Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Surah yang ke-81, terdiri dari 29 ayat, terdapat pada juz ke-30 atau
Juz ‘Amma dan termasuk kedalam golongan surah Makkiyyah karena turun
di kota Mekah.

Keutamaan Surah At Takwir:


Ibnu Umar meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Siapa saja yang
ingin melihat hari Kiamat seakan dia melihat secara langsung, bacalah surah
at Takwir, Al Infithar, dan Al Insyiqaq.” (HR Ahmad, Tirmidzi, dan Al
Hakim)

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tafsir Surat At-Takwir, ayat 1-14

‫) َوإِذَا‬3( ْ‫س ِي َرت‬ ُ ‫) َوإِذَا ا ْل ِجبَا ُل‬2( ْ‫) َوإِذَا النُّ ُجو ُم ا ْن َكد ََرت‬1( ْ‫س ك ُِو َرت‬ ُ ‫إِذَا الش َّْم‬
‫) َوإِذَا‬6( ْ‫س ِج َرت‬ ُ ‫ار‬ُ ‫) َوإِذَا ا ْلبِ َح‬5( ْ‫وش ُحش َِرت‬ ُ ‫) َوإِذَا ا ْل ُو ُح‬4( ْ‫َار ع ُِطلَت‬ ُ ‫ا ْل ِعش‬
‫ف‬ُ ‫ص ُح‬ ُّ ‫) َو ِإذَا ال‬9( ْ‫ب قُتِلَت‬ ٍ ‫) ِبأَي ِ ذَ ْن‬8( ْ‫سئِلَت‬ُ ُ‫) َو ِإذَا ا ْل َم ْو ُءو َدة‬7( ْ‫وس ُز ِو َجت‬ُ ُ‫النُّف‬
ُ‫) َو ِإذَا ا ْل َجنَّة‬12( ْ‫س ِع َرت‬ ُ ‫) َو ِإذَا ا ْل َج ِحي ُم‬11( ْ‫ش َطت‬ ِ ‫س َما ُء ُك‬ َّ ‫) َو ِإذَا ال‬10( ْ‫نُش َِرت‬
)14( ْ‫ض َرت‬َ ‫س َما أ َ ْح‬ ٌ ‫ع ِل َمتْ نَ ْف‬ َ )13( ْ‫أ ُ ْز ِلفَت‬
Apabila matahari digulung, dan apabila bintang-bintang berjatuhan, dan apabila gunung-
gunung dihancurkan, dan apabila unta-unta yang bunting ditinggalkan (tidak dipedulikan),
dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan, 'dan apabila lautan dipanaskan, dan
apabila roh-roh dipertemukan (dengan tubuh), apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur
hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh, dan apabila catatan-catatan (amal
perbuatan manusia) dibuka, dan apabila langit dilenyapkan, dan apabila neraka Jahim
dinyalakan, dan apabila surga didekatkan, maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang
telah dikerjakannya.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-
Nya: Apabila matahari digulung. (At-Takwir: 1) Maksudnya, menjadi gelap tidak bercahaya
lagi.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa apabila matahari telah lenyap. Mujahid
mengatakan surut dan lenyap. Hal yang sama dikatakan oleh Ad-Dahhak. Qatadah
mengatakan bahwa cahayanya lenyap.
Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa makna takwir ialah digulung.
Ar-Rabi' ibnu Khaisam mengatakan, kuwwirat artinya dilemparkan.
Abu Saleh mengatakan bahwa kuwwirat artinya dilemparkan atau dijatuhkan, dan menurut
riwayat lain darinya disebutkan dijungkirkan.
Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah dijatuhkan ke bumi.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa pendapat yang benar menurut pandangan kami mengenai
makna takwir ialah menghimpun sebagian darinya dengan sebagian yang lain alias
menggulungnya. Termasuk ke dalam pengertian ini dikatakan takwirul 'imamah yang artinya
menghimpun sebagian pakaian dengan sebagian yang lainnya alias menggulungnya. Makna
firman Allah Swt.: digulung. (At-Takwir: 1) Artinya, menggabungkan sebagian darinya
dengan sebagian yang lain, lalu dilemparkan. Apabila dilakukan demikian terhadap matahari,
maka lenyaplah cahayanya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj dan Amr
ibnu Abdullah Al-Audi, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah, dari Mujalid, dari
seorang syekh, dari Bajulah, dari Ibnu Abhas sehubungan dengan makna izasy syamsu
kuwwirat, bahwa kelak di hari kiamat Allah menggulung matahari, bulan, dan bintang-
bintang di laut, lalu Allah mengirimkan angin dabur dan membakarnya dengan api. Hal yang
sama dikatakan oleh Amir Asy-Sya'bi.
‫ع ْن‬َ ،ٍ‫صا ِلح‬ َ ‫ َح َّدثَنِي ُمعَا ِويَةُ ْب ُن‬،ٍ‫صا ِلح‬ َ ‫ َح َّدثَنَا أَبُو‬،‫ َح َّدثَنَا أ َ ِبي‬:‫ث ُ َّم قَا َل ا ْبنُ أ َ ِبي َحاتِ ٍم‬
‫ّللاُ عليه وسلم قَا َل فِي قَ ْو ِل‬ َّ ‫صلَّى‬ َ ِ‫ّللا‬ ُ ‫ ع َْن أ َ ِبي ِه أ َ َّن َر‬،‫ا ْب ِن يَ ِزي َد ْب ِن أَبِي َم ْريَ َم‬
َّ ‫سو َل‬
"‫ "ك ُِو َرتْ فِي َج َهنَّ َم‬:‫س ك ُِو َرتْ } قَا َل‬ ُ ‫ { ِإذَا الش َّْم‬:ِ‫ّللا‬
َّ
2
Kemudian Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Abu Saleh, telah menceritakan kepadaku Mu'awiyah ibnu Saleh,
dari Ibnu Yazid ibnu Abu Maryam, dari ayahnya, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda
sehubungan dengan makna firman-Nya: Apabila matahari digulung. (At-Takwir: 1) lalu
beliau Saw. menjelaskan: Matahari digulung di dalam neraka Jahanam.
ُ‫ست‬ ْ ‫ َح َّدثَنَا د ُُر‬،‫سى ْب ُن ُم َح َّم ِد ْب ِن َحيَّان‬ َ ‫ َح َّدثَنَا ُمو‬:‫سنَ ِد ِه‬ْ ‫ظ أَبُو يَ ْعلَى فِي ُم‬ ُ ِ‫قَا َل ا ْل َحاف‬
‫علَ ْي ِه‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ِ‫ّللا‬
َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫ َح َّدثَنَا أَنَ ٍس قَا َل‬،‫ش ُّي‬ ِ ‫الرقَا‬
َّ ‫ َح َّدثَنَا يَ ِزي ُد‬،ٍ‫ْبنُ ِزيَاد‬
"‫ان ِفي النَّا ِر‬
ِ ‫ير‬ َ ‫ع ِق‬ َ ‫ان‬ِ ‫س َوا ْلقَ َم ُر ث َ ْو َر‬
ُ ‫ "الش َّْم‬:‫سلَّ َم‬ َ ‫َو‬
Al-Hafiz Abu Ya'la mengatakan di dalam kitab musnadnya, telah menceritakan kepada kami
Musa ibnu Muhammad ibnu Hibban, telah menceritakan kepada kami Darasat ibnu Ziyad,
telah menceritakan kepada kami Yazid Ar-Raqqasyi, telah menceritakan kepada kami Anas
yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Matahari dan bulan adalah dua
ekor banteng yang (akan) disembelih kedua-duanya di dalam neraka.
Hadis ini daif karena Yazid Ar-Raqqasyi orangnya daif. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari di dalam kitab sahih tanpa adanya tambahan ini.
ِ‫ّللا‬ َ ‫ َح َّدثَنَا‬،‫يز ْبنُ ا ْل ُم ْختَا ِر‬
َّ ‫ع ْب ُد‬ ِ ‫ع ْب ُد ا ْلعَ ِز‬َ ‫ َح َّدثَنَا‬،‫سدَّد‬ َ ‫ َح َّدثَنَا ُم‬:‫ي‬ ُّ ‫ث ُ َّم قَا َل ا ْلبُ َخ ِار‬
َّ ‫صلَّى‬
ُ‫ّللا‬ َ ِ ‫ ع َِن النَّبِي‬،َ‫ ع َْن أ َ ِبي ُه َر ْي َرة‬،‫الر ْح َم ِن‬ َّ ‫ع ْب ِد‬َ ُ‫سلَ َمةَ ْبن‬ َ ‫ َح َّدثَنِي أَبُو‬،ُ‫الداناج‬
"‫ان يَ ْو َم ا ْل ِقيَا َم ِة‬
ِ ‫س َوا ْلقَ َم ُر يُك ََّو َر‬ُ ‫ "الش َّْم‬:‫سلَّ َم‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ
Kemudian Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Musaddad, telah
menceritakan kepada kami Abdul Aziz ibnul Mukhtar, telah menceritakan kepada kami
Abdullah Ad-Danaj, telah menceritakan kepadaku Abu Salamah ibnu Abdur Rahman, dari
Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Matahari dan bulan digulung kelak di
hari kiamat.
Imam Bukhari meriwayatkan hadis ini secara munfarid dan inilah lafaznya, dan
sesungguhnya dia mengetengahkan hadis ini hanya dalam Kitab "Permulaan Kejadian",
padahal yang lebih pantas hadis ini diketengahkan dalam tafsir ayat ini atau paling tidak
diulangi di sini, sebagaimana kebiasaan Imam Bukhari dalam membahas masalah-masalah
yang semisal.
Al-Bazzar telah meriwayatkannya dengan penyajian yang baik, untuk itu ia mengatakan
bahwa:
‫يز ْب ُن‬ َ ‫ َح َّدثَنَا‬،ٍ‫س ْبنُ ُم َح َّمد‬
ِ ‫ع ْب ُد ا ْلعَ ِز‬ ُ ُ‫ َح َّدثَنَا يُون‬،‫ِي‬ ُّ ‫َح َّدثَنَا إِ ْب َرا ِهي ُم ْبنُ ِزيَا ٍد ا ْلبَ ْغدَاد‬
‫الر ْح َم ِن ْب ِن َخا ِل ِد ْب ِن‬ َّ ‫ع ْب ِد‬ َ ‫سلَ َمةَ ْب َن‬ َ ‫س ِم ْعتُ أَبَا‬ َ :‫ّللاِ الدَّانَاجِ قَا َل‬ َّ ‫ع ْب ِد‬ َ ‫ ع َْن‬،‫ا ْل ُم ْخت َ ِار‬
‫س إِلَ ْي ِه فَحدث‬ َ َ‫سنُ فَ َجل‬ َ ‫ َو َجا َء ا ْل َح‬،‫س ِج ِد ا ْلكُوفَ ِة‬ ْ ‫ َم‬-‫س ِج ِد‬ ْ ‫ي فِي َهذَا ا ْل َم‬ َّ ‫س ِر‬ْ َ‫ّللاِ ا ْلق‬
َّ ‫ع ْب ِد‬
َ
‫س‬ َ ‫ " ِإ َّن الش َّْم‬:‫سلَّ َم قَا َل‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬َ ُ‫ّللا‬َّ ‫صلَّى‬ َ ِ‫ّللا‬
َّ ‫سو َل‬ ُ ‫ َح َّدثَنَا أَبُو ُه َر ْي َرةَ أ َ َّن َر‬:‫قَا َل‬
َ‫ أ ُ َح ِدثُك‬:‫ َو َما ذَ ْنبُ ُه َما؟ فَقَا َل‬: ُ‫سن‬ َ ‫ فَقَا َل ا ْل َح‬."‫ان فِي النَّ ِار يَ ْو َم ا ْل ِقيَا َم ِة‬ ِ ‫ور‬ َ ُ‫َوا ْلقَ َم َر ن‬
.‫ َو َما ذَ ْنبُ ُه َما‬:‫سبُهُ قَا َل‬ َ ‫ أ َ ْح‬:‫سلَّ َم َوتَقُو ُل‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ِ‫ّللا‬َّ ‫سو ِل‬ ُ ‫ع َْن َر‬
telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Ziyad Al-Bagdadi, telah menceritakan kepada
kami Yunus ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz ibnul Mukhtar,
dari Abdullah Ad-Danaj yangmengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Salamah ibnu
Abdur Rahman ibnu Khalid ibnu Abdullah Al-Qisri di masjid ini —yaitu masjid Kufah— dan
saat itu Al-Hasan datang, lalu duduk bersamanya, maka ia menceritakan bahwa Abu Hurairah
pernah menceritakan kepada kami bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Sesungguhnya
matahari dan bulan adalah dua ekor banteng di dalam neraka yang keduanya disembelih
kelak di hari kiamat. Kemudian Al-Hasan bertanya, "Apakah dosa keduanya?" Abdullah Ad-

