Anda di halaman 1dari 20

A.

OTENTISITAS HADITS

1. Mengetahui Matan Hadits


Pemakalah mengetahui matan hadits pada sebuah tabligh akbar, dengan
keterangan sebagai berikut;
Dalam ceramahnya itu, Ustad menyampaikan sebuah terjemahan hadits yang
bertemakan “Toleransi dalam berhutang” sebagai berikut;

“Aku memberi toleransi dan kemudahan dalam masalah hutang kepada orang yang
kesusahan.”

2. Hadits Lengkap
Berikut ini adalah hadits lengkap yang telah pemakalah temukan melalui aplikasi
pencarian hadits lidwa pusaka, dengan keterangan sebagai berikut;
Hadist Pertama
Sumber : Ibnu Majah
Kitab : Hukum-hukum
Bab : Memberi perpanjangan waktu kepada orang kesusahan
No. Hadist : 2411

‫ع َمي ٍْر قَا َل‬ ُ ‫ع ْن َع ْب ِد ْال َم ِل ِك ب ِْن‬


َ ُ‫ش ْعبَة‬ ُ ‫ام ٍر َحدَّثَنَا‬
ِ ‫ع‬َ ‫ار َحدَّثَنَا أَبُو‬ ٍ ‫ش‬ َّ َ‫َحدَّثَنَا ُم َح َّمدُ ْب ُن ب‬
‫سلَّ َم أ َ َّن‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ َ‫ِث َع ْن ُحذَ ْيفَة‬
َ ِ ‫ع ْن النَّبِي‬ ُ ‫اش يُ َحد‬ ٍ ‫ي بْنَ ِح َر‬ َّ ‫س ِم ْعتُ ِر ْب ِع‬ َ
‫الس َّك ِة‬ِ ‫ت فَإ ِ َّما ذَ َك َر أ َ ْو ذُ ِك َر قَا َل ِإنِي ُك ْنتُ أَت َ َج َّو ُز فِي‬ َ ‫ع ِم ْل‬
َ ‫ات فَ ِقي َل لَهُ َما‬ َ ‫َر ُج اًل َم‬
َّ ‫سو ِل‬
ِ‫َّللا‬ ُ ‫س ِم ْعتُ َهذَا ِم ْن َر‬ َّ ‫َوالنَّ ْق ِد َوأ ُ ْن ِظ ُر ْال ُم ْعس َِر فَغَفَ َر‬
َ ْ‫َّللاُ لَهُ قَا َل أَبُو َم ْسعُو ٍد أَنَا قَد‬
‫سلَّ َم‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ

Terjemahannya:
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar berkata; telah menceritakan
kepada kami Abu Amir berkata, telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Abdul
Malik bin Umair ia berkata; aku mendengar Rib'i bin Hirasy menceritakan dari
Hudzaifah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Seorang laki-laki

1
‫‪meninggal, kemudian dikatakan kepadanya, "Apa yang telah engkau lakukan?" -ia‬‬
‫‪menyebutkan atau disebutkan kepadanya- laki-laki itu berkata, 'Aku memberi toleransi‬‬
‫‪dan kemudahan dalam masalah hutang kepada orang yang kesusahan.' Lalu Allah pun‬‬
‫‪mengampuninya." Abu bin Mas'ud berkata; "Aku mendengar hadits ini dari Rasulullah‬‬
‫"‪shallallahu 'alaihi wasallam.‬‬
‫‪Hadist Kedua‬‬
‫‪Sumber‬‬ ‫‪: Bukhari‬‬
‫‪Kitab‬‬ ‫‪: Hadits-hadits yang meriwayatkan tentang para Nabi‬‬
‫‪Bab‬‬ ‫‪: Bani Israil‬‬
‫‪No. Hadist : 3194‬‬

