Cita cita, tujuan dan keinginan suatu organisasi akan berhasil bila dibangun dengan
berlandaskan etika dan akhlakkulkarimah dari para pengurus dan anggotanya.
Pertama visi dan misi yang jelas. Apabibla suatu organisasi islam menyatakan
secara tegas islam sebagai landasannya, maka haruslah terlihat dalam visi dan
misinya yaitu islam sebagai Rahmatanlilalamin, toleransi, menghargai pendapat dan
perbedaan, bekerjaa keras, serta keterbukaan.
Semua hal tersebut adalah ciri yang melekat pada islam, sehingga suatu organisasi
islam tidak perlu lagi menyatakan menjadi organisasi terbuka karena pada
hakekatnya itu adalah bagian dari ajaran islam yang tebuka (inklusif). Adanya
anggapan islam eksklusif adalah karena kurangnya pemahaman spirit islam dan
tidak adanya kepercayaan diri menyatakan label islam dalami aktifitas
organisasinya.
Kedua, visi dan misi itu harus tercermin pada perilaku pengurus dan
anggotanya.Kejujuran, amanah, ketaatan, keterbukaan, disiplin,
kesederhanaan, keberanian untuk menyatakan yang salah itu salah dan yang
benar ittu benar. Perilaku tersebut merupakan representasi dari label dan nama
dari organisasinya.
Keempat hal tersebut diatas adalah yang mendasari sebuah organisasi dapat
berjalan dengan baik , sehingga mencapai goal yang diharapkan. Namun selain
empat hal tersebut ada faktor faktor lainnya yang dapat mendukung keeberhasilan
suatu organisasi.
Islam merupakan nilai etika dalam hidup manusia ditempat yang paling tinggi.Pada
dasarnya, agama Islam diturunkan sebagai kode prilaku moral dan etika bagi
kehidupan manusia. Seperti hadis: “aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang
mulia”. Terminologi yang paling dekat dengan pengertian etika dalam Islam adalah
akhlak (bentuk jamaknya khuluq).Akhlak adalah kebiasaan kehendak. Akhlak dalam
Alqur’an terdapat dalam ayat berikut:
Menurut pandangan Islam, etika merupakan pedoman yang digunakan umat Islam
untuk berprilaku dalam segala aspek kehidupan.Dalam hukum ekonomi Islam
(muamalat) etika bisnis merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
ekonomi secara keseluruhan. Etika bisnis Islami merupakan nilai-nilai etika islam
dalam aktivitas bisnis yang telah disajikan dari perspektif Alqur’an dan hadis, yang
bertumpu pada enam prinsip, terdiri atas: kebenaran, kepercayaan, ketulusan,
persaudaraan, pengetahuan dan spiritualitas kedalam dunia bisnis.
1. khayr (kebaikan)
2. birr (kebajikan)
3. qist (persamaan)
4. adl (keseimbangan dan keadilan)
5. haqq (kebenaran)
6. ma’ruf (yang diperintahkan)
.
Prinsip Dasar Etika Dalam Islam Dan Praktiknya Dalam Organisasi
Terdapat lima prinsip yang mendasari etika Islam:
1. unity (kesatuan)
2. equilibrium (keseimbangan)
3. free will (kebebasan berkehendak)
4. responsibility(bertanggung jawab)
ORGANISASI
Dalam Islam, bekerja (dalam hal yang tidak dilarang Allah) adalah bagian dari amal
ibadah ghoiru mahdhoh. Yakni jenis ibadah yang tidak secara jelas diatur tata caranya
oleh syariah.Akan tetapi, semua konteks ibadah sangat berhubungan dengan Allah
dan bernilai pahala yang dicatat oleh malaikat dan disaksikan oleh Allah Yang Maha
Melihat.Jadi, ketika seseorang bekerja maka dia sejatinya sedang beribadah
sebagaimana dia sedang melaksanakan shalat, puasa, zakat, dan lainnya.Oleh
karena itu, bekerja haruslah berniat ibadah.
Untuk mencapai tujuan ini, organisasi pun harus berjalan dalam rel yang benar. Iman
yang benar akan terefleksi dalam tindakan yang benar, karena itu, upaya yang
didasari metode menghalalkan segala cara, tidak dikenal sama sekali dalam
konsep celestial management. Semua cara bisnis yang ditempuh haruslah sesuai
dengan akhlak Islami. Karakter dasar ini harus menjadi cara pandang dasar yang
harus dipahami oleh keseluruhan level organisasi, dari pimpinan sampai yang paling
bawah seperti cleaning service. Dalam konteks industri keuangan misalnya, setiap kru
harus menonjolkan akhlak islami diantaranya adalah menjaga amanah para nasabah
yang menitipkan danannya. Setiap rupiah dana nasabah yang hendak diputar untuk
membiayai sektor produktif, haruslah dilakukan denagn cara yang benar (shidq) dan
cerdas (fathonah) juga.