3
Danaj bertanya, "Apakah Abu Hurairah menceritakannya kepadamu dari Rasulullah Saw.,
sedangkan engkau katakan, 'Menurutku Al-Hasan bertanya, apakah dosa keduanya,?"
Kemudian Al-Bazzar mengatakan bahwa Abu Salamah belum pernah meriwayatkan dari Abu
Hurairah melainkan hanya melalui jalur ini. Dan Abdullah ibnuDanaj belum pernah
meriwayatkan dari Abu Salamah selain dari hadis ini.
Firman Allah Swt.:
} ْ‫{و ِإذَا النُّ ُجو ُم ا ْن َكد ََرت‬
َ
dan apabila bintang-bintang berjatuhan. (At-Takwir: 2)
Yakni jatuh berserakan, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman Allah Swt.:
ُ ‫َو ِإذَا ا ْلكَوا ِك‬
ْ‫ب ا ْنتَث َ َرت‬
dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan. (Al-Infithar: 2)
Asal kata inkadarat adalah inkidar yang artinya berjatuhan,
Ar-Rabi' ibnu Anas telah meriwayatkan dari Abul Aliyah, dari Ubay ibnu Ka'b yang
mengatakan bahwa ada enam pertanda sebelum hari kiamat. Yaitu ketika manusia sedang
berada di pasar-pasar mereka, tiba-tiba cahaya matahari lenyap. Dan ketika mereka dalam
keadaan demikian, tiba-tiba bintang-bintang jatuh berserakan. Dan ketika mereka dalam
keadaan demikian, tiba-tiba gunung-gunung jatuh ke permukaan bumi (yang datar), lalu
bergerak dan menimbulkan gempa yang hebat dan terjadilah huru-hara, maka jin merasa
kaget dan berdatangan kepada manusia, begitu pula sebaliknya manusia berdatangan kepada
jin karena kaget. Hewan-hewan ternak, burung-burung, dan hewan-hewan liar sebagian
darinya bercampur baur dengan yang lainnya menjadi satu karena terkejut dengan peristiwa
itu. dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan. (At-Takwir: 5) Yakni bercampur aduk
menjadi satu. dan apabila unta-unta yang bunting ditinggalkan (tidak dipedulikan). (At-
Takwir: 4) Yaitu diabaikan oleh para pemiliknya (karena mereka panik menyaksikan huru-
hara hari kiamat itu). dan apabila lautan dipanaskan. (At-Takwir: 6)
Ubay ibnu Ka'b melanjutkan bahwa jin berkata kepada manusia, "Biarlah kami yang akan
mencari tahu untuk kalian." Jin berangkat menuju laut, tiba-tiba lautan telah berubah menjadi
api yang menyala-nyala. Ketika mereka sedang dalam keadaan demikian, tiba-tiba bumi retak
dengan keretakan yang menembus sampai tujuh lapis bumi dan juga sampai ke langit yang
ketujuh di bagian atasnya. Dan ketika mereka sedang dalam keadaan demikian, tiba-tiba
datanglah angin menimpa mereka dan mematikan mereka semuanya. Demikianlah menurut
apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir lengkap dengan lafaznya; juga Ibnu Abu Hatim, tetapi
hanya sebagiannya saja.
Hal yang sama dikatakan oleh Mujahid, Ar-Rabi' ibnu Khaisam, Al-Hasan Al-Basri, Abu
Saleh, Hammad ibnu Abu Sulaiman, dan Ad-Dahhak sehubungan dengan makna firman-Nya:
dan apabila bintang-bintang berjatuhan. (At-Takwir: 2) Maksudnya jatuh berserakan. Ali
ibnu Abu Talhah telah menwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-
Nya: dan apabila bintang-bintang berjatuhan. (At-Takwir: 2) Yakni berubah.
Yazid ibnu Abu Maryam telah meriwayatkan dari Nabi Saw. sehubungan dengan makna
firman-Nya: dan apabila bintang-bintang berjatuhan. (At-Takwir: 2) SelanjutnyaNabi Saw.
bersabda:
َ ‫ ِإ َّّل َما ك‬،‫ّللاِ فَ ُه َو فِي َج َهنَّ َم‬
‫َان ِم ْن‬ ِ ‫عبَ َد َم ْن د‬
َّ ‫ُون‬ َ ‫ َو ُك ُّل َم ْن‬،‫"ا ْن َكد ََرتْ فِي َج َهنَّ َم‬
"‫ َولَ ْو َر ِضيَا أ َ ْن يُعبَدا لَ َد َخ ََل َها‬،‫سى َوأ ُ ِم ِه‬
َ ‫ِعي‬
Bintang-bintang itu berjatuhan ke dalam neraka Jahanam bersama-sama dengan semua
yang disembah selain Allah, semuanya dimasukkan ke dalam neraka Jahanam, terkecuali
apa yang dilakukan terhadap Isa dan ibunya. Seandainya keduanya rela menjadi sembahan
selain Allah, niscaya keduanya dimasukkan pula ke dalamnya.

