A. Pendahuluan
1
terbunuh di tangan pemberontak. Pemberontakan-pemberontakan pun banyak terjadi
pada masa kepemimpinan Ali bin Abi Thalib.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaiman Biografi Ali bin Abi Thalib?
2. Apa saja konflik atau pemberontakan yang terjadi pada masa Khalifah Alin bin Abi
Thalib?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makahalah ini yaitu
1. Untuk mengetahui biografi Khalifa Ali bin Abi Thalib.
2. Untuk mengetahui pemberontakan-pemberontakan yang terjadi pada masa
Khalifah Ali bin Abi Thalib.
3
Abu Thalib nama aslinya adalah Abdu Manaf.
4
Abdul Muthalib nama aslinya adalah Syaibah Al-Hamd, Al-Isti’ab (1089/3)
5
Kitab Ath-Thabaqah Al-Kubra (19/3), Shifatu Ash-shafwah (308/1), Al Bidayah wa An-Nihayah
(337/7), Al-Ishabah (507/1), Al-Isti;ab (10891), Al-Muntazham (66/5), Al-Mu’jam Al-Kabir, Imam
Ath-thabarani (501/1)
6
Ali Muhammad Ash Shallabi, Biografi Ali bin Abi Thalib, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta 2012.hlm
13.
7
Diantara nama lain dari singa
8
Ar-Riyadh An-Nadhrah fi Manaqib Al-Usyrah hlm (617)
2
Ketika putranya lahir, abu Thalib saat itu tidak ada di tempat. Setelah ia
tahu nama pemberian sang isteri adalah Asad (Haidar) dia merasa kurang tertarik
dengan nama tersebut, maka kemudia menggantinya dengan nama Ali9
Ali Ali dilahirkan di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab, pada tanggal 13
Rajab. Terjadi perselisihan di antara para penulis sejarah tentang tahun kelahiran
Ali bin Abi Thalib. Menurut Al-Hasan Al-Bashri, kelahiran Ali bin Abi Thalib
terjadi 15 atau 16 tahun sebelum diutusnya Nabi Muhammad sebagai nabi10.
Sedangkan menurut Ibnu Ishaq, Ali bi Abi thalib dilahirkan 10 tahun
sebelum diutusnya Nabi Muhammad menjadi nabi. Pendapat Ibnu Ishaq ini
didukung dan dikuatka oleh Ibnu Hajar dan didukung oleh Al-Baqir Muhammad
Ibnu Ali11.
Ali dilahirkan dari ibu yang bernama Fatimah binti Asad, dimana Asad
merupakan anak dari Hasyim, sehingga menjadikan Ali merupakan keturunan
Hasyim dari sisi bapak dan ibu.
Kelahiran Ali bin Abi Thalib banyak memberi hiburan bagi Nabi
Muhammad karena beliau tidak punya anak laki-laki. Uzur dan faqir nya keluarga
Abu Thalib memberi kesempatan bagi Nabi Muhammad bersama istri beliau
Khadijah untuk mengasuh Ali dan menjadikannya putra angkat. Hal ini sekaligus
untuk membalas jasa kepada Abu Thalib yang telah mengasuh Nabi sejak beliau
kecil hingga dewasa, sehingga sedari kecil Ali sudah bersama dengan Muhammad.
3
Semua sahabat Rasulullah yang ada di Madinah secara sukarela mebmaiat
Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah. Mereka memandang pada saat itu tidak ada
yang lebih utama dan lebih brhak untuk menjadi khalifah dibandingkan dengan
Ali. Tidak ada seorang pun yang berani mengaku (menklaim) bahwa dirinya layak
menjadi khalifah menggantikan Utsman termasuk Ali bin Abi Thalib sendiri.
Karena itu, Ali menolak untuk dibaiat menjadi khalifah,dengan alasan
kekhawatiran akan bertambahnya fitnah di tengah -tengah kaum muslimin dan
tersebarnya fitnah diantara mereka.
