Anda di halaman 1dari 18

jn7COMMUNITY MEDICINE BLOCK

STUNTING
Sesi Pertama

Judul Kasus: Yoyo


Yoyo, seorang anak berumur 2 tahun, datang ke Puskesmas. Ibu Yoyo mengeluh anaknya
kurang makan dan pemilih (suka pilih-pilih mau makan apa). Tubuhnya kurus dan
lebih pendek dari anak-anak seusianya. Pasien tidak demam, diare, batuk atau pilek.

Sesi Pertama Halaman 2


Riwayat kondisi kesehatan dan kebiasaan sekarang (terkini):
Makanan sehari-hari Yoyo lebih banyak terdiri dari mie atau nasi dan crackers (kerupuk)
daripada nasi dengan lauk, sayur dan buah yang bergizi. Yoyo jarang berkunjung ke
Posyandu.

Sesi Pertama - Halaman 3


Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Kelahiran:
Ia lahir pada usia kehamilan aterm, dibantu oleh bidan, skor APGAR tidak diketahui.
Berat: 2500 gr, Panjang: 47 cm, tidak diukur lingkar kepala.
Perkembangan masa kecil Yoyo terlihat normal. Ia bisa mengangkat kepalanya pada usia 3
bulan, duduk pada 7 bulan dan berjalan pada usia 1 tahun.

Sesi Pertama - Halaman 4


Riwayat Pengobatan, Imunisasi & Riwayat Gizi:
 Ia tidak pernah mengkonsumsi obat apapun kecuali dari bidan.
 Imunisasi: BCG, DPT 3x, Hepatitis B 4x dan Polio 4x.
 Riwayat Nutrisi:
Umur 0-2 bulan: ASI, lebih sering diberikan kalau nangis
Usia 2-12 bulan: susu formula bayi standar, jarang. Sering diberi air gula dan air tajin.
Makanan pendamping ASI diberikan mulai 6 bulan berupa bubur dan kaldu.

Sesi Pertama - Halaman 5


Riwayat keluarga:
Yoyo adalah anak tunggal. Berat badan dan tinggi badan orang tua Yoyo tergolong
normal.
Tidak ada keluarga dengan riwayat hipertensi, diabetes dan alergi.

Sesi Pertama - Halaman 6


Riwayat Sosial Ekonomi:
Yoyo dan orang tuanya tinggal di kamar kontrakan kecil, dengan toilet bersama di luar
kamar. Air berasal dari sumur terbuka. Pantry berada di luar kamar sewaan dan digunakan
bersama dengan orang lain.

Nabilah 20170410163 Page 1 of 18


Ayahnya berumur 25 tahun, tidak tamat SD, dia bekerja santai sebagai kuli bangunan dan
tidak memiliki gaji tetap. Rata-rata penghasilannya 2-2,5 juta rupiah sebulan
Ibunya berusia 23 tahun, tidak tamat SD dan berstatus ibu rumah tangga.
Keluarga ini memiliki BPJS.

Sesi Pertama - Halaman 7


Pemeriksaan fisik
Tampilan secara umum : pendek
Pengukuran Antropometri:
Berat: 9,5 kg, Tinggi: 80 cm, lingkar kepala: 46 cm

Grafik Pertumbuhan

Nabilah 20170410163 Page 2 of 18


Nabilah 20170410163 Page 3 of 18
Nabilah 20170410163 Page 4 of 18
Pulse : 90 x/menit
RR : 22 x/menit
Blood pressure : 100/70 mmHg
Temperature : 37° C

● Kepala : a/i/c/d = -/-/-/-,


● Leher : Kelenjar tiroid juga normal
● Jantung:
▪ Inspeksi : IC Tidak terlihat
▪ Palpasi : IC teraba pada ICS V MCL S
▪ Perkusi :Batas Kanan: Right Parasternal line
Batas Kiri: MCL sinistra
▪ Aus : S1 S2 single, regular, murmur ( - )

● Paru: Vesicular +/+, rhonchi (-) and wheezing (-)


 Inspeksi : symmetric
 Palpasi : VF N / N
 Perkusi : Sonor /Sonor
 Ausc : Ves + /+ , Rhonchi -/-, Wheezing -/-
● Abdomen
▪ Inspeksi : Distended (-), Darm contour (-), Darm Steifung (-)
▪ Aus : Bowel sound ( + ) normal
▪ Palpasi : liver: tidak teraba; spleen: tidak teraba, traube space tympani
▪ Perkusi : Tympani.
Extremitas : Oedem : -/-