4
Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dengan sanad yang seperti
di atas.
*******************
Firman Allah Swt.:
ُ ‫{و ِإذَا ا ْل ِج َبا ُل‬
} ْ‫س ِي َرت‬ َ
dan apabila gunung-gunung dihancurkan. (At-Takwir: 3)
Yaitu lenyap dari tempatnya masing-masing dan meledak sehingga bumi bekas tempat
berpijaknya menjadi rata dan datar.
Firman Allah Swt.:
ُ ‫{و ِإذَا ا ْل ِعش‬
} ْ‫َار ع ُِطلَت‬ َ
dan apabila unta-unta yang bunting ditinggalkan (tidak dipedulikan). (At-Takwir: 4)
Ikrimah dan Mujahid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah unta-unta yang sedang
bunting, Mujahid mengatakan, unta-unta yang sangat berharga bagi pemiliknya itu diabaikan
dan tidak dipedulikan lagi. Ubay ibnu Ka'b dan Ad-Dahhak mengatakan bahwa para
pemiliknya mengabaikannya. Ar-Rabi' ibnu Khaisam mengatakan bahwa unta-unta itu tidak
diperah air susunya, melainkan dibiarkan dan diacuhkan oleh para pemiliknya. Ad-Dahhak
mengatakan, unta-unta itu dibiarkan tanpa ada yang menggembala. Makna yang dimaksud
dari semua pendapat di atas berdekatan.
Kesimpulannya ialah bahwa al-'isyar ialah unta-unta betina pilihan yang sedang hamil dalam
masa sepuluh bulan; bentuk tunggalnya disebut 'usyara. Dan unta ini masih tetap disebut
demikian sampai melahirkan anaknya.
Demikian itu karena manusia cukup disibukkan oleh urusannya sendiri hingga melupakannya
dan tidak lagi memelihara dan memanfaatkannya lagi, padahal sebelumnya unta-unta tersebut
merupakan harta mereka yang paling berharga. Hal ini tiada lain karena mereka sedang
mengalami peristiwa yang dahsyat lagi sangat menakutkan, yaitu menghadapi kejadian-
kejadian yang mengawali hari kiamat. Menurut pendapat lain. hal itu terjadi di hari kiamat
sendiri; para pemilik unta-unta itu melihatnya, tetapi tiada jalan bagi mereka kepadanya.
Menurut pendapat yang lainnya. al-'isyar artinya awan yang terhenti di antara langit dan
bumi tidak dapat bergerak karena dunia sudah rusak. Dan menurut pendapat yang lainnya
lagi, makna yang dimaksud adalah tanah yang diukur dengan puluhan hasta, yakni tanah yang
mahal harganya. Dan menurut pendapat yang lain, yang dimaksud ialah rumah-rumah yang
dahulunya ramai dengan para penghuninya, kemudian hari itu menjadi kosong semuanya
karena semua penghuninya telah pergi (mati). Semua pendapat ini dikemukakan oleh Imam
Abu Abdullah Al-Qurtubi di dalam kitabnya yang berjudul Al-Tazkirah. Kemudian dia
menguatkan pendapat yang mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah unta-unta yang
sedang bunting, dan ia menisbatkannya kepada kebanyakan ulama. Menurut hemat penulis,
memang tidak dikenal ada pendapat lain yang bersumber dari ulama Salaf dan para imam
selain dari pendapat ini.
Firman Allah Swt:
ُ ‫{وإِذَا ا ْل ُو ُحو‬
} ْ‫ش ُحش َِرت‬ َ
dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan. (At-Takwir: 5)
Yakni dihimpunkan menjadi satu, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-
Nya:
‫ير بِ َجنا َح ْي ِه ِإ َّّل أ ُ َم ٌم أ َ ْمثالُ ُك ْم َما فَ َّر ْطنا فِي‬
ُ ‫ض َوّل طائِ ٍر يَ ِط‬ ِ ‫َوما ِم ْن دَابَّ ٍة فِي ْاْل َ ْر‬
َ ‫ب ِم ْن ش َْيءٍ ث ُ َّم ِإلى َر ِب ِه ْم يُ ْحش َُر‬
‫ون‬ ِ ‫ا ْل ِكتا‬
Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan
kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kalian. Tiadalah Kami alpakan sesuatu
pun di dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan. (Al-An'am: 38)
5
Ibnu Abbas mengatakan bahwa semua hewan dikumpulkan hingga lalat. Demikianlah
menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. Hal yang sama dikatakan pula oleh Ar-
Rabi' ibnu Khaisam dan As-Saddi serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang. Hal yang
sama dikatakan juga oleh Qatadah dalam tafsir ayat ini, bahwa sesungguhnya Allah
menghimpunkan semua hewan, kemudian Allah memutuskan terhadapnya menurut apa yang
dikehendaki-Nya. Ikrimah mengatakan bahwa dihimpunkan-Nya hewan-hewan maksudnya
semuanya dimatikan.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ali ibnu Muslim At-Tusi, telah
menceritakan kepada kami Abbad ibnul Awam, telah menceritakan kepada kami Husain, dari
Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: dan apabila
binatang-binatang liar dikumpulkan. (At-Takwir: 5) Bahwa penghimpunan semua binatang
ialah dengan mematikannya, dan penghimpunan segala sesuatu mengandung makna
mematikannya kecuali jin dan manusia, karena kedua jenis makhluk ini akan dimintai
pertanggungjawabannya kelak di hari kiamat.
Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Waki', dari
Sufyan, dari ayahnya, dari Abu Ya'la, dari Ar-Rabi' ibnu Khaisam sehubungan dengan makna
firman Allah Swt.: dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan. (At-Takwir: 5) Bahwa
perintah Allah telah datang kepadanya. Sufyan mengatakan, ayahnya pernah mengatakan
bahwa ia pernah menceritakan hal ini kepada Ikrimah. Maka Ikrimah mengatakan bahwa
Ibnu Abbas telah mengatakan bahwa yang dimaksud dengan hasyr ialah mematikannya.
Dan dalam keterangan yang lalu telah disebutkan dari Ubay ibnu Ka'b, bahwa dia telah
mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan apabila binatang-binatang liar
dikumpulkan. (At-Takwir: 5) Bahwa makna yang dimaksud ialah bercampur baur menjadi
satu.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa pendapat yang paling utama ialah apa yang dikatakan oleh
orang yang mengatakan bahwa husyirat artinya dihimpunkan.
Allah Swt. telah berfirman:
‫ُورة‬ َّ ‫َوال‬
َ ‫ط ْي َر َم ْحش‬
dan (Kami tundukkan pula) burung-burung dalam keadaan terkumpul. (Shad: 19)
Yakni terhimpunkan.
Firman Allah Swt.:
} ْ‫س ِج َرت‬ ُ ‫{و ِإذَا ا ْل ِب َح‬
ُ ‫ار‬ َ
dan apabila lautan dipanaskan (At-Takwir: 6)
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ya'qub, telah menceritakan kepada
kami Ibnu Aliyyah, dari Daud, dari Sa'id ibnul Musayyab yang mengatakan bahwa Ali r.a.
bertanya kepada seorang lelaki Yahudi,"Di manakah neraka Jahanam itu?'" Lelaki itu
menjawab, "Di laut." Kemudian Ali berkata, bahwa menurutnya lelaki Yahudi itu benar
dalam jawabannya, karena Allah Swt. telah berfirman: dan laut yang di dalam tanahnya ada
api. (at-Tur: 6) Dan firman-Nya: dan apabila lautan dipanaskan (At-Takwir: 6)
Ibnu Abbas dan selainnya yang bukan hanya seorang telah mengatakan bahwa Allah
mengirimkan angin dabur ke laut. Maka laut menjadi mendidih karenanya, kemudian berubah
menjadi api yang menyala-nyala dengan hebatnya. Hal ini telah diterangkan sebelumnya pada
tafsir firman Allah Swt.: dan laut yang di dalam tanahnya ada api. {At-Tur: 6)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain ibnul Junaid,
telah menceritakan kepada kami Abu Tahir, telah menceritakan kepadaku Abdul Jabbar ibnu
Sulaiman alias Abu Sulaiman An-Naffat seorang syekh yang mirip dengan Malik ibnu Anas,
dari Mu'awiyah ibnu Sa'id yang mengatakan bahwa laut ini mengandung berkah, yakni Laut
Rum (sekarang Laut Tengah), ia berada di pertengahan bumi, dan semua sungai bermuara
kepadanya, juga lautan-lautan yang besar. Sedangkan bagian bawahnya terdapat sumur-

6
sumur yang ditutup dengan tembaga. Maka apabila hari kiamat tiba, laut ini menjadi lautan
api. Akan tetapi. asar ini garib lagi aneh.
Di dalam Sunan Abu Daud disebutkan:
َ ‫ج أ َ ْو ُم ْعت َ ِم ٌر أ َ ْو‬
‫ َوت َ ْحتَ النَّ ِار‬،‫ فَ ِإ َّن ت َ ْحتَ ا ْلبَ ْح ِر نَارا‬،‫غ ٍاز‬ ٌّ ‫َب ا ْلبَ ْح َر ِإ َّّل َحا‬ َ
ُ ‫"ّل يَ ْرك‬
َ ‫بَ ْحرا" ا ْل َحد‬
‫ِيث‬
Tidaklah laut ditempuh kecuali oleh orang yang pergi berhaji, atau umrah atau berperang.
Dan sesungguhnya di bawah laut terdapat api, dan di bawah api terdapat laut lainnya.
hingga akhir hadis,
yang pembahasannya telah dikemukakan dalam tafsir surat Fathir.
Mujahid dan Al-Hasan ibnu Muslim mengatakan, sujjirat artinya dinyalakan menjadi api. Al-
Hasan mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah dikeringkan atau menjadi kering. Ad-
Dahhak dan Qatadah mengatakan bahwa airnya menjadi surut, lalu lenyap, hingga tiada
setetes air pun yang tersisa padanya. Ad-Dahhak mengatakan pula bahwa makna sujjirat
ialah diledakkan. As-Saddi mengatakan, yang dimaksud ialah dibuka dan diubah. Ar-Rabi'
ibnu Khaisam mengatakan bahwa makna sujjirat ialah diluapkan.
Firman Allah Swt:
ُ ُ‫{و ِإذَا النُّف‬
} ْ‫وس ُز ِو َجت‬ َ
dan apabila roh-roh dipertemukan (dengan tubuh). (At-Takwir: 7)
Yaitu dihimpunkanlah segala sesuatu dengan yang sejenisnya. Semakna dengan yang di
sebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
‫ِين َظلَ ُموا َوأ َ ْزوا َج ُه ْم‬
َ ‫احش ُُروا الَّذ‬
ْ
(Kepada malaikat diperintahkan).”Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman
sejawat mereka.” (Ash-Shaffat: 22)
‫ َح َّدثَنَا ا ْل َو ِلي ُد ْب ُن‬،‫ار‬ َّ ‫ َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد ْبنُ ال‬،‫ َح َّدثَنَا أَبِي‬:‫قَا َل ا ْبنُ أ َ ِبي َحاتِ ٍم‬
ُ ‫صبَّاحِ ا ْلبَ َّز‬
ُ‫ّللا‬َّ ‫صلَّى‬ َ ِ‫ّللا‬ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫ِير أَنَّهُ قَا َل‬ ٍ ‫ان ْب ِن بَش‬ ِ ‫ ع َِن النُّ ْع َم‬،‫ ع َْن س َماك‬،‫أ َ ِبي ث َ ْو ٍر‬
‫ ُك ُّل َر ُج ٍل َم َع ك ُِل قَ ْو ٍم كَانُوا‬،‫ض َر َبا ُء‬ ُّ ‫ ال‬:‫وس ُز ِو َجتْ } قَا َل‬ ُ ُ‫{و ِإذَا النُّف‬ َ :‫سلَّ َم‬َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ
‫ب‬ ْ َ ‫{و ُك ْنت ُ ْم أ َ ْز َواجا ثََلثَة فَأ‬
ُ ‫ص َحا‬ َ :‫ّللاَ ع ََّز َو َج َّل َيقُو ُل‬ َّ ‫ َوذَ ِلكَ ِبأ َ َّن‬،"ُ‫ع َملَه‬َ ‫ون‬ َ ُ‫َي ْع َمل‬
‫ون‬َ ُ‫سابِق‬ َّ ‫شأ َ َم ِة َوال‬ ْ ‫اب ا ْل َم‬ُ ‫ص َح‬ ْ َ ‫اب ا ْل َمشْأ َ َم ِة َما أ‬
ُ ‫ص َح‬ ْ َ ‫اب ا ْل َم ْي َمنَ ِة َوأ‬ ْ َ ‫ا ْل َم ْي َمنَ ِة َما أ‬
ُ ‫ص َح‬
‫ض َربَا ُء‬ُّ ‫ ُه ُم ال‬:‫ قَا َل‬، ]10- 7 :‫ون} [ا ْل َواقِعَ ِة‬ َ ُ‫سا ِبق‬ َّ ‫ال‬
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan
kepada kami Muhammad ibnus Sabah Al-Bazzar, telah menceritakan kepada kami Al-Walid
ibnu Abu Saur, dari Sammak, dari An-Nu'man ibnu Basyir yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: dan apabila roh-roh dipertemukan (dengan tubuh).
(At-Takwir: 7) Lalu beliau Saw. bersabda, bahwa yang dimaksud adalah teman-teman
sejawat; setiap lelaki dikumpulkan dengan kaum yang mempunyai amal yang sama
dengannya. Demikian itu karena Allah Swt. telah berfirman: dan kamu menjadi tiga
golongan. Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu. Dan golongan kiri.
Alangkah sengsaranya golongan kiri itu. Dan orang-orang yang paling dahulu beriman,
merekalah yang paling dulu (masuk surga). (Al-Waqi'ah: 7-10) Mereka adalah bergolong-
golongan, masing-masing orang dihimpunkan bersama dengan golongannya yang seamalan
dengannya.
Kemudian Ibnu Abu Hatim meriwayatkan melalui jalur-jalur lain dari Sammak ibnu Harb,
dari An-Nu'man ibnu Basyir, bahwa Umar ibnul Khattab berkhotbah kepada orang-orang,
lalu ia membaca firman-Nya: dan apabila roh-roh dipertemukan (dengan tubuh). (At-

