Anda di halaman 1dari 2

Contoh-Contoh Hadits Nabi Fi’liyah dan Tqririyah

Fi’liyah
Hadis/sunah fi’liyah berarti hadis yang berbentuk pernyataan sahabat yang menggambarkan
perilaku/perbuatan yang dilakukan oleh Nabi yang kemudian dijadikan sebagai dasar hukum
yang harus diikuti dan dilaksanakan oleh umat Islam. Ciri khas dari hadis/sunnah fi’liyah adalah
selalu didahului dengan pernyataan-pernyataan: (1) adalah Rasulullah …
)‫النبي صلى هللا عليه وسلم‬/‫( ;(كا رسول هللا‬2) saya melihat Rasulullah …. ( ‫النبي صلى هللا عليه‬/‫رأيت رسول هللا‬
‫)وسلم‬.
Berikut adalah beberapa contoh hadis/sunah yang termasuk ke dalam kategori hadis/sunah
fi’iyah:
Hadis tentang shalat nabi di atas kendaraan

‫ضةَ نَزَ َل‬ َ ‫ت فَإِذَا اَ َرادَ اْلفَ ِر ْي‬ ُ ‫احلَتِ ِه َحي‬


ْ ‫ْث ت َ َو َّج َه‬ َ ُ‫سلَّ َم ي‬
ِ ‫ص ِلى َعلَى َر‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫َع ْن َجا ِب ٍر ب ِْن َع ْب ِد هللاِ قَا َل َكانَ َر‬
َ ُ‫س ْو ُل هللا‬
َ‫فَا ْست َ ْقبَ َل اْل ِف ْبلَة‬

“Dari Jabir berkata, bahwasanya Rasulullah pernah shalat di atas tunggangannya, kemana saja
tunggangannya itu menghadap. Apabila beliau hendak (melaksanakan shalat) fardhu, ia turun
dan menghadap ke kiblat” (HR. Bukhari-Muslim)
Hadis tentang shalat Rasulullah menjelang wafatnya

‫سا َحتَّى َكانَ قَ ْب َل َوفَاتِ ِه‬ َ ُ‫سلَّ َم ي‬


ً ‫ص ِلي َجا ِل‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫ت َما َرأَيْتُ َر‬
َ ِ‫س ْو َل هللا‬ ْ َ‫سلَّ َم َ قَال‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ‫أ َ َّن َح ْف‬
َ ِ ‫صةَ زَ ْو َج النَّبِي‬
‫ِب َع ٍام أَ ْو َعا َمي ِْن‬

“Sesungguhnya Khafsah, istri Nabi SAW berkata: “Saya tidak pernah melihat Rasulullah
melakukan shalat sambil duduk sehingga ia melakukannya menjelang wafatnya setahun atau
dua tahun”.

Hadis/sunnah fi’liyah menduduki posisi kedua setelah hadis/sunnah qauliyah dan berada di atas
hadis taqririyah.

Taqririyah
Hadis/sunnah taqririyah adalah yang berupa ketetapan Nabi SAW atau persetujuan Nabi SAW
atau perbuatan yang dilakukan oleh sahabatnya.
Berikut adalah contoh hadis taqriri diantaranya adalah:
Hadis tentang daging Biawak
Dijelaskan dalam sebuah hadis bahwa pada suatu hari Nabi Muhammad SAW disuguhi
makanan, diantaranya daging “dhab” (sejenis biawak). Beliau tidak memakannya sehingga
Khalid bin Walid bertanya:

ُ‫صلَّى هللا‬ َ ِ‫س ْو ُل هللا‬ ُ ‫ض قَ ْو ِم ْي ُكلُ ْوا فَإِنَّهُ َح ََل ٌل قَا َل خَا ِلد ٌ فَاجْ ت ََر ْرتُهُ فَأَك َْلتُهُ َو َر‬
ِ ‫س ْو َل هللاِ قَا َل ََل َولَ ِك ْن لَ ْم يَ ُك ْن بِأ َ ْر‬ َ ‫أَ َح َرا ٌم ال‬
ُ ‫ضبُّ يَا َر‬
َّ َ‫ظ ُر ِإل‬
‫ي‬ َّ
ُ ‫سل َم يَ ْن‬ َ ‫َعلَ ْي ِه َو‬