Sesi Pertama Halaman 8


Pemeriksaan Lab
Hitung Darah Lengkap: Hb 11 g/dl, Hct 33,2%, Leukosit 7.000/mm3, Trombosit
200.000/mm3

Tujuan Pembelajaran:
Pada akhir dari sesi ini, mahasiswa harus dapat:
1. Mengdentifikasi masalah pasien
2. Menuliskan daftar hipotesis
3. Menjelaskan daftar hipotesis
4. Apa diagnosis pasien ini?
5. Sebutkan definisi stunting
6. Jelaskan kategori masalah nutrisi komunitas
7. Sebutkan indikator dari status nutrisi
Guiding questions and answers:
1. Apa masalah pasien?
 Seorang anak laki-laki berusia 2 tahun
 Yoyo tidak makan dengan baik dan pilih-pilih. Tubuhnya kurus dan lebih pendek
dari anak-anak lain seusianya
 Pengukuran antropometri: Berat: 9,5 kg, Tinggi: 80 cm, lingkar kepala: 46 cm

Nabilah 20170410163 Page 5 of 18


 Makanan sehari-hari Yoyo sebagian besar terdiri dari mie atau nasi dan crackers
(kerupuk)
2. Apa Hipotesisnya?
a. Stunting
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak Balita (Bayi di Bawah Lima
Tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk
usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal
setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2
tahun.

b. Kurang Energi Protein


Peran protein bagi si kecil -yang sedang dalam masa pertumbuhan- amat penting. Jika
asupan protein mereka dibawah angka kecukupan gizinya, maka balita beresiko
mengalami kondisi Kurang Energi Protein (KEP). Para ahli mengelompokan KEP
kedalam tiga tipe utama yaitu:
 Marasmus
Salah satu bentuk kekurangan gizi yang buruk paling sering ditemui pada
balita berusia 0-2 tahun yang tidak mendapatkan cukup Air Susu Ibu (ASI).
Penyebabnya antara lain karena masukan makanan yang sangat kurang, infeksi,
pembawaan lahir, prematuritas, penyakit pada masa neonatus serta kesehatan
lingkungan. Si kecil yang mengalami Marasmus biasanya memiliki berat badan
sangat rendah kurang dari 60% berat badan sesuai dengan usianya, ukuran kepala
tidak sebanding dengan ukuran tubuh, mudah terkena infeksi penyakit, rambut
tipis dan mudah rontok, anak menjadi berwajah lonjong dan tampak lebih
tua (gold man face), kulit kering dan berlipat bersamaan dengan hilangnya
lemak subkutan, tingkat kesadaran menurun, dan bentuk perut cekung sering
disertai diare kronik (terus menerus) atau malah susah buang air kecil.
 Kwashiorkor
Kondisi ini banyak ditemukan pada anak usia 1-3 tahun yang kurang mendapatkan
lasupan protein. Si kecil yang mengalami Kwashiorkor sering kali mengalami
pembengkakan (edema) pada di seluruh tubuh hingga tampak gemuk wajah
anak membulat dan sembab/moon face), bengkak pada bagian punggung kaki
bila bagian punggung kakinya ditekan akan meninggalkan bekas seperti lubang,
otot mengecil dan menyebabkan lengan atas kurus sehingga ukuran Lingkar
Lengan Atas (LLA)-nya kurang dari 14 cm, serta munculnya ruam yang berwarna
merah muda pada kulit kemudian berubah menjadi coklat kehitaman dan
mengelupas, tidak bernafsu makan atau kurang, rambutnya menipis berwarna
merah seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa menimbulkan rasa sakit,
sering disertai infeksi, anemia dan diare, anak menjadi rewel dan apatis perut yang
membesar juga sering ditemukan akibat dari timbunan cairan pada rongga perut
salah salah gejala kemungkinan menderita "busung lapar".
 Kwasiorkor Marasmus
Honger oedema disebabkan cara bersama atau salah satu dari simtoma marasmus
dan kwashiorkor adalah sebuah fenomena penyakit di Indonesia bisa diakibatkan
karena kekurangan protein kronis pada anak-anak yang sering disebabkan
beberapa hal, antara lain anak tidak cukup mendapat makanan bergizi (terutama
tidak mengandung cukup energi dan protein), anak tidak mendapat asupan gizi
yang memadai dan anak mungkin menderita infeksi penyakit. Kondisi ini
sering dikenal dengan istilah busung lapar.

