Anda di halaman 1dari 5

PAPER TAFSIR DAN HADIS AHKAM MUAMALAH

“Review Pertemuan Ke-1 Sampai Dengan Pertemuan Ke-14“

Disusun Oleh :
Nama : Yolanda Rindiani Clarisa
NIM : 195211219

MBS 3F
MANAJEMEN BISNIS SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2020
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengantar Tafsir dan Hadis Ahkam Muamalah


Pada pertemuan pertama kita akan menganalisa secara online, karena disebabkan
adanya situasi dan kondisi yang tidak mendukung. Dasar dari materi ini yang akan kita
bahas sampai akhir semester tiga adalah materi Ilmu Quran dan Hadis. Maka kita sedikit
mengingat materi semester kemarin, yaitu mengenai bagaimana itu tafsir dan apa itu
hadis. Untuk kali ini kita akan belajar langsung tentang poin materi tafsir dan hadis,
namun tafsir dan hadis yang akan kita pelajari pada semester ini yang berkenaan dengan
hukum muamalah. Muamalah sendiri adalah pergaulan atau interaksi sosial dengan orang
lain disitu akan menimbulkan suatu transaksi, transaksi itulah yang akan menimbulkan
hak dan kewajiban. Sehingga muncullah perdagangan, hak seorang pedagang/pembeli
seperti apa dan kewajiban seorang pedagang/pembeli seperti apa. Bagian terbesar dari
umat manusia adalah bermuamalah sehingga agama islam dalam Al-Qur’an dan hadis
sebagian besar menerangkan tentang bermuamalah. Bermuamalah yang sesuai dengan
tatanan ajaran islam.

B. Ilmu Tafsir
Sebelum kita memasuki wilayah tafsir dan hadis, kita akan mengupas bagaimana
tafsir dan apa itu ilmu tafsir. Hazar kon menyatakan bahwa ilmu tafsir adalah sebuah
ilmu yang membahas didalamnya tentang keadaan-keadaan Al-Qur’an dari segi petunjuk-
petunjuk yang dikehendaki Allah sebatas kemampuan atau yang disanggupi manusia.
Perbedaan tajama’, tafsir, dan ta’wil menurut dua ulama :
1. Ulama mutaqhodimin menyatakan bahwa antara tafsir dan ta’wil tidak ada
perbedaan atau sama.
2. Ulama mutaakhirin menyatakan bahwa ada perbedaan antara tafsir dan ta’wil. Tafsir
adalah menjelaskan makna-makna yang terkandung dalam Al-Qur’an berdasarkan
ibarahnya sendiri. Artinya ibarahnya sendiri adalah berdasarkan dari pengkajiannya
sendiri atau pola pikirnya. Sedangkan ta’wil adalah menjelaskan tentang makna-
makna berdasarkan pada isarah ( sesuai apa yang dia dapatkan atau petunjuk Allah ).
Tafsir secara ringkas dibagi menjadi dua bagian, yang pertama adalah tafsir beku yang
dimana menjelaskan hanya makna-makna terkait dengan lafaznya, kedudukannya dalam
Bahasa Arab dan tidak menunjukkan petunjuk yang ada didalamnya. Yang kedua adalah
tafsir yang melampaui batas yang tujuannya untuk menyingkap apa yang terkandung
didalamnya, petunjuk, hidayah, dan apa yang dapat diambil dari hukum didalamnya.
Mengenai tajama’, tajama merupakan mengalihkan makna dari teks Bahasa lain
pada teks Bahasa lain pula. Maksudnya adalah tajama’ itu mengalihkan dari teks Bahasa
arab menjadi Bahasa Indonesia. Contohnya tafsir dan tajama’ pada surah Al-Fatihah ayat
pertama tajama’nya adalah “segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam”, namun ketika
pada tafsir dari surah Al-Fatihah ayat pertama adalah hal ini menjelaskan bahwa pujian

1
itu hanya dikhususkan kepada Allah. Dengan demikian apabila kita membaca Al-Qur’an
dan ingin mengetahui isi kandungannya maka yang kita perlukan adalah tafsir.

C. Memahami Hadis
Setelah membahas tentang tafsir, perbedaanya dengan tajama’ dan ta’wil. Maka
sekarang akan memahami tentang hadis, Sunnah, khabar, atsar dan hadis qudsi.
1. Hadis secara istilah menurut Muhadditsin ulama ahlul hadis mengatakan bahwa
apa saja yang disandarkan kepada Rasulullah SAW baik perkataan, perbuatan dan
ketetapannya bahkan sampai keadaan beliau, sifat-sifatnya dan akhlaknya.
“Sebaik-baiknya kalian adalah yang mau belajar Al-Qur’an dan mengamalkannya
termasuk juga mengajarkannya”. Sedangkan yang dikatakan oleh sahabat,
contohnya adalah dalam suatu ketika pasa saat Rasulullah wafat, orang-orang
Madinah banyak yang enggan membayar zakat kemudian Abu Bakar mengakatan
“siapa yang menghalangiku maupun orang-orang yang memprovokasi untuk tidak
mengamalkan syariat yang ditinggalkan oleh Rasulullah yaitu zakat, maka akan
berhadapan dengan aku dan aku perangi” HR Bukhari dan Muslim. Kemudian
yang dikatakan oleh tabi’in seperti khalifah Bani Umayyah yaitu Ummar bin
Abdul Aziz, beliau menyatakan “sesungguhnya iman itu konsekuensinya adalah
dia harus menjalankan syariat-syariat dan kewajiban”. Jadi hadis itu tidak hanya
yang dikatakan oleh Rasulullah saja melainkan oleh sahabat, tabi’in ketika itu
dinyatakan validitas maka itu juga bisa dikatakan hadis.
2. As-sunnah secara istilah adalah apa yang disandarkan kepada Rasulullah SAW,
baik perkataan, perbuatan, ketetapan, sifat-sifat, akhlak, dan perilaku beliau,
bahkan saat beliau belum diangkat menjadi rasul. Contohnya adalah “sholatlah
kalian sebagaimana kalian melihat aku sholat” HR Bukhari dan Muslim.
3. Khabar secara istilah kabar yang diberitakan oleh Rasulullah, sahabat dan tabi’in.
sebagian ulama hadis mengatakan bahwa hadis dan khabar itu tidak ada bedanya.
4. Atsar secara istilah adalah apa yang menjadi bekas sesuatu yang ditinggalkan oleh
Rasulullah, sahabat dan tabi’in. Atsar tidak jauh beda dengan hadis dan Sunnah,
perbedaanya hanya terletak pada sisi bahasanya.
5. Hadis Qudsi secara Bahasa adalah wahyu. Sedangkan secara istilah adalah wahyu
atau maknanya dari Allah namun redaksinya atau lafadznya dari Rasulullah
sendiri yaitu melalui jalur mimpi.

