Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH ETIKA BISNIS ISLAM

“Manajemen Bisnis Islam”


Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas perkuliahan
mata kuliah Etika Bisnis Islam
Dosen Pembimbing : Adhista Setyarini, S.E., M.M.

Disusun Oleh Kelompok 8 :


1. Azifatul Hanifah (195211216)
2. Yolanda Rindiani Clarisa (195211219)
3. Syafi’i Hasan Rahmadi (195211243)

MBS 3F
MANAJEMEN BISNIS SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat berupa
kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita dapat melaksanakan perkuliahan sistem
online ini dengan baik. Sholawat dan salam yang senantiasa kita curahkan kepada
junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita
jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna. Semoga kita semua
mendapatkan syafaatnya di Yaumul akhir.

Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi


tugas Etika Bisnis Islam yang berjudul “Manajemen Bisnis Islam”. Disamping itu,
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
hingga sampai terselesaikannya makalah ini.

Dengan itu, penulis memahami jika makalah ini masih jauh dari kata
sempurna sehingga kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki
makalah kami diwaktu mendatang.

Surakarta, 18 Oktober 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. 1


DAFTAR ISI............................................................................................................................ 2
BAB I ........................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 3
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 3
BAB II ...................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 5
A. Definisi Manajemen Bisnis Islam .............................................................................. 5
B. Landasan Pokok Manajemen Bisnis Syariah ........................................................... 6
C. Manajemen Menurut Islam ....................................................................................... 9
D. Perbedaan Antara Manajemen Konvensional dan Manajemen Syariah .............. 9
E. Nilai-Nilai Manajemen Syariah Dalam Islam ........................................................ 10
a. Perencanaan (Planning) ........................................................................................... 10
b. Pengorganisasian (organizing) ................................................................................. 14
c. Pelaksanaan ( actuating ) .......................................................................................... 16
d. Pengawasan (Controlling) ........................................................................................ 18
BAB III................................................................................................................................... 20
PENUTUP.............................................................................................................................. 20
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 20
B. Saran .......................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 21

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bisnis adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Kegiatan
memenuhi kebutuhan hidup adalah kewajiban bagi seluruh umat muslim dan harus
selalu berada di jalan yang lurus. Oleh sebab itu tujuan utama dari bisnis adalah
mencapai ridha Allah SWT melalui aktivitas duniawi. Kegiatan memenuhi kebutuhan
hidup ini merupakan kecenderungan alamiah dalam diri manusia untuk hidup dalam
kenyamanan secara material.
Persoalan bisnis juga terus berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu-ilmu
kemakmuran indrawi, yang jumlahnya pun makin lama makin bertambah banyak.
Oleh karenanya peningkatan kemampuan untuk lebih kompetitif dalam memutar roda
bisnis mutlak diperlukan. Keberhasilan akan digapai oleh pelaku bisnis dan
perusahaan yang paling mampu menyesuaikan diri dengan persyaratan lingkungan
saat ini, yaitu mereka yang sanggup memberikan apa yang siap dibeli masyarakat.
Oleh karena itu, tidak jarang demi keuntungan yang melimpah, banyak yang nekad
menggunakan cara-cara batil.
Dalam hal inilah etika mempunyai peranan yang sangat penting dalam
menjalankan bisnis. Dengan selalu berlandaskan etika dalam mengelola bisnia, ada
jaminan bahwa roda bisnis akan berjalan dengan baik dan tentunya keuntungan yang
menjadi tujuan bisnis juga akan mudah dicapai, baik keuntungan finansial maupun
keuntungan yang sifatnya non materi, yaitu nilai-nilai yang lahir akibat adanya bisnis
yang beretika.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan manajemen bisnis Islam ?
2. Apa landasan pokok manajemen bisnis syariah ?
3. Bagaimana manajemen menurut Islam ?
4. Apa perbedaan antara manajemen konvensional dan manajemen syariah ?
5. Bagaimana nilai-nilai manajemen syariah dalam perusahaan ?

3
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu manajemen bisnis Islam
2. Untuk mengetahui landasan pokok manajemen bisnis syariah
3. Untuk mengetahui manajemen menurut islam
4. Untuk mengetahui perbedaan antara manajemen konvensional dan manajemen
syariah
5. Untuk mengetahui nilai-nilai manajemen syariah dalam perusahaan.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Manajemen Bisnis Islam


