OTENTISITAS HADITS
“Aku memberi toleransi dan kemudahan dalam masalah hutang kepada orang yang
kesusahan.”
2. Hadits Lengkap
Berikut ini adalah hadits lengkap yang telah pemakalah temukan melalui aplikasi
pencarian hadits lidwa pusaka, dengan keterangan sebagai berikut;
Hadist Pertama
Sumber : Ibnu Majah
Kitab : Hukum-hukum
Bab : Memberi perpanjangan waktu kepada orang kesusahan
No. Hadist : 2411
Terjemahannya:
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar berkata; telah menceritakan
kepada kami Abu Amir berkata, telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Abdul
Malik bin Umair ia berkata; aku mendengar Rib'i bin Hirasy menceritakan dari
Hudzaifah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Seorang laki-laki
1
meninggal, kemudian dikatakan kepadanya, "Apa yang telah engkau lakukan?" -ia
menyebutkan atau disebutkan kepadanya- laki-laki itu berkata, 'Aku memberi toleransi
dan kemudahan dalam masalah hutang kepada orang yang kesusahan.' Lalu Allah pun
mengampuninya." Abu bin Mas'ud berkata; "Aku mendengar hadits ini dari Rasulullah
"shallallahu 'alaihi wasallam.
Hadist Kedua
Sumber : Bukhari
Kitab : Hadits-hadits yang meriwayatkan tentang para Nabi
Bab : Bani Israil
No. Hadist : 3194
اش سى ب ُْن إِ ْس َما ِعي َل َحدَّثَنَا أَبُو َع َوانَةَ َحدَّثَنَا َع ْبد ُ ْال َم ِل ِك َع ْن ِر ْب ِعي ِ ب ِْن ِح َر ٍ َحدَّثَنَا ُمو َ
َّللاُ َعلَ ْي ِه صلَّى َّ َّللاِ َ سو ِل َّ ت ِم ْن َر ُ س ِم ْع َ ع ْقبَةُ ب ُْن َع ْم ٍرو ِل ُحذَ ْيفَةَ أ َ ََل ت ُ َح ِدثُنَا َما َ قَا َل قَا َل ُ
َارا فَأ َ َّما الَّذِي َي َرى س ِم ْعتُهُ َيقُو ُل ِإ َّن َم َع الدَّ َّجا ِل ِإذَا خ ََر َج َما اء َون ا سلَّ َم قَا َل ِإنِي َ َو َ
َار ت ُ ْح ِر ُق فَ َم ْن ارد ٌ فَن ٌ اس أَنَّهُ َما ٌء َب ِ اردٌ َوأ َ َّما الَّذِي َي َرى النَّ ُ ار فَ َما ٌء َب ِ اس أَنَّ َها النَّ ُالنَّ ُ
س ِم ْعتُهُ َيقُو ُل اردٌ قَا َل ُحذَ ْيفَةُ َو َ ب بَ ِ ع ْذ ٌ أ َ ْد َر َك ِم ْن ُك ْم فَ ْل َيقَ ْع فِي الَّذِي َي َرى أَنَّ َها ن ٌ
َار فَإِنَّهُ َ
ت ِم ْن َخي ٍْر ض ُرو َحهُ فَ ِقي َل لَهُ ه َْل َع ِم ْل َ ِإ َّن َر ُج اًل َكانَ فِي َم ْن َكانَ قَ ْبلَ ُك ْم أَتَاهُ ْال َملَكُ ِليَ ْق ِب َ
اس فِي الدُّ ْنيَا ش ْيئاا َغي َْر أَنِي ُك ْنتُ أُبَا ِي ُع النَّ َ ظ ْر قَا َل َما أ َ ْعلَ ُم َ قَا َل َما أ َ ْعلَ ُم قِي َل لَهُ ا ْن ُ
س ِم ْعتُهُ َّللاُ ْال َجنَّةَ فَقَا َل َو َ
ع ْن ْال ُم ْعس ِِر فَأ َ ْد َخلَهُ َّ ازي ِه ْم فَأ ُ ْن ِظ ُر ْال ُمو ِس َر َوأَت َ َج َاو ُز َ َوأ ُ َج ِ
صى أ َ ْهلَهُ إِذَا أَنَا ُم ُّ
ت س ِم ْن ْال َحيَاةِ أ َ ْو َ ض َرهُ ْال َم ْوتُ فَلَ َّما يَئِ َ يَقُو ُل إِ َّن َر ُج اًل َح َ
ت إِلَى ص ْ ت لَ ْح ِمي َو َخلَ َ َارا َحتَّى إِذَا أ َ َكلَ ْ يرا َوأ َ ْوقِدُوا فِي ِه ن ا طباا َكثِ ا اج َمعُوا ِلي َح َ فَ ْ
