Anda di halaman 1dari 12

TIPOLOGI ORIENTALIS DAN TREND KAJIAN MEREKA TERHADAP AL-

QUR’AN

MATA KULIAH:

AL-QUR’AN DAN ORIENTALISME

DOSEN PENGAMPU:

RIZA SAPUTRA, MA

OLEH:

RIJAL ALI (180103020169)

HUZAIRI (180103020060)

M. NASRULLAH (180103020104)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
2020
PENDAHULUAN

Oientalisme merupakan sebuah kajian yang membahas hubungan timur


(khususnya islam) dan Barat. Hubungan tersebut mencakup bahasan yang luas,
dimulai dari agama, budaya, adat istiadat dan segala yang berbau ketimuran,
khususnya Islam. Dan hampir semua orientalis memahami Islam sebagai suatu
pemahaman dan analisa yang tidak berimbang dan cenderung menyudutkan islam.
Hal ini dikarenakan bermacam-macam motif yang ada di belakang orientalisme.
Seperti motif politik, agama, keilmuan dan yang lainnya.

Umat Islam sebagai sasaran objek kajian orientalis, tentunya tidak bisa
hanya berdiam diri saja,namun juga perlu melakukan tindakan sebagai bentuk
pertahanan dan perlawanan terhadap mereka. Diantaranya adalah dengan
mengetahui orientalis dan hal apa saja yang berkaitan dengannya.

Di makalah ini akan dipaparkan diantara hal-hal yang berhubungan


dengan orientalisme yaitu tipologi orientalis dan tren kajian mereka terhadap Al-
Qur’an.

1
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN ORIENTALISME

“Orientalisme” berasal dari kata Perancis “Orien” yang berarti timur dan
kata “Orientalisme” berarti ilmu-ilmu yang berhubungan dengan dunia timur.
Orang yang mempelajari atau mendalami ilmu-ilmu tersebut disebut “Orientalis”
atau ahli ketimuran.1 Menurut Joesoef Sou’yb, orientalisme berarti suatu paham
atau aliran, yang berkeinginan menyelidiki hal-hal yang berkaitan dengan bangsa-
bangsa di Timur beserta lingkunganya. 2

Orientalis ialah segolongan sarjana-sarjana Barat yang mendalami bahasa-


bahasa dunia timur dan kesastraanya, dan mereka juga menaruh perhatian besar
terhadap agama-agama dunia timur, sejarahnya, adat istiadatnya, dan ilmu-
ilmunya.3

2. SEJARAH ORIENTALISME

Sejarah orientalisme pada masa-masa pertama adalah pertarungan antara


dunia barat Nasrani abad pertengahan dengan dunia timur islam, baik dalam
keagamaan maupun ideologi. Bagi dunia barat Nasrani, islam merupakan
problema masa depan secara keseluruhan di EropaDalam perkembanganya
orientalisme menjadi cabang ilmu pengetahuan yang subyektif, intervensi kolonial
serta kecendrungan-kecendrungan emosional. Akibatnya, orientalisme tidak lebih
dari alat kekuasaan kolonial atau ekspresi emosional belaka. Para orientalis
dengan dukungan penjajah berhasil memalsukan dan memutarbalikan ajaran-
ajaran Islam. Dengan kata lain orientalisme merupakan sebuah bentuk eksplorasi
dunia timur yang dilakukan oleh orang Barat. Tidak hanya pada karya ilmiah,
melainkan kepada beragam corak seni, sastra maupun hasil tulisan-tulisan
1
A. Hanafi, Orientalisme Ditinjau Menurut Kacamata Agama (Qur’an dan Hadits),
(Jakarta:Pustaka al Husna, 1981), hlm.9
2
Mannan Buchori, Menyingkap Tabir Orientalisme, (Jakarta: Amzah, 2006), hlm.7
3
A. Hanafi, Orientalisme Ditinjau Menurut Kacamata Agama (Qur’an dan Hadits),
(Jakarta:Pustaka al Husna, 1981), hlm.9

2
penelitian yang dilakukan oleh orang barat. Sedangkan orientalis merujuk kepada
subyek orang Barat peneliti .4

3. TIPOLOGI ORIENTALIS

Setiap tokoh mempunyai pandangan yang berbeda dalam menentukan


tipologi Orientalis. Sehingga sering di temui tipologi yang berbeda-beda dari
masing-masing tokoh baik dari segi jumlah atau penamaannya.