Nabilah 20170410163 Page 6 of 18


c. Kekurangan Vitamin A (KVA)
Masalah kekurangan vitamin A (KVA) dapat diibaratkan sebagai fenomena “gunung
es" yaitu masalah yang hanya sedikit tampak di permukaan. Padahal, kekurangan
vitamin A subklinis yang ditandai dengan rendahnya kadar vitamin A di dalam darah
masih merupakan masalah besar yang perlu mendapat perhatian, kekurangan
vitamin A tingkat subklinis ini hanya dapat diketahui dengan memeriksa kadar
vitamin A dalam darah di laboratorium. Sedangkan masalah vitamin A pada
balita secara klinis bukan lagi masalah kesehatan masyarakat (prevalensi
xeropthalmia < 0,50/»).

d. Short Stature
Perawakan pendek (short stature) didefinisikan sebagai tinggi badan <P3 atau -2 SD
kurva yang berlaku sesuai usia dan jenis kelamin.
Perawakan pendek dapat disebabkan oleh kondisi patologis atau non patologis
sehingga Stunting dihubungkan dengan malnutrisi dan infeksi kronis (non endokrin).

3. Apa diagnosis pasien ini?


Stunting

4. Sebutkan definisi dari stunting!


Stunting : kondisi gagal tumbuh pada anak Balita (Bayi di Bawah Lima Tahun)
akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.
Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah
bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun.
Balita pendek (stunted) dan sangat pendek (severely stunted) adalah balita dengan
panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan dengan
standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth Reference Study) 2006. Sedangkan
definisi stunting menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) adalah anak balita dengan
nilai z-scorenya kurang dari -2SD/standar deviasi (stunted) dan kurang dari – 3SD
(severely stunted).

5. Jelaskan Kategori Status Nutrisi dibawah usia 5 tahun (Balita)!


Kategori Status Gizi Balita :
 Status gizi balita dinilai menurut 3 indeks, yaitu Berat Badan Menurut Umur (BB/U),
Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U), Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) :
1) BB/U adalah berat badan anak yang dicapai pada umur tertentu.
2) TB/U adalah tinggi badan anak yang dicapai pada umur tertentu.
3) BB/TB adalah berat badan anak dibandingkan dengan tinggi badan yang dicapai.

Ketiga nilai indeks status gizi diatas dibandingkan dengan baku pertumbuhan WHO.

o Z-score adalah nilai simpangan BB atau TB dari nilai BB atau TB normal menurut
baku pertumbuhan WHO.
o Contoh perhitungan Z score BB/U: (BB anak – BB standar)/standar deviasi BB standar
o Batasan untuk kategori status gizi balita menurut indeks BB/U, TB/U,
BB/TB menurut WHO dapat dilihat pada tabel “pengertian kategori status gizi balita”

Nabilah 20170410163 Page 7 of 18


6. Jelaskan kategori dari masalah nutrisi komunitas (masyarakat)!

Nabilah 20170410163 Page 8 of 18


7. Sebutkan indikator dari status nutrisi!
a. Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U)
 Memberikan indikasi masalah gizi secara umum karena berat badan berkorelasi
positif dengan umur dan tinggi badan.
 Berat badan menurut umur rendah dapat disebabkan karena pendek (masalah gizi
kronis) atau menderita penyakit infeksi (masalah gizi akut)

b. Indeks Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)


 Memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnnya kronis sebagai akibat dari
keadaan yang berlangsung lama.
 Misalnya: kemiskinan, perilaku hidup tidak sehat, dan asupan makanan kurang
dalam waktu yang lama sehingga mengakibatkan anak menjadi pendek.

c. Indeks Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)


 Memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnnya akut sebagai akibat dari
peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak lama (singkat).
 Misalnya terjadi wabah penyakit dan kekurangan makan (kelaparan) yang
menyebabkan anak menjadi kurus.
 Indikator BB/TB dan IMT/U dapat digunakan untuk identifikasi kurus dan gemuk.
Masalah kurus dan gemuk pada umur dini dapat berakibat pada risiko berbagai
penyakit degenerative pada saat dewasa (Teori Barker).

