Disusun Oleh :
MELINI
LELY FEBRIANI
SRI MAHDEWAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas izin dan kehendak-Nya, kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Dalil Aqli dan Naqli.
Makalah ini disusun sebagai tugas Pendidikan Agama Islam. Dalam
penyelesaian makalah ini, tidak sedikit halangan dan rintangan yang dihadapi,
namun berkat pertolongan Allah SWT, usaha, kerja keras, ketekunan dan kesabaran
serta bantuan dari berbagai pihak dapat diatasi.
Sebagai manusia biasa, kami menyadari makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan yang memiliki banyak kekurangan dan kesalahan. Namun semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
BAB I
PENDHULUAN
A. Latar Belakang
1. Definisi, maksud dan keutamaan naqli dan 'aqli di dalam syari'at Islam
a. Naqli
Naqli menurut bahasa adalah dari ( )نقل الشيءyakni mengambil sesuatu dari
satu tempat ke tempat lain, dan ( )نَقَلَة الحديثyakni mereka yang menuliskan hadist-
hadist dan menyalinkannya dan menyandarkannya kepada sumber-sumbernya.
Dikatakan pada dalil-dalil dari Al-qur'an dan hadist: dalil naqli. Oleh karena
itu naqli secara istilah identik dengan dalil-dalil yang di nukil atau di ambil dari
Kitab Allah yang Maha Mulya dan dari sunnah yang suci atau dalil-dalil yang
diriwayatkan kepada kita oleh naqalah al-hadist dan perawi-perawi1.
Diantara landasan utama ditetapkannya al-Qur'an dan sunnah sebagai dalil
naqli oleh para ulama adalah sebuah hadist Rasulullah saw:
2
كتاب هللا وسنة نبي:تركت فيكم أمرين لن تضلوا ما تمسكتم بهما
Artinya: "Telah aku tinggalkan dua perkara, yang apabila kalian berpegang
kepada keduanya maka kalian tidak akan tersesat: Kitab Allah (al-Qur'an) dan
Sunnah Nabi-Nya".
Namun ketika naqli dihubungkan dengan ilmu tafsir maka disebut tafsir bi
al-manqul atau bi al-ma'tsur, yaitu penafsiran al-Qur'an yang disandarkan kepada
riwayat-riwayat yang sahih secara tertib, atau dengan cara menafsirkan al-Qur'an
dengan al-Qur'an atau menafsirkannya dengan as-Sunnah atau menafsirkannya
dengan riwayat-riwayat yang di terima dari para sahabat atau para tabi'in3, seperti
penafsirannya At-Thabari dan Ibnu Katsir.
Al-qur'an ( )القرآنadalah kitab suci umat Islam yang secara bahasa merupakan
masdar (kata benda) dari kata kerja ( قرأ- )قرآنا – قراءة, yang berwazan فُ ْعالن. Allah swt
berfirman:
1 Muhammad Amaan Bin Ali Al-Jaamii, Al-'aqlu Wa An-Naqlu 'Inda Ibni Rusydi, Al-maktabah Asy-
Syamilah, hal. 3.
2 Malik Bin Anas, Al-Muwaththa, Muassasah Zaaid bin Sulthan Aal nahyaan, 2004, jil. 5, hal. 1323.
3 Drs. Mochammad Asrukin, M.Si., Tafsir al-Qur'an: Sebuah Tinjauan Pustaka, Makalah, hal. 5.
َ فَإِذَا قَ َرأْنَاهُ فَاتَّبِ ْع قُ ْرآن.ُإن َعلَ ْينَا َج ْمعَهُ وقَ ُرآنَه
َّ
Artinya: "Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di
dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai
membacakannya maka ikutilah bacaannya itu".
Adapun secara istilah adalah kalam Allah, yang diturunkan kepada
Muhammad saw, yang membaca setiap hurufnya adalah ibadah. Atau secara
lengkapnya adalah kalam Allah yang bermukjizat, diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw melalui perantaraan Malaikat Jibril dalam bahasa Arab,
diriwayatkan secara mutawatir dan membaca setiap hurufnya adalah ibadah,
bermula dari surah al-Fatihah dan berakhir dengan surah an-Naas4.
