Anda di halaman 1dari 13

ORGANISASI BISNIS ISLAM

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

“Mikro Ekonomi Islam”

Dosen Pengampu :

NING PURNAMA SARIATI, MEI

Disusun oleh :

1. Defi Tri Alifiana (934100619)


2. Salma Khoirunnisa’ (934102619)
3. Ah Atfan Fanany (934105819)
4. Tyo Pratama P P (934135419)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat dan rahmat-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah Mikro Ekonomi Islam ini dengan judul
“Organisasi Bisnis Islam”.
Dalam penyusunan makalah ini kami telah berusaha semaksimal mungkin sesuai
dengan kemampuan kami. Namun sebagai manusia biasa, kami tidak luput dari kesalahan
dan kekhilafan baik dari segi teknik penulisan maupun tata bahasa. Walaupun demikian kami
berusaha sebisa mungkin menyelesaikan makalah ini meskipun tersusun sangat sederhana.
Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-teman sekalian. Kami
mengharapkan saran serta kritik yang bersifat membangun.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Kediri, 05 Mei 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER......................................................................................................................................1

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I: PENDAHULUAN........................................................................................................4

A. Latar Belakang.................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah............................................................................................................4

C. Tujuan..............................................................................................................................4

BAB II: PEMBAHASAN.........................................................................................................5

A. Pengertian Organisasi......................................................................................................5

B. Organisasi Bisnis Dengan Prinsip Musyarakah...............................................................6

C. Organisasi Bisnis Dengan Prinsip Mudharabah..............................................................9

BAB III: PENUTUP...............................................................................................................12

A. Kesimpulan....................................................................................................................12

B. Saran..............................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah organisasi dewasa ini sudah sangat familiar di kalangan masyarakat.
Apalagi dengan istilah bisnis. Namun jika dua kata tersebut dipadankan menjadi
organisasi bisnis, tentu tidak semua memahami dan familiar dengan istilah ini. Sebagai
agama yang komprehensif, Islam tentu memiliki pandangan terhadap keberadaan
entitas (organisasi bisnis) ini. Sejatinya, entitas ideal adalah sebuah organisasi bisnis
yang memiliki Moral Actor View sebagai landasannya. Sebab hanya pandangan inilah
yang dianggap sesuai dengan persepsi Islam. Oleh karena itu, dalam upaya
meluruskan dan mendudukkan persoalan secara syar’i, agar organisasi bisnis yang
berkembang di tengah-tengah masyarakat ke depannya tampil secara Islami.
Semua bentuk organisasi bisnis di mana dua atau lebih orang berkumpul
bersama sumber dengan keuangan, usahawan, keahlian, dan keinginan untuk
menjalankan bisnis, banyak dibahas oleh fuqaha’ terutama
tentang Mudharabah dan Musyarakah. Banyak dari prinsip yang berkaitan dibawah
ini diperolah oleh fuqaha’ secara langsung atau tidak langsung dari Al-Quran, hadis
dan praktik sahabah (para sahabat nabi). Pada umumnya disetujui bahwa perbedaan
yang terpenting antara modharabah dan shirkah terletak pada apakah para mitra
membuat konstribusi terhadap manajemen sebaik keuangan atau hanya satu dari
semuanya. Pembahasan aspek hukum mudharabah hampir seragam di antara ahli
hukum islam yang berbeda, dimana perbedaan utama pada hal-hal kecil yang tidak
penting. Bagaimanapun, dalam kasus shirkah, ada beberapa perbedaan yang mendasar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan organisasi?
2. Bagaimana organisasi bisnis dalam Islam?
3. Apa yang dimaksud dengan organisasi bisnis Islam dengan prinsip mudharabah?
4. Apa yang dimaksud dengan organisasi bisnis Islam dengan prinsip musyarakah?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari organisasi.
2. Mengetahui bentuk organisasi bisnis dalam Islam.
3. Mengetahui organisasi bisnis Islam dengan prinsip mudharabah.
4. Mengetahui organisasi bisnis Islam dengan prinsip musyarakah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Organisasi

Organisasi merupakan suatu perkumpulan orang yang memiliki tujuan bersama


untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Perilaku organisasi merupakan pembelajaran
tentang suatu adat/karateristik individu yang tercipta di lingkungan suatu organisasi.
Karena manusia berbeda-beda karateristik, maka perilaku organisasi berguna untuk
mengetahui sifat-sifat individu dalam berkinerja suatu organisasi. Pembelajaran perilaku
organisasi akan mengetahui tentang cara-cara mengatasi masalah-masalah yang ada
dilingkungan organisasi.