COMMUNITY MEDICINE BLOCK


STUNTING
Sesi Kedua
Judul kasus: Yoyo
Dokter memberikan edukasi kepada ibu Yoyo untuk memberikan nutrisi seimbang pada
anaknya.
Tujuan Pembelajaran:
Pada akhir dari sesi kedua, mahasiswa harus dapat:
1. Sebutkan 10 item tentang nutrisi seimbang!
2. Jelaskan epidemiologi stunting!
3. Sebutkan faktor resiko stunting!
4. Sebutkan penyebab stunting!
5. Jelaskan hubungan antara 1000 HPK dan stunting!
6. Jelaskan 3 faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting berdasarkan Kemenkes
2018

Nabilah 20170410163 Page 9 of 18


Guiding questions and answers:
1. Sebutkan 10 item mengenai nutrisi seimbang!

2. Jelaskan Epidemiologi Stunting!


Stunting pada masa kanak-kanak adalah salah satu hambatan paling signifikan bagi
perkembangan manusia, secara global mempengaruhi sekitar 162 juta anak di bawah
usia 5 tahun.
Ini merupakan hasil yang sebagian besar tidak dapat diubah dari nutrisi yang
tidak memadai dan serangan infeksi berulang selama 1000 hari pertama kehidupan
seorang anak. Stunting memiliki efek jangka panjang pada individu dan masyarakat,
termasuk: penurunan perkembangan kognitif dan fisik, penurunan kapasitas
produktif dan kesehatan yang buruk, dan peningkatan risiko penyakit degeneratif
seperti diabetes. Jika tren saat ini terus berlanjut, proyeksi menunjukkan bahwa 127 juta
anak di bawah 5 tahun akan mengalami stunting pada tahun 2025. Oleh karena itu,

Nabilah 20170410163 Page 10 of 18


investasi dan tindakan lebih lanjut diperlukan untuk target WHA 2025 untuk
mengurangi jumlah tersebut menjadi 100 juta.
Stunting adalah penanda risiko (risk marker) yang baik untuk perkembangan anak
yang buruk. Stunting sebelum usia 2 tahun memprediksi hasil kognitif dan
pendidikan yang lebih buruk di masa kanak-kanak dan remaja nantinya dan
memiliki konsekuensi pendidikan dan ekonomi yang signifikan pada tingkat individu,
rumah tangga dan masyarakat.
Studi longitudinal baru-baru ini terhadap anak-anak dari Brasil, Guatemala, India,
Filipina, dan Afrika Selatan menghubungkan stunting dengan penurunan pendidikan, di
mana orang dewasa yang stunting pada usia 2 tahun menyelesaikan hampir satu
tahun lebih sedikit sekolah daripada individu yang tidak stunting.

3. Sebutkan faktor resiko stunting!


Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor
gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Intervensi yang paling
menentukan untuk dapat mengurangi pervalensi stunting oleh karenanya perlu dilakukan
pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita. Secara lebih detil,
beberapa faktor yang menjadi penyebab stunting dapat digambarkan sebagai berikut:

1) Praktek pengasuhan yang kurang baik,


termasuk kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada
masa kehamilan, serta setelah ibu melahirkan.
Beberapa fakta dan informasi yang ada menunjukkan bahwa 60% dari anak usia 0-6
bulan tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif, dan 2 dari 3 anak usia 0-24
bulan tidak menerima Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI).
MP-ASI diberikan/mulai diperkenalkan ketika balita berusia diatas 6 bulan.
Selain berfungsi untuk mengenalkan jenis makanan baru pada bayi, MP- ASI juga dapat
mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh bayi yang tidak lagi dapat disokong oleh ASI, serta
membentuk daya tahan tubuh dan perkembangan sistem imunologis anak terhadap
makanan maupun minuman.

2) Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC-Ante Natal Care


(pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan) Post Natal Care dan
pembelajaran dini yang berkualitas.
Informasi yang dikumpulkan dari publikasi Kemenkes dan Bank Dunia menyatakan
bahwa tingkat kehadiran anak di Posyandu semakin menurun dari 79% di 2007 menjadi
64% di 2013 dan anak belum mendapat akses yang memadai ke layanan imunisasi. Fakta
lain adalah 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi sumplemen zat besi yang memadai
serta masih terbatasnya akses ke layanan pembelajaran dini yang berkualitas (baru 1 dari
3 anak usia 3-6 tahun belum terdaftar di layanan PAUD/Pendidikan Anak Usia Dini).

3) Masih kurangnya akses rumah tangga/keluarga ke makanan bergizi.