ظ ُروا يَ ْو اما َرا احا فَا ْذ ُروهُ فِي ْاليَ ِم فَفَعَلُوا اط َحنُوهَا ث ُ َّم ا ْن ُ َت فَ ُخذُوهَا فَ ْ ظ ِمي فَا ْمت ُ ِحش ْ َع ْ
ع ْق َبةُ ب ُْن َع ْم ٍرو َّللاُ لَهُ قَا َل ُ
ت ذَ ِل َك قَا َل ِم ْن َخ ْشيَ ِت َك فَغَفَ َر َّ َّللاُ فَقَا َل لَهُ ِل َم فَعَ ْل َ
فَ َج َم َعهُ َّ
شا اك َو َكانَ نَبَّا ا س ِم ْعتُهُ َيقُو ُل ذَ َ َوأَنَا َ
Terjemahannya:
Telah bercerita kepada kami Musa bin Isma'il telah bercerita kepada kami Abu 'Awanah
telah bercerita kepada kami 'Abdul Malik dari Rab'iy bin Hirasy berkata, 'Uqbah bin
'Amru berkata kepada Hudzaifah; "Tidakkah kamu bersedia untuk menceritakan apa
2
yang pernah kamu dengar dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam?". Hudzaifah
berkata; "Sungguh aku pernah mendengar beliau besabda: " Dajjal keluar dengan
membawa air dan api. Adapun apa yang dilihat manusia sebagai api sebenarnya adalah
air yang dingin, dan yang dilihat manusia sebagai air sesungguhnya dia adalah api
yang membakar. Maka siapa di antara kalian yang berjumpa dengannya hendaklah
mengambil yang di tangannya yang nampak seperti api karena itu adalah air yang segar
lagi dingin". Hudzaifah berkata pula; "Dan aku juga pernah mendengar beliau
shallallahu 'alaihi wasallam besabda: "Ada seorang dari kaum sebelum kalian
didatangi malaikat untuk mencabut nyawanya lalu ditanyakan kepadanya; "Apakah
kamu pernah beramal kebaikan?". Orang itu menjawab; "Aku tidak tahu". Dikatakan
kepadanya; "Coba kamu ingat-ingat". Orang itu kembali menjawab; "Aku tidak tahu
apapun, kecuali aku pernah melakukan transaksi jual beli sesama manusia, terhadap
yang diberi kelonggaran hartanya pun aku memberi toleransi waktu untuk membayar
hutangnya, dan terhadap yang kesulitan aku memaafkan. Allah pun kemudian
memasukkannya ke surga". Lalu Hudzaifah berkata lagi; "Dan aku juga pernah
mendengar beliau shallallahu 'alaihi wasallam: "Ada seseorang ketika kematiannya
sudah hampir dekat dan sudah tidak punya harapan untuk bertahan hidup, dia
berwasiat kepada keluarganya; "Jika nanti aku meninggal dunia, kumpulkanlah kayu
bakar yang banyak lalu nyalakanlah api pada kayu-kayu itu (untuk membakarku)
hingga apabila api telah melumat dagingku dan menghancurkan tulang belulangku,
hingga setelah menjadi abu maka ambillah, kumpulkanlah abu jasadku itu lalu lihatlah
suatu hari ketika angin berhembus kencang, maka kalian hanyutkanlah abu jasadku itu
ke sungai. Keluarganya pun melakukan wasiatnya. Pada hari qiyamat Allah
memgumpulkan kembali abu jasadnya itu lalu dihidupkan, kemudian dia ditanya:
"Mengapa kamu lakukan itu?". Orang itu menjawab: "Karena aku takut kepada-Mu".
