ABU DAUD
Disusun Oleh:
SMP-IT CIPANSOR
TAHUN AJARAN
2019/2020
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Imam Abu Dawud
B. Guru dan Murid Imam Abu Dawud
C. Karya-karya Abu Daud
D. Sejarah Penulisan Kitab Sunan Abu Daud
E. Sistematika Peulisan Sunan Abu Dawud
F. Penilaian Para Ulama terhadap Sunan abu Dawud
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setelah kitab muwata’nya Imam Malik, Jami’ al-Sahihnya Imam Bukhari dan Muslim,
serta Musnad nya imam ahmad bin Hanbal, kini tengah hadir kitab sunan dari imam Abu Daud.
Sunan Abu Daud merupakan salah satu kitab sunan yang muncul dan berkembang pada abad ke-
3 H, bersama kitab-kitab sunan yang lain, kitab ini merupakan sumber hadis-hadis Nabi yang
berharga. Dengan berbagai keilmuan yang ia geluti serta kecerdasan yang dimilikinya menjelma
pula karya-karya lainnya, ini membuktikan bahwasannya ia adalah seorang tokoh atau ulama
hadis yang produktif. Sebut saja kitab sunan Abu Daud., kitab ini merupakan karya
monumentalnya, tidak ada sesuatupun tercipta tanpa ruang hampa, kitab ini pun tercipta karena
adanya faktor-faktor tertentu yang melatar belakanginya, dengan berbagai ciri khasnya kitab ini
menjelma sebagai kitab yang menempati posisi ketiga setelah imam Bukhari dan Muslim, yang
mana kitab sunan ini memiliki karakteristik tersendiri, dengan mengumpulkan hadis-hadis yang
beraromakan fiqih, dan masih banyak ragam variasi seluk beluk perihal kitab ini.
Tidaklah mungkin jikalau adanya putih tanpa adanya hitam dalam kehidupan, mungkin
ini kata-kata yang tepat untuk menggambarkan keberadaan kitab sunan Abu Daud dimata para
tokoh-tokoh hadis atau ulama-ulama. seiring berjalannya waktu ke waktu kitab sunan ini pun
menuai berbagai sanjungan maupun kritikan-kritikan, namun bagaimanapun juga kritikan-
kritikan itu tidak lantas mengurangi keabsahan kitab ini, sebagai kitab hadis yang menjadi
pedoman bagi umat manusia setelah al-Qur’an.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Biografi Imam Abu Dawud ?
2. Siapa Guru dan Murid Imam Abu Dawud ?
3. Bagaimana Karya-karya Abu Dawud ?
4. Bagaimana Sejarah Penulisan Kitab Sunan Abu Dawud ?
C. Tujuan Penulisan
Untuk Mengetahuai Biografi Imam Abu Dawud
Untuk Mengetahuai Guru dan Murid Imam Abu Dawud
Untuk Mengetahuai Karya-karya Abu Dawud
Untuk Mengetahuai Sejarah Penulisan Kitab Sunan Abu Dawud
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Imam Abu Dawud
Nama lengkap Abu Dawud adalah Abu Dawud Sulaiman Bin alAsy’as Bin Ishaq Al-
Azdy al-Sijistaniy. Ia dilahirkan pada 202 H di Sijistani.[1]
Suatu kota di Basrah. Sebagai ulama Mutaqaddimin yang produktif, beliau selalu memanfaatkan
waktunya untuk menuntut ilmu dan beribadah. Namun sangat disayangkan, informasi kehidupan
Abu Dawud di masa kecil sangat sedikit. Sedangkan masa dewasanya banyak riwayat yang
mengatakan bahwa beliau termasuk ulama Hadits yang terkenal. Abu Dawud terlahir di tengah
keluarga yang agamis. Mengawali intelektualitasnya, ia mempelajari al-Qur’an dan literatur
(bahasa) Arab serta sejumlah materi lainnya sebelum mempelajari Hadits, sebagaimana tradisi
masyarakat saat itu. Dalam usianya kurang lebih dua puluh tahun, ia telah berkelana ke
Baghdad. [2]
Setelah dewasa, beliau melakukan rihlah dengan intensif untuk mempelajari Hadits. Ia
melakukan perjalanan ke Hijaz, Syam, Irak, Jazirah Arab dan Khurasan untuk bertemu ulama-
ulama Hadits. Pengembaraannya ini menunjang Abu Dawud mendapatkan Hadits sebanyak-
banyaknya untuk dijadikan referensi dalam penyusunan kitab sunahnya. Pola hidup sederhana
tercermin dalam kehidupannya. Hal ini terlihat dari cara berpakaiannya, yaitu salah satu lengan
bajunya lebar dan satunya lagi sempit. Menurutnya, lengan yang ini (lebar) untuk membawa
kitab sedang yang satunya tidak diperlukan, kalau lebar berarti pemborosan.