Hal ini dikarenakan harga makanan bergizi di Indonesia masih tergolong mahal. Menurut
beberapa sumber (RISKESDAS 2013, SDKI 2012, SUSENAS), komoditas makanan di
Jakarta 94% lebih mahal dibanding dengan di New Delhi, India. Harga buah dan
sayuran di Indonesia lebih mahal daripada di Singapura. Terbatasnya akses ke makanan
bergizi di Indonesia juga dicatat telah berkontribusi pada 1 dari 3 ibu hamil yang
mengalami anemia.

Nabilah 20170410163 Page 11 of 18


4) Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi. Data yang diperoleh di lapangan
menunjukkan bahwa 1 dari 5 rumah tangga di Indonesia masih buang air besar (BAB)
diruang terbuka, serta 1 dari 3 rumah tangga belum memiliki akses ke air minum
bersih.

4. Jelaskan hubungan antara 1000 HPK dan stunting!


1000 hari pertama kehidupan: antara kehamilan seorang wanita dan ulang
tahun kedua anaknya - adalah periode kesempatan yang unik ketika fondasi
untuk kesehatan dan perkembangan yang optimal sepanjang umur telah
ditetapkan. Nutrisi dan perawatan yang tepat selama jendela 1000 hari tidak hanya
memengaruhi apakah anak akan bertahan hidup, tetapi juga kemampuannya untuk
tumbuh, belajar, dan bangkit dari kemiskinan. Dengan demikian, ini berkontribusi
pada kesehatan, stabilitas, dan kemakmuran masyarakat dalam jangka panjang.

Sekitar sepertiga dari anak-anak di bawah usia 3 tahun mengalami stunting, yang
merupakan cerminan dari malnutrisi kronis. Efek stunting bertahan seumur hidup,
menyebabkan gangguan perkembangan otak, IQ lebih rendah, sistem kekebalan
yang lemah dan risiko penyakit yang lebih besar di kemudian hari. Anak-anak
yang mengalami stunting seringkali memiliki produktivitas yang lebih rendah, dan
berpenghasilan hingga 20 persen lebih rendah dari gaji rata-rata saat dewasa. Stunting
dapat mengurangi PDB suatu negara sebanyak tiga persen. Meningkatnya obesitas
pada masa kanak-kanak di Afrika Selatan merupakan cerminan lain dari gizi buruk
dan praktik pemberian makan bayi yang buruk yang juga menyebabkan penyakit dan
kesehatan yang buruk di kemudian hari.

5. Jelaskan 3 faktor yang dapat mempegaruhi stunting berdasarkan


Kemenkes 2018!
Ada 3 hal yang mempengaruhi stunting :
1) Pola Makan
Masalah stunting dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap makanan dari segi
jumlah dan kualitas gizi, serta seringkali tidak beragam.
Istilah “Isi Piringku” dengan gizi seimbang perlu diperkenalkan dan dibiasakan
dalam kehidupan sehari-hari. Bagi anak-anak dalam masa pertumbuhan,
memperbanyak sumber protein sangat dianjurkan, di samping tetap
membiasakan mengonsumsi buah dan sayur.
Dalam satu porsi makan, setengah piring diisi oleh sayur dan buah, setengahnya lagi
diisi dengan sumber protein (baik nabati maupun hewani) dengan proporsi lebih
banyak daripada karbohidrat.

2) Pola Asuh
Stunting juga dipengaruhi aspek perilaku, terutama pada pola asuh yang
kurang baik dalam praktek pemberian makan bagi bayi dan Balita.
Dimulai dari edukasi tentang kesehatan reproduksi dan gizi bagi remaja sebagai cikal
bakal keluarga, hingga para calon ibu memahami pentingnya memenuhi kebutuhan
gizi saat hamil dan stimulasi bagi janin, serta memeriksakan kandungan empat
kali selama kehamilan.

Nabilah 20170410163 Page 12 of 18


Bersalin di fasilitas kesehatan, lakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dan berupayalah
agar bayi mendapat colostrum air susu ibu (ASI). Berikan hanya ASI saja sampai
bayi berusia 6 bulan.
Setelah itu, ASI boleh dilanjutkan sampai usia 2 tahun, namun berikan juga makanan
pendamping ASI. Jangan lupa pantau tumbuh kembangnya dengan membawa buah
hati ke Posyandu setiap bulan.

Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah berikanlah hak anak mendapatkan
kekebalan dari penyakit berbahaya melalui imunisasi yang telah dijamin ketersediaan
dan keamanannya oleh pemerintah. Masyarakat bisa memanfaatkannya dengan tanpa
biaya di Posyandu atau Puskesmas.