Maka Allah mengampuni orang itu". 'Uqbah bin 'Amru; "Dan aku mendengar beliau
shallallahu 'alaihi wasallam besabda seperti itu dan disebutkan bahwa orang yang
dimaksud itu pekerjaannya sebagai tukang penggali kubur".
3
Sebagai Perawi Sebagai Sanad
Hudzaifah bin Al Yaman Perawi I Sanad VI
1
4
Urutan Urutan
NO Nama Perawi Hadits
Sebagai Perawi Sebagai Sanad
Hudzaifah bin Al Yaman Perawi I Sanad V
1
5
Sanad berasal dari kata dasar “sanada”, “yasnudu”, artinya: “sandaran”, “tempat
bersandar”, “tempat berpegang”, atau berarti “yang dipercaya” atau “yang sah”, sebab
sebuah hadits selalu bersandar padanya dan dipegangi atas kebenarannya*. Sanad ialah
mata rantai perawi yang memindahkan hadits dari sumbernya yang pertamanya.
Sehingga penulis menyimpulkan sanad adalah jalan/jalur periwayatan hadits mulai dari
orang per-orang(tabiut tabi’in-tabi’in-sahabat) sampai kepada Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam sebagai sumber pertama.
Berikut dilampirkan jalur sanad dari hadits riwayat Ibnu Majah, No 2411:
Keterangan:
6
: Sahabat ialah orang yang bertemu rasulullah sahallahu'alaihi wa sallam dan
ia seorang muslim sampai akhir hayatnya. (Pada hadits ini, yang menjadi
sahabat adalah: Hudzaifah bin Al Yaman).
• : Tsiqah/ Mutqin/ Adil ialah Perawi yang mempunyai sifat `adil dan kuat
hafalannya. (Pada hadist ini, yang menjadi Tsiqah/ Mutqin/ Adil adalah Rib'iy
bin Hirasy bin Jahsy, Abdul Malik bin 'Umair bin Suwaid, Abdul Malik bin
'Amru, dan Muhammad bin Basysyar bin 'Utsman).
: Tsiqah Tsiqah atau Tsiqah Hafidz, ialah Perawi yang mempunyai kredibilitas
yang inggi, yang terkumpul pada dirinya sifat adil dan hafalannya sangat
kuat. (Pada hadits ini, yang menjadi Tsiqah Tsiqah atau Tsiqah Hafidz
adalah: Qatadah bin Da'amah bin Qatadah).
7
Berikut dilampirkan jalur sanad dari hadits riwayat Bukhari, No 3194:
Wadldloh bin
'Abdullah,
maula Yazid bin 'Atha
Keterangan:
: Sahabat ialah orang yang bertemu rasulullah sahallahu'alaihi wa sallam dan
ia seorang muslim sampai akhir hayatnya. (Pada hadits ini, yang menjadi
sahabat adalah: Hudzaifah bin Al Yaman).
: Tsiqah/ Mutqin/ Adil ialah Perawi yang mempunyai sifat `adil dan kuat
hafalannya. (Pada hadist ini, yang menjadi Tsiqah/ Mutqin/ Adil adalah
• : Majhul Al-Haal/ Mastur adalah Perawi yang tidak diketahui jati dirinya. (Pada
hadist ini, yang menjadi Majhul Al-Haal/ Matsur adalah: Wadldloh bin
'Abdullah, maula Yazid bin 'Atha
: Shaduq, buruk hapalannya adalah Perawi yang jujur terhadap apa yang
diberitakan, tetapi ia memiliki hapalan yang buruk dan sering keliru dalam
periwayatan. (Pada hadist ini yang menjadi Shaduq adalah Musa bin Isma’il).