Maka tidak heran jika banyak ulama yang semasanya atau sesudahnya memberikan gelar
Zaid (mampu meninggalkan hal-hal yang bersifat duniawi) dan Wara’ (teguh atau tegar dalam
mensikapi kehidupan).[3] Abu Dawud berhasil meraih reputasi tinggi dalam hidupnya di basrah,
setelah basrah mengalami kegersangan ilmu pasca serbuan Zarji pada tahun 257 H. gubernur
basrah pada waktu itu mengunjungi Abu Dawud di Baghdad untuk meminta Abu Dawud pindah
ke Basrah. Diriwayatkan oleh al-Kahttabi dari Abdillah bin Muhammad al-Miski dari Abu Bakar
bin Jabir (pembantu Abu Dawud), dia berkata: “Bahwa Amir Abu Ahmad al-Muffaq minta untuk
bertemu Abu Dawud, lalu Abu Dawud bertanya: “Apa yang mendorong amir ke sini?”, Amir
menjadi: “Hendaknya anda mengajarkan Sunan kepada anakanakmu”. Yang kedua tanya Abu
Dawud, Amir menjawab: “Hendaknya anda membuat majlis tersendiri untuk mengajarkan
Hadits kepada keluarga khalifah, sebab mereka enggan duduk bersama orang umum”. Abu
Dawud menjawab: “Permintaan kedua tidak bisa aku kabulkan, sebab derajat manusia itu baik
pejabat terhormat maupun rakyat jelata, dalam menuntut ilmu dipandang sama”. Ibnu Jabir
berkata: “Sejak itulah putera-putera khalifah menghadiri majlis ta’lim, duduk bersama orang
umum dan diberi tirai pemisah.”5Atas permintaan Gubernur Abu Ahmad tersebut, maka Abu
Dawud pindah ke Basrah dan menetap di sana hingga wafat. Pada tahun 275 H Abu Dawud al-
Sijistaniy menghembuskan nafas terakhirnya dalam usia 73 tahun atau tepatnya pada tanggal 16
syawal 275 H di Basrah. . Beliau dimakamkan di samping makam Sufyan Ats-Tsaury, semoga
Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan ridho-Nya kepada beliau.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Biografi Imam Abu Dawud Nama lengkap Abu Dawud adalah Abu Dawud Sulaiman Bin
alAsy’as Bin Ishaq Al-Azdy al-Sijistaniy. Ia dilahirkan pada 202 H di Sijistani. Suatu kota di
Basrah. Sebagai ulama Mutaqaddimin yang produktif, beliau selalu memanfaatkan waktunya
untuk menuntut ilmu dan beribadah.
Setelah dewasa, beliau melakukan rihlah dengan intensif untuk mempelajari Hadits. Ia
melakukan perjalanan ke Hijaz, Syam, Irak, Jazirah Arab dan Khurasan untuk bertemu ulama-
ulama Hadits. Pengembaraannya ini menunjang Abu Dawud mendapatkan Hadits sebanyak-
banyaknya untuk dijadikan referensi dalam penyusunan kitab sunahnya. Pola hidup sederhana
tercermin dalam kehidupannya. Maka tidak heran jika banyak ulama yang semasanya atau
sesudahnya memberikan gelar Zaid (mampu meninggalkan hal-hal yang bersifat duniawi) dan
Wara’ (teguh atau tegar dalam mensikapi kehidupan).