3) Sanitasi dan Akses Air Bersih Rendahnya akses terhadap pelayanan


kesehatan
Termasuk di dalamnya adalah akses sanitasi dan air bersih, mendekatkan anak pada
risiko ancaman penyakit infeksi. Untuk itu, perlu membiasakan cuci tangan pakai
sabun dan air mengalir, serta tidak buang air besar sembarangan.

COMMUNITY MEDICINE BLOCK


STUNTING
Sesi Ketiga
Judul Kasus: Yoyo
Yoyo perlahan mulai makan lebih banyak dan lambat laun berat badannya bertambah, dengan
perkembangan dan pertumbuhan ideal, setelah ibunya rutin berkonsultasi ke Puskesmas dan
Posyandu.

Tujuan Pembelajaran:
Pada akhir dari sesi ketiga, mahasiswa harus dapat:
1. Menjelaskan management atau rencana kebijakan untuk mengurangi stunting
2. Menjelaskan prevensi stunting
3. Menjelaskan hubungan antara Ketahanan Pangan Keluarga dan sunting
4. Menjelaskan intervensi multisektoral untuk mengatasi stunting
5. Sebutkan salah satu implementasi pemerintah untuk menangani keluarga yang miskin
Guiding questions and answer:
1. Jelaskan rekomendasi kebijakan untuk mendorong progress dalam
mengurangi stunting!
Pembuat kebijakan harus mempertimbangkan untuk memprioritaskan tindakan berikut
untuk mencapai pengurangan 40% jumlah anak stunting dengan usia kurang dari
5 tahun:
A. Meningkatkan identifikasi, pengukuran dan pemahaman tentang stunting dan
peningkatan cakupan kegiatan pencegahan stunting.
 Mengembangkan target stunting nasional yang sejalan dan akan berkontribusi pada
pencapaian target global Health Assembly
 Memperkuat metode untuk menilai beban stunting secara akurat, agar dapat
merencanakan, merancang, dan memantau secara efektif program.
 Menggabungkan penilaian pertumbuhan linier ke dalam layanan kesehatan anak
rutin, untuk memberikan informasi waktu untuk pengaturan target dan pemantauan
kemajuan.

Nabilah 20170410163 Page 13 of 18


 Integrasikan nutrisi dalam strategi promosi kesehatan dan perkuat kapasitas
pemberian layanan dalam sistem kesehatan primer dan perawatan berbasis komunitas
pencegahan stunting dan malnutrisi akut, yang didukung oleh program perlindungan
sosial jika memungkinkan.
 Mempromosikan pandangan holistik tentang malnutrisi melalui pemahaman bahwa
stunting, wasting dan defisiensi mikronutrien dapat terjadi pada anak, keluarga dan
komunitas yang sama, dan memastikan layanan untuk kekurangan gizi
diimplementasikan dengan cara yang lebih kohesif.
B. Menetapkan kebijakan dan/atau memperkuat intervensi untuk meningkatkan
gizi dan kesehatan ibu, dimulai dengan remaja perempuan.
 Melaksanakan program yang memberikan suplementasi zat besi dan folat mingguan,
serta pencegahan dan pengobatan infeksi dan suplementasi nutrisi selama kehamilan.
 Menetapkan kebijakan ketenagakerjaan, termasuk perlindungan maternitas, untuk
mendukung pemberian ASI eksklusif dan berkelanjutan.
 Terapkan instrumen peraturan seperti Kode Pemasaran Pengganti ASI (Code of
Marketing of Breast-milk Substitutes) dan peraturan keamanan pangan sesuai dengan
Codex Alimentarius, untuk melindungi nutrisi bayi dan anak kecil.
C. Menerapkan intervensi untuk meningkatkan praktik pemberian ASI eksklusif
dan makanan pendamping.
 Melindungi dan mempromosikan pemberian ASI eksklusif dalam enam bulan
pertama untuk memberikan nutrisi yang “aman” dan melindungi bayi dari infeksi
saluran cerna.
 Promosikan konsumsi makanan yang sehat dan beragam, termasuk makanan
berkualitas tinggi dan kaya nutrisi foodb dalam periode pemberian makanan
pendamping (6-23 bulan).
 Meningkatkan asupan mikronutrien melalui fortifikasi makanan, termasuk makanan
pendamping, dan penggunaan suplemen kapan dan di mana diperlukan.
 Menumbuhkan praktik penyimpanan dan penanganan makanan yang aman, untuk
menghindari infeksi dari kontaminasi mikroba dan mikotoksin.
D. Memperkuat intervensi berbasis masyarakat, termasuk peningkatan sanitasi dan
kebersihan (WASH) air, untuk melindungi anak dari penyakit diare dan malaria,
cacingan dan penyebab lingkungan dari infeksi subklinis