Adapun pengertian organisasi menurut para ahli yaitu:

1. James D Money

Organisasi adalah bentuk setiap kerja sama manusia untuk pencapaian tujuan
bersama (organisasi sebagai proses)

2. Dwight Waldo

Organisasi adalah struktur antar hubungan pribadi yang berdasarkan


wewenang formal dan kebiasaan-kebiasaan didalam suatu sistem administrasi.

3. GR Terry
Organisasi berasal dari kata organism, yaitu suatu struktur dengan begian-
bagian yang diintegrasi hingga hubungan mereka satu sama lain dipengaruhi oleh
hubungan mereka dengan keseluruhan.
Berdasarkan dari beberapa definisi tersebut dapatlah disimpulkan bahwa
unsur-unsur dari organisasi adalah :
a. Terdapat dua orang atau lebih
b. Adanya maksud untuk kerja sama
c. Adanya pengaturan hubungan
d. Adanya tujuan yang hendak dicapai

Berdasarkan unsur diatas, maka definisi organisasi yang mendekati praktek


sehari-hari adalah sebagai berikut :
Organisasi adalah wadah serta proses kerja sama sejumlah manusia yang
terikat dalam hubungan formal dalam rangkaian hierarki untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan.

Dari rumusan ini, ada tiga unsur yang menonjol, yaitu:

a. Organisasi bukanlah tujuan, melainkan alat untuk mencapai tujuan atau alat
untuk melaksanakan tugas pokok
b. Organisasi adalah wadah serta proses kerja sama sejumlah manusia yang
terikat hubungan formal.
c. Dalam organisasi selalu terdapat rangkaian hierarki, artinya bahwa dalam suatu
organisasi selalu terdapat apa yang dinamakan atasan dan apa yang dinamakan
bawahan.1

Dan Islam adalah agama yang menganjurkan umatnya melakukan


kerjasama yang terorganisasi dengan baik. Dalam konteks itu, maka prinsip
syirkah, yang didalamnya terdapat aktivitas musyarakah dan mudharabah, menjadi
prinsip dasarnya. Musyarokah adalah kerjasama dua orang, yang keduanya
menyediakan modal atau keahlian yang dibutuhkan dalam berusaha, sedangkan
mudharabah adalah satu jenis kerja sama antara dua orang, dimana satu pihak
kelebihan modal dan pihak lain kekurangan, orang yang kelebihan modal ingin
agar hartanya tidak stagnan, demikian orang yang kekurangan modal ingin agar
bisa bertahan hidup.

Dari sini maka terjadilah kerjasama berupa pemberian modal dari pemilik
harta,(shohibul mal) kepada pekerja (mudharib) agar ia mengelola hartanya
tersebut untuk sebuah usaha. Keuntungan yang didapat dari usaha itu dibagi dua
berdasarkan nsibah pertandingan yang telah disepakati. Sementara jika terjadi
kerugian, modal ditanggung sepenuhnya oleh shahibul mal dan mudharib hanya
menanggung tenaga, waktu serta kesepakatan mendapat laba.2

B. Organisasi Bisnis Dengan Prinsip Musyarakah


1. Pengertian Musyarakah
Al-Musyarakah atau al-syirkah secara etimologi (lughah) berarti pencampuran
(al-ikhtilath), yakni mencampur salah satu harta dengan harta yang lainnya sampai
tidak bisa dibedakan antara yang satu dengan yang lainnya (Al Zuhaili, 1996: 792).