‫اش‬ ‫سى ب ُْن إِ ْس َما ِعي َل َحدَّثَنَا أَبُو َع َوانَةَ َحدَّثَنَا َع ْبد ُ ْال َم ِل ِك َع ْن ِر ْب ِعي ِ ب ِْن ِح َر ٍ‬ ‫َحدَّثَنَا ُمو َ‬
‫َّللاُ َعلَ ْي ِه‬ ‫صلَّى َّ‬ ‫َّللاِ َ‬ ‫سو ِل َّ‬ ‫ت ِم ْن َر ُ‬ ‫س ِم ْع َ‬ ‫ع ْقبَةُ ب ُْن َع ْم ٍرو ِل ُحذَ ْيفَةَ أ َ ََل ت ُ َح ِدثُنَا َما َ‬ ‫قَا َل قَا َل ُ‬
‫َارا فَأ َ َّما الَّذِي َي َرى‬ ‫س ِم ْعتُهُ َيقُو ُل ِإ َّن َم َع الدَّ َّجا ِل ِإذَا خ ََر َج َما اء َون ا‬ ‫سلَّ َم قَا َل ِإنِي َ‬ ‫َو َ‬
‫َار ت ُ ْح ِر ُق فَ َم ْن‬ ‫ارد ٌ فَن ٌ‬ ‫اس أَنَّهُ َما ٌء َب ِ‬ ‫اردٌ َوأ َ َّما الَّذِي َي َرى النَّ ُ‬ ‫ار فَ َما ٌء َب ِ‬ ‫اس أَنَّ َها النَّ ُ‬‫النَّ ُ‬
‫س ِم ْعتُهُ َيقُو ُل‬ ‫اردٌ قَا َل ُحذَ ْيفَةُ َو َ‬ ‫ب بَ ِ‬ ‫ع ْذ ٌ‬ ‫أ َ ْد َر َك ِم ْن ُك ْم فَ ْل َيقَ ْع فِي الَّذِي َي َرى أَنَّ َها ن ٌ‬
‫َار فَإِنَّهُ َ‬
‫ت ِم ْن َخي ٍْر‬ ‫ض ُرو َحهُ فَ ِقي َل لَهُ ه َْل َع ِم ْل َ‬ ‫ِإ َّن َر ُج اًل َكانَ فِي َم ْن َكانَ قَ ْبلَ ُك ْم أَتَاهُ ْال َملَكُ ِليَ ْق ِب َ‬
‫اس فِي الدُّ ْنيَا‬ ‫ش ْيئاا َغي َْر أَنِي ُك ْنتُ أُبَا ِي ُع النَّ َ‬ ‫ظ ْر قَا َل َما أ َ ْعلَ ُم َ‬ ‫قَا َل َما أ َ ْعلَ ُم قِي َل لَهُ ا ْن ُ‬
‫س ِم ْعتُهُ‬ ‫َّللاُ ْال َجنَّةَ فَقَا َل َو َ‬
‫ع ْن ْال ُم ْعس ِِر فَأ َ ْد َخلَهُ َّ‬ ‫ازي ِه ْم فَأ ُ ْن ِظ ُر ْال ُمو ِس َر َوأَت َ َج َاو ُز َ‬ ‫َوأ ُ َج ِ‬
‫صى أ َ ْهلَهُ إِذَا أَنَا ُم ُّ‬
‫ت‬ ‫س ِم ْن ْال َحيَاةِ أ َ ْو َ‬ ‫ض َرهُ ْال َم ْوتُ فَلَ َّما يَئِ َ‬ ‫يَقُو ُل إِ َّن َر ُج اًل َح َ‬
‫ت إِلَى‬ ‫ص ْ‬ ‫ت لَ ْح ِمي َو َخلَ َ‬ ‫َارا َحتَّى إِذَا أ َ َكلَ ْ‬ ‫يرا َوأ َ ْوقِدُوا فِي ِه ن ا‬ ‫طباا َكثِ ا‬ ‫اج َمعُوا ِلي َح َ‬ ‫فَ ْ‬
‫ظ ُروا يَ ْو اما َرا احا فَا ْذ ُروهُ فِي ْاليَ ِم فَفَعَلُوا‬ ‫اط َحنُوهَا ث ُ َّم ا ْن ُ‬ ‫َت فَ ُخذُوهَا فَ ْ‬ ‫ظ ِمي فَا ْمت ُ ِحش ْ‬ ‫َع ْ‬
‫ع ْق َبةُ ب ُْن َع ْم ٍرو‬ ‫َّللاُ لَهُ قَا َل ُ‬
‫ت ذَ ِل َك قَا َل ِم ْن َخ ْشيَ ِت َك فَغَفَ َر َّ‬ ‫َّللاُ فَقَا َل لَهُ ِل َم فَعَ ْل َ‬
‫فَ َج َم َعهُ َّ‬
‫شا‬ ‫اك َو َكانَ نَبَّا ا‬ ‫س ِم ْعتُهُ َيقُو ُل ذَ َ‬ ‫َوأَنَا َ‬

‫‪Terjemahannya:‬‬
‫‪Telah bercerita kepada kami Musa bin Isma'il telah bercerita kepada kami Abu 'Awanah‬‬
‫‪telah bercerita kepada kami 'Abdul Malik dari Rab'iy bin Hirasy berkata, 'Uqbah bin‬‬
‫‪'Amru berkata kepada Hudzaifah; "Tidakkah kamu bersedia untuk menceritakan apa‬‬