2. Jelaskan pervensi Stunting!


Menjadi masalah yang kompleks, tidak ada intervensi gizi tunggal untuk mengatasi
stunting pada anak-anak, melainkan intervensi nutrisi yang sensitif dan spesifik yang
multipel, kompleks dan terkoordinasi dalam kemitraan dengan pelaku kesehatan
dan non-kesehatan lainnya dalam perkembangannya. Strategi tersebut terdiri dari:
a. Suplemen energi dan protein untuk wanita
Energi yang seimbang dan suplementasi protein (menyediakan sekitar 25% dari total
suplemen energi sebagai protein) memainkan peran penting sebagai intervensi untuk
pencegahan hasil perinatal yang merugikan pada wanita yang kekurangan gizi.
WHO merekomendasikan edukasi nutrisi dan peningkatan asupan energi dan protein
harian untuk ibu hamil pada populasi yang kekurangan gizi, untuk mengurangi risiko
kelahiran rendah.
b. Platform berbasis komunitas untuk pendidikan dan promosi nutrisi
Intervensi untuk meningkatkan kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak dapat dilakukan
melalui platform pemberian layanan berbasis masyarakat (mis. Puskesmas) dan
mencegah stunting pada anak. Mereka dapat membantu mengurangi ketimpangan
kematian akibat penyakit menular, seperti diare. Beberapa contoh termasuk program

Nabilah 20170410163 Page 14 of 18


suplementasi asam folat, suplementasi multi mikronutrien, pemberian vitamin K,
atau ASI eksklusif, serta perawatan antenatal, perinatal dan postnatal.
c. Perbaikan kondisi higienis, air bersih serta pencegahan dan pengobatan infeksi

Penyakit infeksi yang disebabkan oleh kondisi kurang higienis dan air bersih merupakan
faktor penentu penting terjadinya stunting pada anak. Biasanya kelompok dengan status
sosial ekonomi rendah yang paling sering tinggal di lingkungan yang tercemar. Di antara
faktor-faktor yang menghambat pertumbuhan anak, diare sangat penting, karena
malabsorpsi nutrisi dan kurang nafsu makan. Dengan demikian, air minum yang bersih
dan cukup, sanitasi yang layak, saluran pembuangan air limbah, dan pengelolaan
limbah padat yang tepat adalah intervensi keadilan kesehatan utama di daerah
tertinggal, termasuk daerah perkotaan.

3. Jelaskan hubungan antara Ketahanan Pangan Keluarga dan Stunting!

Pilar 4: Mendorong Kebijakan “Food Nutritional Security”.


Pilar ini berfokus untuk
(1) mendorong kebijakan yang memastikan akses pangan bergizi, khususnya di daerah
dengan kasus stunting tinggi,
(2) melaksanakan rencana fortifikasi bio-energi, makanan dan pupuk yang komprehensif,
(3) pengurangan kontaminasi pangan,
(4) melaksanakan program pemberian makanan tambahan,
(5) mengupayakan investasi melalui Kemitraan dengan dunia usaha, Dana Desa, dan lain-
lain dalam infrastruktur pasar pangan baik ditingkat urban maupun rural.

Nabilah 20170410163 Page 15 of 18


Kementan (2018)

