan yang
bernasib jelek, tapi bagaimana dia merespon atau melihat hal yang buruk itu lalu
berusaha  “mengubah” kondisi menjadi “takdir” yang baik. Orang yang memiliki cacat
tubuh, meski ia ratapi, selamanya tidak akan mengubah kondisi fisiknya. Namun
ketika ia menyikapi kondisi itu dengan tetap memikirkan peluang yang bisa diolah , ia
bisa mengubah nasib sehingga berpihak padanya. Jadi, bukan input yang buruk
disesali, tetapi bagaimana membuat input yang buruk itu menjadi output yang baik,
atau bagaimana dengan jernih memandang permasalahan sehingga kondisi yang
buruk berubah menjadi kondisi yang baik. Oleh karena itu, diantara persoalan yang
kompleks yang perlu yang dipahami oleh seorang manager disuatu perusahaan
adalah hubungan antara perilaku dan kepribadian pada anak buah dan system kerja
di perusahaan atau organisasi bisnisnya.

Untuk mencapai tujuan ini, organisasi pun harus berjalan dalam rel yang benar. Iman
yang benar akan terefleksi dalam tindakan yang benar, karena itu, upaya yang
didasari metode menghalalkan segala cara, tidak dikenal sama sekali dalam
konsep celestial management. Semua cara bisnis yang ditempuh haruslah sesuai
dengan akhlak Islami. Karakter dasar ini harus menjadi cara pandang dasar yang
harus dipahami oleh keseluruhan level organisasi, dari pimpinan sampai yang paling
bawah seperti cleaning service. Dalam konteks industri keuangan misalnya, setiap kru
harus menonjolkan akhlak islami diantaranya adalah menjaga amanah para nasabah
yang menitipkan danannya. Setiap rupiah dana nasabah yang hendak diputar untuk
membiayai sektor produktif, haruslah dilakukan denagn cara yang benar (shidq) dan
cerdas (fathonah) juga.
GOOD THINK
Zero based  :  bersih, jernih, apa adanya
Orang yang berpandangan zero based memandang sesuatu dengan bersih, apa
adanya, tidak ditambah, tidak dikurang, dan tanpa prasangka karena semua berasal
dari Allah. Manusia juga diwajibkan tidak sombong karena merasa memiliki
kemampuan lebih.Intinya tidak merasa rendah diri, tidak juga percaya diri, melainkan
percaya Allah. Zero based juga berarti cara pandang, berpikir, bertindak, memberikan
pilihan, dan memberikan respon dengan mengembalikan segalanya pada akar dan
dasar permasalahan. Zero based juga bisa diartikan dengan memandang sesuatu apa
adanya, bebas dari prasangka dalam menganalisis permasalahan, serta meletakkan
segala sesuatu pada tempatnya. Zero based menginspirasikan orang untuk menjadi
dirinya sendiri, bukan “manusia bekas” yang hanya mengikuti pikiran orang lain.
Mendorong pada perilaku untuk melazimkan yang benar,bukan membenarkan yang
lazim.
Iman : keyakinan pada janji-janji Allah
Kalau zero based membersihkan diri dari prasangka, maka setelah bersih hati harus
diisi dengan iman. Pengertian beriman secara vertikal adalah agar manusia selalu
ingat dan termotivasi dalam menjalankan perintah dari Allah.Secara horizontal, iman
lebih memacu manusia untuk berkompetisi.Iman menciptakan keajaiban, memberi
kekuatan spritual serta menghilangkan rasa cemas dan takut.Iman juga membentuk
militansi karena hanya orang yang beriman kokoh, yang siap berjuang. Dengan
berpegang pada keyakinan yang kuat akan keberhasilan, maka hal-hal yang
diharapkan pun memiliki peluang besar untuk berhasil karena ‘What you get is what
you believe’, apa yang anda peroleh sebatas apa yang anda percayai. Tanda dari
orang yang beriman salah satunya juga percaya pada yang gaib.Apa yang kita
rencanakan untuk masa depan yang tidak seorang pun dapat memastikan selain
Allah, termasuk bagian dari gaib. Oleh karena itu, patut ditekankan disini, tidak ada
yang tidak mungkin bisa dicapai oleh orang yang beriman dengan seizin Allah. Hal
yang diperlukan mereka adalah membersihkan hati dan pikiran dari keraguan karena
hal itu akan melemahkan iman dan menjauhkan dari perwujudan cita-cita.
Konsisten : Istikamah dan Kaaffah
Setelah hati dan pikiran di bersihkan dari prasangka buruk dan perasaan tidak
mampu, iman kemudian ditanam.Namun, karena iman bersifat fluktuatif, maka kru
harus konsisten.Konsisten, berarti tetap pada tujuan semula dan tidak mudah goyah
dalam menjalankan misi. Orang yang konsisten akan memperjuangkan cita-cita,
pekerjaan, ide, tanpa mengenal lelah. Tak ada kamus menyerah.Ia akan meluluskan
arah dan teguh dalam pendirian (istiqomah) dalam menuju tujuan, meski
menghadapi banyak rintangan atau bahkan kegagalan. Seperti yang kita ketahui,
betapa banyak pertandingan hidup di menangkan bukan oleh yang tercepat tetapi
oleh yang terulet.Waktu selalu berpihak kepada yang terulet untuk akhirnya
mewujudkan impian.Selain konsisten pada arah dan tujuan, kita juga harus konsisten
terhadap cakupan.Konsistensi menuntut keselarasan dalam segala peran dan aspek
kehidupan baik pribadi maupun berorganisasi.Keselarasan itu diharapkan menjadi
kunci keberhasilan, sukses dalam arti menyeluruh atau totalitas. Konsisten dalam
cakupan kaaffa menghendaki penyerahan total yang seimbang antara jiwa dan raga,
pribadi dan organisasi, karir dan rumah tangga, pendidikan, dan keuangan.
Result Oriented : mengutamakan pencapaian sasaran
Bisnis dalam perspektif TCM tidak hanya untuk menghasilkan tujuan duniawi (laba)
tetapi juga memperhatikan harapan akhirat.Sukses di dunia menjadi jalan bagi
sukses di akhirat. Hasil dunia hanyalah sasaran antara (interim result), dan bukan
yang paling utama akan tetapi tidak bisa diabaikan. Sementara hasil akhirat (pahala)
adalah harapan yang paling tinggi (ultimate result). Sukses di dunia bukan hanya
berhasil mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya, menuntut ilmu setinggi-
tingginya, akan tetapi menggunakan sehala sumber daya untuk mewujudkan
misi khalifatullah fil ardhyaitu tugas untuk memakmurkan bumi bukan memakmurkan
diri sendiri. Tantangan terbesar dari tugas ini adalah menyelaraskan antara target
duniawi dan ukhrawi. Kegiatan usaha bukan semata-mata ditujukan untuk
memaksimalkan keuntungan, tapi untuk mengabdikan diri sebagai hamba Allah.
Dalam bekerja, seorang pengusaha atau kru tetap harus berorientasi
pada resuit atau hasil yang dicapai. Hasil yang ditargetkan para manajer sebaiknya
juga tidak dalam orientasi jangka pendek. Ajaran agama (termasuk islam) meyakini
bahwa ada kehidupan pada alam akhirat, maka hasil juga harus berorientasi jangka
panjang terutama kehidupan akhirat. Dengan kata lain, result orientedmenekankan
pentingnya seseorang mengutamakan pencapaian tujuan yaitu rida Allah
(Mardhotillah).
11 Februari 2019

By: Mas’udi

Anda mungkin juga menyukai