Anda di halaman 1dari 4

BAB II

PEMBAHASAN
A.Surat Al-Kafirun dan artinya




1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,


2. aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3. dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
4. dan aku tidak beribadah seperti ibadah kamu,
5. dan kamu tidak beribadah seperti ibadahku,
6. Bagimulah agamamu, dan bagikulah , agamaku."

Surat ini merupakan wahyu ke-17 yang diterima nabi Muhammad SAW setelah surat Al-Maun.Latar
belakang turunnya surat ini adalah adanya usulan kompromi dari tokoh-tokth kafir seperti Umayah bin Khalaf,Al-
Walid bin AL-Mughiroh dan Aswad bin Abdul Muthalib kepada nabi untuk secara bergantian dalam menyembah
tuhan ,yakni tuhankaum musim dan tuhan kaum kafir.[1]
Seorang yang disebut kafir adalah seorang pengingkar dan penyangkal agama , yang apabila melihat sinar
kebenaran , ia justru memejamkan matanya , dan apabila mendengar satu huruf pun dari kalimatnya , ia menutup
telinganya.[2] Jadi ia taidak akn mempertimbangkan dalil apapun yang disampaikan kepadanya dan tidak bisa
tunduk pada sebuah argumen meskipun agumen itu telah berhasil mengusik hati nuraninya. Itu dilakukannya karena
kecintaannya kepada kepercayaan yang telah menjadi pegangannya , serta pegangan orang-orang yang ada
disekitarnya.

B.Isi Kandungan Surat Al-Kafirun


Kandungan Surat Al-Kafirun erat kaitannya dengan kandungan surat sebelumnya yaitu surat al-Kautsar.
Dalam surat al-Kautsar, Allah memerintahkan kepada Rasulnya agar beribadah dengan ihklas dan bersyukur atas
nikmatnya, maka pada surat al-Kafirun berisi penjelasan terhadap apa yang di isyaratkan terdahulu kepada manusia,
yaitu jauh sebelum manusia dilahirkan, yakni ketika berada dalam kandungan ia sudah menyatakan beriman kepada
Allah swt.

Pokok kandungan surah al-Kafirun dinyatakan bahwa Tuhan yang disembah Nabi Muhammad saw dan
pengikut-pengikutnya bukanlah apa yang disembah oleh orang-orang kafir dan Nabi Muhammad saw tidak akan
menyembah apa yang disembah oleh orang-orang kafir.
Secara umum,surat al-Kafirun mempunyai dua kandungan utama,ikrar kemurnian tauhid,
khususnya tauhid uluhiyah (tauhid ibadah),dan ikrar penolakan terhadap semua bentuk dan
praktek peribadatan kepada selain Allah, yang dilakukan oleh orang-orang kafir.
Pertama, Allah memerintahkan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wasallam untuk memanggil orang-
orang kafir dengan khitab (panggilan) Yaa ayyuhal kafirun (Wahai orang-orang kafir), padahal
Al-Quran tidak biasa memanggil mereka dengan cara yang vulgar semacam ini. Yang lebih
umum digunakan dalam Al-Quran adalah khitab semacam 'Yaa ayyuhan naas' (Wahai sekalian
manusia) dan sebagainya.
Kedua, pada ayat ke-2 dan ke-4 Allah memerintahkan Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam untuk menyatakan secara tegas, jelas dan terbuka kepada mereka, bahwa beliau (begitu
pula ummatnya) sama sekali tidak akan pernah menyembah apa yang disembah oleh orang-orang
kafir.
Ketiga, pada ayat ke-3 dan ke-5 Allah memerintahkan Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam untuk menegaskan juga dengan jelas dan terbuka bahwa, orang-orang kafir pada
hakikatnya tidak akan pernah benar-benar menyembah-Nya. Dimana hal ini bisa pula kita
pahami sebagai larangan atas orang-orang kafir untuk ikut-ikutan melakukan praktek-praktek
peribadatan kepada Allah sementara mereka masih berada dalam kekafirannya. Mereka baru
boleh melakukan berbagai praktek peribadatan tersebut jika mereka sudah masuk ke dalam
agama Islam.
Keempat, Allah lebih menegaskan hal kedua dan ketiga diatas dengan melakukan pengulangan
ayat, dimana kandungan makna ayat ke-2 diulang dalam ayat ke-4 dengan sedikit perubahan
redaksi nash, sedang ayat ke-3 diulang dalam ayat ke-5 dengan redaksinash yang sama persis.
Adanya pengulangan ini menunjukkan adanya penafian atas realitas sekaligus larangan yang
bersifat total dan menyeluruh, yang mencakup seluruh waktu (yang lalu, kini, yang akan datang
dan selamanya), dan mencakup seluruh bentuk dan macam peribadatan.
Kelima, Allah memungkasi dan menyempurnakan semua hal diatas dengan penegasan terakhir
dalam firman-Nya: Lakum diinukum wa liya diin (Bagi kalian agama kalian dan bagiku
agamaku). Dimana kalimat penutup yang singkat ini memberikan sebuah penegasan sikap atas
tidak bolehnya pencampuran antara agama Islam dan agama lainnya. Jika Islam ya Islam tanpa
boleh dicampur dengan unsur-unsur agama lainnya dan demikian pula sebaliknya. Ayat ini juga
memupus harapan orang-orang kafir yang menginginkan kita untuk mengikuti dan terlibat dalam
peribadatan-peribadatan mereka.
Keenam,Ayat pamungkas yang merupakan ringkasan dan kesimpulan seluruh kandungan surat
Al-Kaafiruun ini, Dimana semuanya berintikan pernyataan dan ikrar ketegasan sikap setiap
orang beriman terhadap setiap orang kafir, tanpa adanya sedikitpun toleransi, kompromi dan
pencampuran, jika terkait secara khusus tentang masalah dan urusan agama masing-masing,
yakni yang meliputi aspek aqidah, ritual ibadah dan hukum.