Dalam menjalankan kegiatan ekonomi dan bisnis seorang pebisnis
(entrepreneur) harus senantiasa memperhatikan etika dan kemampuannya dalam
mengelola segala sumber daya yang dimiliki untuk menghasilkan produk, baik
barang maupun jasa secara maksimal. Mengelola dan mengkombinasikan berbagai
sumber daya yang dimiliki itulah dikenal dengan manajemen.
Manajemen dapat diartikan sebagai suatu rangkaian aktivitas termasuk
perencanaan, pengambilan keputusan, pengorganisasian, kepemimpinan dan
pengendalian yang diarahkan kepada sumber daya perusahaan seperti manusia,
finansial, fisik dan informasi dengan maksud untuk mencapai tujuan perusahaan
secara efektif dan efisien.
Manajemen diambil dari Bahasa Prancis kuno, yaitu management, yang
artinya adalah seni dalam mengatur dan melaksanakan. Manajemen dapat juga
diartikan sebagai upaya perencanaan, pengkoordinasian, pengorganisasian dan
pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara tepat (efektif dan efisien).
Efektif dalam hal ini adalah untuk mencapai tujuan sesuai dengan apa yang telah
direncanakan, sementara efisien yaitu melaksanakan pekerjaan secara benar dan
terorganisir.
Menurut T. Hani Handoko, ada tiga alasan utama mengapa manajemen
diperlukan; pertama agar tujuan pribadi dan organisasi dapat tercapai, kedua; untuk
menjaga keseimbangan antara tujuan-tujuan, sasaran dan kegiatan, yang saling
bertentangan dari pihak yang punya kepentingan dalam organisasi. Ketiga;
manajemen sangat diperlukan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas suatu kerja
organisasi. Sejalan dengan yang diungkapkan oleh George Robert Terry bahwa
manajemen adalah sebuah proses yang khas yang terdiri dari beberapa tindakan;
perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan, dan pengawasan. Semua itu
dilakukan untuk menentukan dan mencapai target dan sasaran yang ingin dicapai

5
dengan memanfaatkan semua sumber daya, termasuk sumber daya manusia dan
sumber daya lainnya.
Sementara itu pengertian manajemen menurut Mary Parker Follet manajemen
adalah sebuah seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Dengan kata
lain, seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai
tujuan sebuah organisasi.
Manajemen dalam islam merupakan sebuah manifestasi amal shaleh yang
harus dimulai dari niat yang baik. Dengan niat baik akan menciptakan motivasi untuk
mencapai hasil yang baik pula demi tercapainya kesejahteraan bersama. Terdapat
empat landasan untuk mengembangkan manajemen menurut pandangan islam, yaitu;
kebenaran, kejujuran, keterbukaan, dan keahlian. Seorang manajer harus memiliki
empat sifat utama tersebut agar manajemen yang dijalankannya mendatangkan hasil
yang maksimal.
Dalam tatanan praktik, manajemen merupakan pengaturan dan mengarahkan
sesuatu yang lebih baik. Menurut S. Mahmud Al-Hawary manajemen (Al-Idarah)
ialah “Manajemen adalah mengetahui kemana yang dituju, kesukaran apa yang harus
dihindarai, kekuatan-kekuatan apa yang dijalankan, dan bagaiamana mengemudikan
kapal anda serta anggota dengan sebaik-baiknya tanpa pemborosan waktu dalam
proses pengerjaannya”. Dari ungkapan tersebut dapat dipahami bahwa manajemen
merupakan kegiatan, proses dan prosedur tertentu untuk mencapai tujuan akhir secara
maksimal dengan bekerja sama sesuai dengan jobnya masing-masing. Maka
kebersamaan dan tujuan akhirlah yang menjadi focus utama.

B. Landasan Pokok Manajemen Bisnis Syariah


Hukum islam atau syariah merupakan suatu hal yang bersumber dari ajaran dan
teladan Nabi Muhammad Saw yang mengatur semua aspek kehidupan, etika dan
sosial. Landasan pokok manajemen bisnis syariah terbagi menjadi 3:
1. Akhlak
Akhlak merupakan suatu hal yang sangat penting dalam melakukan suatu
perbuatan apapun. Akhlak juga dijadikan sebagai salah satu faktor yang

6
menentukan keberhasilan Rasulullah SAW dalam menjalani bisnisnya.
Diantara akhlak Rasulullah SAW dalam berbisnis yaitu, antara lain:
1. Memegang teguh kebenaran
2. Penyabar
3. Penyantun
4. Penyayang
5. Pemaaf

Definisi tersebut sesuai dengan hadis Nabi Muhammad SAW:

“ Tidak ada sesuatu yang lebih berat dari timbangan dari pada akhlak yang
baik “ (HR Ahmad dan Abu Daud).