Dalam riwayat dari Salim bin Abu Ia’ad dari Muhammad bin Al-Hanafiyah
dikatakan “ Ali didatangi para sahabat Rasulullah lalu mereka mengatakan
kepadanya, “Wahai Ali , Utsman telah meninggal dunia, sementara manisia (kaum
muslimin) membutuhkan adanya seorang pemimpin. Kami tidak menemukan
seorang pun yang lebih berhak dari pada engkau; orang yang lebih dahulu masuk
Islam (membaca syahadat) dan lebih dekat dkepada Rasulullah” ali menjawab “
Jangan kalian lakukan itu , sesungguhnya aku menjadi wazir bagi kalian itu lebih
baik daripada saya menjadi amir bagi kalian”. Mereka kembali menjawab “ Tidak,
demi Allah kami tidak akan melakukan apapun hingga kami membaiatmu”. Ali
menjawab “Jikalau memang begitu, maka hendaknya baiat terhadap diriku
dilangsungkan di masjid, jangan dilakukan dengan sembunyi-sembunyi, dan harus
dengan kerelaan segenap kaum muslim”12.
Para sahabat Rasulullah dan golongan Muhajirin dan Anshar membaiat Ali
menjadi khalifah, karena melihat adanya keutamaan-keutaman yang ada pada diri
Ali, yang melebihi keutamaan-keutamaan yang ada pada diri sahabat-sahabat
Rasulullah lainnya.
Ali adalah sabat Rasulullah yang pertama-tama masuk Islam. Ali adalah
sahabat Rasulullah yang luas ilmunya., paling dekat nasabnya dengan Rasulullah,
paling berani diantara mereka, paling dicintai Allah dan Rasul-Nya, paling tinggi
derajatnya, paling mulia kedudukannya, dan paling mirip mukanya dengan
Rasulullah. Karena itulah Ali berhak untuk terpilih menjadi khalifah daripada
sahabat yang lain.
12
Ali Muhammad Ash Shallabi, Biografi Ali bin Abi Thalib, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta 2012.hlm
221.
4
Ada banyak Nash yang bias dipahami sebagai dalil yang mejelaskan lebih
berhaknya Ali bin Abi Thalib memegang jabatan khalifah sepeninggal Khalifah
Utsman bi Affan, antara lain13;
a. Firman Allah, yang artinya “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang
beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia
sungguh-sungguh akan menjadikan mereka agama yang telah diridhai-Nya
untuk mereka, dan Dia benar-benar akan mengubah (keadaan) mereka, sesudah
mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap
menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku.
Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah
orang yang fasik” Q.S An-Nur, ayat 55. Poin yang dapag kita ambil dari dalil
ayat tersebut adalah hakekat khalifah yang pernah diemban Ali bin Abi Thalib
bahwa ia adlah salah seorang yang pernah diamanhi menjadi khalifah di muka
bumi ini yang dengan amanah itu Allah mengkokohkan agama-Nya bagi kaum
muslimin.
b. Sabda Rasulullah yang mengatakan, “jagalah oleh kalian sunnahku dan sunnah
para kgukafaur rasyidin setelahku. Berpengganglah kalian kepadanya dan
gigitlah dengan gigi graham kalian dengan sekuat-kuatnya.” Titik focus yang
bias dijadikan dalil keutamaan Ali bin Abi Thalib untuk memegang jabatan
khalifah disbanding dengan yang lainnya dari hadist ini bahwa Ali bin Abi
Thalib nyata-nyata merupakan seorang khalifah dari para khalifah kaum
muslimin yang tekah mendapat petunjuk dari Allah, mewajibkan amar
kewajiban amar makruf nahi munkar, menjalankan hokum-hukum-Nya,
menegakkkan shalat, menunaikan zakat, meniti jalan yang ditunjukkan
Rasulullah dalam menegakkan keadilan dan menjalankan kebenaran.
c. Sabda Rasulullah yang mengatakan “ Khalifa kenabian selama 30 tahun setelah
itu Allah akan memberikan kekuasaan kepada siapa saja yang Dia kehendaki’.
Pada isi hadits ini menunjukkan adaanya keutamaan Ali untuk menjadi
khalifah. Karena masa kekhalifahan Ali tepat berada pada kurun waktu 30
tahun terakhir dari masa khilafah kenabiaan sebagaimna dijelaskan dalam
hadist Rasulullah tresebut.