‫‪2‬‬
yang pernah kamu dengar dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam?". Hudzaifah
berkata; "Sungguh aku pernah mendengar beliau besabda: " Dajjal keluar dengan
membawa air dan api. Adapun apa yang dilihat manusia sebagai api sebenarnya adalah
air yang dingin, dan yang dilihat manusia sebagai air sesungguhnya dia adalah api
yang membakar. Maka siapa di antara kalian yang berjumpa dengannya hendaklah
mengambil yang di tangannya yang nampak seperti api karena itu adalah air yang segar
lagi dingin". Hudzaifah berkata pula; "Dan aku juga pernah mendengar beliau
shallallahu 'alaihi wasallam besabda: "Ada seorang dari kaum sebelum kalian
didatangi malaikat untuk mencabut nyawanya lalu ditanyakan kepadanya; "Apakah
kamu pernah beramal kebaikan?". Orang itu menjawab; "Aku tidak tahu". Dikatakan
kepadanya; "Coba kamu ingat-ingat". Orang itu kembali menjawab; "Aku tidak tahu
apapun, kecuali aku pernah melakukan transaksi jual beli sesama manusia, terhadap
yang diberi kelonggaran hartanya pun aku memberi toleransi waktu untuk membayar
hutangnya, dan terhadap yang kesulitan aku memaafkan. Allah pun kemudian
memasukkannya ke surga". Lalu Hudzaifah berkata lagi; "Dan aku juga pernah
mendengar beliau shallallahu 'alaihi wasallam: "Ada seseorang ketika kematiannya
sudah hampir dekat dan sudah tidak punya harapan untuk bertahan hidup, dia
berwasiat kepada keluarganya; "Jika nanti aku meninggal dunia, kumpulkanlah kayu
bakar yang banyak lalu nyalakanlah api pada kayu-kayu itu (untuk membakarku)
hingga apabila api telah melumat dagingku dan menghancurkan tulang belulangku,
hingga setelah menjadi abu maka ambillah, kumpulkanlah abu jasadku itu lalu lihatlah
suatu hari ketika angin berhembus kencang, maka kalian hanyutkanlah abu jasadku itu
ke sungai. Keluarganya pun melakukan wasiatnya. Pada hari qiyamat Allah
memgumpulkan kembali abu jasadnya itu lalu dihidupkan, kemudian dia ditanya:
"Mengapa kamu lakukan itu?". Orang itu menjawab: "Karena aku takut kepada-Mu".
Maka Allah mengampuni orang itu". 'Uqbah bin 'Amru; "Dan aku mendengar beliau
shallallahu 'alaihi wasallam besabda seperti itu dan disebutkan bahwa orang yang
dimaksud itu pekerjaannya sebagai tukang penggali kubur".

3. Urutan Sebagai Perawi dan Sanad


- Ibnu Majah No.2411 Urutan Sanad dan Parawi 1
NO Nama Perawi Hadits Urutan Urutan

3
Sebagai Perawi Sebagai Sanad
Hudzaifah bin Al Yaman Perawi I Sanad VI
1

Rib'iy bin Hirasy bin Perawi II Sanad V


2
Jahsy
Abdul Malik bin 'Umair Perawi III Sanad IV
3
bin Suwaid
4 Syu'bah bin Al Hajjaj bin Perawi IV Sanad III
5 Abdul Malik bin 'Amru Perawi V Sanad II
Muhammad bin Basysyar bin Perawi VI Sanad I
6
'Utsman
7 Ibnu Majah Perawi VII Mukharrij Hadits

- Ibnu Majah No.2411 Urutan Sanad dan Parawi 2


Urutan Urutan
NO Nama Perawi Hadits
Sebagai Perawi Sebagai Sanad
Uqbah bin 'Amru bin Perawi I Sanad VI
1 Tsa'labah
Rib'iy bin Hirasy bin Perawi II Sanad V
2
Jahsy
Abdul Malik bin 'Umair Perawi III Sanad IV
3
bin Suwaid
4 Syu'bah bin Al Hajjaj bin Perawi IV Sanad III
5 Abdul Malik bin 'Amru Perawi V Sanad II
Muhammad bin Basysyar bin Perawi VI Sanad I
6
'Utsman
7 Ibnu Majah Perawi VII Mukharrij Hadits