1
Rahmi widyanti, Perilaku Organisasi: Teori dan Konsep, (Bandung: Media Sains Indonesia, 2021), hlm 9-12
2
https://www.academia.edu/23391785/ORGANISASI_BISNIS_DALAM_ISLAM, diakses pada 23 april 2021
pukul 20.21
Atau mencampur dua kepemilikan atau bergabungnya kedua partner dan berkongsi
dalam satu hal, dan masih banyak lagi ma’na lughawi dari syirkah, makna-makna ini
semua berkisaran pada ta’addud (banyaknya bilangan) yang mengindikasikan
adanya percampuran dan partisipasi dalam suatu hal antara dua orang atau lebih. 3
Secara bahasa, syirkah berarti perserikatan dua atau lebih tanah. 4 Secara etimologis,
Musyarakah adalah pengabungan, percampuran atau serikat. Musyarakah berarti
kerjasama kemitraan atau dalam Bahasa inggris disebut patnership5
Di dalam hukum syirkah bermakna kerja sama (pasrtnership) antara dua orang
atau lebih di dalam bisnis atau dalam kekayaan. Berbisnis secara kerja sama telah
dinyatakan sah dan legal oleh islam. Bentuk organisasi bisnis ini telah ada sejak
zaman dahulu. Selama masa hidup Nabi dan para sahabat beliau, kerja sama ini amat
populer di antara kaum muslimin, tidak hanya dalam bisnis melainkan juga dalam
pertanian dan perkebunan, Nabi sendiri melambangkan kerja sama di antara kaum
Muhajirin dan Anshar di Madinah dalam bidang pertanian dan perkebunan.6
Sedangkan menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES), Syirkah
merupakan kerjasama antara dua orang atau lebih, dalam hal permodalan,
keterampilan, kepercayaan dalam suatu usaha tertentu dengan pembagian
keuntungan berdasarkan nisbah . Menurut Fatwa DSN-MUI, Musyarakah adalah
pembiayaan berdasarkan akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu, dimana masingmasing pihak memberikan konstribusi dana dengan
ketentuan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan. Berdasarkan pengertian Musyarakah diatas Musyarakah adalah
kerjasama antara dua orang atau lebih dalam suatu usaha tertentu dimana para pihak
masingmasing memberikan konstribusi dana secara bersama-sama dalam keuntungan
dan kerugian ditentukan sesuai perjanjian yang telah di sepakati. 7
2. Bentuk-Bentuk Kerja Sama
Ada dua jenis syirkah: syirkah milk dan syirkah abid. Syirkah milk atau kerja
sama menurut hak milik terjadi jika dua atau lebih orang memiliki satu barang. Boleh
saja kedua orang itu bersama-sama membeli barang yang bersangkutan. Wajib