13
Ali Muhammad Ash Shallabi, Biografi Ali bin Abi Thalib, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta 2012.hlm
224-228.
5
d. Sabda Rasulullah “ Duhai kasihan anak sumayyah, ia dibunuh oleh kelompok
yang sewenang-wenang”. Para ulama mengatakan hadits ini menjadi hujjah
(bukti) yang nyata bahwa Ali merupakan khalifah yang sah dan benar. Dan
pihak yang melawannya dianggap sebaai kelompok pemberonak. Hadist ini
sekaligus mengandung nilai mukjizat yang nyata dari Rasulullah. Hal ini dapat
dilihat dari beberapa sisi, yaitu Ammar benar-benar meninggal dunia dalam
keadaan terbunuh sebagaimana disinyalir beliau. Kemudian, kematian Ammar
karena dibunuh oleh orang Islam sendiri, yaitu mereka yang bergabung dalam
berisan pemberontak. Para sahabat saling berperng dan mereka tebelah menjadi
dua kelompok.
E. Pemberontakan Yang Terjadi Pada Masaa Khalifah Ali Bin Abi Thalib
Peristiwa pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan yang pada waktu itu kurang
dapat diselesaikan karena fitnah yang sudah terlanjur meluas dan sudah diisyaratkan
(akan terjadi) oleh Nabi Muhammad SAW ketika beliau masih hidup, dan diperparah
oleh hasutan-hasutan para pembangkang yang ada sejak zaman Utsman bin Affan,
menyebabkan perpecahan di kalangan kaum muslim sehingga menyebabkan terjadinya
beberapa pemberontakan.
1. Perang Jamal / Perang Unta
6
- Wilayah Islam telah meluas dan timbul komunitas-komunitas Islam di daerah-
daerah baru.
Oleh karena itu hak untuk menentukan pengisian jabatan tidak lagi
merupakan hak pemimpin yang berada di Madinah saja. Namun, karena situasi
politik yang gawat pada waktu itu sehingga permintaan mereka merupakan tuntutan
yang tidak mungkin dipenuhi dalam waktu dekat. Suasana politik pada saat itu
memanas dikarenakan adanya rongrongan dari berbagai pihak, terutama pihak-
pihak yang tidak menyetujui dan tidak mengakui Ali menjabat sebagai khalifah
keempat. Melihat keadaan sedemikian rumit, maka hal pertama yang memerlukan
penanganan serius yang dilakukan Ali adalah memulihkan, mengatur, dan
menguatkan kembali posisinya sebagai khalifah dan berusaha mengatasi segala
kekacauan yang terjadi. Setelah itu baru melakukan pengusutan atas pembunuhan
Utsman. Namun, sejak tahun 35 H/656 M, tahun pengangkatan Ali sebagai khalifah
sampai tahun 36 H/657 M, Ali tidak juga memperlihatkan sikap yang pasti untuk
menegakkan hukum syariat Islam terhadap para pembunuh Utsman. Sehingga
Aisyah bergabung dengan Thalhah dan Zubair menggerakkan kabilah-kabilah Arab
untuk menuntut balas atas kematian Utsman. Setelah dirasa mempunyai kekuatan
yang besar, Aisyah dan pasukannya memutuskan menyerang pasukan Ali di Kufah,
yang sebetulnya pasukan Ali dipersiapkan untuk menghadapi tantangan Mu’awiyah
bin Abi Sufyan di Syiria. Ali sebenarnya ingin menghindari peperangan. Beliau
mengirim surat kepada Thalhah dan Zubair agar mereka mau berunding untuk
menyelesaikan perkara itu secara damai. Namun, ajakan tersebut ditolak. Akhirnya
pertempuran dahsyat antara keduanya pecah, yang selanjutnya dikenal dengan
“Perang Jamal”. Pertempuran tersebut dipimpin oleh Aisyah, Thalhah, dan Zubair.
Pertempuran inilah yang terjadi pertama kali diantara kaum muslimin. Dan yang
memperoleh kemenangan pada perang jamal adalah pasukan Ali, karena pasukan
Ali lebih berpengalaman dibanding pasukan Aisyah. Walaupun pasukan Aisyah
mengalami kekalahan, Aisyah tetap dihormati oleh Ali dan pengikutnya sebagai
Ummul Mu’minin.