2. Sesuai konsep ajaran islam

Konsep ajaran bisnis syariah merupakan segala bentuk perilaku yang


didasari dengan nilai-nilai keimanan dan ketauhidan. Seperti dibawah ini:

1. Tauhid Uluhiyyah
Adalah suatu keyakinan bahwa Allah swt lah yang berkuasa atas segala-
galanya. Manusia hanya menerima titipan dalam pengelolaan harta.
2. Tauhid Rubbubiyyah
Adalah suatu keyakinan bahwa yang mengatur dan member rezeki ialah
Allah swt. Oleh sebab itu kita sebagai manusia harus berusaha dan berdoa
seoptimal mungkin. Karena kita didunia ini sebagai khilafah, artinya
bahwa manusia ditempatkan dimuka bumi ini memiliki tugas dan
tanggung jawab dalam memakmurkannya.
3. Tazkiyah
Adalah bahwa manusia harus mensucikan harta yang dimilikinya dengan
berzakat, infaq, dan sedekah. Pengelolaan harta harus dengan cara yang
baik-baik dan bersumber dari kehalaan.
4. Al- falah

7
Artinya bahwa sukses yang diraih hendaknya menjadi pembuka dan
melapangkan jalannya menuju ke akhirat.
3. Penggunaan harta sesuai ajaran syariah
Harta meliputi segala sesuatu yang digunakan manusia dalam kehidupan
sehari-hari, seperti uang, tanah, kendaraan, rumah, perhiasan, perabotan
rumah tangga, hasil perkebunan dan pakaian juga termasuk dalam kategori al
amwal. Islam sebagai agama yang benar dan sempurna memandang harta
tidak lebih dari sekedar anugerah Allah swt yang dititipkan kepada manusia.
Oleh karena itu, didalam islam terdapat etika didalam memperoleh harta
dengan bekerja. Dibawah ini merupakan cara menggunakan harta sesuai
dengan ajaran syariah:
1. Tidak boros dan tidak kikir
“wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap
(memasuki) masjid, makan dan minumlah, tapi jangan berlebihan.
Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.”.
Disini kita melihat bahwa Allah SWT mengajarkan kepada kita konsep
hidup “pertengahan” yang luar biasa, untuk hidup pada batas-batas
kewajaran, tidak boros atau berlebih-lebihan dan tidak pula kikir.
2. Memberi infaq dan shadaqah
Allah swt mendorong manusia agar peduli kepada orang lain yang lebih
membutuhkan sehingga akan tercipta saling tolong menolong antar
sesama. Sesungguhnya uang yang diinfaqkan adalah rezeki yang nyata
bagi manusia karena ada imbalan yang dilipat gandakan Allah (didunia
dan diakhirat), serta akan menjadi penolong dihari akhir nanti.
3. Membayar zakat sesuai ketentuan
Setiap manusia yang beriman memiliki harta melampui ukuran tertentu,
diwajibkan untuk mengeluarkan sebagian sebagian hartanya (zakat) untuk
orang yang tidak mampu, sehingga dapat tercipta keadilan sosial, rasa
kasih sayang dan rasa tolong menolong.
4. Memberikan pinjaman tanpa bunga

8
5. Meringankan kesulitan orang yang berhutang
“Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesulitan, maka berilah
tenggang waktu sampai dia memperoleh kelapangan. Dan jika kamu
menyedekahkan, itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”. QS 2:280

C. Manajemen Menurut Islam

Dalam konteks islam manajemen disebut juga dengan (‫بير تد سة سيا ادارة‬
(yang berasal dari lafadz (‫دبر‬-‫ ادار‬-‫ ساس‬.(Menurut S. Mahmud Al-Hawary manajemen
(al-idarah) ialah:

‫ااإلدارة هي معر فة إ لي أين تذ هب و معر فة المشا كل التي تجنبها ومعر فة القوي والعوامل التي تنعرض لها‬
‫التصرف لك ولبا خرتك والطاقم الباحرة وبكفاءة وبد معرفة ون كيفيه‬
‫ضياع في مر حلة الذها ب إلي هنا ك‬

Artinya: manajemen adalah mengetahui kemana yang dituju, kesukaran apa yang
harus dihindari, kekuatan-kekuatan apa yang dijalankan dan bagaimana
mengemudikan kapal anda serta anggota dengan sebaik-baiknya tanpa pemborosn
waktu dalam proses mengerjakannya.3
Menurut Ketua Dewan Penasihat Majelis Ulama Indonesia, Prof KH Ali
Yafie, dalam Islam manajemen dipandang sebagai perwujudan amal soleh yang
harus bertitik tolak dari niat baik. Niat baik tersebut akan memunculkan motivasi
aktivitas untuk mencapai hasil yang bagus demi kesejahteraan bersama.
Dari ta’rif di atas memberi gambaran bahwa manjemen merupakan kegiatan,
proses dan prosedur tertentu untuk mencapai tujuan akhir secara maksimal dengan
bekerja sama sesuai jobnya masing-masing. Maka kebersamaan dan tujuan akhirlah
yang menjadi fokus utama.