- Bukhari No.3194 Urutan Sanad Parawi 1

4
Urutan Urutan
NO Nama Perawi Hadits
Sebagai Perawi Sebagai Sanad
Hudzaifah bin Al Yaman Perawi I Sanad V
1

Rib'iy bin Hirasy bin Perawi II Sanad IV


2
Jahsy
Abdul Malik bin 'Umair Perawi III Sanad III
3 bin Suwaid

4 Wadldloh bin 'Abdullah, Perawi IV Sanad II


5 Musa bin Isma'il Perawi V Sanad I
6 Bukhari Perawi VI Mukharrij Hadits

- Bukhari No.3194 Urutan Sanad Parawi 2


Urutan Urutan
NO Nama Perawi Hadits
Sebagai Perawi Sebagai Sanad
Uqbah bin 'Amru bin Perawi I Sanad V
1 Tsa'labah
Rib'iy bin Hirasy bin Perawi II Sanad IV
2
Jahsy
Abdul Malik bin 'Umair Perawi III Sanad III
3 bin Suwaid

4 Wadldloh bin 'Abdullah, Perawi IV Sanad II


5 Musa bin Isma'il Perawi V Sanad I
6 Bukhari Perawi VI Mukharrij Hadits

4. Skema Mata Rantai Sanad Hadits

5
Sanad berasal dari kata dasar “sanada”, “yasnudu”, artinya: “sandaran”, “tempat
bersandar”, “tempat berpegang”, atau berarti “yang dipercaya” atau “yang sah”, sebab
sebuah hadits selalu bersandar padanya dan dipegangi atas kebenarannya*. Sanad ialah
mata rantai perawi yang memindahkan hadits dari sumbernya yang pertamanya.
Sehingga penulis menyimpulkan sanad adalah jalan/jalur periwayatan hadits mulai dari
orang per-orang(tabiut tabi’in-tabi’in-sahabat) sampai kepada Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam sebagai sumber pertama.
Berikut dilampirkan jalur sanad dari hadits riwayat Ibnu Majah, No 2411:

Hudzaifah bin Al Uqbah bin 'Amru bin


Yaman Tsa'labah

Rib'iy bin Hirasy bin


Jahsy

Abdul Malik bin 'Umair


• Abdul Malik bin 'Umair
bin Suwaid
bin Suwaid

Syu'bah bin Al Hajjaj bin


Al Warad

Abdul Malik bin 'Amru

Muhammad bin Basysyar bin


'Utsman

Keterangan:

6
: Sahabat ialah orang yang bertemu rasulullah sahallahu'alaihi wa sallam dan
ia seorang muslim sampai akhir hayatnya. (Pada hadits ini, yang menjadi
sahabat adalah: Hudzaifah bin Al Yaman).

• : Tsiqah/ Mutqin/ Adil ialah Perawi yang mempunyai sifat `adil dan kuat
hafalannya. (Pada hadist ini, yang menjadi Tsiqah/ Mutqin/ Adil adalah Rib'iy
bin Hirasy bin Jahsy, Abdul Malik bin 'Umair bin Suwaid, Abdul Malik bin
'Amru, dan Muhammad bin Basysyar bin 'Utsman).

: Tsiqah Tsiqah atau Tsiqah Hafidz, ialah Perawi yang mempunyai kredibilitas
yang inggi, yang terkumpul pada dirinya sifat adil dan hafalannya sangat
kuat. (Pada hadits ini, yang menjadi Tsiqah Tsiqah atau Tsiqah Hafidz
adalah: Qatadah bin Da'amah bin Qatadah).

7
Berikut dilampirkan jalur sanad dari hadits riwayat Bukhari, No 3194:

Hudzaifah bin Al Yaman Uqbah bin 'Amru bin


Tsa'labah

Rib'iy bin Hirasy bin


Jahsy

Abdul Malik bin 'Umair


bin Suwaid

Wadldloh bin
'Abdullah,
maula Yazid bin 'Atha

Musa bin Isma'il

Keterangan:
: Sahabat ialah orang yang bertemu rasulullah sahallahu'alaihi wa sallam dan
ia seorang muslim sampai akhir hayatnya. (Pada hadits ini, yang menjadi
sahabat adalah: Hudzaifah bin Al Yaman).

: Tsiqah/ Mutqin/ Adil ialah Perawi yang mempunyai sifat `adil dan kuat
hafalannya. (Pada hadist ini, yang menjadi Tsiqah/ Mutqin/ Adil adalah

• : Majhul Al-Haal/ Mastur adalah Perawi yang tidak diketahui jati dirinya. (Pada
hadist ini, yang menjadi Majhul Al-Haal/ Matsur adalah: Wadldloh bin
'Abdullah, maula Yazid bin 'Atha

: Shaduq, buruk hapalannya adalah Perawi yang jujur terhadap apa yang
diberitakan, tetapi ia memiliki hapalan yang buruk dan sering keliru dalam
periwayatan. (Pada hadist ini yang menjadi Shaduq adalah Musa bin Isma’il).