3
Fordebi Adesy, Ekonomi dan Bisnis Islam Seri Konsep dan Aplikasi Ekonomi dan Bisnis Islam, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2016), hlm 183
4
Muhammad Sharif Chaudhry, Sistem Ekonomi Islam: Prinsip Dasar (Fundamental of Islamic Economic
System), (Jakarta: Prenamedia Group, 2012), hlm 211-212
5
Mardani, Hukum Bisnis Syariah, (Jakarta:Prenadamedia Group, cet ke-1, 2014), hlm 142.
6
Muhammad Sharif Chaudhry, Sistem Ekonomi Islam: Prinsip Dasar (Fundamental of Islamic Economic
System), (Jakarta: Prenamedia Group, 2012), hlm 211-212
7
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: Rajawali Pres, 2013), hlm 52.
hukumnya milik dua atau lebih orang itu dipersatukan, walau tanpa tindakan yang
disengaja, misalnya karena pewarisan.
Syirkah abid atau partnership berdasar kontrak, terjadi jika dua atau lebih
orang, dengan sukarela, melakukan kontrak untuk berbisnis dengan berbagai laba
maupun rugi. Itu dilakukan dengan penawaran (ijab) dan penerimaan (qabul).
Syirkah ini memiliki empat bentuk yang secara ringkas diterangkan dibawah.
Bentuk yang pertama, adalah Syirkah I-Mufawadhah. Dalam bentuk
partnership ini, modal maupun bagian laba dan rugi masing-masing pihak adalah
sama.
Kedua, adalah Syirkatu I-‘Inan. Dalam bentuk partnership ini, baik modal
maupun bagian laba diantara para pihak tidak sama. Bentuk partenrship ini amat
umum dilakukan diantara lelaki dan wanita atau anak-anak atau antara majikan dan
pembantuya.
Bentuk berikutnya adalah Syirkatu s-Sanai atau Syirkatu I-Abdan. Dalam
bentuk bentuk partnership ini, para pihak terdiri dari orang-orang yang memiliki
keahlian dan profesi berbeda-beda.
Terakhir, adalah Syirkatu I-Wujuh. Ini adalah bentuk partnership yang
dimulai oleh seseorang yang tidak memiliki modal maupun skill, tetapi ia memulai
bisnisnya dengan berutang orang-orang yang dijadikan partner, lalu mereka
membagi laba.
Syarat-syarat partnership: Para fukaha telah merumuskan syarat-syarat yang
harus dipenuhi agar kerja sama atau partnership menjadi sah.
Pertama, semua pihak harus memasuki kontrak secara sukarela, dan tanggal
dimulainya bisnis harus jelas dan disebutkan di dalam kontrak. Kedua, kontrak kerja
sama baru sah jika modal yang disetor adalah dalam bentuk uang yang sah.
Ketiga, fukaha seperti Imam Sarikhisi menetapkan bahwa kontrak
partnership haruslah dibuat tertulis. Menurutnya, syarat yang ditetapkan oleh Al-
Qur’an did alam surah Al-Baqarah (2): 282 mengenai kontrak utang bagi berlaku
pula bagi kontrak partnership karena, sebagaimana kontrak utang, kontrak
partnership juga dibuat untuk jangka waktu tertentu.
Keempat, jumlah modal yang disetor oleh masing-masing partner harus
dengan jelas dinyatakan. Kelima dan yang terakhir, bagian laba maupun rugi yang
akan diterima oleh masing-masing partner harus pula disebutkan dengan jelas untuk
menghindri perselisihan yang mungkin timbul.
Kemiripan antara konsep Islam tentang partenrship dan aturan British
Partnership ACT tahun 1890 demikian jelasnya, sehingga orang tegoda untuk
mengatakan bahwa pembuat draft aturan Inggris itu dipengaruhi oleh hidayah,
sebuah buku terkenal dalam Fiqh Islam, yang telah diterjemahkan oleh Charles
Hamilton ke bahasa Inggris di tahun 1870.8

Adapun Rukun dari Musyarakah yang harus dipenuhi dalam transaksi ada
beberapa, yaitu sebagai berikut:

a. Pelaku akad, para mitra usaha


b. Objek akad, yaitu modal (mal), kerja (drabah)
c. Shighar, yaitu Ijab dan Qabul
d. Nisbah keuntungan (bagi hasil).9
C. Organisasi Bisnis Dengan Prinsip Mudharabah
1. Pengertian Mudharabah

Mudharabah disebut juga qiradh atau muqaradhah. Makna keduanya sama,


dengan arti kata mudharabah adalah istilah yang digunakan di Irak, sedangkan istilah
qiradh digunakan oleh masyarakat Hijaz.10 Secara etimologi Mudharabah berasal dari
kata dharb, berarti memukul atau berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih
tepatnya adalah proses seseorang menjalankan kakinya dalam melakukan usaha.11

Makna mudharabah: mudharabah (dibaca: mu-dho-ro-bah) adalah bentuk


organisasi bisnis yang didalamnya seseorang memberi modal kepada orang lain untuk
berbisnis lalu keduanya membagi laba dengan bagian masing-masing sesuai
kesepakatan. Pemasok modal disebut rabbul mal atau shahibul mal, dan pengelola
dana atau enterpreneur, disebut mudharib. Jadi, mudharabah adalah hubungan
kontraktual yang terlaksana di antara dua pihak, yang satu memasok modal sedang
yang lain memasok tenaga kerja dan skill, untuk berbisnis yang nanti labanya akan
dibagi antara mereka menurut kesepakatan. Jika bisnis menderita rugi, maka seluruh
kerugian ditanggung oleh rabbul mal yang memikul seluruh tanggung jawab dan tidak
menuntut apa pun dari mudharib, sekalipun mudharib juga menderita karena tidak
mendapat apapun dari semua yang telah ia lakukan.