“Apakah biawak ini haram? Nabi menjawab: “tidak, hanya saja (binatang ini) tidak ada di
daerah kaumku. Makanlah, karena itu halal”. Khalid berkata: “Segera aku memotongnya dan
memakannya, sedangkan Rasulullah menyaksikanku”. (HR. Bukhari-Muslim)
Hadis tentang Tayamum

‫صلَّ َيا ث ُ َّم َو َجدَا‬ َ ‫ص ِع ْيدًا‬


َ َ‫ط ِيبًا ف‬ َ ‫ص ََلة ُ َولَي‬
َ ‫ْس َم َع ُه َما َما ٌء فَت َ َي َّم َما‬ َّ ‫ت ال‬ِ ‫ض َر‬ َ ‫سفَ ٍر فَ َح‬ َ ‫س ِع ْي ِد اْل ُخد ِْري ِ قَا َل خ ََر َج َر ُج ََل ِن ِف ْى‬ َ ‫َع ْن ا َ ِبى‬
َ
‫سل َم فَذَك ََرا ذَلِكَ لهُ فَقَا َل‬ َّ َ
َ ‫صلى هللاُ َعل ْي ِه َو‬ َّ َ ِ‫س ْو َل هللا‬ ُ ْ َ ْ
ُ ‫ص ََلة َ َوا ُلوض ُْو َء َول ْم يُ ِع ِد اَلَخ َُر ث َّم اَتَيَا َر‬ ِ ‫اْل َما َء فِى اْ َلوق‬
َّ ‫ت فَا َ َعادَ ا َ َحد ُ ُه َما ال‬ ْ
‫ضأ َوأَ َعادَ لَكَ اَْلَجْ ُر َم َّرتَي ِْن‬ َّ ْ ‫ص ََلتُكَ َوقَا َل ِللَّ ِذ‬
َ ‫ي ت ََو‬ َ َ‫سنَّةَ َواَجْ زَ أَتْك‬ُّ ‫صبْتَ ال‬ َ َ ‫ي لَ ْم يُ ِعدْ ا‬ ْ ‫ِللَّ ِذ‬

“Dari Abu Sa’ad al-Khudriyi berkata: “Dua orang laki-laki pergi melakukan perjalanan. Ketika
sampai waktu shalat, keduanya tidak mendapatkan air. Mereka (berdua) bertayamum dengan
debu yang bersih, lalu keduanya mendirikan shalat. Setelah itu mereka menemukan air. Salah
seorang dari keduanya berwudhu dan mengulangi shalatnya, sedangkan yang lain tidak. Lalu
keduanya datang menghadap Rasulullah dan menceritakannya. Kepada yang tidak mengulangi
shalat, Rasulullah bersabda: “Engkau telah mengerjakannya sesuai sunnah”. Kepada yang
lainnya, beliau bersabda: “Engkau mendapatkan pahala dua kali” (HR. Abu Dawud)
Contoh-Contoh Hadits Nabi Fi’liyah dan Tqririyah
Hadits atau Sunnah Fi'liyah

Hadits Fi'liyah yaitu perbuatan atau perilaku Nabi untuk memberikan tuntunan atau contoh
pelaksanaan ibadah atau urusan-urusan lain dari islam.
Contoh:
Artinya:
ُ ‫احلَتِ ِه َحي‬
ْ ‫ْث تَ َو َّج َه‬
‫ت‬ ِ ‫علَى َر‬ َ ُ‫سلَّ َم ي‬
َ ‫ص ِلى‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ُ‫س ْو ُل هللا‬ ُ ‫ع ْب ِد هللاِ قَا َل َكانَ َر‬ َ ‫ع ْن َجا ِب ٍر ب ِْن‬ َ
َ‫ضةَ نَزَ َل فَا ْست َ ْقبَ َل اْل ِف ْبلَة‬ ْ
َ ‫فَإِذَا ا َ َرادَ الفَ ِر ْي‬
“Dari Jabir berkata, bahwasanya Rasulullah pernah shalat di atas tunggangannya, kemana saja
tunggangannya itu menghadap. Apabila beliau hendak (melaksanakan shalat) fardhu, ia turun
dan menghadap ke kiblat” (HR. Bukhari-Muslim)