8
Sekema sanat gabungan hadits Ibnu Majah No. 2411 dan Bukhari No.3194:

Hudzaifah bin Al Uqbah bin 'Amru bin


Yaman Tsa'labah

Rib'iy bin Hirasy


bin
Jahsy

Abdul Malik bin


'Umair
bin Suwaid

Syu'bah bin Al Hajjaj Wadldloh bin


bin 'Abdullah,
Al Warad maula Yazid bin
'Atha'"
Abdul Malik bin Musa bin Isma'il
'Amru

Muhammad bin
Basysyar bin
'Utsman

B. KEHUJAHAN HADITS

9
1. Berdasarkan Dari Kuantitas Periwayatan
Hadits ditinjau dari segi jumlah rawi atau banyak sedikitnya perawi yang
menjadi sumber berita, maka dalam hal ini pada garis besarnya hadits dibagi menjadi
dua macam, yakni Hadits Mutawatir, Hadits Mansyur, dan Hadits Ahad.
Dan hadits Ibnu Majah No. 2411 dan Bukhari No.3911 ini termasuk pada Hadis
Ahad karena jumlah pemberitaannya tidak mencapai jumlah pemberita hadis mutawatir
yaitu hanya satu orang.

2. Berdasarkan Dari Kwalitasnya

Perlu kita ketahui ketika hadits tersebut dapat dikatakan Shahih, Hasan, atau
Dho’if. jika mendapati ketentuan masing-masing kualitas terpenuhi. Tiap-tiap perawi
akan di pertanyakan integritasnya.

Berikut integritas rowi-rowinya dari hadits yang kita dapatkan yaitu hadits Ibnu
Majah no. 2411 dan Bukhari No.3194:

Nama Rowi Biografi Komentar Ulama

Hudzaifah bin Al  Nama Lengkap : Shahabat


Yaman
Hudzaifah bin Al
Yaman
 Kalangan :
Shahabat
 Kuniyah : Abu
'Abdullah
 Negeri semasa
hidup : Kufah
 Wafat : 36 H

10
Uqbah bin 'Amru bin  Nama Lengkap : Shahabat
Tsa'labah
Uqbah bin 'Amru
bin Tsa'labah
 Kalangan :
Shahabat
 Kuniyah : Abu
Mas'ud
 Negeri semasa
hidup : Kufah
 Wafat : 40 H

Rib'iy bin Hirasy bin  Nama Lengkap : Perawi yang mempunyai


Rib'iy bin Hirasy sifat `adil dan kuat
bin Jahsy hafalannya.
 Kalangan : Tabi'in
kalangan tua
 Kuniyah : Abu
Maryam
 Negeri semasa
hidup : Kufah
 Wafat : 104 H

Abdul Malik bin 'Umair  Nama Lengkap : Perawi yang mempunyai


bin Suwaid
Abdul Malik bin sifat `adil dan kuat
'Umair bin hafalannya.
Suwaid
 Kalangan : Tabi'in
kalangan biasa
 Kuniyah : Abu
'Umar

11
 Negeri semasa
hidup : Kufah
 Wafat : 136 H

Syu'bah bin Al Hajjaj  Nama Lengkap : Perawi yang mempunyai


bin
Syu'bah bin Al kredibilitas yang inggi,
Al Warad
Hajjaj bin Al yang terkumpul pada
Warad dirinya sifat adil dan
 Kalangan : Tabi'ut hafalannya sangat kuat.
Tabi'in kalangan
tua
 Kuniyah : Abu
Bistham
 Negeri semasa
hidup : Bashrah
 Wafat : 160 H

Wadldloh bin  Nama Lengkap : Perawi yang tidak


'Abdullah, "Wadldloh bin diketahui jati dirinya.
'Abdullah, maula
Yazid bin 'Atha'"
 Kalangan : Tabi'ut
Tabi'in kalangan
pertengahan
 Kuniyah : Abu
'Awanah
 Negeri semasa
hidup : Bashrah

12
 Wafat : 176 H

Abdul Malik bin 'Amru  Nama Lengkap : Perawi yang mempunyai


Abdul Malik bin sifat `adil dan kuat
'Amru hafalannya.
 Kalangan : Tabi'ut
Tabi'in kalangan
biasa
 Kuniyah : Abu
'Amir
 Negeri semasa
hidup : Bashrah
 Wafat : 204 H

Musa bin Isma'il  Nama Lengkap : Perawi yang jujur


Musa bin Isma'il terhadap apa yang
 Kalangan : Tabi'ut diberitakan, tetapi ia
Tabi'in kalangan memiliki hapalan yang
pertengahan buruk dan sering keliru
 Kuniyah : Abu dalam periwayatan.
Salamah
 Negeri semasa
hidup : Bashrah
 Wafat : 223 H