8
Sekema sanat gabungan hadits Ibnu Majah No. 2411 dan Bukhari No.3194:
Muhammad bin
Basysyar bin
'Utsman
B. KEHUJAHAN HADITS
9
1. Berdasarkan Dari Kuantitas Periwayatan
Hadits ditinjau dari segi jumlah rawi atau banyak sedikitnya perawi yang
menjadi sumber berita, maka dalam hal ini pada garis besarnya hadits dibagi menjadi
dua macam, yakni Hadits Mutawatir, Hadits Mansyur, dan Hadits Ahad.
Dan hadits Ibnu Majah No. 2411 dan Bukhari No.3911 ini termasuk pada Hadis
Ahad karena jumlah pemberitaannya tidak mencapai jumlah pemberita hadis mutawatir
yaitu hanya satu orang.
Perlu kita ketahui ketika hadits tersebut dapat dikatakan Shahih, Hasan, atau
Dho’if. jika mendapati ketentuan masing-masing kualitas terpenuhi. Tiap-tiap perawi
akan di pertanyakan integritasnya.
Berikut integritas rowi-rowinya dari hadits yang kita dapatkan yaitu hadits Ibnu
Majah no. 2411 dan Bukhari No.3194:
10
Uqbah bin 'Amru bin Nama Lengkap : Shahabat
Tsa'labah
Uqbah bin 'Amru
bin Tsa'labah
Kalangan :
Shahabat
Kuniyah : Abu
Mas'ud
Negeri semasa
hidup : Kufah
Wafat : 40 H
11
Negeri semasa
hidup : Kufah
Wafat : 136 H
12
Wafat : 176 H
13
Muhammad bin Nama Lengkap : Perawi yang mempunyai
Basysyar bin
Muhammad bin sifat `adil dan kuat
Basysyar bin hafalannya.
'Utsman
Kalangan : Tabi'ul
Atba' kalangan
tua
Kuniyah : Abu
Bakar
Negeri semasa
hidup : Bashrah
Wafat : 252 H
14
Ibnu Majah Nama: Tsiqah/ Mutqin/`Adil =
Muhammad bin Perawi yang mempunyai
Yazid bin Majah sifat `adil dan kuat
al Qazwini hafalannya
Kuniyah Beliau:
Abu Abdullah
Wafat: 273 H
Perlu kita ketahui ketika Hadits tersebut dapat dikatakan Shahih, Hasan, atau
Dho’if. Jika mendapati ketentuan masing-masing kualitas terpenuhi. Tiap-tiap perawi
akan di pertanyakan integritasnya.
Dari tabel dan skema mata rantai sanad di atas, kita sangat jelas melihat dari Hadits
Ibnu Majah 2411, dan Hadits Bukhari 3194 dengan rawi-rawi nya tersebut semua nya
memiliki sifat adil, hafalannya yang kuat. Tetapi terdapat seorang perawi yang memiliki
hapalan yang buruk dan sering keliru dalam periwayatan. Dan terdapat seorang sahabat
rasulullah yang bernama Abdur Rahman bin Shakhr. Beliau adalah orang yang bertemu
rasulullah sahallahu'alaihi wa sallam dan ia seorang muslim sampai akhir hayatnya.1
Hadits tersebut adalah Hasan dan sesuai dengan ketentuan-ketetuan Hasan yang
mana ketentuan adalah sebagai berikut:
a) shaduq (jujur)
b) laa ba’sa bih (tidak apa-apa)
c) siqah yukhthi’ (terpercaya tetapi banyak kesalahan)
d) shaduq lau awham (jujur tetapi diragukan)
1
Za’lul, Abu Hajir Muhammad al-Sa’id bin Baiyuniy. t.th. Mausu’ah Athraf al-Hadits al-Nabawi al-
Syarif. Beirut: Dar al-Maktabah al-Ilmiyah.