8
Ibid., hlm 212-213
9
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: Rajawali Pres, 2013), hlm 52.
10
Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), h.
204.
11
Muhammad Syafi’i Antonio,Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h. 95
Mudharabah adalah istilah Irak yang berasal dari kota Arab dharab. Dharab
berarti jalan atau bepergian di atas Bumi. Disebut demikian, karena di zaman
pertengahan mudharib harus bepergian ke tempat-tempat yang jauh bagi bisnisnya
untuk mendapat laba. Secara hukum, mudharabah berarti kontrak kerja sama yang
darinya partner pertama (yakni pemilik dana) berhak mendapat laba karena modal
yang diserahkannya, dia disebut rabbul mal yang berarti pemilik modal (rabul mal),
sedangkan pihak lain juga berhak mendapat laba karena tenaga dan keahlian yang
diserahkannya ia disebut mudharib (atau manajer) karena ia mendapat laba dari tenaga
kerja dan usahanya.

Sebagian fukaha menyebut mudharabah sebagai kontrak kerja sama, karena


baik rabbul mal maupun mudharib sama-sama berpartisipasi dalam membagi laba.
Tetapi sebagian fukaha yang lain menyebutnya kontrak keagenan antara pusat (rabbul
mal) dan agen (mudharib) lantaran seluruh kerugian ditanggung oleh pusat.

Orang-orang Madinah menyebut bentuk bisnis ini muqaradhah yang di ambil


dari kata Arab qardh. Qardh berarti orang yang menunjukkan ketundukan kepada hak
atas modal oleh pemilik kepada pengguna Muqaradah juga disebut Qiradh.

Diriwayatkan bahwa mudharabah amat lazim di masa kebangkita Islam san


orang-orang Arab menjalankannya secara luas. Nabi SAW sendiri, pada masa
mudanya, bekerja sebagai mudharib untuk Khadijah. Para sahabat Beliau juga banyak
yang melakukan bentuk bisnis kerja sama ini. Tetapi jika bisnis mudharabah bisnis itu
demikian lazim, seharusnya ada penyebutan yang terperinci di dalam literatur. Hadis
Nyatanya, tidak ada referensi mengenai mudharabah itu di dalam ayat Al-Qur’an serta
sedikit sekali didapati perintah tentangnya di dalam Hadis Nabi Muhammad SAW.12

2. Aturan dan Syarat


Guna memfasilitasi berlangsungnya akad mudharabah, para fukaha ialah
berseusah payah merumuskan ‘aturan main’ bagi mudharabah ini, sebagai berikut ni,
dengan tetap sepenuhnya memerhatikan syariat Islam.
Pertama, dua atau lebih orang, secara sukarela, memasuki kontrak, salah satu
pihak menyediakan sejumlah modal yang diperlukan oleh pihak yang satu lagi yang
akan menggunakan modal tersebut dalam bisnis untuk mendapatkan laba.

12
Muhammad Sharif Chaudhry, Sistem Ekonomi Islam: Prinsip Dasar (Fundamental of Islamic Economic
System), (Jakarta: Prenamedia Group, 2012), hlm 209-210.
Kedua, bagian laba masing-masing pihak harus dijelaskan dengan terperinci
dalam bentuk rasio yang pasti atau persentase. Meski demikian, kerugian bisnis itu
seluruhnya menjadi tanggung jawab rabbul mal.
Ketiga, modal haruslah dinilai dengan emas atau perak, atau uang tidak boleh
dalam bentuk komoditas maupun dalam bentuk pemberian utang. Keempat, pihak
rabbul mal harus memenuhi seluruh modal yang diperlukan sebelum mudharib
memulai bisnisnya. Kelima, pihak mudharib, bebas melakukan bisnisnya dengan
modal yang dia anggap mencukupi. Setiap syarat yang membatasi kebebasan
menjadikan kontrak itu cacat.
Terakhir, jangka waktu mudharabah tidak harus ditentukan lebih dahulu dan
tidak pula harus dibatasi, tetapi pihak mana pun dapat menghentikannya dengan
meberitahukan keinginannya itu kepada pihak lain.
Mudharabah tidaklah terbatas pada perdagangan atau bisnis saja, melainkan
dapat juga dipakai untuk industri.13