Guru dan Murid Imam Abu Dawud Abu Daud adalah seorang pembelajar sejati dan
tekun. Untuk bisa meriwayatkan hadis-hadis Rasulullah beliau terbang dan hinggap dari
satu kota kekota yang lain untuk belajar dari para ulama ternama kala itu. Cukup banyak ulama-
ulama yang pernah menjadi guru-gurunya adalah Imam ahmad bin Hanbal, Al-Qanaby,
Sulaiman bin Harb, Abu Amr Adh-Dhariri, Abu Walid Ath-Thayalisi, Abu Zakariya Yahya bin
Ma’in, Abu Khaitsama, Zuhair bin Harb, Ad-Darimi, abu Ustman Said Al-Manshur, Ibnu Abi
Syaibah dan ulama lainnya.
Imam Abu dawud juga memiliki murid yang banyak dari setiap penjuru, diantara murid-
muridnya yang meriwayatkan sunan darinya, yaitu:Abu ath-Thayyib Ahmad bin Ibrahîm al-
Asynânî al-Baghdâdî, Abu Amru Ahmad bin Ali bin Hasan al-Bashrî, Abu Sa’id ibnu al-A’râbî,
Ali bin al-Hasan bin al-‘Abd al-Anshârî, Abu Ali Muhammad bin Ahmad al-Lu’luî, Muhammad
bin Bakr bin Dâsah at-Tamâr, Abu Usamah Muhammad bin Abdul Malik ar-Ruwâts.
Karya-karya Abu Daud Abu Daud meninggalkan banyak karya, khususnya dalam bidang
Hadits dan sebagian Ilmu Syariah pada umumnya karya-karya beliau tersebut ialah : Al-Maros,
Masail Al Imam Ahmad, An Nasikh Wa Mansukh, Risalah Fi Washfi Kitab Al Sunan, Sunan
Abu Dawud
Para ulama sangat menghormati, kemampuan adalah kejujuran dan ketakwaan beliau
yang luar biasa. Abu Daud tidak hanya seorang perowi, pengumpul dan penyusun hadits tetapi
juga ahli hukum yang handal dan kritikus hadits yang baik. Pada saat mengkritik mengkritik
hadits Abu Daud biasanya memeriksa materi tertulis.
B. Saran
Karya yang kami susun ini bukanlah karya yang sempurna tapi sesuatu yang lahir dari
kerja keras. tentunya kerja keras penyusun bukan tanpa kekurangan hasilnya ini. maka kami
senantiasa mengharapkan masukan dan kritikan rekan-rekan pembaca, dan mudah-mudahan
rekan-rekan semua dapat menggali terus Hadits Imam Dawud dan keruntunan ide agar kita dapat
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang hal tersebut. Mudah-mudahan dengan
terciptanya makalah ini khususnya bagi penyusun umumnya untuk para pembaca bisa
mengembangkan atau membuat sebuah Hadits Imam Dawud yang baik berdasarkan kriteria
yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Ajajj, al-Khatib, Muhammad . 1975. Ushul al-Hadits: ‘Ilmuhu wa Musthalahuhu. Damaskus: Dar
al-Fikri
Al-Khaththabi, Sulaiman. Ma’alim As-Sunnah, Beirut; Al-Maktabah Al-Ilmiyah, Jilid I.
As-Shalih, Subhi. 2007. Membahas Ilmu-Ilmu Hadits. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Mudasir. 1999. Ilmu Hadits. Bandung: Pusaka Setia.
Khaeruman, Badri. 2010. Ulum Al-Hadis. Bandung: Pustaka Setia.
Muhyi Ad-Din, Muhammad. Abu Hamid. Sunan Abu Dawud, Bandung: maktabah Dahlan.