13
Muhammad bin  Nama Lengkap : Perawi yang mempunyai
Basysyar bin
Muhammad bin sifat `adil dan kuat
Basysyar bin hafalannya.
'Utsman
 Kalangan : Tabi'ul
Atba' kalangan
tua
 Kuniyah : Abu
Bakar
 Negeri semasa
hidup : Bashrah
 Wafat : 252 H

Bukhari  Nama:Â Tsiqah/ Mutqin/`Adil =


Muhammad bin Perawi yang mempunyai
Isma'il bin sifat `adil dan kuat
Ibrahim bin al hafalannya
Mughirah bin
Bardizbah.
 Kuniyah beliau:
Abu Abdullah
 Wafat: 256 H

14
Ibnu Majah  Nama: Tsiqah/ Mutqin/`Adil =
Muhammad bin Perawi yang mempunyai
Yazid bin Majah sifat `adil dan kuat
al Qazwini hafalannya
 Kuniyah Beliau:
Abu Abdullah
 Wafat: 273 H

Perlu kita ketahui ketika Hadits tersebut dapat dikatakan Shahih, Hasan, atau
Dho’if. Jika mendapati ketentuan masing-masing kualitas terpenuhi. Tiap-tiap perawi
akan di pertanyakan integritasnya.

Dari tabel dan skema mata rantai sanad di atas, kita sangat jelas melihat dari Hadits
Ibnu Majah 2411, dan Hadits Bukhari 3194 dengan rawi-rawi nya tersebut semua nya
memiliki sifat adil, hafalannya yang kuat. Tetapi terdapat seorang perawi yang memiliki
hapalan yang buruk dan sering keliru dalam periwayatan. Dan terdapat seorang sahabat
rasulullah yang bernama Abdur Rahman bin Shakhr. Beliau adalah orang yang bertemu
rasulullah sahallahu'alaihi wa sallam dan ia seorang muslim sampai akhir hayatnya.1

Hadits tersebut adalah Hasan dan sesuai dengan ketentuan-ketetuan Hasan yang
mana ketentuan adalah sebagai berikut:
a) shaduq (jujur)
b) laa ba’sa bih (tidak apa-apa)
c) siqah yukhthi’ (terpercaya tetapi banyak kesalahan)
d) shaduq lau awham (jujur tetapi diragukan)

1
Za’lul, Abu Hajir Muhammad al-Sa’id bin Baiyuniy. t.th. Mausu’ah Athraf al-Hadits al-Nabawi al-
Syarif. Beirut: Dar al-Maktabah al-Ilmiyah.

15
Pengertian Hadits Hasan
Menurut bahasa hasan sifat Musyabbahah dari “Al Husn” yang mempunyai arti
“Al Jamal” (bagus), sedangkan menurut istilah, para ulama berbeda pendapat dalam
mendefenisikannya karena melihat bahwa ia merupakan pertengahan antara Hadits
Shahih dan Dhaif, dan juga karena sebagian ulama mendefenisikan sebagai salah satu
bagiannya.2

3. Pembagian Hadits berdasarkan penyandaran Hadits

Pembagian yang terakhir adalah melihat Hadits dari segi penyandarannya,


kepada siapa hadits itu disandarkan. Hadits dengan melihat tinjauan ini, terbagi menjadi
empat, yaitu Hadits marfu’, Hadits mauquf, Hadits maqthu’ dan hadits qudsi.
Hadits Ibnu Majah No. 2411 dan Bukhari No.3194 termasuk kedalam Hadits
Marfu’ karena disandarkan kepada Nabi saw berupa perkataan, perbuatan atau taqrir
beliau; baik yang menyandarkannya sahabat, tabi’in atau yang lain; baik sanad hadits
itu bersambung atau terputus.
Hadits Marfu’ itu ada yang sanadnya bersambung, adapula yang terputus. Dalam
hadits marfu ini tidak dipersoalkan apakah ia memiliki sanad dan matan yang baik atau
sebaliknya. Bila sanadnya bersambung maka dapat disifati Hadits Shahih atau Hadits
Hasan, berdasarkan derajat kedhabitan dan keadilan perawi. Bila sanadnya terpuus
hadits tersebut disifati dengn hadits dhaif mengikuti macam-macam putusnya perawi.
Hadit Marfu’ ini terbagi dua yaitu Marfu’ Sharih(Marfu’ Haqiqy) yaitu hadits yang
disandarkan secara tegas kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan Hadits
Marfu’ Ghairu Sharih (Marfu’ hukmy) yaitu hadits yang tidak disandarkan secara tegas
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan hadits ini termasuk kepada Hadits
Marfu’ Sharih(Marfu’ Haqiqy) karna disandarkan secara tegas. Hadits Marfu’ Sharih
(Marfu’ Haqiqy) ini terbagi lagi menjadi 3 yatu Marfu’ Qauly (perkatan), Marfu’ Fi’li
(perbuatan) dan Marfu’ Taqriry (ketepatan) dan hadits ini termasuk pada marfu’ Qauly
(perkatan).