7
Takwir: 7) Lalu ia mengatakan bahwa yang dimaksud dengan mempertemukan di sini ialah
masing-masing orang dihimpunkan bersama golongannya yang seamalan dengan dia.
Menurut riwayat yang lain, makna yang dimaksud ialah dua orang yang sama amalannya,
maka kedua-duanya dimasukkan ke dalam surga berkat amalannya ataukah keduanya di
masukkan ke dalam neraka, sesuai dengan amalnya masing-masing.
Menurut riwayat lain dari An-Nu’man, disebutkan bahwa Umar r.a. pernah ditanya mengenai
makna firman-Nya: dan apabila roh-roh dipertemukan (dengan tubuh). (At-Takwir: 7) Maka
Umar menjawab bahwa orang yang saleh dibarengkan dengan orang yang saleh lainnya; dan
orang yang jahat dibarengkan dengan orang yang jahat lainnya, yakni di dalam neraka. Itulah
yang dimaksud dengan makna 'mempertemukan' dalam ayat ini.
Menurut riwayat yang lainnya lagi dari An-Nu'man, Umar ibnul Khattab pernah bertanya
kepada orang-orang bahwa bagaimanakah menurut kalian tafsir firman-Nya: dan apabila
roh-roh dipertemukan (dengan tubuh). (At-Takwir: 7) Mereka diam. Maka Umar berkata,
"Tetapi aku mengetahuinya, yaitu seorang lelaki dikawinkan dengan wanita yang sepadan
amalannya dengan dia di dalam surga; dan lelaki lainnya dikawinkan dengan yang seamalan
dengannya dari kalangan ahli neraka." Kemudian Umar membaca firman-Nya: (Kepada
malaikat diperintahkan), "Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat
mereka." (Ash-Shaffat: 22).
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan
apabila roh-roh dipertemukan (dengan tubuh). (At-Takwir: 7) Bahwa demikian itu terjadi
ketika manusia terdiri menjadi tiga golongan.
Ibnu Abu Najih telah meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan makna firman Allah
Swt: dan apabila roh-roh dipertemukan (dengan tubuh). (At-Takwir: 7) Bahwa orang-orang
yang sepadan amal perbuatannya dihimpunkan menjadi satu dengan sesamanya. Hal yang
sama dikatakan oleh Ar-Rabi' ibnu Khaisam, Al-Hasan, dan Qatadah serta dipilih oleh Ibnu
Jarir; dan inilah pendapat yang sahih.
Pendapat lain sehubungan dengan makna firman-Nya: dan apabila roh-roh dipertemukan
(dengan tubuh). (At-Takwir: 7)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain ibnul Junaid,
telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdur Rahman, telah menceritakan kepadaku
ayahku, dari ayahnya, dari Asy'as ibnu Sarar, dari Ja'far, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu
Abbas yang mengatakan bahwa lembah yang berada di dekat pangkal Arasy mengalirkan air
di antara kedua pekikan, jarak di antara kedua pekikan adalah empat puluh tahun. Maka
tumbuhlah karena air itu semua makhluk yang telah hancur berantakan, baik manusia,
burung-burung, ataupun hewan-hewan yang melata. Seandainya ada seseorang yang
melewati tempat mereka sebelum itu dan telah mengenal daerah tersebut, niscaya dia benar-
benar mengetahui mereka baru muncul dari dalam bumi. Kemudian roh-roh merasuki
tubuhnya masing-masing, maka bertemulah keduanya. Yang demikian itulah yang dimaksud
oleh firman-Nya: dan apabila roh-roh dipertemukan (dengan tubuh). (At-Takwir: 7)
Hal yang sama dikatakan oleh Abul Aliyah, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Asy-Sya'bi, dan juga
Al-Hasan Al-Basri sehubungan dengan makna ayat ini: dan apabila roh-roh dipertemukan
(dengan tubuh). (At-Takwir: 7) Yakni dipertemukan dengan tubuhnya masing-masing.
Menurut pendapat yang lain, makna yang dimaksud ialah orang-orang mukmin dikawinkan
dengan bidadari-bidadari, sedangkan orang-orang kafir dikawinkan dengan setan-setan.
Demikianlah menurut apa yang disebutkan oleh Al-Qurtubi di dalam kitab At-Tazkirah-nya.
*******************
Firman Allah Swt.:
ٍ ‫س ِئلَتْ ِبأَي ِ ذَ ْن‬
} ْ‫ب قُتِلَت‬ ُ ُ‫{وإِذَا ا ْل َم ْو ُءو َدة‬
َ
apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah dia
dibunuh. (At-Takwir: 8-9)
8
Demikianlah menurut qiraat jumhur ulama, yakni su’ilat dan al-mau’udah artinya bayi-bayi
yang sewaktu masa Jahiliah dikubur hidup-hidup oleh orang-orang tua mereka karena malu
mempunyai anak perempuan. Maka kelak di hari kiamat bayi-bayi itu ditanya, atas dosa
apakah mereka dibunuh, dimaksudkan sebagai ancaman terhadap para pelakunya. Karena
sesungguhnya apabila orang yang teraniaya ditanya, maka terlebih lagi beratnya hukuman
yang dikenakan terhadap pelaku aniaya.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-
Nya: apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya. (At-Takwir: 8) Yakni
bertanya, dengan memakai bentuk aktif, yaitu sa'alat. Hal yang sama dikatakan oleh Abud
Duha, yaitu sa'alat yang artinya menuntut balas kematiannya. Diriwayatkan dari As-Saddi
dan Qatadah hal yang semisal. Banyak hadis yang menerangkan tentang bayi-bayi perempuan
yang dikubur hidup-hidup ini.
‫ َح َّدثَنِي أَبُو‬،‫وب‬ َ ُّ‫س ِعي ٌد ْبنُ أ َبِي أَي‬ َ ‫ َح َّدثَنَا‬،‫ّللاِ ْبنُ يَ ِزي َد‬ َ ‫ َح َّدثَنَا‬:ُ‫اْل َما ُم أ َ ْح َمد‬
َّ ‫ع ْب ُد‬ ِ ْ ‫قَا َل‬
‫ ع َْن‬،َ‫عائِشَة‬ َ ‫ ع َْن‬،َ‫ع َْن ع ُْر َوة‬-‫الر ْح َم ِن ْب ِن نَ ْوفَ ٍل‬ َّ ‫ع ْب ِد‬َ ‫ ُم َح َّم ِد ْب ِن‬:‫ َو ُه َو‬-‫س َو ِد‬ ْ َ ‫ْاْل‬
‫سلَّ َم ِفي‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ِ‫ّللا‬ َّ ‫قَالَتْ حضرتُ رسو َل‬-َ‫ع َّكاشَة‬ ُ ‫ت‬ ِ ‫أ ُ ْخ‬-‫ب‬ ٍ ‫ت َو ْه‬ِ ‫ُجدَامة َب ْن‬
‫س‬ َ ‫وم َوفَ ِار‬ ِ ‫الر‬ُّ ‫ فَنَ َظ ْرتُ فِي‬،‫ " لَقَ ْد َه َم ْمتُ أ َ ْن أ َ ْن َهى ع َِن الغيلَة‬:‫اس َو ُه َو يَقُو ُل‬ ٍ َ‫ن‬
‫ فَقَا َل‬،‫سأَلُوهُ ع َِن ا ْلعَ ْز ِل‬َ ‫ ث ُ َّم‬."‫ش ْيئا‬ َ َ‫ َو َّل يَض ُُّر أ َ ْو َّل َد ُه ْم ذَ ِلك‬،‫ون أ َ ْو َّل َد ُه ْم‬
َ ُ‫فَ ِإذَا ُه ْم يُغيل‬
." ْ‫سئِلَت‬ ُ ُ‫ َو ُه َو ا ْل َم ْو ُءو َدة‬،‫ " ذَ ِلكَ ا ْل َوأْ ُد ا ْل َخ ِف ُّي‬:‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫ّللا‬َّ ‫صلَّى‬ َ ِ‫ّللا‬
َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫َر‬
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Yazid, telah
menceritakan kepada kami Sa’id ibnu Abu Ayyub, telah menceritakan kepadaku Abul Aswad
alias Muhammad ibnu Abdur Rahman ibnu Naufal, dari Urwah, dari Aisyah, dari Juzamah
binti Wahb saudara perempuan Ukasyah yang mengatakan bahwa ia menghadiri majelis
Rasullullah Saw. yang saat itu berada di kalangan banyak orang, dan beliau bersabda:
Sesungguhnya aku telah berniat akan melarang gilah, maka aku melihat orang-orang-
Romawi dan orang-orang Persia, ternyata mereka melakukan gilah terhadap anak-anak
mereka, dan hal tersebut tidak membahayakan anak-anak mereka. - Gilah ialah menyusui di
waktu mengandung (pent.).- Kemudian mereka bertanya tentang 'azl (melakukan orgasme di
luar Liang ovum untuk mencegah kehamilan). Maka Rasulullah Saw. bersabda: Itu sama
dengan perbuatan mengubur anak secara tersembunyi, dan kelak anak perempuan yang
dikubur hidup-hidup akan ditanya.
Imam Muslim meriwayatkannya melalui Abu Abdur Rahman Al-Muqri. dari Abdullah ibnu
Yazid, dari Sa'id ibnu Abu Ayyub. Ibnu Majah telah meriwayatkannya pula dari Abu Bakar
ibnu Abu Syaibah, dari Yahya ibnu Ishaq As-Sulaihini, dari Yahya ibnu Ayyub. Imam
Muslim telah meriwayatkannya pula dan juga Abu Daud, Turmuzi, danNasai melalui hadis
Malik ibnu Anas; ketiga-tiganya dari Abul Aswad dengan sanad yang sama.
‫ ع َْن‬،ِ‫ش ْع ِبي‬َّ ‫ع ِن ال‬َ ،ٍ‫َاو َد ْب ِن أ َ ِبي ِه ْند‬ ُ ‫ ع َْن د‬،‫ َح َّدثَنَا ا ْب ُن أَبِي عَدي‬:ُ‫اْل َما ُم أ َ ْح َمد‬ ِ ْ ‫قَا َل‬
‫صلَّى‬َ ِ‫ّللا‬َّ ‫سو ِل‬ ُ ‫ انطلقتُ أ َنَا َوأ َ ِخي إِلَى َر‬:‫سلَ َمةَ ْب ِن يَ ِزي َد ال ُج ْعفي قَا َل‬ َ ‫ ع َْن‬،َ‫ع ْلقَ َمة‬ َ
َّ ‫ ِإ َّن أ ُ َّمنَا ُملَ ْيكَةَ كَانَتْ تَصل‬،ِ‫ّللا‬
‫الر ِح َم َوت ُ ِق ِري‬ ُ ‫ يَا َر‬:‫سلَّ َم فَقُ ْلنَا‬
َّ ‫سو َل‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ُ‫ّللا‬
َّ
."‫"ّل‬ َ
َ :‫ش ْيئا؟ قا َل‬ َ َ
َ ‫ ف َه ْل ذ ِلكَ نَا ِفعُ َها‬،‫[وت َ ْفعَ ُل] َهلَكَتْ ِفي ا ْل َجا ِه ِليَّ ِة‬
َ ‫ َوت َ ْفعَ ُل‬،‫ف‬ َ ‫ض ْي‬َّ ‫ال‬
ُ‫ "الوائدة‬:‫ش ْيئا؟ قَا َل‬ َ ‫ فَ َه ْل ذَ ِلكَ نافعُها‬،‫ فَ ِإنَّ َها كَانَتْ َوأَدَتْ أ ُ ْختا لَنَا ِفي ا ْل َجا ِه ِليَّ ِة‬:‫قُ ْلنَا‬
"‫ع ْن َها‬ َّ ‫ فَيَ ْعفُ َو‬،‫ إِ َّّل أ َ ْن يدركَ الوائدةَ اْلسَل ُم‬،‫والموءودةُ فِي النَّ ِار‬
َ ُ‫ّللا‬
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kapada kami Ibnu 'Adiy, dari Daud ibnu Abu
Hindun, dari Asy-Sya'bi, dari Alqamah, dari Salamah ibnu,Yazid Al-Ju'fi yang mengatakan
bahwa aku dan saudaraku berangkat menemui Rasulullah, lalu kami bertanya, "Wahai