Dr. Hasan Abdul Rauf Muhammad el-Badawiy dan Dr. Abdurrahman


Ghirah dalam bukunya yang berjudul "Orientalisme dan Misionarisme"
mengklasifikasikan Orientalis menjadi dua kelompok. Pertama, Kelompok
Moderat dan bisa bertindak adil. Kedua, kelompok Esktrim atau Fanatik.

Orientalis moderat adalah orang-orang yang mempelajari Islam secara


ilmiah, jujur, moderat dalam memberikan penilaian, demi mencari kebenaran,
bahkan sampai memeluk Islam. Lebih lanjut, kelompok moderat ini terbagi lagi
menjadi dua macam. Yang pertama, kelompok moderat yang memegang teguh
prinsip keilmuan dan bersikap apa adanya. Yang kedua, kelompok moderat yang
senantiasa komitmen terhadap keilmuan dan setelah melalui penelitian yang
sedemikian rupa, mereka mendapat hidayah dari Allah SWT. 5

Diantara tokoh-tokoh yang termasuk dalam kelompok moderat yang


pertama adalah:

a. Reenan

Ia dikenal dengan penelitiannya tentang Isa as. yang menghasilkan


kesimpulan bahwa Isa bukan Tuhan dan bukan anak Tuhan. Menurutnya, Isa as.
adalah manusia yang diberi kelebihan berupa perilaku yang amat tinggi dan ruh
yang mulia. Selain itu, mengenai sejarah Arab, ia mengatakan kitab karangan Ibnu

4
Mannan Buchori, Menyingkap Tabir Orientalisme, (Jakarta:Amzah,2006), hlm.1
5 Hasan Abdul Rauf M. El-Badawiy dan Abdurrahman Ghirah, Orientalisme dan

Misionarisme, Terj. Ibnu Burdah, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1997) hal 28-35

3
Hisyam memiliki keistimewaan dibanding Injil yang beredar dikalangan umat
kristiani sekarang.

b. Jenny Pierre

Jenny Pierre merupakan seorang profesor di bidang sejarah perbandingan


agama di Universitas Sourbon, Perancis. Lewat karya-karyanya ia mengatakan
bahwa agama Kristen sekarang bukanlah agama Kristen yang dulu ada pada
zaman Nabi Isa as.,

c. Carl Leil

Ia merupakan penulis sekaligus peneliti yang banyak menghasilkan karya


karya ilmiah. Dalam bukunya yang membahas tentang kehidupan Nabi
Muhammad Saw., terdapat kutipan yang berbunyi: "Satu hal yang sangat
memalukan bagi seorang yang mengaku beragama pada abad ini, mengatakan
bahwa Islam itu adalah sebuah kebohongan. Sesungguhnya kerasulan yang
dibawa Muhammad adalah cahaya yang terang benderang selama empat belas
abad lebih untuk jutaan orang manusia. Dan tidaklah kerasulan yang dibawanya
kecuali kejujuran dan kebenaran, kalimat kebenaran yang timbul dari dunia gaib
sebagai cahaya bagi sekalian alam. Itulah ketetapannya dan karunia Allah yang
diberikan kepada hambanya yang Ia kehendaki.

d. Tolstoy

Tolstoy adalah seorang peneliti peradaban yang juga seorang penulis dari
Rusia. Ia menulis tentang Islam ketika ia menyaksikan kedzaliman terhadap Islam
dan Rasulnya. Selain Islam, ia juga menulis tentang Islam Isa Al-Masih dan
pengingkaran dirinya terhadap akidah orang Nasrani yang beranggapan bahwa Isa
adalah Tuhan. Diantara pengingkarannya terhadap akidah Nasrani adalah dengan
mengatakan bahwa kitab orang Nasrani tidak ditulis berdasarkan wahyu
melainkan hasil dari penyelewengan lewat perubahan dan pergantian ayat-ayat
yang asli.