2 M. Hasbi As-Siddiqy, Pokok – Pokok Dirayah Hadits1 (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), 105

16
C. PEMAHAMAN HADITS

1. Pemahaman Hadits Sesuai Dengan Petunjuk Al-Qur’an

Dari Hadits Ibnu Majah No. 2411 dan Bukhari No.3194 menyebutkan bahwa
kita harus memiliki rasa toleransi dalam berhutang, seperti memberi kemudahan dalam
masalah hutang kepada orang yang kesusahan, dan juga kita harus bertoleransi waktu
untuk membayar hutang sampai dia bisa membayar hutangnya, dan jika kita
mengiklaskannya itu akan mendapatkan pahala dari Allah SWT.

ْ ْ ُ َ ٌ ْ َ ُ َّ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ٰ َ ٌ َ َ َ َ ْ ُ ُ َ َ ْ َ
‫ْسة ۚ وأن تصدقوا خ ْي لكم ۖ ِإن‬
ٍ ‫ْسة فن ِظرة ِإَل مي‬
ٍ ‫وِإن كان ذو ع‬
َ َ َ ُُْ
‫كنت ْم ت ْعل ُمون‬
“Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai
dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik
bagimu, jika kamu mengetahui”. [Al-Baqarah: 280]

2. Pemahaman Hadits Secara Tematik-Korelatif


a. Pemahamman secara tematik
Pada Hadits Ibnu Majah No. 2411 dan Bukhari no.3194 secara tematik dapat kita
ambil satu hadits yang setema yaitu :

‫اش‬ ٍ ‫ع َمي ٍْر َع ْن ِر ْب ِعي ِ ب ِْن ِح َر‬ ُ ‫ع ْب ِد ْال َم ِل ِك ب ِْن‬


َ ‫ع ْن‬ َ ُ‫ش ْعبَة‬ ُ ‫َحدَّثَنَا ُم َح َّمد ُ ْب ُن َج ْعفَ ٍر َحدَّثَنَا‬
‫ات فَدَ َخ َل ْال َجنَّةَ فَ ِقي َل لَهُ َما‬ َ ‫سلَّ َم أ َ َّن َر ُج اًل َم‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ِ ‫ع ْن النَّبِي‬ َ َ‫َع ْن ُحذَ ْيفَة‬
‫اس فَ ُك ْنتُ أ ُ ْن ِظ ُر ْال ُم ْعس َِر‬
َ َّ‫ت ت َ ْع َم ُل قَا َل فَإ ِ َّما ذَ َك َر َو ِإ َّما ذُ ِك َر فَقَا َل ِإ ِني ُك ْنتُ أ ُ َبا ِي ُع الن‬
َ ‫ُك ْن‬
َّ ‫سو ِل‬
ِ‫َّللا‬ ُ ‫س ِم ْعتُهُ ِم ْن َر‬ َ ‫الس َّك ِة أ َ ْو فِي النَّ ْق ِد فَغُ ِف َر لَهُ فَقَا َل أَبُو َم ْسعُو ٍد َوأَنَا‬ ِ ‫َوأَت َ َج َّو ُز ِفي‬
‫سلَّ َم‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far telah bercerita kepada kami
Syu'bah dari 'Abdul Malik bin 'Umair dari Rib'i bin Hirasy dari Hudzaifah bin Al Yaman
dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa salam, bahwa seseorang masuk surga, ia ditanya: Apa
yang dulu pernah kau lakukan? Ia menjawab: -mungkin ia menyebutkan atau
disebutkan- aku dulu berjual beli dengan orang-orang, aku memberi penangguhan
(pembayaran hutang) bagi orang yang kesusahan dan aku membebaskan uang. Lalu ia

17
diampuni. Berkata Abu Mas'ud: Aku mendengarnya dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa salam. (HR. Ahmad No.22294)
Jadi kita sebagai hamba Allah yang taat, wajib memiliki rasa saling toleransi.
Termasuk juga rasa toleransi dalam berhutang, karena jika kita memberi toleransi
terahadap orang yang sedang kesusahan dalam hutangnya, dan alangkah lebih baiknya
kita mengiklaskan hutang kita kepada orang itu, karena Allah SWT akan melipat
gandakan pahala kita.3

b. Pemahaman Secara Korelatif

Pemakalah melihat pemahaman secara korelatif keterkaitan hadits HR. Ahmad


No.22294 di atas dengan Hadits Ibnu Majah No. 2411 dan Bukhari No.3194 adalah
ketiga hadits tersebut di pandang saling menguatkan karna saling menganjurkan dan
menyruh untuk memiliki rasa toleransi dalam berhutang.