Sedangkan secara rinci pokok kandungan surat al-Kafirun secara menyeluruh adalah:

1.Sikap Umat Islam terhadap Ajakan Orang Kafir.

Hal ini terlihat pada ayat pertama dan kedua dari surat Al-Kafirun yang artinya Katakanlah: "Hai orang-
orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Yakni Tuhan yang menurut pengakuanmu kamu
sembah bukanlah Dia , Tuhan yang aku sembah karena yang kamu sembah adalah Tuhan yang menjadikan putra
bagi dirinya , serta para pemberi syafaat (yang menjadi perantara antara dia dan para penyembahnya). Atau Tuhan
yang menjelma dalam diri seorang manusia , atau ber-tajali (menampakkan diri) dalam bentuk dan rupa tertentu , atu
lain-lainnya lagi menurut pengakuan kamu , adapun Tuhan yang saya sembah (atau menunjukkan Ibadah kepada-
Nya) adalah Tuhan yang terjauhkan dan tersucikan dari segala sifat yang dengannya kamu menggambarkan Tuhan
Kamu.[3]
Hal ini juga terlihat dalam surat Al-Kafirun ayat 3 yang artinya dan kamu bukan penyembah Tuhan yang
aku sembah. Ayat ini menegaskan bahwa mereka itu tidak akan mengabdi kepada Allah, Tuhan yang masa sekarang
dan masa datang disembah oleh Rasulullah saw. Oleh mereka orang-orang kafir Mekkah yang ketika itu datang
kepada Rasulullah saw menawarkan kompromi dan yang dalam kenyataan sejarah orang-orang kafir itu tidak
memeluk agama Islam, sebagian mereka terbunuh oleh kekafirannya, mereka adalah Abul Jahl, Abu Lahab,
Umayyah bin Khalaf dan lain-lain.
2. Batas-batas Toleransi dalam Islam
Selanjutnya Allah memerintahkan kepada Nabi untuk berkata kepada mereka dalam ayat ke 4 yang artinya
Dan aku tidak beribadah seperti ibadah kamu. Dalam ayat ke 4 ini terdapat kata ma. Kata ma disini adalah
mashdariyyah bukan maushulah seingga artinya adalah Dan aku tidak beribadah seperti ibadah kamu bukan Dan aku
tidak menyembah apa yang kamu sembah , dan pada ayat yang kelima yang artinya dan kamu tidak beribadah
seperti ibadahku.
Dapat disimpulkan bahwa kedua kalimat pertama (ayat ke 2 dan ke 3) menegaskan tentang perbedaan
substansial mengenai al-mabud (yang disembah) , sedangkan kedua kalimat terakhir (ayat ke 4 dan 5) menegaskan
tentang perbedaan substansial mengenai ibadah yang dilakukan masing-masing.[4]
Jadi dalam Islam tidak ada toleransi dalam beribadah. Orang Islam beribadah murni kepada Allah semata
dan tidak beribadah layaknya orang-orang kafir yang bercampur dengan segala kemusyrikan dan senantiasa
melalaikan Allah.
3. Toleransi Antar Umat Beragama
Hal ini tertera pada ayat terakhir surat Al-Kafirun yang berarti penolakkan adanya pencampuran dalam
bentuk apapun. Ayat terakhir surat Al-Kafirun berarti Bagimulah agamamu dan bagikulah agamaku.
Bagimulah agamamu dan bagikulah agamaku berarti agamanya orang kafir hanya berlaku untuk orang kafir saja dan
orang islam tidak terlibat didalamnya begitupun sebaliknya agama orang islam hanya untuk orang islam saja dan
tidak ada pencampuran antara agama orang islam dengan agama orang kafir.