GOOD THINK
Zero based : bersih, jernih, apa adanya
Orang yang berpandangan zero based memandang sesuatu dengan bersih, apa
adanya, tidak ditambah, tidak dikurang, dan tanpa prasangka karena semua berasal
dari Allah. Manusia juga diwajibkan tidak sombong karena merasa memiliki
kemampuan lebih.Intinya tidak merasa rendah diri, tidak juga percaya diri, melainkan
percaya Allah. Zero based juga berarti cara pandang, berpikir, bertindak, memberikan
pilihan, dan memberikan respon dengan mengembalikan segalanya pada akar dan
dasar permasalahan. Zero based juga bisa diartikan dengan memandang sesuatu apa
adanya, bebas dari prasangka dalam menganalisis permasalahan, serta meletakkan
segala sesuatu pada tempatnya. Zero based menginspirasikan orang untuk menjadi
dirinya sendiri, bukan “manusia bekas” yang hanya mengikuti pikiran orang lain.
Mendorong pada perilaku untuk melazimkan yang benar,bukan membenarkan yang
lazim.
Iman : keyakinan pada janji-janji Allah
Kalau zero based membersihkan diri dari prasangka, maka setelah bersih hati harus
diisi dengan iman. Pengertian beriman secara vertikal adalah agar manusia selalu
ingat dan termotivasi dalam menjalankan perintah dari Allah.Secara horizontal, iman
lebih memacu manusia untuk berkompetisi.Iman menciptakan keajaiban, memberi
kekuatan spritual serta menghilangkan rasa cemas dan takut.Iman juga membentuk
militansi karena hanya orang yang beriman kokoh, yang siap berjuang. Dengan
berpegang pada keyakinan yang kuat akan keberhasilan, maka hal-hal yang
diharapkan pun memiliki peluang besar untuk berhasil karena ‘What you get is what
you believe’, apa yang anda peroleh sebatas apa yang anda percayai. Tanda dari
orang yang beriman salah satunya juga percaya pada yang gaib.Apa yang kita
rencanakan untuk masa depan yang tidak seorang pun dapat memastikan selain
Allah, termasuk bagian dari gaib. Oleh karena itu, patut ditekankan disini, tidak ada
yang tidak mungkin bisa dicapai oleh orang yang beriman dengan seizin Allah. Hal
yang diperlukan mereka adalah membersihkan hati dan pikiran dari keraguan karena
hal itu akan melemahkan iman dan menjauhkan dari perwujudan cita-cita.
Konsisten : Istikamah dan Kaaffah
Setelah hati dan pikiran di bersihkan dari prasangka buruk dan perasaan tidak
mampu, iman kemudian ditanam.Namun, karena iman bersifat fluktuatif, maka kru
harus konsisten.Konsisten, berarti tetap pada tujuan semula dan tidak mudah goyah
dalam menjalankan misi. Orang yang konsisten akan memperjuangkan cita-cita,
pekerjaan, ide, tanpa mengenal lelah. Tak ada kamus menyerah.Ia akan meluluskan
arah dan teguh dalam pendirian (istiqomah) dalam menuju tujuan, meski
menghadapi banyak rintangan atau bahkan kegagalan. Seperti yang kita ketahui,
betapa banyak pertandingan hidup di menangkan bukan oleh yang tercepat tetapi
oleh yang terulet.Waktu selalu berpihak kepada yang terulet untuk akhirnya
mewujudkan impian.Selain konsisten pada arah dan tujuan, kita juga harus konsisten
terhadap cakupan.Konsistensi menuntut keselarasan dalam segala peran dan aspek
kehidupan baik pribadi maupun berorganisasi.Keselarasan itu diharapkan menjadi
kunci keberhasilan, sukses dalam arti menyeluruh atau totalitas. Konsisten dalam
cakupan kaaffa menghendaki penyerahan total yang seimbang antara jiwa dan raga,
pribadi dan organisasi, karir dan rumah tangga, pendidikan, dan keuangan.
Result Oriented : mengutamakan pencapaian sasaran
Bisnis dalam perspektif TCM tidak hanya untuk menghasilkan tujuan duniawi (laba)
tetapi juga memperhatikan harapan akhirat.Sukses di dunia menjadi jalan bagi
sukses di akhirat. Hasil dunia hanyalah sasaran antara (interim result), dan bukan
yang paling utama akan tetapi tidak bisa diabaikan. Sementara hasil akhirat (pahala)
adalah harapan yang paling tinggi (ultimate result). Sukses di dunia bukan hanya
berhasil mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya, menuntut ilmu setinggi-
tingginya, akan tetapi menggunakan sehala sumber daya untuk mewujudkan
misi khalifatullah fil ardhyaitu tugas untuk memakmurkan bumi bukan memakmurkan
diri sendiri. Tantangan terbesar dari tugas ini adalah menyelaraskan antara target
duniawi dan ukhrawi. Kegiatan usaha bukan semata-mata ditujukan untuk
memaksimalkan keuntungan, tapi untuk mengabdikan diri sebagai hamba Allah.
Dalam bekerja, seorang pengusaha atau kru tetap harus berorientasi
pada resuit atau hasil yang dicapai. Hasil yang ditargetkan para manajer sebaiknya
juga tidak dalam orientasi jangka pendek. Ajaran agama (termasuk islam) meyakini
bahwa ada kehidupan pada alam akhirat, maka hasil juga harus berorientasi jangka
panjang terutama kehidupan akhirat. Dengan kata lain, result orientedmenekankan
pentingnya seseorang mengutamakan pencapaian tujuan yaitu rida Allah
(Mardhotillah).
11 Februari 2019
By: Mas’udi