9
Rasulullah, sesungguhnya ibu kami yang bernama Mulaikah, dia adalah seorang wanita yang
gemar bersilaturahmi dan menghormati tamu, juga melakukan hal-hal lainnya. Dia telah
meninggal dunia di masa Jahiliah, maka apakah amal perbuatan kebaikannya itu dapat
memberikan sesuatu manfaat bagi dirinya?" Rasulullah Saw. menjawab, "Tidak." Kami
bertanya, "Sesungguhnya dia dahulu pernah mengubur hidup-hidup saudara perempuan kami
yang baru lahir di masa Jahiliah, apakah hal itu dapat memberi sesuatu manfaat baginya?"
(Kalau tidak salah, si penanya dan saudaranya itu baru saja masuk Islam dan belum
mengetahui Islam secara mendalam)." Maka Rasulullah Saw. menjawab: Wanita yang
mengubur anak perempuannya hidup-hidup dan anak perempuan yang dikuburnya hidup-
hidup kedua-duanya dimasukkan ke dalam neraka, terkecuali jika perempuan yang
menguburnya menemui masa Islam (lalu masuk Islam), maka Allah memaafkan
perbuatannya.
Imam Nasai meriwayatkan hadis ini melalui Daud ibnu Abu Hindun dengan sanad yang
sama.
،‫ي‬ ُّ ‫ َح َّدث َ َنا أ َبُو أ َ ْح َم َد‬،‫س ِط ُّي‬
ُّ ‫الزبَ ْي ِر‬ ِ ‫ان ا ْل َوا‬
ٍ ‫س َن‬ِ ُ‫ َح َّدث َ َنا أ َ ْح َم ُد ْبن‬:‫قَا َل ا ْبنُ أ َ ِبي َحاتِ ٍم‬
‫سعُو ٍد‬ ْ ‫ ع َِن ا ْب ِن َم‬،‫ص‬ ِ ‫ع ْلقَ َمةَ َوأ َ ِبي ْاْل َ ْح َو‬َ ‫ ع َْن‬،‫اق‬ َ ‫س َح‬ ْ ‫ ع َْن أ َ ِبي ِإ‬،‫س َرائِي ُل‬ ْ ‫َح َّدثَنَا ِإ‬
"‫ "ا ْل َوا ِئ َدةُ َوا ْل َم ْو ُءو َدةُ ِفي النَّ ِار‬:‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ِ‫ّللا‬
َّ ‫سو ُل‬ُ ‫ قَا َل َر‬:‫قَا َل‬
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinan Al-Wasiti,
telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad Az-Zubairi, telah menceritakan kepada kami
Israil, dari Abu Ishaq dari Alqamah dan Abul Ahwas, dari Ibnu Mas'ud yang mengatakan
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Wanita yang mengubur anak perempuannya hidup-
hidup dan anak perempuan yang dikuburnya kedua-duanya di dalam neraka.
ُ‫سنَا ُء ا ْبنَة‬ ْ ‫ َح َّدثَتْنِي َح‬،‫ف‬ ٌ ‫ أ َ ْخبَ َرنَا ع َْو‬،‫ق‬ ُ ‫ق ْاْل َ ْز َر‬ ْ ِ‫ َح َّدثَنَا إ‬:‫قَا َل أ َ ْح َم ُد أ َ ْيضا‬
ُ ‫س َحا‬
:‫ َم ْن فِي ا ْل َجنَّ ِة؟ قَا َل‬،ِ‫ّللا‬ َّ ‫سو َل‬ ُ ‫ يَا َر‬: ُ‫ قُ ْلت‬:‫ ع َْن ع َِم َها قَا َل‬،‫ص َريمية‬ ُّ ‫ُمعَا ِويَةَ ال‬
"‫"النَّ ِب ُّي فِي ا ْل َجنَّ ِة َوالش َِّهي ُد فِي ا ْل َجنَّ ِة َوا ْل َم ْولُو ُد فِي ا ْل َجنَّ ِة َوا ْل َم ْو ُءو َدةُ فِي ا ْل َجنَّ ِة‬
Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Ishaq Al-Azraq, telah
menceritakan kepada kami Auf, telah menceritakan kepadaku Khansa binti Mu'awiyah As-
Sarimiyyah, dari pamannya yang telah mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada
Rasulullah Saw., "Wahai Rasulullah, siapa sajakah orang yang masuk surga itu?" Rasulullah
Saw. menjawab: Nabi masuk surga, orang yang mati syahid masuk surga, bayi laki-laki
masuk surga, dan bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup masuk surga.
ْ ‫ َح َّدث َ َنا ُم‬،‫ َح َّدث َ َنا أَبِي‬:‫قَا َل ا ْب ُن أَبِي َحاتِ ٍم‬
َ :‫ َح َّدث َ َنا قُ َّرةُ قَا َل‬،‫س ِل ُم ْب ُن إِ ْب َرا ِهي َم‬
ُ‫س ِم ْعت‬
."‫ "ا ْل َم ْو ُءو َدةُ فِي ا ْل َجنَّ ِة‬:‫ َم ْن فِي ا ْل َجنَّ ِة؟ قَا َل‬،ِ‫ّللا‬ ُ ‫ يَا َر‬:‫ قِي َل‬:‫س َن يَقُو ُل‬
َّ ‫سو َل‬ َ ‫ا ْل َح‬
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan
kepada kami Muslim ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Qurrah, bahwa ia pernah
mendengar Al-Hasan mengatakan bahwa pernah ditanyakan kepada Rasulullah Saw. tentang
siapa saja orang yang masuk surga? Maka beliau Saw. menjawab: Bayi perempuan yang
dikubur hidup-hidup masuk surga.
Hadis ini mursal dan termasuk di antara hadis-hadis mursal Al-Hasan di antara ahli hadis ada
yang mau menerimanya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abu Abdullah Az-Zahrani, telah
menceritakan kepada kami Hafs ibnu Umar Al-Adani, telah menceritakan kepada kami Al-
Hakam ibnu Aban, dari Ikrimah yang mengatakan bahwa Ibnu Abbas pernah mengatakan,
anak-anak kaum musyrik berada di dalam surga; maka barang siapa yang mengira bahwa
mereka di dalam neraka, sesungguhnya dia dusta. Allah Swt. telah berfirman: apabila bayi-