D. Perbedaan Antara Manajemen Konvensional dan Manajemen Syariah


Perbedaan manajemen syariah dan konvensinal ada pada cara pengambilan
keputusan manajer, pada manajemen konvensional manajer menghadapi masalah dan
memecahkannya dengan tindakan-tindakan yang diambil pada masa lalu, jadi selalu

9
mendasar pada tradisi sedangkan manajemen syariah langkah yang diambil seorang
manajer dalam membuat keputusan atas suatu masalah harus berdasarkan aturan
Allah yang terkandung pada Al-Qur’an dan Hadits serta contoh para sahabat.
Dengan demikian perbedaan manajemen konvensional dengan manajemen
syariah secara spesifik diantaranya adalah sebagai berikut :
 Manajemen Syariah :
1. Berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits
2. Aktivitas dalam rangka ibadah kepada Allah SWT
3. Mengikuti etika dan prinsip-prinsip Islam
4. Mencapai tujuan organisasi melalui metode dan prosedur yang halal
5. Untuk mencapai ketaatan kepada Allah
6. Berorientasi dan mencapai keselamatan akhirat
7. Menjaga keseimbanagn antara dunia dan akhirat
8. Keterampilan teknis (manajerial) dan ibadah sangat penting.
 Manajemen Konvensional :
1. Berlandaskan teori buatan manusia dan etika sekuler
2. Aktivitas dalam rangka bekerja untuk dunia
3. Mengikuti aturan dan filosofi sekularisme dan kapitalisme
4. Mencapai tujuan organisasi melalui cara apa pun yang sesuai keinginan
dan ambisi
5. Untuk mencapai kepuasan pemilik dengan memaksimalkan laba
6. Berorientasi dan mencapai keuntungan duniawi
7. Tidak ada menjaga keseimbanghan dunia dan akhirat
8. Hanya keterampilan teknis (manajerial) yang diperlukan. (Agustin, 2018)

E. Nilai-Nilai Manajemen Syariah Dalam Islam


Nilai – nilai manajemen syariah dan umum dalam prinsip manajemen agar dapat
menjalankan sebuah perusahaan dengan baik sebagai berkut:
a. Perencanaan (Planning)

10
Perencanaan adalah sebuah proses perdana ketika hendak melakukan pekerjaan
baik dalam bentuk pemikiran maupun kerangka kerja agar tujuan yang hendak
dicapai mendapatkan hasil yang optimal. Perencanaan adalah salah satu fungsi awal
dari aktivitas manajemen dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Anderson
memberikan definisi perencanaan adalah pandangan masa depan dan menciptakan
kerangka kerja untuk mengarahkan tindakan seseorang di masa depan.
Menurut F. E. Kast dan Jim Rosenzweig, perencanaan adalah suatu kegiatan
yang terintegrasi yang bertujuan untuk memaksimalkan efektifitas keseluruhan
usaha-usaha, sebagai suatu sistem sesuai dengan tujuan organisasi yang
bersangkutan. Fungsi perencanaan antara lain untuk menetapkan arah dan setrategi
serta titik awal kegiatan agar dapat membimbing serta memperoleh ukuran yang
dipergunakan dalam pengawasan untuk mencegah pemborosan waktu dan faktor
produksi lainnya.
Hiks dan Guelt menyatakan bahwa perencanaan berhubungan dengan :
1) Penentuan dan maksud – maksud organisasi
2) Perkiraan- perkiraan ligkungan di mana tujuan hendak dicapai
3) Penentuan pendekatan dimana tujuan dan maksud organisasi hendak dicapai.
Dalam setiap perencanaan selalu terdapat tiga kegiatan yang meskipun dapat
dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya dalam
proses perencanaan. Ketiga kegiatan itu adalah:
1) Perumusan tujuan yang ingin dicapai
2) Pemiihan program untuk mencapai tujuan itu
3) Identifikasi dan pengarahan sumber yang jumlahnya selalu terbatas.
Perencanaan yang baik dilakukan untuk mencapai: 1) “Protective benefits” yaitu
menjaga agar tujuan-tujuan, sumber dan teknik/metode memiliki relevansi yang
tinggi dengan tuntutan masa depan sehingga dapat mengurangi resiko keputusan.
2) “Positive benefits” yaitu produktivitas dapat meningkat sejalan dengan
dirumuskannya rencana yang komprehensif dan tepat.