Oleh karena itu al-Quran merupakan Kitab Suci umat Islam yang
keotentikannya tidak diragukan lagi; baik dari segi asal-usulnya, turunnya,
riwayatnya, ayat-ayatnya, dst. sehingga umat Islam menjadikanya sebagai sumber
utama dalam mempelajari, memahami, dan menjalankan ajaran (syariat) Islam juga
dalam mengambil dalil-dalil mengenai perkara-perkara atau permasalahan-
permasalahan yang ada kaitannya dengan keimanan dan amal ibadah mereka.
Sedangkan sunnah ( )السنةsecara bahasa bermakna ()السيرة الحسنة أو القبيحة: jalan
hidup yang baik atau jelek, juga bermakna ()الطريقة: jalan.
Adapun secara istilah sunnah memiliki beberapa definisi, diantaranya:
1. Sunnah menurut muhadditsun (ahli hadits) adalah apa yang disandarkan
kepada Rasulullah saw dari segi perkataan atau perbuatan atau pengakuan
atau sifat akhlak (peribadi) dari permulaan diutusnya sampai wafatnya.
2. Sunnah menurut ulama usul adalah perkataan-perkataan Rasulullah saw dan
perbuatan-perbuatannya serta pengakuan-pengakuannya yang diriwayatkan
kepada kita dengan periwayatan yang sahih.
Sunnah Rasul saw adalah sumber rujukan umat Islam kedua setelah al-
Qur'an, dimana kedudukannya dalam Islam adalah sesuatu yang tidak dapat
diragukan kerana terdapat penegasan yang banyak di dalam al Quran tentang sunnah
tersebut, bahkan di dalam beberapa tempat sunnah disebutkan bersamaan dengan al
Kitab ataupun al Quran, dan disebutkan juga ketaatan terhadap Rasulullah saw
setelah ketaataan kepada Allah swt. Hal ini sebagaimana yang ditegaskan di dalam
5 QS. Al-Hasyr: 7.
b. 'Aqli
Kata 'aqli secara bahasa berasal dari kata bahasa Arab ()عقل: akal yang
mempunyai beberapa makna, di antaranya: ()الدية: denda, ()الحكمة: kebijakan, dan
()حسن التصرف: tindakan yang baik atau tepat6.
Secara istilah akal memiliki beberapa definisi diantaranya:
1. Cahaya nurani, yang dengannya jiwa bisa mengetahui perkara-perkara yang
penting dan fitrah.
2. Aksioma-aksioma rasional dan pengetahuan-pengetahuan dasar yang ada pada
setiap manusia.
3. Kesiapan bawaan yang bersifat instinktif dan kemampuan yang matang.
Akal merupakan bagian dari indera dan insting yang ada dalam diri manusia
yang memiliki sifat berubah-rubah, yakni bisa ada dan bisa hilang. Hal ini
sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah saw dalam salah satu sabdanya: "...dan
termasuk orang gila sampai ia kembali berakal".
Dan akal merupakan indera yang diciptakan oleh oleh Allah swt dengan
kelebihan diberikannya muatan tertentu berupa kesiapan dan kemampuan yang dapat
melahirkan sejumlah aktivitas pemikiran yang berguna bagi kehidupan manusia
yang telah dimuliakan Allah swt, sebagaimana dalam firman-Nya: "Dan
sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkat mereka di
daratan dan di lautan".
Oleh karena itu, syari’at Islam telah memberikan nilai dan urgensi yang amat
tinggi terhadap akal manusia, sebagaimana dapat dilihat pada beberapa point berikut
ini:
1. Allah mengkhususkan penyampain kalam-Nya hanya kepada orang yang
berakal, karena hanya mereka yang dapat memahami agama dan syariat-Nya.
Allah swt berfirman: "…dan merupakan peringatan bagi orang-orang yang
mempunyai akal".
2. Syarat utama yang harus ada dalam diri manusia untuk dapat menerima taklif
(beban kewajiban) dari Allah swt yang berkenaan dengan hukum-hukum
syari’at Islam adalah akal. Oleh karena itu ketika ia kehilangan akalnya
6 Dr. Ibrahim bin Muhammad al-Buraikan, Al-Madkhal li Diraasatil ‘Aqiidatil Islamiyyah ‘ala
Madzhab Ahlis Sunnah wal Jama’ah, Daarus Sunnah, 1414 H, cet. II, hal. 40.
dikarenakan gila misalnya, maka ia tidak tidak menerima taklif itu.