10
bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh. (At-
Takwir: 8-9)
Ibnu Abbas mengatakan bahwa mau’udah ialah bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup.
،‫ِير‬
ٍ ‫ان ْب ِن بَش‬ِ ‫ ع َِن النُّ ْع َم‬،‫ب‬ ٍ ‫ ع َْن س َماك ْبنُ َح ْر‬،‫س َرائِي ُل‬ ْ ‫ أ َ ْخبَ َر َنا ِإ‬:‫اق‬ ِ ‫الر َّز‬
َّ ‫ع ْب ُد‬ َ ‫قَا َل‬
:‫ قَا َل‬، }] ْ‫ب قُتِلَت‬ ٍ ‫سئِلَتْ [بأَي ذَ ْن‬ ُ ُ‫{و ِإذَا ا ْل َم ْو ُءو َدة‬
َ :‫ب فِي قَ ْو ِل ِه‬ ِ ‫طا‬ َّ ‫ع َم َر ْب ِن ا ْل َخ‬ ُ ‫ع َْن‬
‫ ِإ ِني‬،ِ‫ّللا‬
َّ ‫سو َل‬ُ ‫ َيا َر‬:‫سلَّ َم فَقَا َل‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ِ‫ّللا‬َّ ‫سو ِل‬ُ ‫َاص ٍم إِلَى َر‬ ِ ‫س ْبنُ ع‬ ُ ‫َجا َء قَ ْي‬
‫ يَا‬:‫ قَا َل‬."‫ "أ َ ْعتِقْ ع َْن ك ُِل َوا ِح َد ٍة ِم ْن ُه َّن َرقَبَة‬:‫ فَقَا َل‬،‫ت ِلي فِي ا ْل َجا ِه ِليَّ ِة‬ ٍ ‫َوأَدْتُ بَنَا‬
."‫اح َد ٍة ِم ْن ُه َّن بَ َدنَة‬ِ ‫ "فَا ْن َح ْر ع َْن ك ُِل َو‬:‫ب إِبِ ٍل؟ قَا َل‬ ُ ‫اح‬ ِ ‫ص‬ َ ‫ إِنِي‬،ِ‫ّللا‬ َّ ‫سو َل‬ ُ ‫َر‬
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Sammak ibnu Harb,
dari An-Nu'man ibnu Basyir, dari Umar ibnul Khattab sehubungan dengan makna firman-
Nya: apabila bayi-bayi perempuan yang dikiibur hidup-hidup ditanya. (At-Takwir: 8) Bahwa
Qais ibnu Asim datang kepada Rasulullah Saw., lalu bertanya, "Wahai Rasulullah,
sesungguhnya aku pernah mengubur hidup-hidup beberapa bayi perempuanku di masa
Jahiliah." Rasulullah Saw. menjawab: Merdekakanlah seorang budak untuk tiap anak
perempuan yang engkau kubur hidup-hidup itu. Qais ibnu Asim berkata, "Wahai Rasulullah,
sesungguhnya aku adalah pemilik ternak unta." Rasulullah Saw. menjawab: Sembelihlah
seekor unta budnah untuk setiap orang dari mereka.
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan bahwa Abdur Razzaq dalam sanad hadis ini
masih diperselisihkan, karena sesungguhnya dia tidak mencatat hadis ini melainkan dari Al-
Husain ibnu Mahdi, lalu dari Israil.
Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan pula hadis ini, untuk itu ia mengatakan bahwa:
ُ‫اق فَذَك ََره‬
ِ ‫الر َّز‬ َ ‫ َح َّدثَنَا‬:‫قَا َل‬-‫ب إِلَ َّي‬
َّ ‫ع ْب ُد‬ َّ ‫ّللاِ ال‬
َ َ ‫فِي َما َكت‬- ‫ظ ْه َرانِ ُّي‬ َّ ‫ع ْب ِد‬َ ‫أ َ ْخبَ َرنَا أَبُو‬
ِ ‫ َوقَا َل فِي‬."‫ت ِلي فِي ا ْل َجا ِه ِليَّ ِة‬
:‫آخ ِر ِه‬ ٍ ‫ان بَنَا‬ِ ‫"وأَدْتُ ث َ َم‬
َ :‫ إِ َّّل أَنَّهُ قَا َل‬،ُ‫سنَا ِد ِه ِمثْلَه‬
ْ ‫ِب ِإ‬
"‫اح َد ٍة بَ َدنَة‬
ِ ‫شئْتَ ع َْن ك ُِل َو‬ ِ ‫"فَأ َ ْه ِد ِإ ْن‬
telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah Az-Zahrani melalui surat yang ditujukannya
kepadaku, bahwa telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, lalu disebutkan hadis yang
semisal dengan sanad yang sama, hanya saja dalam riwayat ini disebutkan bahwa Qais ibnu
Asim mengatakan, "Aku telah mengubur hidup-hidup delapan bayi perempuanku di masa
Jahiliah." Maka Rasulullah Saw. menjawab di akhir kalimatnya: Sembelihlah jika engkau
suka seekor unta budnah untuk tiap bayi yang telah engkau kubur hidup-hidup itu.
‫غ ِر ْب ِن‬ َ َ ‫ ع َِن ْاْل‬،‫يع‬ ِ ‫لر ِب‬ َّ ‫س ْبنُ ا‬ ُ ‫ َح َّدث َنَا قَ ْي‬، ٍ‫ّللاِ ْب ُن َر َجاء‬ َّ ‫ع ْب ُد‬َ ‫ َح َّدثَنَا‬،‫ َح َّدثَنَا أ َ ِبي‬:‫ث ُ َّم قَا َل‬
‫علَى رسول هللا صلى هللا‬ َ ‫س ْبنُ عَا ِص ٍم‬ ُ ‫ قَ ِد َم قَ ْي‬:‫صين قَا َل‬ َ ‫ ع َْن َخ ِليفَةَ ْب ِن ُح‬،ِ‫صبَّاح‬ َّ ‫ال‬
:‫أ َ ْو‬-‫عش َْرةَ ا ْبنَة ِلي فِي ا ْل َجا ِه ِليَّ ِة‬ َ ‫ إِ ِني وأدتُ اثْنَت َ ْي‬،ِ‫ّللا‬ َّ ‫سو َل‬ ُ ‫ َيا َر‬:‫عليه وسلم فقال‬
َ ‫ فَلَ َّما ك‬،‫سما‬
‫َان‬ َ َ‫ع َد َد ُه َّن ن‬
َ ‫ق‬ َ َ ‫ فَأ َ ْعت‬:‫ قَا َل‬."‫ع َد َد ُه َّن نَسِما‬ َ ْ‫" أ َ ْعتِق‬:‫قَا َل‬-َ‫عش َْرة‬ َ ‫ث‬ َ ‫ث َ ََل‬
‫علَى أَث َ ِر‬ َ ‫ومي‬ ِ ُ‫ص َدقَةُ ق‬ َ ‫ َه ِذ ِه‬،ِ‫ّللا‬ َّ ‫سو َل‬ ُ ‫ يَا َر‬:‫ فَقَا َل‬،ٍ‫فِي ا ْلعَ ِام ا ْل ُم ْقبِ ِل َجا َء بِ ِمائ َ ِة نَاقَة‬
ُ‫سيَّة‬ َ ُ‫ َون‬،‫ فَ ُكنَّا نُ ِري ُح َها‬:‫ب‬
ِ ‫س ِمي َها ا ْلقَ ْي‬ ٍ ‫ع ِل ُّي ْب ُن أَبِي َطا ِل‬ َ ‫ قَا َل‬.‫ين‬ ْ ‫صنَ ْعتُ ِبا ْل ُم‬
َ ‫س ِل ِم‬ َ ‫َما‬
Kemudian Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Raja', telah menceritakan kepada kami Qais ibnur
Rabi', dari Al-Agar ibnus Sabah, dari Khalifah ibnu Husain yang mengatakan bahwa Qais
ibnu Asim datang kepada Rasulullah Saw., lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya
aku telah mengubur hidup-hidup dua belas orang bayi perempuanku di masa Jahiliah," atau
tiga belas bayi perempuannya. Maka Rasulullah Saw. bersabda: Merdekakanlah budak
sebanyak bilangan mereka. Lalu Asim ibnu Qais memerdekakan budak-budak sebanyak