4
Sedangkan tokoh-tokoh yang termasuk dalam kelompok kedua adalah
mereka yang mendapatkan hidayah dari Allah SWT untuk memeluk agama Islam.
Diantaranya adalah

a. Lord Headly

Lord Headly awalnya merupakan seorang peneliti Islam hingga pada


akhirnya ia memeluk Islam. Perkataannya yang terkenal berbunyi "sesungguhnya
aku yakin bahwa disana ada ribuan orang, baik laki-laki maupun perempuan,
mengaku Islam dalam hatinya, akan tetapi merasa takut untuk menampakkan
keislamannya, serta ingin menjauhi rasa fanatisme yang timbul dari perubahan
yang membuat mereka terhalang untuk menampakkan keyakinannya.

b. Ethan Deneeh

Berawal dari kegelisahan tentang konsep trinitas, penyaliban, penebusan


dosa dan pembaptisan yang diajarkan orang taunya sejak kecil. Selanjutnya ia
mulai berfikir tentang agama Nasrani, gereja, Paus Paulus yang terbebas dari
dosa, dan tentang Isa yang mereka yakini sebagai anak Tuhan di satu sisi, dan
sebagai Tuhan sekaligus manusia disisi yang lain. Bagaimana bisa semua itu
terkumpul pada seorang Isa. Keadaan tersebut terus berlanjut dan sampai pada
puncaknya Ia memeluk agama Islam. Yang mana ketika di Maroko ia merasakan
langsung Islam sebagai yang berinteraksi dengan alam pikiran dan jiwa nya
sampai ia dapat merasakan kehadiran Islam di hatinya.

c. Dr. Greeneh

Ia mendapatkan hidayah untuk memeluk Islam ketika Ia sedang meneliti


ayat-ayat Al-Qur'an yang berkaitan dengan kedokteran, kesehatan dan Ilmu alam.
Semua ilmu tersebut sudah ia kuasai sedari kecil. Kemudian ia menemukan ayat-
ayat yang ia teliti dan terbukti cocok dan sesuai dengan pengetahuan modern.
Lebih lanjut ia mengatakan, seandainya setiap pakar dalam suatu disiplin tertentu
melakukan penelitian seperti yang ia lakukan, tentu pakar tersebut akan masuk
Islam tanpa ragu, jika ia memang orang yang berakal dan tidak mempunyai
maksud-maksud tertentu.

5
Kelompok yang kedua adalah Orientalis Ekstrim. Mereka adalah para
Orientalis yang sengaja menyelewengkan ajaran Islam dari ajaran yang
sebenarnya dan membuat propaganda terselubung yang bertujuan agar umat Islam
ragu terhadap ajaran Islam itu sendiri. Kelompok ini juga tidak memegang teguh
prinsip keilmuan dan penelitian ilmiah. Sehingga argumen yang dihasilkan
merupakan argumen yang miskin data dan hanya berisi tuduhan tanpa bukti.
Menukil dari buku Pemikiran Islam kontemporer dan hubungannya dengan
Kolonialisme Barat karya Dr. Muhammad al-Bahiy, yang termasuk dalam
kelompok ini diantaranya adalah:

a. A.J Arberry

Ia adalah orang yang sangat menentang Islam. Ia merupakan salah satu


dari sekian banyak peneliti Orientalis yang meneliti tentang pengetahuan-
pengetahuan keislaman.

b. Gold Ziher

Gold Ziher termasuk seorang peneliti yang ikut andil dalam menyusun
ensiklopedi Dairat al-Ma'arif Al-Islamiyyah.

c. Phillip Hitti

Ia berasal dari Libanon dan berpindah kewarganegaraan menjadi warga


Amerika. Ia merupakan staf pengajar bagian studi ketimuran di University
Prinston, Amerika. Dan tercatat sebagai orang yang sangat memusuhi Islam dan
menjelekkannya serta enggan mengakui kelebihan kaum Muslim. Ia juga
termasuk peneliti yang ikut andil dalam penyusunan ensiklopedi Dairat al-Ma'arif
Al-Islamiyyah.6

Seperti yang disinggung sebelumnya, setiap tokoh mempunyai tipologi


yang berbeda-beda mengenai Orientalis. Namun secara umum, tipologi tersebut
mempunyai banyak kesamaan. Dr. Fazlur Rahman membagi tipologi Orientalis

6 Hasan Abdul Rauf M. El-Badawiy dan Abdurrahman Ghirah, Orientalisme dan


Misionarisme, Terj.Andi Subarkah, hal 28-35

6
menjadi dua macam yaitu Orientalis Misionaris dan Orientalis Akademis.
Sedangkan menurut Koren & Y.D Nevo membagi Orientalis menjadi dua, yaitu

1) Orientalis Tradisionalis, yaitu yang orientalis yang mengkaji Islam apa


adanya.
2) Orientalis Revisionis, berbanding terbalik dengan Orientalis Tradisionalis,
mereka mengkaji Islam dan menanyakan secara detail apa yang dikaji.