13
Ibid., 211
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Organisasi merupakan suatu perkumpulan orang yang memiliki tujuan bersama
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Perilaku organisasi merupakan pembelajaran
tentang suatu adat/karateristik individu yang tercipta di lingkungan suatu organisasi.
Karena manusia berbeda-beda karateristik, maka perilaku organisasi berguna untuk
mengetahui sifat-sifat individu dalam berkinerja suatu organisasi. Pembelajaran perilaku
organisasi akan mengetahui tentang cara-cara mengatasi masalah-masalah yang ada
dilingkungan organisasi.

Organisasi bisnis dalam islam menggunakan dua prinsip yaitu prinsip


musyarakah dan mudharabah. Di dalam hukum syirkah bermakna kerja sama
(pasrtnership) antara dua orang atau lebih di dalam bisnis atau dalam kekayaan. Berbisnis
secara kerja sama telah dinyatakan sah dan legal oleh islam. Adapun Rukun dari
Musyarakah yang harus dipenuhi dalam transaksi ada beberapa, yaitu (1) Pelaku akad,
para mitra usaha; (2) Objek akad, yaitu modal (mal), kerja (drabah); (3) Shighar, yaitu
Ijab dan Qabul; dan (4) Nisbah keuntungan (bagi hasil).

Secara hukum, mudharabah berarti kontrak kerja sama yang darinya partner
pertama (yakni pemilik dana) berhak mendapat laba karena modal yang diserahkannya,
dia disebut rabbul mal yang berarti pemilik modal (rabul mal), sedangkan pihak lain juga
berhak mendapat laba karena tenaga dan keahlian yang diserahkannya ia disebut
mudharib (atau manajer) karena ia mendapat laba dari tenaga kerja dan usahanya.
Adapun syarat-syaratnya ialah: Pertama, dua atau lebih orang. Kedua, bagian laba
masing-masing pihak harus dijelaskan dengan terperinci. Ketiga, modal haruslah dinilai
dengan emas atau perak. Keempat, pihak rabbul mal harus memenuhi seluruh modal
yang diperlukan. Kelima, pihak mudharib. Terakhir, jangka waktu mudharabah tidak
harus ditentukan lebih dahulu dan tidak pula harus dibatasi.

B. Saran
Meskipun makalah ini selesai namun penyusun juga menyadari meski sudah
semaksimal mungkin dalam penyusunan makalah ini, namun kekurangan dan kekeliruan
merupakan sesuatu yang sulit dihindari. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat kami hargai. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA

Widyanti, Rahmi. Perilaku Organisasi: Teori dan Konsep. Bandung: Media Sains Indonesia.
2021.
https://www.academia.edu/23391785/ORGANISASI_BISNIS_DALAM_ISLAM diakses
pada 23 april 2021 pukul 20.21
Adesy, Fordebi. Ekonomi dan Bisnis Islam Seri Konsep dan Aplikasi Ekonomi dan Bisnis
Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2016.
Chaudhry, Muhammad Sharif. Sistem Ekonomi Islam: Prinsip Dasar (Fundamental of
Islamic Economic System). Jakarta: Prenamedia Group. 2012.
Mardani. Hukum Bisnis Syariah. Jakarta:Prenadamedia Group. cet ke-1. 2014.
Ascarya. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: Rajawali Pres. 2013.
Karim, A. Adiwarman. Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada. 2014.

Antonio, Syafi’i Muhammad. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani
Press. 2001.

Anda mungkin juga menyukai