11
bilangan anak-anak perempuannya yang telah ia kubur hidup-hidup di masa Jahiliah. Ketika
tahun berikutnya, ia tiba lagi dengan membawa seratus ekor unta, lalu berkata, "Wahai
Rasulullah, inilah sedekah kaumku sebagai kompensasi dari apa yang telah aku lakukan
terhadap kaum muslim." Ali ibnu Abu Thalib mengatakan, "Kami merasa senang dengan
ternak unta itu dan kami menamainya Qaisiyyah."
*******************
Firman Allah Swt.:
} ْ‫ف نُش َِرت‬ ُّ ‫{وإِذَا ال‬
ُ ‫ص ُح‬ َ
dan apabila catatan-catatan (amal perbuatan manusia) dibuka. (At-Takwir: 10)
Ad-Dahhak mengatakan bahwa setiap orang diberi catatan amal perbuatannya, apakah dari
sebelah kanannya ataukah dari sebelah kirinya menurut amal perbuatan masing-masing.
Qatadah mengatakan, "Hai anak Adam, engkaulah yang akan memenuhinya dengan catatan
amal perbuatanmu, kemudian ditutup, lalu dibeberkan terhadapmu di hari kiamat nanti. Maka
sekarang hendaklah setiap orang merenungkan catatan apakah yang akan dimasukkannya ke
dalam lembaran amal perbuatannya itu?"
Firman Allah Swt.
} ْ‫ش َطت‬ َّ ‫{وإِذَا ال‬
ِ ‫س َما ُء ُك‬ َ
dan apabila langit dilenyapkan. (At-Takwir: 11)
Mujahid mengatakan bahwa langit ditarik. As-Saddi mengatakan bahwa langit dibuka. Ad-
Dahhak mengatakan bahwa langit disingkapkan, lalu lenyap.
Firman Allah Swt.:
ُ ‫{وإِذَا ا ْل َج ِحي ُم‬
} ْ‫س ِع َرت‬ َ
dan apabila neraka Jahim dinyalakan. (At-Takwir: 12)
As-Saddi mengatakan bahwa neraka Jahim dipanaskan.
Qatadah mengatakan dinyalakan, dan ia mengatakan bahwa sesungguhnya yang membuat
neraka Jahim menyala tiada lain karena murka Allah terhadap dosa-dosa Bani Adam.
Firman Allah Swt.:
} ْ‫{وإِذَا ا ْل َجنَّةُ أ ُ ْز ِلفَت‬
َ
dan apabila surga didekatkan. (At-Takwir: 13)
Ad-Dahhak, Abu Malik, Qatadah, dan Ar-Rabi' ibnu Khaisam menyebutkan bahwa makna
yang dimaksud ialah surga didekatkan kepada para calon penghuninya.
Firman Allah Swt.:
َ ‫س َما أ َ ْح‬
} ْ‫ض َرت‬ ٌ ‫ع ِل َمتْ نَ ْف‬
َ {
maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakannya. (At-Takwir: 14)
Dan inilah jawab dari qasam (sumpah) yang telah disebutkan di atas, yakni apabila semua
peristiwa tersebut terjadi, maka saat itulah tiap-tiap diri mengetahui apa yang telah
dikerjakannya, karena semuanya telah ditampilkan di hadapannya, sebagaimana yang
disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
‫سوءٍ ت َ َو ُّد لَ ْو أ َ َّن َب ْينَها‬
ُ ‫ع ِملَتْ ِم ْن‬ َ ‫َي ْو َم ت َ ِج ُد ُك ُّل نَ ْف ٍس َما ع َِملَتْ ِم ْن َخ ْي ٍر ُم ْح‬
َ ‫ضرا َوما‬
‫َوبَ ْينَهُ أ َ َمدا بَ ِعيدا‬
Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan yang dilakukan(nya) dihadapkan
(di mukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya
antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh. (Ali Imran: 30)
Dan firman Allah Swt.:
‫اْل ْنسانُ يَ ْو َمئِ ٍذ بِما قَ َّد َم َوأ َ َّخ َر‬
ِ ْ ‫يُنَبَّؤُا‬

12
Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang
dilalaikannya. (Al-Qiyamah:13)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan
kepada kami Abdah, telah menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak, telah menceritakan
kepada kami Muhammad ibnu Mutarrif, dari Zaid ibnu Aslam, dari ayahnya yang
mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu firman-Nya: Apabila matahari digulung.
(At-Takwir: 1) Ketika sampai pada firman-Nya: maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa
yang telah dikerjakannya. (At-Takwir: 14) Maka berkatalah Umar, bahwa karena hal inilah
maka qasam dilakukan. Atau dengan kata lain, ayat terakhir inilah yang menjadi subjek
sumpah.

13
Ayat 15-25: Hakikat wahyu, sifat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan
sikap kaum musyrik terhadap Beliau.

‫) َواللَّ ْي ِل ِإذَا‬١٦( ‫) ْال َج َو ِار ْال ُكنَّ ِس‬١٥( ‫فَال أ ُ ْق ِس ُم ِب ْال ُخنَّ ِس‬
‫سو ٍل‬ ُ ‫) ِإنَّهُ لَقَ ْو ُل َر‬١٨( ‫س‬ َ َّ‫ْح ِإذَا تَنَف‬
ِ ‫صب‬ ُّ ‫) َوال‬١٧( ‫س‬ َ َ‫ع ْسع‬َ
٢٠( ‫ين‬ٍ ‫) ذِي قُ َّوةٍ ِع ْندَ ذِي ْالعَ ْر ِش َم ِك‬١٩( ‫طاعٍ ث َ َّم ) َك ِر ٍيم‬ َ ‫ُم‬
ِ ُ‫) َولَقَ ْد َرآهُ ِباألف‬٢٢( ‫ون‬
‫ق‬ ٍ ُ‫احبُ ُك ْم ِب َم ْجن‬
ِ ‫ص‬َ ‫) َو َما‬٢١( ‫ين‬ ٍ ‫أ َ ِم‬
‫ين‬
ٍ ِ‫ضن‬ َ ِ‫ب ب‬ ِ ‫علَى ْالغَ ْي‬ َ ‫) َو َما ُه َو‬٢٣( ‫ين‬ ِ ِ‫( ْال ُمب‬٢٤) ‫َو َما ُه َو‬
٢٥( ‫ان َر ِج ٍيم‬ َ ‫ش ْي‬
ٍ ‫ط‬ َ ‫ِبقَ ْو ِل‬
Terjemah Surat At Takwir Ayat 15-25

15. Aku bersumpah demi bintang-bintang[14],

16. yang beredar dan terbenam,

17. demi malam apabila telah larut,

18. dan demi Subuh apabila fajar telah menyingsing[15],

19. Sesungguhnya (Al Qur'an) itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang
mulia (Jibril)[16],

20. Yang memiliki kekuatan[17], memiliki kedudukan tinggi di sisi (Allah) yang memiliki
'Arsy[18],

21. Yang di sana (di alam malaikat) ditaati dan dipercaya[19].

22. [20]Dan temanmu (Muhammad) itu bukanlah orang gila[21].

23. Dan sungguh, dia (Muhammad) telah melihatnya (Jibril)[22] di ufuk yang terang.

24. Dan dia (Muhammad) bukanlah seorang yang kikir (enggan) untuk menerangkan yang
ghaib[23].

25. [24]Dan (Al Qur'an) itu bukanlah perkataan setan yang terkutuk,

Ayat 26-29: Batilnya sangkaan kaum musyrik seputar Al Qur’anul Karim.

14
‫) ِل َم ْن شَا َء‬٢٧( َ‫) ِإ ْن ُه َو ِإال ِذ ْك ٌر ِل ْلعَالَ ِمين‬٢٦( َ‫فَأَيْنَ ت َ ْذ َهبُون‬
‫ب‬ َّ ‫) َو َما تَشَا ُءونَ ِإال أَ ْن يَشَا َء‬٢٨( ‫يم‬
ُّ ‫َّللاُ َر‬ َ ‫ِم ْن ُك ْم أَ ْن يَ ْستَ ِق‬
٢٩( َ‫) ْالعَالَ ِمين‬
Terjemah Surat At Takwir Ayat 26-29

26. Maka ke manakah kamu akan pergi[25]?

27. (Al Qur'an) itu tidak lain adalah peringatan bagi seluruh alam[26],

28. (yaitu) bagi siapa di antara kamu yang menghendaki menempuh jalan yang lurus[27].

29. Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki
Allah, Tuhan seluruh alam[28].

[1] Maksud ayat ini dan setelahnya adalah, apabila terjadi peristiwa-peristiwa yang
menegangkan ini, yaitu pada hari Kiamat, maka manusia akan terbedakan, masing-masing
mengetahui amal yang telah dilakukannya selama di dunia, baik atau buruk.

[2] Yakni digabung dan dilipat serta diredupkan cahayanya. Demikian pula bulan, ia akan
diredupkan cahayanya, kemudian keduanya (matahari dan bulan) dijatuhkan ke dalam neraka.

[3] Ke bumi.

[4] Yang merupakan harta paling berharga milik orang Arab ketika itu. Demikian pula harta
lainnya yang paling mereka sukai akan mereka tinggalkan ketika terjadi hari Kiamat.

[5] Yakni dikumpulkan setelah mereka dibangkitkan untuk melakukan qishas satu sama lain,
kemudian mereka menjadi tanah. Hal ini untuk memperlihatkan kepada manusia keadilan
Allah Subhaanahu wa Ta'aala.

[6] Yakni dinyalakan, sehingga menjadi api yang besar yang menyala-nyala.

[7] Menurut Syaikh As Sa’diy adalah dengan disatukan orang yang sama amalnya, sehingga
disatukan orang yang baik dengan orang yang baik, orang yang buruk dengan orang yang
buruk. Demikian pula disatukan kaum mukmin dengan bidadari, dan orang-orang kafir
dengan para setan.

[8] Karena merasa malu mempunyai anak perempuan atau karena takut miskin.

[9] Sudah menjadi maklum, bahwa bayi-bayi itu tidak punya dosa. Dalam ayat ini terdapat
celaan keras kepada orang yang menguburnya hidup-hidup.

15
[10] Dan dibagikan kepada para pelakunya, maka di antara mereka ada yang mengambil
dengan tangan kanannya, ada pula yang mengambil dengan tangan kirinya atau dari belakang
punggungnya.