Rasulullah saw bersabda: "Pena (catatan pahala dan dosa) diangkat
(dibebaskan) dari tiga golongan; orang yang tidur sampai bangun, anak kecil
sampai bermimpi, orang gila sampai ia kembali sadar (berakal)".
3. Allah swt mencela orang yang tidak menggunakan akalnya. Misalnya celaan
Allah terhadap ahli Neraka yang tidak menggunakan akalnya. Allah swt
berfirman: "Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau
memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-
penghuni Neraka yang menyala-nyala".
4. Banyak disebutkan di dalam al-Qur-an mengenai anjuran-anjuran Allah
kepada manusia agar mempergunakan akalnya untuk berfikir, seperti:
tadabbur, tafakkur, ta-aqqul dan lainnya. Diantaranya seperti kalimat: لعلكم
( تتفكرونmudah-mudahan kamu berfikir), ( أفال تعقلونapakah kamu tidak
berakal) dan ( أفال يتدبرون القرآنapakah mereka tidak mentadabburi/merenungi
isi kandungan al-Qur'an), dan lainnya.
5. Islam mencela hal-hal yang dapat membatasi dan melumpuhkan fungsi dan
kerja akal, seperti taqlid buta yang hanya menerima pendapat orang lain
tanpa dilandasi oleh dalil.
Kata 'Aqli ketika dihubungkan dengan kajian ilmu-ilmu agama identik
dengan dalil-dalil yang berdasarkan akal fikiran manusia yang sehat dan obyektif,
tidak dipengaruhi oleh keinginan, ambisi atau kebencian dari emosi.
Dan ketika 'Aqli dihubungkan secara khusus dengan disiplin ilmu tafsir,
maka disebut tafsir bi al-ma'qul atau bi ar-ra'yi, yaitu penafsiran al-Qur'an yang
lebih dititikberatkan kepada kemampuan akal fikiran yang sehat dan obyektif
(ijtihad) daripada disandarkan kepada periwayatan-periwayatan. Dalam hal ini
seorang mufassir akan menggunakan kemampuan akalnya (ijtihadnya) dengan
bantuan ilmu-ilmu bahasa Arab, ilmu qiraah, ilmu-ilmu Al-Qur'an, hadits dan ilmu
hadits, ushul fikih dan ilmu-ilmu lain untuk menerangkan maksud ayat dan
mengembangkannya dengan bantuan perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan yang
ada, sehingga tersusunlah bentuk tafsir yang sesuai dengan masa dimana mufassir
tersebut hidup. Beberapa tafsir yang terkenal dalam bentuk ini antara lain: Tafsir Al-
Jalalain, Tafsir Ar-Razi, Tafsir Al-Baidhawi, dll7.
2. Contoh-contoh penggunaan naqli dan 'aqli
a. Contoh penggunaan naqli dan 'aqli dalam bidang tauhid, yang ada kaitannya
dengan iman kepada kitab-kitab Allah swt
a.1 Dalil Naqli:
Al-Qur’an:
ََوالَّذِينَ يُؤْ ِمنُونَ بِ َما أُ ْن ِز َل إِلَيْكَ َو َما أ ُ ْن ِز َل ِم ْن قَ ْبلِكَ َوبِ ْال ِخ َرةِ ُه ْم يُوقِنُون
Artinya: "Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur'an) yang telah
diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta
mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat".
b. Contoh penggunaan naqli dan 'aqli dalam bidang fikih, yang ada kaitannya dengan
larangan nikah mut'ah
7 M. Aly Ash-Shobuniy, At-Tibyan fi Ulum al-Qur’an, Beirut: Alam al-Kutub, 1985, hal. 67.
a.1 Dalil Naqli:
Al-Qur’an:
َت أ َ ْي َمانُ ُه ْم
ْ اج ِه ْم أَ ْو َما َملَك
ِ إِالَّ على أَ ْز َو. َظون
ُ ِوج ِه ْم َحاف
ِ والذين ُه ْم ِلفُ ُر
Artinya: "Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap
isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki".