Sebagai contoh, jika dikaitkan dengan pengkajian terhadap Al-Qur'an,


Orientalis Tradisionalis setelah melakukan penelitiannya, mereka meyakini apa
adanya Al-Qur'an dan tidak menanyakan bagaimana cara pengumpulannya, dan
yang lainnya. Sedangkan Orientalis Revisionis, mereka akan menanyakan
bagaimana cara pengumpulannya, otentisitas nya dan hal-hal yang berhubungan
dengan kajian tersebut. 7

Selain itu menurut Mustofa Hassan Asy-Syiba'i tipologi Orientalis terbagi


menjadi tiga macam, yaitu

a) Ilmiah tersamar

Tujuan kelompok ini adalah agar umat Islam ragu terhadap keabsahan
ajaran Nabi Saw dan sumber keilahiannya. Tokoh yang termasuk dalam kelompok
ini adalah Goldzier dan Scodt.

b) Agama dan Politik

Tujuan mereka adalah melemahkan semangat ukhuwah Islamiah di


kalangan umat Islam agar mereka dapat dengan mudah memperluas tekanan
terhadap muslim demi penjajahan.

c) Ilmiah murni.

Para Orientalis dalam kelompok ini bertujuan semata-mata karena


memang tertarik dengan Islam dan cinta terhadap ilmu pengetahuan. Kelompok
ini tidak mempunyai ambisi atau maksud-maksud tertentu dalam pengembaraan

7 Edi Susanto, Dimensi Studi Islam Kontemporer, ( Jakarta: PT Kharisma Putra Utama,
2017) hal 17

7
ilmiahnya. Walaupun demikian, kelompok ini bukan berarti luput dari kesalahan
pemahaman terhadap Islam. Hal ini bisa jadi disebabkan karena ketidaktahuan
mereka terhadap bahasa Arab atau mengenai suasana sejarah Islam. 8 Maryam
Jamilah mengatakan bahwa ada sejumlah pemikir besar di Barat yang
menghabiskan umurnya untuk mengkaji Islam lantaran mereka secara jujur
tertarik pada kajian tersebut. 9

4. TREN KAJIAN MEREKA TERHADAP AL-QUR’AN

Fazlur Rahman memetakan kajian Orientalis dari segi tema kajian menjadi
tiga wilayah yaitu :

a) Kajian yang berisi penelusuran adanya pengaruh Yahudi dan Nasrani


terhadap Al-Qur'an. Karya-karya yang dihasilkan lewat kajian ini
diantaranya Judische Elemente im Koran karya Hartwig Hirschfeld, The
Origin of Islam in its Christian enviroment karya Richard Bell dan
Qur'anic Studies karya John Wansbrough. Salah satu pemikiran John
Wansbrough dengan tema kajian ini adalah bahwa Al-Qur’an merupakan
kitab yang lahir dari lingkungan perdebatan sekterian Yahudi-Kristen, Al-
Qur’an merupakan perpaduan berbagai tradisi, dan Al-Qur’an adalah
ciptaan setelah kehadiran Muhammad. 10 Begitu pun juga dengan Philip K.
Hitti yang mengatakan bahwa Islam merupakan hasil penggabungan antara
agama Yahudi, Kristen dan Agama Kafir Arab. 11
b) Kajian yang berusaha merekonstruksi Al-Qur'an secara kronologis (tertib
Nuzul). Misalnya, Geschichte des Qorans karya Theodor Noldeke dan
Friedrich Schwally, Le Probleme de Mohamet karya R. Blachere, Koran
Kommentar karya Rudi Paret, Materials for the History of the Text of the