Bahkan setelah pertempuran usai, Khalifah Ali mendirikan perkemahan
khusus untuk Aisyah. Dan keesokan harinya Aisyah dipersilahkan pulang kembali
ke Madinah yang dikawal oleh saudaranya sendiri, Muhammad bin Abi Bakar.
7
Demikianlah sejarah terjadinya perang jamal yang merupakan perang pertama
antara sesama umat Islam dalam sejarah Islam.
2. Perang Shiffin
8
lawan bisa memperbesar kekuatannya. Namun sebagaikhalifah, Ali terikat oleh
ketetapan firman Allah surat al-hujurat ayat 9 dan surat an-nisa’ ayat59.
Dengan mengenali prinsip-prinsip hukum Islam itu maka dapat dipahami
mengapakhalifah Ali menempuh jalan damai dahulu.Jawaban terakhir dari
pihak Mu’awiyah menolak untuk mengangkat bai’at Ali dansebaliknya
menuntut Ali mengangkat bai’at terhadap dirinya. Maka bulan Saffar
37H/685M terjadilah perang siffin dengan kekuatan 95.000 orang dari pihak
Ali dan 85.000 orangdari pihak Mu’awiyah. Pada saat perang, Imar bin Yasir
(orang pertama yang masuk Islamdi kota Mekkah) tewas. Tewasnya tokoh
yang sangat dikultuskan ini membangkitklansemangat tempur yang tak
terkirakan pada pihak pasukan Ali, sehingga banyak korbanpada pihak
Mu’awiyah dan panglima Asytar al-Nahki berhasil menebas pemegang panji-
panjiperang pihak Mu’awiyah dan merebutnya. Bila panji perang jatuh pada
pihak lawanmaka akan melumpuhkan semangat tempur. Pada saat terdesak
itulah pihak Mu’awiyah,Amru bin Ash memerintahkan mengangkat al-mushaf
pada ujung tombak dan berserumarilah kita bertahkim kepada kitabullah.
Namun pada saat itu Alimemerintahkan untuk tetap berperang karena beliau
tahu itu hanya tipu muslihat musuh.Tapi sebagian besar tentaranya berhenti
berperang dan berkata jikalau mereka telahmeminta bertahkim kepada
kitabullah apakah pantas untuk tidak menerimanya, bahkandiantara panglima
pasukannya Mus’ar bin Fuka al Tamimi mengancam: “Hai Ali, mariberserah
kepada kitabullah jikalau anda menolak maka kami akan berbuat terhadap
andaseperti apa yang kami perbuat pada Usman.”Akhirnya Ali terpaksa tunduk
karena beliau menghadapi orang-orang sendiri.Sejarah mencatat korban yang
tewas dalam perang ini 35.000 orang dari pihak Ali dan45.000 orang dari pihak
Mu’awiyah. Peperangan ini diakhiri dengan takhkim (arbitrase).Akan tetapi hal
itu tidak dapatmenyelesaikan masalah, bahkan menyebabkan terpecahnya umat
Islam menjadi tigagolongan. Diantara ketiga golongan itu adalah golongan Ali,
pengikutMu’awiyah dan Khawarij (orang-orang yang keluar dari golongan
Ali). Akibatnya, diujungmasa pemerintahan Ali, umat Islam terpecah menjadi
tiga kekuatan politik.
9
Setelah terjadi tahkim sebagian tentara Ali tidak terima dengan sikap
Ali yang menerima arbitrase karena itulah mereka keluar dari pihak Ali yang
selanjutnya dikenal dengan nama Khawarij. Pihak Khawarij berkesimpulan
bahwa:
1. Mu’awiyah dan Amru bin Ash beserta pengikutnya adalah kelompok kufur
karena telah mempermainkan nama Allah dan kitab Allah dalam perang
Shiffin, maka mereka wajib dibasmi.