Hadits Nabi saw:
«يا أيها الناس إني كنت أذنت لكم في: حرم المتعة فقال
ّ ما رواه ابن ماجة أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم
» أال وإن هللا قد حرمها إلى يوم القيامة،االستمتاع
Artinya: "Diriwayatkan oleh Ibnu Majah bahwasanya Rasulullah saw telah
mengharamkan mut'ah, maka ia bersabda: "Wahai manusia sesungguhnya dulu aku
telah mengizinkan kalian bermut'ah, (tetapi mulai sekarang) tidaklah begitu
sesungguhnya Allah swt mengharamkannya sampai hari kiamat".
ما رواه مالك عن الزهري بسنده عن علي كرم هللا وجهه أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم نهى عن متعة
النساء
Artinya: "Diriwayatkan oleh Malik dari Az-Zahri dengan sanadnya dari Ali
karramallahu wajhah bahwasanya Rasulullah saw telah melarang menikahi wanita
secara mut'ah".
c. Contoh penggunaan naqli dan 'aqli dalam bidang tafsir, yang ada kaitannya dengan
َّ ِإذَا ال
penafsiran ayat pertama dari surat Al-Insyiqaaq (terbelah), yaitu berbunyi: س َما ُء
ْ ش َّق
ت َ ( ا ْنApabila langit terbelah)
a.1 Tafsir bi al-manqul (bi al-ma'tsur):
Al-Alusi menafsirkan ayat ini dengan ayat lain dan dengan menyandarkan
kepada pwriwayatan-periwayatan, sebagaimana ia sebutkan di dalam tafsirnya,
yaitu:
"()إذا السماء انشقت: "Apabila langit terbelah" yakni ()بالغمام: berawan (berkabut
putih), seperti yang di riwayatkan Ibnu Abas, yang diikuti oleh Al-Farra da Az-Zujaj
di dalam "Al-Bahr" dan ia menguatkannya dengan firman Allah: ( ويوم تشقّ ُق السماء
)بالغمام: "Dan (ingatlah) hari (ketika) langit pecah belah mengeluarkan kabut putih",
maka al-Qur'an sebagiannya menafsirkan sebagian yang lain, dan dikatakan bahwa
langit itu terbelah karena kedahsyatan hari kiamat, sebagaiman firman Allah: ( وانشقت
)السماء فهي يومئذ واهية: "Dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi
lemah".. dan Ibnu Hatim telah meriwayatkan dari Ali karramallahu wajhah
bahwasanya langit terlepas dari galaksi, dan didalam atsar (riwayat sahabat)
disebutkan bahwa hal itu (langit terbelah itu) menunjukan terbukanya pintu
langit...".
Abdurrahim Said, Dr. Himam. At-Tamhid Fi Usul Al-Hadist, 'Amman: Dar Al-
Furqan, 1992.
Al-Buraikan, Dr. Ibrahim bin Muhammad. Al-Madkhal li Diraasatil ‘Aqiidatil
Islamiyyah ‘ala Madzhab Ahlis Sunnah wal Jama’ah, Daarus Sunnah, 1414 H.
Asrukin, M.Si., Drs. Mochammad. Tafsir al-Qur'an: Sebuah Tinjauan Pustaka,
Makalah.
Az-Zaqlam, Fatih Muhammad. Usul Al-Ahkam, Tripoli: Dar Al-Fasifsa, 2006.
http//id.wikipedia/wiki.
http//latifabdullah.files.wordpress.com.
http//nyimpanilmu.blogspot.com/2011/01/dalil-naqli-dalil-aqli.
Taimiyah, Ibnu. Dar'u Ta'aarudh Al-'Aql Wa An-Naql, Ar-Riyadh: Dar Al-Kunuz
Al-Adabiyah, 1391 H.
Ash-Shobuniy, M. Ali. At-Tibyan fi Ulum al-Qur’an, Beirut: Alam al-Kutub, 1985.
Ash-Shobuniy, M. Ali. Rawaai' Al-Bayan Tafsir Ayat Al-Ahkam, Al-Maktabah
Asy-Syaamilah.
Al-Alusi, Mahmud Bin Abdullah Al-Husaini. Ruh Al-Ma'aani Fi Tafsir Al-Qur'an