11
Mengenai pentingnya suatu perencanaan, ada beberapa konsep yang tertuang
dalam Al Qur‟an dan Al Hadits. Di antara ayat Al Quran yang terkait dengan fungsi
perencanaan adalah:
Surat Al Hasyr ayat 18 :
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap
diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (Q.S. Al Hasyr ayat 18).
Perencanaan yang baik akan dicapai dengan mempertimbangkan kondisi di
waktu yang akan datang dalam mana perencanaan dan kegiatan yang
akan diputuskan akan dilaksanakan, serta periode sekarang pada saat rencana di
buat. Perencanaan merupakan aspek penting dari pada manajemen.
Keperluan merencankan ini terletak pada kenyataan bahwa manusia dapat mengubah
masa depan menurut kehendaknya. Manusia tidak boleh menyerah pada keadaan
dan masa depan yang menentu tetapi menciptakan masa depan itu. Masa
depan adalah akibat dari keadaan masa lampau. Keadaan sekarang dan disertai
dengan usaha–usaha yang akan dilaksanakan. Dengan demikian landasan
dasar perencanaan adalah kemampuan manusia untuk secara sadar memilih alternatif
masa depan yang akan dikehendakinya dan kemudian mengarahkan daya upayanya
untuk mewujudkan masa depan yang dipilihnya, dalam hal ini manajemen yang akan
diterapkan seperti apa, sehingga dengan dasar itulah maka suatu rencana akan
terealisasikan dengan baik.Adapun kegunaan perencanaan adalah sebagai berikut :
1) Karena perencanaan meliputi usaha untuk memetakan tujuan
atau memformulasikan tujuan yang dipilih untuk dicapai, maka perencnaan haruslah
bisa membedakan poin pertama yang akan dilaksanakan terlebih dahulu.
2) Dengan adanya perencanaan maka memungkinkan kita mengetahui tujuan
tujuan yang akan di capai.
3) Dapat memudahkan kegiatan untuk mengidentifikasikan hambatan– hambatan
yang akan mngkin timbul dalam usaha mencapai tujuan. Suatu contoh perencanaan
yang gemilang dan terasa sampai sekarang adalah peristiwa khalwat dari Rasulullah

12
di gua hira. Tujuan Rasulullah Saw berkhalwat dan bertafakkur dalam gua Hira‟
tersebut adalah untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi pada masyarakat
Mekkah. Selain itu, beliau juga mendapatkan ketenangan dalam dirinya serta obat
penawar hasrat hati yang ingin menyendiri, mencari jalan memenuhi kerinduannya
yang selalu makin besar, dan mencapai ma‟rifat serta mengetahui rahasia alam
semesta.
Pada usia 40 tahun, dalam keadaan khalwat Rasulullah Saw menerima wahyu
pertama. Jibril memeluk tubuh Rasulullah Saw ketika beliau ketakutan. Tindakan
Jibril tersebut merupakan terapi menghilangkan segala perasaan takut yang
terpendam di lubuk hati beliau. Pelukan erat itu mampu membuat Rasulullah Saw
tersentak walau kemudian membalasnya. Sebuah tindakan refleks
yang melambangkan sikap berani. Setelah kejadian itu, Rasulullah Saw tidak
pernah dihinggapi rasa takut, apalagi bimbang dalam menyebarkan Islam ke
seluruh pelosok dunia.
Pendidikan Islam mempunyai kedudukan yang tinggi, ini dibuktikan
dengan wahyu pertama di atas yang disampaikan Rasulullah Saw bagi pendidikan.
Beliau menyatakan bahwa pendidikan atau menuntut ilmu itu wajib bagi setiap
orang, laki-laki dan perempuan. Rasulullah Saw diutus dengan tujuan
untuk menyempurnakan akhlak manusia. Itulah yang menjadi visi pendidikan pada
masa Rasulullah Saw.
Contoh lain dari perencanaan yang dilakukan Rasulullah Saw dapat ditemukan
ketika terjadi perjanjian Hudaibiyyah (shulhul Hudaibiyyah). Dari perjanjian tersebut
terkesan Rasulullah Saw kalah dalam berdiplomasi dan terpaksa menyetujui
beberapa hal yang berpihak kepada kafir Quraisy. Kesan tersebut ternyata terbukti
sebaliknya setelah perjanjian tersebut disepakati. Disinilah terlihat kelihaian
Rasulullah Saw dan pandangan beliau yang jauh ke depan. Rasulullah Saw adalah
insan yang selalu mengutamakan kebaikan yang kekal dibandingkan kebaikan yang
hanya bersifat sementara. Walaupun perjanjian itu amat berat sebelah, Rasulullah
Saw menerimanya karena memberikan manfaat di masa depan saat umat Islam