Nabilah 20170410163 Page 16 of 18


4. Jelaskan intervensi multisektoral untuk mengatasi stunting!
Intervensi multisektoral untuk mengatasi stunting pada anak
Nutrisi yang memadai membutuhkan upaya multisektoral yang pada gilirannya
membutuhkan kolaborator tingkat individu, kelembagaan dan sistem untuk melaksanakan
intervensi yang efektif melalui keterlibatan lintas sektor dan pemangku kepentingan yang
berbeda. Implementasi yang efektif membutuhkan koherensi dalam sektor dan lembaga
pemangku kepentingan, serta koherensi horizontal lintas sektor dan pemangku kepentingan,
mengatasi ketidaksetaraan dan maju menuju cakupan universal sehingga tidak ada yang
tertinggal, terutama penduduk miskin dan paling rentan.
Mengatasi stunting pada anak membutuhkan keterlibatan berbagai sektor (misalnya
kesehatan, perlindungan sosial, pertanian, pendidikan) dan tingkat keterlibatan yang berbeda
(misalnya perencanaan, pemantauan pelaksanaan, evaluasi).
a. Peran pemerintah
Pemerintah daerah harus dilibatkan melalui proses komitmen politik, perubahan
kelembagaan, pembangunan kapasitas, perencanaan berbasis kemitraan dan proyek
inovatif dengan pemangku kepentingan lainnya, termasuk organisasi masyarakat sipil dan
sektor swasta, jika sesuai. Ini termasuk keterlibatan politik tingkat tinggi (atas) dan
penunjukan oleh banyak sektor focal point untuk menjadi bagian dari komite teknis nasional,
menyoroti prinsip-prinsip yang dimiliki dan dipimpin oleh negara. Focal point ini biasanya
mengidentifikasi tindakan khusus nutrisi dan/atau sensitif nutrisi dalam setiap sektor dan
memfasilitasi adaptasi dan implementasi kebijakan yang dikembangkan secara terpusat oleh
aktor subnasional dan grass-roots actors.
Di tingkat nasional dan subnasional, baik komitmen politik maupun upaya operasional
diperlukan untuk memantau dan mengatasi ketidaksetaraan kesehatan dalam program gizi,
yang memerlukan pemantauan hasil dan memungkinkan pemeriksaan potensi ketidaksetaraan
dalam kesehatan (misalnya menurut status sosial ekonomi, kelompok etnis, jenis kelamin,
geografis lokasi atau faktor penentu lainnya).
b. Peran sektor swasta
Sektor swasta menjadi pemain yang semakin besar di bidang-bidang yang terkait dengan gizi
anak dan mungkin menjadi kontributor potensial untuk memperbaikinya. Perannya dalam
mengurangi stunting pada anak harus ditentukan oleh otoritas nasional, berdasarkan
kebutuhan lokal, dan diprogram sesuai dengan kebijakan berbasis bukti, seperti Kode
Internasional Pemasaran Pengganti ASI dan Standar Makanan Internasional Codex
Alimentarius (International Code of Marketing of Breast-milk Substitutes and the Codex
Alimentarius International Food Standards). Pemerintah dapat mengurangi potensi kerugian
dari sektor swasta dengan menetapkan standar kualitas, menegakkan peraturan dan
undang-undang yang memadai, dan memastikan persaingan.
Dalam pengakuan bahwa sektor swasta terkadang mempromosikan makanan untuk bayi dan
anak-anak secara tidak tepat, dan di bawah panduan WHO, Badan Kesehatan Dunia ke-69
pada tahun 2016 menyepakati resolusi untuk mengakhiri promosi makanan yang tidak tepat
untuk bayi dan anak kecil. Promosi makanan yang tidak tepat untuk bayi dan anak kecil dapat
menurunkan tingkat pemberian ASI eksklusif, mengurangi durasi menyusui,

Nabilah 20170410163 Page 17 of 18


meningkatkan penggunaan susu formula untuk anak usia 6–23 bulan, menggantikan
makanan yang disiapkan di rumah, dan mempromosikan pengenalan awal makanan
pendamping. dan pengganti ASI sebelum usia 6 bulan.

6. Sebutkan salah satu implementasi pemerintah dalam menangani


keluarga miskin!

PROGRAM KELUARGA HARAPAN


Pasal 1
Program Keluarga Harapan yang selanjutnya disingkat PKH adalah program
pemberian bantuan sosial bersyarat (CCT/ Conditional Cash Transfers) kepada
keluarga dan/ atau seseorang miskin dan rentan yang terdaftar dalam data terpadu
program penanganan fakir miskin, diolah oleh Pusat Data dan Informasi
Kesejahteraan Sosial dan ditetapkan sebagai keluarga penerima manfaat PKH.

Bantuan Sosial PKH adalah bantuan berupa uang, kepada keluarga dan/ atau
seseorang miskin, tidak mampu, dan/ atau rentan terhadap risiko sosial.

Pasal 3
Sasaran PKH merupakan keluarga dan/ atau seseorang yang miskin dan rentan serta
terdaftar dalam data terpadu program penanganan fakir miskin, memiliki komponen
kesehatan, pendidikan, dan/ atau kesejahteran sosial.

Pasal 5
(1) Kriteria komponen kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 meliputi:
a. ibu hamil/ menyusui; dan
b. anak berusia 0 (nol) sampai dengan 6 (enam) tahun.

Nabilah 20170410163 Page 18 of 18

Anda mungkin juga menyukai