"Nabi Saw (meluruskan) shaf-shaf kami ketika kami akan melakukan shalat. Apabila shaf-shaf
kami telah lurus, barulah Nabi Saw. bertakbir".(HR. Muslim)

Hadits atau Sunnah Taqririyah

Hadits Taqririyah yaitu pernyataan/persetujuan Nabi terhadap suatu perbuatan yang


dilakukan sahabat atau seseorang dihadapan beliau, atau perbuatan seseorang di tempat lain
yang di laporkan kepada beliau, lalu beliau diam. Diamnya Nabi menandakan persetujuan,
sebab kalau tidak setuju, maka Nabi akan menolaknya atau melarangnya.
Contoh:
ٌ ‫ض َق ْو ِم ْي ُكلُ ْوا فَإِنَّهُ َح ََل ٌل قَا َل خَا ِلد‬ ِ ‫س ْو َل هللاِ قَا َل ََل َو َل ِك ْن َل ْم َي ُك ْن ِبأ َ ْر‬
ُ ‫ضبُّ َيا َر‬ َ ‫أ َ َح َرا ٌم ال‬
‫ي‬ ُ ‫سلَّ َم َي ْن‬
َّ َ‫ظ ُر ِإل‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ِ‫س ْو ُل هللا‬ ُ ‫اجت َ َر ْرتُهُ فَأ َ َك ْلتُهُ َو َر‬
ْ َ‫ف‬
“Apakah biawak ini haram? Nabi menjawab: “tidak, hanya saja (binatang ini) tidak ada di
daerah kaumku. Makanlah, karena itu halal”. Khalid berkata: “Segera aku memotongnya dan
memakannya, sedangkan Rasulullah menyaksikanku”. (HR. Bukhari-Muslim)
Dihadits lain Rasulullah bersabda
Artinya:
"Kami (para sahabat) melakukan shalat dua rakaat sesudah terbenam matahari (sebelum shalat
Maghrib). Rasulullah Saw. melihat apa yang kami lakukan tetapi beliau tidak menyuruh dan
tidak pula melarang kami". (HR. Muslim)
Di samping tiga macam hadits di atas, masih ada lagi yang di sebut hadits Qudsi.
Hadits Qudsi yaitu sesuatu yang diberitakan Allah kepada Nabi Saw. dengan perantaraan jibril
atau dengan jalan ilham, atau mimpi waktu tidur, lalu oleh Rasulullah Saw. diberitakannya pula
maksud dari tujuan berita di atas (kepala umatnya) dengan lafal dan ucapan belaiau sendiri,
berdasarkan taufiq dari Allah SWT.
Apabila Rasulullah Saw. meriwayatkan hadits Qudsi, biasanya mengucapkan kata (Allah
berfirman)
tetapi firman itu tidak dimasukkan dalam Al-qur'an, begitu juga uslub (susunan kata)nya tidak
sama dengan uslub ayat-ayat Al-Qur'an.
Contoh:
‫سلَّ َم‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ِ َّ ‫سو ُل‬
َ ‫َّللا‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:َ‫ قَال‬،ُ‫َّللاُ َع ْنه‬ َّ ‫ي‬
َ ‫ض‬ ِ ‫َع ْن أ َ ِبي ه َُري َْرة َ َر‬
” ‫ار‬ ُ ‫ بِيَدِي اللَّ ْي ُل َوالنَّ َه‬،‫ َوأَنَا الدَّ ْه ُر‬،‫ يَسُبُّ بَنِي بَنُو آدَ َم الدَّ ْه َر‬:ُ‫َّللا‬
َّ ‫”قَا َل‬
(‫رواه البخاري (وكذلك مسلم‬
Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a, beliau berkata, telah bersabda Rasulullah SAW, “Allah
Telah Berfirman,’Anak – anak adam (umat manusia) mengecam waktu; dan aku adalah
(Pemilik) Waktu; dalam kekuasaanku malam dan siang’ ”
Artinya:
"Rasulullah Saw. bersabda: "telah berfirman Allah SWT. "Barangsiapa yang tidak rela akan
ketentuan dan takdir-Ku, mak carilah Tuhan selain Aku". (HR. Baihaqi dari Anas)

Anda mungkin juga menyukai