C.Perilaku yang mencerminkan surat Al-Kafirun

1. Menolak ajakan kaum musyrikin dengan tegas dan bijaksana untuk tukar-menukar pengalaman dalam keimanan dan
peribadatan atau untuk keluar dari agama Islam dan menganut agama mereka.
2. Setiap Muslim/Muslimah akan bertekad dan berusaha secara sungguh-sunguh agar selama hidup di alam dunia ini
senantiasa meyakini kebenaran agama Islam yang dianutnya dan mengamalkan seluruh ajarannya dengan bertakwa
kepada Allah.
3. Antara umat Islam dengan umat lain (non-Islam) tidak ada kompromi (toleransi) dalam hal keimanan (akidah) dan
peribadanan, namun dalam pergaulan hidup bermasyarakat antara umat islam dan umat lain (non-Islam), sebaiknya
saling menghormati dan menghargai serta bekerja sama dalam urusan dunia demi terwujudnya keamanan,
ketertiban, kedamaian, dan kesejahteraan bersama.
4. Memiliki kemantapan iman dalam hatinya, sehingga tidak terpengaruh oleh ajakan dan rayuan untuk memeluk dan
menganut keyakinan lain.
5. Meyakini dengan sepenuhnya bahwa Tuhan yang disembahnya dan agama yang dipeluknya adalah yang paling
benar dan paling baik baginya.
6. Menghormati pemeluk agama dan penganut keyakinan lain.
7. Menghargai perbedaan pandangan dengan kelompok Islam yang lainya.
8. Tidak melakukan tindakan atau perbuatan yang tujuannya untuk mengganggu penganut agama lin maupun
kelompok Islam lain.

BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa surat al-Kafirun turun karena adanya usulan kompromi
oleh kaum kafir yakni kaum yang mengingkari keesaan tuhan dan kerasullan Muhammad,orang yang mengingkari
karunia dan kenikmatan tuhan dan orang yang tidak mau melaksanakan ajaran agama meskiia
mempercayainya,untuk secara bergantian dalam menyembah tuhan.Kandungan pokok surat al-Kafirun dinyatakan
bahwa Tuhan yang disembah Nabi Muhammad saw dan pengikut-pengikutnya bukanlah apa yang disembah oleh
orang-orang kafir dan Nabi Muhammad saw tidak akan menyembah apa yang disembah oleh orang-orang kafir.itu
artinnya tidak ada toleransi dalam hal keimanan dan peribadatan.

B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami susun, semoga bermanfaat untuk kita semua dan pastinya makalah ini
jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami mohon partisipasinya untuk memberi saran dalam menelaah makalah
ini lebih jauh.

Anda mungkin juga menyukai