13
berhasil membuka kota Mekkah (fath al Makkah) pada tahun ke-8 Hijriyah (dua
tahun setelah perjanjian Hudaibiyah).
b. Pengorganisasian (organizing)
Setelah mendapat kepastian tentang tujuan, sumberdaya dan teknik/metode yang
digunakan untuk mencapai tujuan, lebih lanjut manajer melakukan
upaya pengorganisasian agar rencana tersebut dapat dikerjakan secara sukses.
Pengorganisasian adalah proses mengatur, mengalokasiakan
dan mendistribusiakan pekerjaan, wewenang dan sumber daya diantara
anggota organisasi. Stoner menyatakan bahwa mengorganisasikan adalah
proses mempekerjakan dua orang atau lebih untuk bekerja sama dalam cara
terstruktur guna mencapai sasaran spesipik atau beberapa sasaran.
Menurut Terry pengorganisasian merupakan kegiatan dasar dari
manajemen dilaksanakan untuk mengatur seluruh sumber-sumber yang dibutuhkan
termasuk unsur manusia, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan sukses.
Organisasi dalam pandangan Islam bukan semata-mata wadah, melainkan lebih
menekankan pada bagaimana sebuah pekerjaan dilakukan secara rapi. Organisasi
lebih menekankan pada pengaturan mekanisme kerja.
Organisasi adalah sistem kerjasama sekelompok orang untuk mencapai
tujuan bersama. Dalam sistem kerjasama ini diadakan pembagian untuk
menetapkan bidang-bidang atau fungsi-fungsi yang termasuk ruang lingkup kegiatan
yang akan diselenggarakan. Sistem ini harus senantiasa mempunyai karakteristik
antara lain:
1) Ada kominikasi antara orang yang bekerja sama
2) Individu dalam organisasi tersebut mempunyai kemampuan untuk bekerja
sama
3) Kerja sama itu ditunjukan untuk mencapai tujuan.
Ajaran Islam senantiasa mendorong para pemeluknya untuk melakukan segala
sesuatu secara terorganisir dengan rapi, sebab bisa jadi suatu kebenaran yang tidak
terorganisir dengan rapi akan dengan mudah bisa diluluhlantakkan oleh kebatilan
yang tersusun rapi.

14
Ali Bin Talib berkata :
“Kebenaran yang tidak terorganisasi dapat dikalahkan oleh kebatilan
yang terorganisasi”.
Proses organizing yang menekankan pentingnya tercipta kesatuan dalam segala
tindakan sehingga tercapai tujuan, sebenarnya telah dicontohkan di dalam Al Qur‟an.
Firman Allah dalam surat Ali imran ayat 103 menyatakan:
Artinya : Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah,
dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu
ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang
yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk (Q.S.Ali Imran ayat 103).
Selanjutnya al-Qur'an memberikan petunjuk agar dalam suatu wadah,
tempat, persaudaraan, ikatan, organisasi, kelompok, janganlah timbul
pertentangan, perselisihan, perscekcokan yang mengakibatkan hancurnya kesatuan,
runtuhnya mekanisme kepemimpinan yang telah dibina. Firman Allah :
Artinya : Dan taatilah Allah dan RasulNya, jangalah kamu berbantah-
bantahan yang menyebabkan kamu menjadi gentar, hilang kekuatanmu,
dan bersabarlah, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar (Al Anfal :
46)
Dalam kaitannya dengan pengorganisasian, Rasulullah SAW
telah mencontohkan ketika memimpin perang uhud. Ketika pasukan Islam
pimpinan Nabi Muhammad SAW berhadapan dengan angkatan perang kafir Quraish
di dekat gunung Uhud. Nabi SAW mengatur strategi peperangan dengan
sempurna dalam hal penempatan pasukan. Beberapa orang pemanah ditempatkan
pada suatu bukit kecil untuk menghalang majunya musuh. Pada saat perang
berkecamuk, awalnya musuh menderita kekalahan. Mengetahui musuh kocar-kacir,
para pemanah muslim meninggalkan pos-pos mereka di bukit untuk
mengumpulkan barang rampasan. Pada sisi lain, musuh mengambil kesempatan ini