D. Makanan Halal
Makanan dan minuman yang halal disini dalam pengertian bahwa halal adalah
objek maupun kegiatan yang boleh diizinkan atau dilaksanakan sesuai ajaran islam. Ada
dua ayat yang akan saya bahas tentang makanan dan minuman yang halal yaitu surah al-
baqarah ayat 172-173:

2
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang
Kami berikan kepada kalian dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-
Nya saja kalian menyembah. Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagi kalian
bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain
Allah. Tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya), sedangkan ia tidak
(dalam keadaan) memberontak dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa
baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Dalam ayat ini menjelaskan bahwa Allah memerintahkan khusus kepada orang
mukmin. Sedangkan pada surah al-baqarah ayat 168 menjelaskan tentang makanan dan
minuman yang halal dan haram untuk seluruh umat manusia. Serta perintah kepada
manusia agar tidak mengikuti ajaran setan.
Sebagai seorang mukmin kita diharuskan untuk makan dan minum yang halal dan
baik, baik dalam artian kita mendapatkannya dengan cara yang dibenarkan oleh Allah
serta diiringi dengan rasa syukur. Sebab semua tidak lepas dari karunia Allah.
Terdapat beberapa makanan yang diharamkan oleh Allah diantaranya adalah
daging babi, Allah telah mengharamkan makanan dan hewan-hewan yang jelek, karena
makanan memiliki pengaruh terhadap akhlak dan tabiat seseorang. Harta dan makanan
yang halal dan baik akan menumbuhkan darah dan daging yang baik, demikian juga
sebaliknya. Apalagi dewasa ini sudah banyak yang tidak peduli dengan hal-hal tersebut.
Sehingga sangat perlu pengetahuan yang cukup untuk dapat memilih dan memilah-milah
hewan yang diperbolehkan dimakan. Diantara hewan yang diharamkan untuk dimakan
adalah babi dan ini sudah merupakan kesepakatan kaum muslimin, sebab pelarangan
memakan daging babi sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Selain itu
memakan daging babi juga memiliki dampak negatitif yaitu menyebabkan beberapa
penyakit yang mematikan.
E. Riba
Dalam surah Al-Baqarah ayat 275 Allah berfirman:
“”
Jadi dapat disimpulkan, orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Dalam tafsir ayat ini

3
menjelaskan bahwa orang yang memakan riba itu dia kehidupannya di dunia tidak akan
tenang dan tentram. Sebab apa, sebab dalam pikirannya hanya memikirkan tentang
bagaimana cara cepat memperoleh harta dan bagaimana cara agar cepat menjadi kaya.
Demikian orang yang memakan riba kehidupannya di akhirat kelak ia akan dibangkitkan
di hari kiamat yang dimana dalam ayat ini menjelaskan bahwa dia berjalan sempoyongan
dan tidak tahu arah. Sedangkan menurut para mufasir kehidupan pemakan riba di dunia
adalah ia akan seperti orang yang kerasukan setan, karena hati dan pikirannya tidak
tenang.
Orang yang melakukan riba pada masa jahiliyah, yang mana ada seorang yang
bekerja untuk meminjamkan uang yang dalam suatu hadis dijelaskan namanya adalah
Abas.
F. Pembelanjaan Harta
Pada bab pembelanjaan harta ini yang akan dibahas adalah mengenai Infaq. Diambil dari
Al-Baqarah ayat 254:

“Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari rezeki yang telah Kami
berikan kepadamu sebelum datang hari ketika tidak ada lagi jual beli, tidak ada lagi
persahabatan dan tidak ada lagi syafaat. Orang-orang kafir itulah orang yang zhalim”.
Pada ayat ini kita semua diperintahkan untuk menafkahkan sebagian dari harta benda
yang telah dilimpahkan kepada mereka, untuk kepentingan diri sendiri, keluarga maupun
kepentingan orang lain. Namun kadang ada orang enggan membelanjakan untuk dirinya
sendiri, ia hanya menumpuk harta saja sehingga tidak ada tujuan dalam kehidupan. Disini
allah memerintahkan untuk membelanjakan. Akan tetapi berbeda dengan mufasir, dalam
ayat ini mufasir ada yang menjelaskan bahwa infaq ini adalah infaq wajib, yaitu zakat.
Zakat ini suatu kewajiban. Pendapat mufasir yang kedua

G. Janji

Anda mungkin juga menyukai