Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

USHUL FIQH 2

AMR dan NAHI

Dosen pengampu :

Nunung Susfita, M.Si

Di susun oleh :

LALU WILY FEBRIAN H : (170202046)

YUSRIL IHZA MAHENDRA : (170202048)

AKHWAL AL-SYAKHSIYAH

FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM 2018


DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR……………………………………………………………………………………
……………….

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar
Belakang………………………………………………………………………………..…
…………
B. Rumusan
Masalah……………………………………………………………………………..………
………...

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Amr ……………………………………………….


B. Bentuk – Bentuk Lafaz Amr Dalam Al-Quran……………….
C. Kaidah-Kaidah Amr …………………………………………….
D. PENGERTIAN NAHY…………………………………………
E. Bentuk-Bentuk Lafadz Nahi …………………………….………………
F. Kaidah-Kaidah Nahi………………………………………………….

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………….…………
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami samapaikan kehadirat Allah SWT, sholawat dan salam juga
disamapaikan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW. Serta sahabat dan keluarganya,
selagi langkah dan seiring bahu dalam menegakkan agama Allah. Dengan kebaikan beliau telah
membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.

Dalam rangka melengakapi tugas dari mata kuliah Ushul Fiqh 2 pada program studi
“syariah” akhwal syakhsiyyah dengan ini saya menganggkat judul “AMR DAN NAHI” Dalam
penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik
dari cara penulisan, maupun isinya.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fiqih sebagai ilmu metodologi penggalian hukum mempunyai peranan penting dalam
ranah keilmuan agama Islam khususnya dalam ilmu hukum islam atau ilmu fiqih. Pembahasan
dari segi kebahasaan atau kajian lughawiyah, sangat penting sekali ditela’ah karena sumber
hukum islam yaitu al-Qur’an dan al-Hadist menggunakan bahasa arab yang mempunyai banyak
makna yang terkandung didalamnya. Dalam makalah ini kami akan membahas tentang amr
(perintah) dan nahi (larangan).Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran-
saran yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

B. Rumusan masalah

1. Apa pengertian AMR dan NAHI


2. Apa kaidah AMR dan NAHI
3. Apa Bentuk-bentuk lafaz dan contoh AMR dan NAHI dalam Al-Qur’an
BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Amr

Al Gazali memeberikan pengertian sebagai berikut : Al- amr ialah ucapan atau tuntutan
agar mematuhi perintah dengan mewujudkan apa yang menjadi tuntutan nya dalam perbuatan.

Pandangan Al gazali ini memeberikan pemahaman bahwa al-amr merupakan perintah yang
menuntut untuk di patuhi sesuai dengan apa yang menjadi kandungan dari perintah tersebut. Amr
menurut bahasa adalah perintah,suruhan, tuntutan. sedangkan menurut istilah ialah “suatu
tuntutan untuk mengerjakan atau berbuat sesuatu dari yang lebih tinggi kedudukannya kepada
yang lebih rendah kedudukannya”.

Bisa juga di definisikan : “suatu lafaz yang di pergunakan oleh orang yang lebih tinggi
derajatnya untuk meminta bawahannya mengerjakan sesuatu pekerjaan yang tidak boleh di tolak
”.

Menurut Khalid Abdurrahman Amr adalah kata yang menunjukan permintaan untuk melakukan
apa yang di perintahkan dari arah yang lebih tinggi kepada yang lebih rendah.maksud dari
ungkapan yang lebih tinggi dalam Al-Qur’an adalah Allah sebagai pemberi perintah, sedangkan
yang lebih rendah kedudukannya adalah makhluk sebagai pelaksana perintah.

B. Bentuk – Bentuk Lafaz Amr Dalam Al-Quran.

Ada beberapa bentuk amer yang ada dalam Al-Qur’an :

a. Perintah yang jelas menggunakan fi’il Amr :

‫واقيمو الصالة واتو الزكا ة‬

“ dan dirikanlah solat dan tunaikan lah zakat “ [An-Nisa: 77]

‫كلوا واشر بوا‬

“Makanlah kamu dan minumlah kamu” {QS.Fushilat: 41}

C. Kaidah-Kaidah Amr

1. Menunjukan wajib.

‫االصل فى االمر للو جوب‬


Artinya : “Asal dari perintah itu wajib”

‫واقيمو الصالة واتو الزكا ة‬

“ dan dirikanlah solat dan tunaikan lah zakat “ [An-Nisa: 77]

Dalam ayat di atas di gunakan kata fi’il amr, dengan demikian , menunjukan wajibnya
seluruh umat muslim untuk mendirikan solat dan menunaikan zakat.

2. Menunjukan anjuran.

‫االصل فى االمر للنذ ب‬

Artinya : “asal dari perintah itu adalah anjuran”

‫يا ايها المزمل قم اليل اال قليال نصفه اوانقص منه قليال او زد عليه ورتل القر ان ترتيال‬

Artinya : “Hai orang orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah( untuk solat ) pada
malam hari, kecuali sedikit (darinya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu
sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-
lahan”[almuzammil: 1-4]

Kaidah ini menunjukan bahwa tidak semua perintah itu bermakna wajib, tetapi banyak
pula yang menunjukan makna anjuran, seperti perintah solat tahajud , bukan perintah wajib jika
di maksudkan bagi seluruh umat islam, tapi sunnah, kecuali perintah tersebut di khususkan bagi
Rasulullah SAW.