15
dan menyerang angkatan perang muslim dari arah bukit ini. Banyak dari
kaum Muslim yang mati syahid dan bahkan Nabi SAW mengalami luka yang
sangat parah. Orang kafir merusak mayat-mayat kaum Muslim dan menuju
Makkah dengan merasa suatu kesuksesan.
Dari cerita sejarah Nabi Muhammad SAW yang tertulis di atas, dapat diketahui
suatu tindakan pengorganisasian. Nabi Muhammad memerintahkan kepada pasukan
pemanah untuk tetap berada di atas bukit dalam keadaan apapun. Ternyata pasukan
pemanah lalai dari perintah atasan, kemudian mereka meninggalkan tempat tugasnya
dari atas bukit untuk mengambil harta rampasan ketika musuh lari kocar-kacir.
Tanpa disadari musuh menyerang balasan dari sebelah bukit yang berakibat pada
kekalahan pasukan muslim. Kalau pasukan pemanah memperhatikan dan
melaksanakan perintah pimpinan (Nabi Muhammad SAW) tentu ceritanya akan lain.
c. Pelaksanaan ( actuating )
Pelaksanaan kerja merupakan aspek terpenting dalam fungsi manajemen karena
merupakan pengupayaan berbagai jenis tindakan itu sendiri, agar semua anggota
kelompok mulai dari tingkat teratas sampai terbawah berusaha mencapai sasaran
organisasi sesuai dengan rencana yang ditetapkan semula, dengan cara yang baik dan
benar. Adapun istilah yang dapat dikelompokkan kedalam fungsi pelaksanaan ini
adalah directing commanding, leading dan coornairing.
Pelaksanaan kerja sudah barang tentu yang paling penting dalam
fungsi manajemen karena merupakan pengupayaan berbagai jenis tindakan itu
sendiri, agar semua anggota kelompok mulai dari tingkat tingkat teratas sampai
terbawah berusaha mencapai sasaran organisasi sesuai rencana yang telah
ditetapkan semula, dengan cara terbaik dan benar.
Karena tindakan pelaksanaan sebagaimana tersebut di atas, maka proses ini juga
memberikan motivating untuk memberikan penggerakan dan kesadaran terhadap
dasar dari pada pekerjaan yang mereka lakukan, yaitu menuju tujuan yang ingin
dicapai, disertai memberikan motivasi–motivasi baru, bimbingan atau pengarahan,
sehingga mereka bisa menyadari dan timbul kemauan untuk bekerja dengan tekun
dan baik.

16
Menurut Hadari Nawawi bimbingan berarti memelihara, menjaga
dan menunjukkan organisasi melalui setiap personal, baik secara struktural maupun
fungsional, agar setiap kegiatan tidak terlepas dari usaha mencapai tujuan.
Dalam realitasnya, kegiatan bimbingan dapat berbentuk sebagai berikut:
1) Memberikan dan menjelaskan perintah
2) Memberikan petunjuk melaksanakan kegiatan
3) Memberikan kesempatan meningkatkan pengetahuan,
ketrampilan/kecakapan dan keahlian agar lebih efektif dalam melksnakan
berbagai kegiatan orgnisasi.
4) Memberikan kesempatan ikut serta menyumbangkan tenaga dan fikiran
untuk memajukan organisasi berdasarkan inisiatif dan kreativits masing –
masing.
5) Memberikan koreksi agar setiap personal melakukan tugas-tugasnya
secara efisien.
Al-Qur’an dalam hal ini sebenarnya telah memberikan pedoman dasar terhadap
proses pembimbingan, pengarahan ataupun memberikan peringatan dalam bentuk
actuating ini. Allah berfiman dalam surat al–kahfi ayat 2 sebagai berikut :
Artinya : Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan siksaan
yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang orang
yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat
pembalasan yang baik (Q.S al Kahfi ayat 2).
Suatu contoh pelaksanaan dari fungsi manajemen dapat ditemukan pada pribadi
agung, Nabi Muhammad Saw. ketika ia memerintahkan sesuatu pekerjaan, beliau
menjadikan dirinya sebagai model dan teladan bagi umatnya. Rasulullah Saw adalah
Al Qur’an yang hidup (the living Qur’an). Artinya, pada diri Rasulullah Saw
tercermin semua ajaran Al-Qur’an dalam bentuk nyata. Beliau adalah pelaksana
pertama semua perintah Allah dan meninggalkan semua larangan-Nya. Oleh karena
itu, para sahabat dimudahkan dalam mengamalkan ajaran Islam yaitu dengan meniru
perilaku Rasulullah Saw.

17
d. Pengawasan (Controlling)
Controlling atau pengawasan, sering juga disebut pengendalian. Pengendalian
adalah salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu
mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan
yang benar dengan maksud dan tujuan yang telah digariskan semula.
Pengawasan adalah salah satu fungsi dalam manajemen untuk menjamin agar
pelaksanaan kerja berjalan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
dalam perencanaan. Pengawasan/pengendalian adalah proses untuk memastikan
bahwa aktivitas sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan.
Proses pengendalian dapat melibatkan beberapa elemen yaitu : 1) Menerapkan
standar kinerja. 2) Mengukur kinerja. 3) Membandingkan unjuk kerja dengan
standar yang ditetapkan. 4) Mengambil tindakan korektifsaat terdeteksi
penyimpangan.
Dalam Al Quran pengawasan bersifat transendental, jadi dengan begitu
akan muncul inner dicipline (tertib diri dari dalam). Itulah sebabnya di zaman
generasi Islam pertama, motivasi kerja mereka hanyalah Allah kendatipun dalam hal-
hal keduniawian yang saat ini dinilai cenderung sekuler sekalipun.
Mengenai fungsi pengawasan, Allah SWT berfirman di dalam al Quran sebagai
berikut:
1. As Syuura (6)
Artinya : Dan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain
Allah, Allah mengawasi (perbuatan) mereka; dan kamu (ya Muhammad) bukanlah
orang yang diserahi mengawasi mereka (Q.S As Syuura ayat:6).
2. As Syuura (48)
Artinya : Jika mereka berpaling maka Kami tidak mengutus kamu
sebagai pengawas bagi mereka. Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan
(risalah). Sesungguhnya apabila Kami merasakan kepada manusia sesuatu rahmat
dari Kami dia bergembira ria karena rahmat itu. Dan jika mereka ditimpa
kesusahan disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri (niscaya mereka ingkar)