[11] Yakni disingkirkan atau ditarik dari tempatnya. Hal ini sebagaimana firman Allah
Ta’ala:

“Dan (ingatlah) hari (ketika) langit terbelah mengeluarkan kabut putih dan diturunkanlah
malaikat bergelombang-gelombang.” (Terj. Al Furqaan: 25)

“(Yaitu) pada hari Kami gulung langit seperti menggulung lembaran-lembaran kertas.” (Al
Anbiyaa’: 104)

“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal
bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan
tangan kanan-Nya. Mahasuci Allah dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.
(Terj. Az Zumar: 67)

[12] Kepada orang-orang yang akan memasukinya, yaitu orang-orang yang bertakwa.

[13] Baik atau buruk.

Peristiwa-peristiwa pada hari Kiamat yang Allah Subhaanahu wa Ta'aala sebutkan ini
termasuk peristiwa yang mencemaskan hati, menegangkannya, dan membuat anggota badan
merinding ketakutan. Demikian juga mendorong orang-orang yang berakal untuk
mempersiapkan diri menghadapi hari itu serta mencegah mereka dari melakukan sesuatu
yang mendatangkan celaan. Oleh karena itulah, sebagian kaum salaf berkata, “Barang siapa
yang ingin memperhatikan hari Kiamat seakan-akan ia melihatnya secara langsung, maka
tadabburilah surah Idzasy syamsu kuwwirat.”

[14] Syaikh As Sa’diy menerangkan, yakni bintang-bintang yang terlambat jalan dengan
bintang-bintang lainnya yang biasa menuju arah timur, yaitu bintang-bintang (planet-planet)
yang tujuh. Bintang-bintang itu adalah matahari, bulan, Zahrah (venus), Musytariy (Yupiter),
Mirrikh (Mars), Zuhal (Saturnus) dan ‘Uthaarid (Merkurius). Tujuh planet ini memiliki dua
perjalanan; perjalanan ke arah barat bersama bintang-bintang yang lain, dan perjalanan ke
arah kebalikannya dari arah timur yang hanya dilakukan oleh tujuh planet ini. Allah
Subhaanahu wa Ta'aala bersumpah dengan keadaannya yang terlambat dan keadaannya
ketika berjalan dan dengan keadaannya ketika menghilang dengan adanya siang hari. Bisa
juga maksudnya, Allah bersumpah dengan semua bintang yang berjalan dan lainnya.

[15] Yakni ketika fajar telah menyingsing sedikit-demi sedikit sehingga menjadi sempurna
hingga kemudian terbit matahari. Ini dan apa yang disebutkan dalam ayat sebelumnya adalah
ayat-ayat Allah yang agung, dimana Allah Subhaanahu wa Ta'aala bersumpah dengannya
untuk menjelaskan tingginya sanad Al Qur’an, keagungannya, dan penjagaan-Nya dari setiap
setan yang terkutuk.

[16] Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyifati malaikat Jibril dengan “karim” (yang mulia)
karena mulianya akhlaknya dan banyak kebaikannya, karena ia adalah malaikat yang paling
utama dan paling tinggi kedudukannya di hadapan Allah Subhaanahu wa Ta'aala.

16
[17] Untuk melaksanakan perintah Allah ‘Azza wa Jalla. Di antara kekuatannya adalah dia
(malaikat Jibril) mampu membalikkan negeri kaum Luth dan membinasakan mereka.

[18] Jibril ‘alaihis salam adalah malaikat yang didekatkan dengan Allah Subhaanahu wa
Ta'aala, memiliki kedudukan yang tinggi di sisi-Nya di atas malaikat yang lain, dan
mendapatkan keistimewaan dari Allah Subhaanahu wa Ta'aala.

[19] Dia (malaikat Jibril) adalah malaikat yang amanah, yang mampu menjalankan perintah
Allah tanpa menambah dan tanpa mengurangi serta tidak melampaui apa yang telah
ditetapkan untuknya.

Ini semua adalah untuk menunjukkan kemuliaan Al Qur’an di sisi Allah Ta’ala, karena Dia
mengirim malaikat yang mulia yang telah disifati dengan sifat-sifat sempurna itu untuk
membawa Al Qur’an. Dan biasanya raja-raja tidaklah mengirimkan orang yang mulia kecuali
untuk misi yang penting dan mulia.

[20] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan kemuliaan malaikat yang membawa
Al Qur’an, maka Dia menyebutkan keutamaan manusia yang membawa Al Qur’an, yaitu
Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.

[21] Tidak seperti yang dikatakan oleh para musuhnya yang mendustakan kerasulannya, yang
mengada-adakan kedustaan terhadapnya untuk memadamkan apa yang Beliau bawa, bahkan
Beliau adalah manusia yang paling sempurna akalnya, paling lurus pandangannya dan paling
benar ucapannya.

[22] Dalam bentuk aslinya.

[23] Bisa maksudnya, bahwa Beliau bukanlah orang yang tertuduh menambah, mengurangi
atau menyembunyikan sebagian wahyu Allah, bahkan Beliau adalah manusia yang paling
amanah, Beliau menyampaikan risalah Tuhannya dengan sempurna tanpa mengurangi atau
menambah. Beliau juga tidak bakhil sehingga menyembunyikan sebagian wahyu Allah,
bahkan Beliau tidaklah wafat kecuali setelah berhasil mendidik umat yang sebelumnya jahil
menjadi umat yang berilmu yang menjadi rujukan oleh generasi yang datang setelahnya
dalam ilmu dan pemahaman, mereka yang telah dididiknya menjadi guru, sedangkan generasi
setelahnya merupakan murid-murid mereka.

[24] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan keutamaan kitab-Nya dan


memuliakannya dengan menyebutkan dua makhluk yang mulia yang membawanya yang
kemudian disampaikan kepada manusia, dan setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala memuji
kedua utusan itu serta membersihkan Al Qur’an dari segala cacat dan kekurangan yang dapat
menodai kebenarannya, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Dan (Al Qur'an) itu
bukanlah perkataan setan yang terkutuk,”

[25] Maksudnya, setelah diterangkan bahwa Al Quran itu benar-benar datang dari Allah dan
di dalamnya berisi pelajaran dan petunjuk yang memimpin manusia ke jalan yang lurus
dengan diperkuat bukti-buktinya, ditanyakanlah kepada orang-orang kafir itu, "Maka ke
manakah kamu akan pergi?” Padahal tidak ada setelah kebenaran selain kebatilan.

[26] Dengan Al Qur’an, mereka dapat mengingat Tuhan mereka, sifat-sifat sempurna yang
dimiliki-Nya, bersihnya Dia dari segala kekurangan dan tandingan. Demikian pula dengan Al

17
Qur’an, mereka dapat mengingat perintah dan larangan-Nya, mengingat hukum-hukum
qadari-Nya, hukum-hukum syar’i-Nya dan hukum-hukum jaza’i(balasan)-Nya. Singkatnya,
dengan Al Qur’an, mereka dapat mengenal dan mengingat segala yang bermaslahat bagi
mereka di dunia dan akhirat, dan dengan mengamalkannya mereka akan memperoleh
kebahagiaan.

[27] Setelah jelas mana yang benar dan mana yang salah, petunjuk daripada kesesatan.

Dalam ayat ini terdapat bantahan terhadap golongan Jabriyyah yang mengatakan bahwa
manusia tidak memiliki kehendak.

[28] Kehendak-Nya berlaku, tidak mungkin ditolak atau dihalangi. Allah Subhaanahu wa
Ta'aala menerangkan demikian, adalah agar manusia tidak bersandar kepada dirinya, bahkan
hendaknya ia mengetahui bahwa hal itu terkait dengan kehendak Allah sehingga ia pun
meminta kepada Allah hidayah-Nya kepada apa yang dicintai-Nya dan diridhai-Nya.

Dalam ayat ini terdapat bantahan terhadap golongan Qadariyyah yang beranggapan bahwa
manusia berkuasa mutlak terhadap tindakannya dan bahwa Allah sama sekali tidak berkuasa.
Yang benar adalah jalan yang ditempuh Ahlussunnah wal jama'ah, di mana jalan tersebut
merupakan jalan As Salafush Shalih, yakni bahwa manusia berbuat sesuai kehendak dan
pilihannya, namun kehendak dan pilihannya mengikuti kehendak Allah Ta'ala, jika Dia
menghendaki, maka akan terjadi perbuatan itu dan jika tidak menghendaki, maka tidak akan
terjadi perbuatan itu.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Surat At Takwir terdiri atas 29 ayat dan termasuk golongan surat-surat Makkiyah,
diturunkan sesudah surat Al Masadd. Kata At Takwir (terbelah) yang menjadi nama bagi
surat ini adalah dari kata asal (mashdar) dari kata kerja kuwwirat (digulung) yang terdapat
pada ayat pertama surat ini.
Pokok-pokok isinya:
Kegoncangan-kegoncangan yang terjadi pada hari kiamat; pada hari kiamat setiap jiwa akan
mengetahui apa yang telah dikerja- kannya waktu di dunia; Al Quran adalah firman Allah
yang disam- paikan oleh Jibril a.s.; penegasan atas kenabian Muhammad s.a.w.; Al Quran
sumber petunjuk bagi umat manusia yang menginginkan hidup lurus; suksesnya manusia
dalam mencapai kehidupan yang lurus itu tergantung kepada taufiq dari Allah. Surat At
Takwiir mengemukakan tentang kejadian-kejadian pada hari kiamat serta kebenaran Al
Quran sebagai wahyu Allah dan kerasulan Nabi Muhammad s.a.w.
‫سُبْﺤَانَﻚَ اللَّﻬُمَّ وَبِﺤَمْدِﻙَ أَشْﻬَدُ أَنْ الَ إِلهَ إِالَّ أَنْﺖَ أَسْتَغْفِرُﻙَ وَأَتُوْبُ إِلَيْﻚ‬
“Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan
melainkan Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”

19
DAFTAR PUSTKA

http://kandungansurat.blogspot.com/2013/12/kandungan-surat-at-takwir.html
http://www.ibnukatsironline.com/2015/10/tafsir-surat-at-takwir-ayat-1-14.html

20

Anda mungkin juga menyukai