10
Khawarij ( orang-orang yang keluar dari barisan Ali bin Abi Thalib) yang
bermarkas di Nahrawain benar-benar merepotkan Ali sehingga memberikan
kesempatan pada pihak Mu’awayah untuk memperkuat dan memperluas
kekuasannya sampai mampu merebut Mesir. Akibatnya sangat fatal pada
pihak Ali. Tentara Ali semakin lemah, sementara kekuatan Mua’wiyah
bertambah besar, keberhasilan Mu’awiyah mengambil posisi Mesir berarti
merampas sumber-sumber kemakmuran dan suplai ekonomi dari pihak Ali.
F. Kesimpulan
11
Ali bin Abi Thalib (abdu Manaf) bin Abdul Muthalib dipanggil juga dengan
nama Syaibah Al-Hamd bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushai bi Kilab bin Luai bin
Ghalib bin Fahr bin Malik bin An-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah
bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan
Ali adalah orang yang pertama menyatakan imannya dari kalangan anak-anak.
Sejak kecil, Ali dididik dengan adab dan budi pekerti Islam, lidahnya amat fsih
berbicara dan memiliki pengetahuan yang luas tentang Islam. Didikan langsung dari
NabiMuhammad kepada Ali dalam semua aspek ilmu Islam baik aspek zhahir atau
syariah dan bathin atau tasawuf menjadikan Ali seorang pemuda yang sangat cerdas,
berani, dan bijak.
Walaupun demikian Ali tetap dibai’at sebagai khalifah keempat oleh mayoritas
sahabat yang ada di Madinah, termasuk didalamnya Thalhah bin Ubaidillah dan
Zubair bin Awwam serta para pemberontak. Peristiwa pembai’atan ini terjadi pada hari
Jum’at,13 Dzul Hijjah 35 H./23 Juni 656 M di Mesjid Nabawi, seperti pembai’atan
para khalifah sebelumnya.
12
Untuk pertama kalinya perang saudara antara umat Muslim terjadi saat masa
pemerintahannya, Perang Unta (Jamal). karena dalam peperangan itu Aisyah
menunggangi unta. Peperangan tersebut memakan banyak korban, kurang lebih 20.000
kaum muslimin gugur dalam peristiwa perang tersebut. Peperangan itu berhasil
dimenangkan oleh Khalifah. Thalhah dan Zubair ikut terbunuh ketika hendak
melarikan diri, sementara Aisyah berhasil ditawan dan dikawal kembali ke Madinah
dengan penuh penghormatan sebagai Ummul Mu’minin, sedangkan beliau tetap
berada diatas untanya.
Sikap khalifah Ali yang menerima tawaran berdamai dari pihak Muawiyah,
yang semula mendukung beliau dalam menumpas pemberontakan Mu’awiyah itu
kemudian keluar dari barisan dan bahkan berbalik memusuhinya. Oleh sebab itu
mereka dinamai kaum “Khawarij”(orang-orang yang keluar). Dalam keyakinan
mereka yang setuju ber-tahkim telah melanggar ajaran agama.
13
panglima angkatan pereang dan Abdullah bin Wahan al-Rasibi sebagai pemimpin
keagamaan. Setelah itu mereka segera menyusun kekuatan untuk menggempur
khalifah dan orang-orang yang menyetujui tahkim, termasuk didalamnya
Mu’awiyah, Amr bin Ash dan Abu Musa al-Asy’ari.
14
Supriyadi, Dedi. Sejarah Peradaban Islam, Bandung, Pustaka Setia, 2006
14
Daftar Pustaka
- Ali Muhammad Ash Shallabi, Biografi Ali bin Abi Thalib, Pustaka Al-Kautsar,
Jakarta 2012.
- Jannah, Abu. Ali Bin Abi Thalib. Jakarta, Pustaka Al-Inabah. 2018
15
- Muhammad Rahmatullah al-Muhyiddiny as-Salafy, Jas Merah: Jangan Lupakan
Sejarah dalam http://ra41039mail.blogspot.com/2011/11/800x600-normal-0-
false-false-false-in-x.html?m=1 diakses tanggal 04/11/2019
- Nizar A. Saputra, Analisis Sejarah Pemerintahan Ali bin Abi Tahlib dalam
http://ahlulbaitrasulullah.blogspot.com/2013/05/analisis-sejarah-pemerintahan-
ali-bin.html diakses tanggal 11/11/2019
16