18
karena sesungguhnya manusia itu amat ingkar (kepada nikmat) (Q.S As Syuura ayat
48).
Contoh pengawasan dari fungsi manajemen dapat dijumpai dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari sebagai berikut:
Al Bukhari Muslim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata: “Suatu malam
aku menginap di rumah bibiku, Maimunah. Setelah beberap saat malam lewat, Nabi
bangun untuk menunaikan shalat. Beliau melakukan wudhu` ringan sekali (dengan
air yang sedikit) dan kemudian shalat. Maka, aku bangun dan berwudhu` seperti
wudhu` Beliau. Aku menghampiri Beliau dan berdiri di sebelah kirinya. Beliau
memutarku ke arah sebelah kanannya dan meneruskannshalatnya sesuai yang
dikehendaki Allah …”.
Dari peristiwa di atas dapat ditemukan upaya pengawasan Nabi Muhammad Saw
terhadap Ibnu Abbas yang melakukan kesalahan karena berdiri di sisi kiri Beliau saat
menjadi makmum dalam shalat bersama Beliau. Karena seorang makmum harus
berada di sebelah kanan imam, jika ia sendirian bersama imam. Beliau Shallallahu
'alaihi wa sallam tidak membiarkan kekeliruan Ibnu Abbas dengan dalih umurnya
yang masih dini, namun Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam tetap mengoreksinya
dengan mengalihkan posisinya ke kanan Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dalam
melakukan pengawasan, beliau langsung memberi arahan dan bimbingan yang
benar. (Zainarti) (Goffar) (Prof. Dr. H.M Ma'ruf Abdullah, 2014)

19
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen Syari’ah adalah suatu kegiatan bisnis untuk mendapat
hasil yang optimal dengan landasan hukum-hukum yang ditetapkan Allah
SWT. Oleh karena itu segala bentuk tindakan dan keputusan yang di ambil
harus berdasarkan pada aturan aturan Allah. Serta contoh-contoh dari Rasul
juga para Sahabat. Secara umum dapat dikatakan bahwa syariah menghendaki
kegiatan ekonomi yang halal, baik produk yang menjadi objek, cara
perolehannya, maupun cara penggunaannya. Selain itu, prinsip investasi
syariah juga harus dilakukan tanpa paksaan (ridha), adil dan transaksinya
berpijak pada kegiatan produksi dan jasa yang tidak dilarang oleh Islam,
termasuk bebas manipulasi dan spekulasi. Manajemen syariah juga
menerapkan empat fungsi standar, diantaranya yaitu : 1. Perencanaan
(planning) 2. Pengorganisaisan (organizing) 3. Pengarahan (actuating) 4.
Pengawasan (controlling)
B. Saran
Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, untuk itu penyusun banyak berharap para pembaca
memberikan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki makalah
ini.

20
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, H. (2018). Sistem Informasi Manajemen Menurut Perspektif Islam. Jurnal


Tabarru' : Islamic Banking and Finance, 65.
dkk, M. I. (2020). Eksistensi BISNIS ISLAMI di era revolusi industri 4.0. Bandung:
Widina Bhakti Persada.
Goffar, A. (n.d.). Manajemen Dalam Islam (Perspektif Al-Qur'an dan Hadits).
Prof. Dr. H.M Ma'ruf Abdullah, S. (2014). Manajemen Bisnis Syariah. Banjarmasin.
Zainarti. (n.d.). Manajemen Islami Perspektif Al-Qur'an. IAIN Sumatera Utara.
https://www.kompasiana.com/alda64634/5bde230aab12ae4ef02389c2/pengertian-
manajemen-konvensional-dan-syariah-oleh-alda-octaviani-
siregar?page=all#:~:text=Perbedaan%20manajemen%20syariah%20dan%20k
onvensional,yang%20diambil%20seorang%20manajer%20dalam

21

Anda mungkin juga menyukai