3. Perintah Bermaksud Petunjuk.

‫يا ايها الذ ين امنوااذ تدا ينتم بدين الى اجل مسمى فكتبوه وليكتب بينكم كا تب با العدل‬

Artinya : “hai orang-orang yang beiman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai
untuk waktu yang di tentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis
di antara kamu menuliskannya dengan adil” [Al-Baqarah: 282].
D.PENGERTIAN NAHY

Lafaz nahy secara bahasa adalah ‫ النهي‬yang berarti larangan. Sedangkan menurut istilah para
ulama mendefinisikan nahi sebagai berikut:

‫النهي هو طلب الترك من االعلى الى ادنى‬

“Nahi adalah tuntutan meninggalkan sesuatu yang datangnya dari orang yang lebih tinggi
tingkatannya kepada orang yang lebih rendah tingkatannya”.

Khalid Abdurrahman mengartikan bentuk nahi sebagai perkataan atau ucapan yang menunjukkan
permintaaan berhenti dari suatu perbuatan, dari orang yang lebih tinggi kepada yang lebih
rendah. An-nahy meenurut Sayyid Ahmad al-Hasyimi, merupakan tuntutan untuk mencegah
berbuat sesuatu yang datang dari atas.

E. Bentuk-Bentuk Lafadz Nahi

Kata-kata yang menunjukan kepada larangan itu ada kalanya dalam bentuk:

a) Fi’il mudhari’ yang diseratai La nahiyah, seperti:

{11 :‫] َال ت ُ ْف ِسد ُوا فِي ْاْل َ ْرض} [البقرة‬

“Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi...” (Q.S. al-Baqarah: 11)

b) Lafadz-lafadz yang memberi pengertian haram, perintah meninggalkan sesuatu


perbuatan, seperti:
1. Menggunakan kata ‫حرم‬, seperti:

ِ ‫] َوأ َ َحل ّللاُ ْالبَ ْي َع َو َحر َم‬


{275 :‫الرب} [البقرة‬

“Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (Q.S. al-Baqarah: 275)

F. Kaidah-Kaidah Nahi

a) Kaidah pertama:

‫اْلصل في النهي للتحريم‬

“Pada dasarnya larangan itu untuk mengharamkan (sesuatu perbuatan yang dilarang).”

Atau dalam kitab lain disebutkan:


‫النهي يقتضي التحريم والفور والدوام إال لقرينة‬

“Nahi menghendaki atau menunjukkan haram, segera untuk dilarangnya, kecuali ada qarinah-
qarinah tertentu yang tidak menghendaki hal tersebut.”

Contoh:

ِ ‫] َو َال ت َ ْق َربُوا‬
{32 :‫الزنى} [اإلسراء‬

“Dan janganlah kamu mendekati zina.” (Q.S. al-Isra’: 32)

Lafadz nahi selain menunjukkan haram sesuai dengan qarinahnya juga menunjukkan kepada arti
lain, seperti:

1). Doa ( ‫ ) الدعاء‬seperti:

‫اخذْنَا ِإن نسِينَا‬


ِ ‫َربنَا الَ ت ُ َؤ‬

”Wahai Tuhan kami janganlah Engkau menyiksa kami, jika kami lupa (Q.S.Al-Baqarah:286)

2). Irsyad ( ‫ ) االرشاد‬memberi petunjuk seperti:

ُ َ‫يَا أَيُّ َها الذِينَ آ َمنُواْ الَ ت َ ْسأَلُواْ َع ْن أ َ ْشيَاء إِن ت ُ ْبدَ لَ ُك ْم ت‬
١٠١ ‫سؤْ ُك ْم‬

”Wahai orng-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang
jika diterangkan kepadamu akan menyusahkanmu (Q.S.Al-Maidah:101)
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut,

1. Amr adalah Suatu tuntutan (perintah) untuk melakukan sesuatu dari pihak yang lebih tinggi
kedudukannya kepada pihak yang lebih rendah kedudukannya.
2. Nahi adalah Larangan melakukan suatu perbuatam dari pihak yang lebih tinggi kedudukannya
kepada yang lebih rendah tingkatannya dengan kalimat yang menunjukkan atas hal itu.
3. Bentuknya yaitu fiil yang didahului oleh la nahiyah, beberapa lafaz yang mengandung
makna nahi. Selain itu, dijelaskan juga beberapa kaidah-kaidah nahi serta ragam (makna)
nahi, seperti yang telah dipaparkan di atas.
DAFTAR PUSTAKA

Khairul Uman, Ushul Fiqh II, Bandung: CV Pustaka Setia. 2001.

Shidiq, Sapiudin. Ushul Fiqh. Jakarta: Kencana. . 2011

Beni Ahmad Saebani, Ilmu Ushul Fiqh, CV Pustaka Setia Bandung. 2009

Anda mungkin juga menyukai