8 Mustofa Hasan Asy-Syiba’i, Membongkar Kepalsuan Orientalisme, Terj. Ibnu Burdah,

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007) hal 28-36


9 Maryam Jamilah, Islam dan Orientalisme, Terj. Machnun Husein, ( Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada,1997) hal 11


10 Moh. Khoeron, “Kajian Orientalis Terhadap Al-Qur’an”. Suhuf. Vol 3 No. 2, 2010 hal

238-241
11 Maryam Jamilah, Islam dan Orientalisme, Terj. Machnun Husein, hal 23

8
Qur’an karya A. Jeffery, dan The Collection of the Qur’an karya John
Burton. Kajian ini merupakan lanjutan dari kesimpulan yang didapatkan
dari kajian pertama bahwa Al-Qur’an merupakan sebuah ciptaan setelah
kehadiran Muhammad. Kesimpulan dari kajian orientalis adalah banyak
ayat-ayat Al-Qur’an yang telah mengalami diskontinuitas. Hal ini terjadi
karena orang-orang yang menyalin ayat-ayat tersebut tidak dapat
membedakan bagian dan belakang dari materi dimana ayat-ayat tersebut
pertama kali dituliskan, hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh
Richard Bell. Selain itu, John Burton berpendapat bahwa keseluruhan teks
Al-Qur’an telah diedit, dicek dan disebarluaskan oleh Nabi Muhammad.
c) Kajian yang berusaha menjelaskan kandungan Al-Qur'an. Dari ketiga tema
yang telh disebutkan, yang menjadi fokus kajian mereka adalah dua tema
pertama. Sedangkan tema yang terakhir, sangat jarang ditemui. Diantara
karya yang dihasilkan melalui kajian ini adalah Die Richtungen der
Islamischen Koranauslegung karya Ignaz Goldziher, Mohammad karya H.
Grimme, The Event of the Qur’an dan The Man of the Qur’an karya
Kenneth Cragg, The Development of the Meaning of Spirit in the Koran
dalam Orientalia Christiana Analecta tulisan Thomas O’Shaughnessy,
serta The Structure of the Ethical Term in The Koran dan God and Man in
the Koran karya T. Izutsu.12

12 Moh. Khoeron, “Kajian Orientalis Terhadap Al-Qur’an”. hal 238-241

9
PENUTUP

Topologi atau pengelompokkan oreintalis diperlukan untuk mengetahui


siapa orientalis dan apa saja motif yang mendasari kajian mereka. Setiap tokoh
mempunyai pandangan masing-masing dalam mengelompokkan orientalis.
Namun dari beragam perbedaan tersebut, secara umum memiliki kesamaan satu
sama lain.

Selain itu, tren kajian atau hal apa saja yang membuat mereka tertarik
untuk mengkaji Islam, khususnya Al-Qur’an, juga perlu diketahui sebagai bekal
untuk memperkaya wawasan agar tidak ikut menjadi bagian dari mereka. Secara
umum, tren kajian mereka dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok. Yaitu
kajian mengenai pengaruh Yahudi dan Kristern dalam Al-Qur’an, kajian yang
berusaha merekonstruksi Al-Qur’an secara kronologis dan kajian yang
menjelaskan kandungan Al-Qur’an.

10
DAFTAR PUSTAKA

El-Badawiy Hasan Abdul Rauf M. dan Abdurrahman Ghirah, Orientalisme dan


Misionarisme, Terj. Andi Subarkah, Bandung, PT Remaja Rosdakarya,
2007.

Bath, Hasan. Anatomi Orientalisme, Jogjakarta, Menara kudus, tt.

Jamilah, Maryam, Islam dan Orientalisme, Terj. Machmun Husein, Jakarta, PT


Raja Grafindo Persada, 1997.

Khoeron, Moh., “kajian Orientalis terhadap Al-Qur’an” Suhuf Vol 3 No.2, 2010.

Susanto, Edi, Dimensi studi Islam kontemporer, Jakarta, PT Kharisma Putra


Utama, 2017.

Asy-Syiba’i, Mustofa Hasan, Membongkar kepalsuan Orientalisme, Terj. Ibnu


Burdah, Yogyakarta, Mitra Pustaka, 1997.

11

Anda mungkin juga menyukai