3. Pemahaman Hadits Secara Tekstual


Pemahaman secara tekstual
Pemahaman Hadits Ibnu Majah No. 2411 secara tekstual dapat kita uraikan
sebagai berikut :

‫ت فَإ ِ َّما ذَ َك َر أ َ ْو ذُ ِك َر‬ َ ‫ات فَ ِقي َل لَهُ َما َع ِم ْل‬


َ ‫سلَّ َم أ َ َّن َر ُج اًل َم‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ِ ‫َع ْن النَّ ِبي‬
َّ ‫الس َّك ِة َوالنَّ ْق ِد َوأ ُ ْن ِظ ُر ْال ُم ْعس َِر فَغَفَ َر‬
ُ‫َّللاُ لَه‬ ِ ‫قَا َل ِإنِي ُك ْنتُ أَت َ َج َّو ُز فِي‬
dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Seorang laki-laki meninggal,
kemudian dikatakan kepadanya, "Apa yang telah engkau lakukan?" -ia menyebutkan
atau disebutkan kepadanya- laki-laki itu berkata, 'Aku memberi toleransi dan
kemudahan dalam masalah hutang kepada orang yang kesusahan.' Lalu Allah pun
mengampuninya."
Dari potongan hadits diatas, dapat kita simpulkan bahwa jika kita memiliki sikap
rasa toleransi kepada orang yang berhutang dan membuat hutangnya itu sebagai
kesusahan bagi dirinya, maka Allah SWT akan mengampuninya, dan jika kita meng-
iklaskan hutang tersebut, Allah SWT akan membalas pahala untuk kita.

3
Ibnu Mulqan.2004. Al-Badr al-Munir fi Takhrij al-Hadits wa al-Atsar. Riyadh: Dar al-Hibrah li Nasyr
wa al-Tauzi’.

18
D. PENUTUP
1. Simpulan
Adapun simpulan dari Toleransi dalam berhutang dalam makalah ini adalah sebagai
berikut;
A. Hadits tentang “Toleransi” ini otentik karena sampai kepada Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam (marfu’), lengkap memiliki sanad dan matan, dengan
rawi-rawi nya tersebut semua nya memiliki sifat adil, hafalannya yang kuat.
Tetapi terdapat seorang perawi yang memiliki hapalan yang buruk dan sering
keliru dalam periwayatan. Dan terdapat seorang sahabat rasulullah yang
bernama Abdur Rahman bin Shakhr. Beliau adalah orang yang bertemu
rasulullah sahallahu'alaihi wa sallam dan ia seorang muslim sampai akhir
hayatnya.
B. Pada Hadits Ibnu Majah No.2411 dan Bukhari No 3194 pemakalah dapat
menarik suatu kesimpulan, yaitu jika kita selalu memiliki rasa sikap toleransi,
Allah SWT akan memasukkanya kedalam surga. Kutipan yang pemakalah dapat
dari hadits ini yaitu toleransi dalam berhutang, jika ada seseorang berhutang
kepada kita dan disaat orang itu tidak sanggup membayar hutangnya kepada kita
bahkan dengan hutang itu dia merasa kesusahan. Jika kita memberi kemudahan
seperti toleransi dalam kemudahan dia berhutang dengan memberi waktu untuk
dia agar dapat membayar hutangnya, apalagi jika kita mengiklaskannya, maka
Allah SWT akan memasukan dia kedalam surga.

2. Saran
Pemakalah menyadari bahwa penyusunan makalah Takhrij Hadits Tentang
Toleransi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan atau penyempurnaannya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Thahhan, Mahmud. 1983. Ushul al-Takhrij wa Dirasat al-Asanid.Riyadh:


Maktabah al-Rasyid.
Za’lul, Abu Hajir Muhammad al-Sa’id bin Baiyuniy. t.th. Mausu’ah Athraf al-
Hadits al-Nabawi al-Syarif. Beirut: Dar al-Maktabah al-Ilmiyah.
Hajar, Ibnu. 1994. At-Tuhfah ‘ala Kitab Ibnu Shalah. Beirut: Dar al-Kutub al-
‘Arabiy.
Wensinck, A.J. 1946. Al-Mu`jam al-Mufahras li Alfazh al-Hadits al-Nabawiy.
Beirut: Maktabah Baril.
Masyfu’, Zuhdi. 1993. Pengantar Ilmu-Hadits. Surabaya : Bina Ilmu.

20

Anda mungkin juga menyukai