15
Pengertian Hadits Hasan
Menurut bahasa hasan sifat Musyabbahah dari “Al Husn” yang mempunyai arti
“Al Jamal” (bagus), sedangkan menurut istilah, para ulama berbeda pendapat dalam
mendefenisikannya karena melihat bahwa ia merupakan pertengahan antara Hadits
Shahih dan Dhaif, dan juga karena sebagian ulama mendefenisikan sebagai salah satu
bagiannya.2
2 M. Hasbi As-Siddiqy, Pokok – Pokok Dirayah Hadits1 (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), 105
16
C. PEMAHAMAN HADITS
Dari Hadits Ibnu Majah No. 2411 dan Bukhari No.3194 menyebutkan bahwa
kita harus memiliki rasa toleransi dalam berhutang, seperti memberi kemudahan dalam
masalah hutang kepada orang yang kesusahan, dan juga kita harus bertoleransi waktu
untuk membayar hutang sampai dia bisa membayar hutangnya, dan jika kita
mengiklaskannya itu akan mendapatkan pahala dari Allah SWT.
ْ ْ ُ َ ٌ ْ َ ُ َّ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ٰ َ ٌ َ َ َ َ ْ ُ ُ َ َ ْ َ
ْسة ۚ وأن تصدقوا خ ْي لكم ۖ ِإن
ٍ ْسة فن ِظرة ِإَل مي
ٍ وِإن كان ذو ع
َ َ َ ُُْ
كنت ْم ت ْعل ُمون
“Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai
dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik
bagimu, jika kamu mengetahui”. [Al-Baqarah: 280]
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far telah bercerita kepada kami
Syu'bah dari 'Abdul Malik bin 'Umair dari Rib'i bin Hirasy dari Hudzaifah bin Al Yaman
dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa salam, bahwa seseorang masuk surga, ia ditanya: Apa
yang dulu pernah kau lakukan? Ia menjawab: -mungkin ia menyebutkan atau
disebutkan- aku dulu berjual beli dengan orang-orang, aku memberi penangguhan
(pembayaran hutang) bagi orang yang kesusahan dan aku membebaskan uang. Lalu ia
17
diampuni. Berkata Abu Mas'ud: Aku mendengarnya dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa salam. (HR. Ahmad No.22294)
Jadi kita sebagai hamba Allah yang taat, wajib memiliki rasa saling toleransi.
Termasuk juga rasa toleransi dalam berhutang, karena jika kita memberi toleransi
terahadap orang yang sedang kesusahan dalam hutangnya, dan alangkah lebih baiknya
kita mengiklaskan hutang kita kepada orang itu, karena Allah SWT akan melipat
gandakan pahala kita.3
3
Ibnu Mulqan.2004. Al-Badr al-Munir fi Takhrij al-Hadits wa al-Atsar. Riyadh: Dar al-Hibrah li Nasyr
wa al-Tauzi’.
18
D. PENUTUP
1. Simpulan
Adapun simpulan dari Toleransi dalam berhutang dalam makalah ini adalah sebagai
berikut;
A. Hadits tentang “Toleransi” ini otentik karena sampai kepada Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam (marfu’), lengkap memiliki sanad dan matan, dengan
rawi-rawi nya tersebut semua nya memiliki sifat adil, hafalannya yang kuat.
Tetapi terdapat seorang perawi yang memiliki hapalan yang buruk dan sering
keliru dalam periwayatan. Dan terdapat seorang sahabat rasulullah yang
bernama Abdur Rahman bin Shakhr. Beliau adalah orang yang bertemu
rasulullah sahallahu'alaihi wa sallam dan ia seorang muslim sampai akhir
hayatnya.
B. Pada Hadits Ibnu Majah No.2411 dan Bukhari No 3194 pemakalah dapat
menarik suatu kesimpulan, yaitu jika kita selalu memiliki rasa sikap toleransi,
Allah SWT akan memasukkanya kedalam surga. Kutipan yang pemakalah dapat
dari hadits ini yaitu toleransi dalam berhutang, jika ada seseorang berhutang
kepada kita dan disaat orang itu tidak sanggup membayar hutangnya kepada kita
bahkan dengan hutang itu dia merasa kesusahan. Jika kita memberi kemudahan
seperti toleransi dalam kemudahan dia berhutang dengan memberi waktu untuk
dia agar dapat membayar hutangnya, apalagi jika kita mengiklaskannya, maka
Allah SWT akan memasukan dia kedalam surga.
2. Saran
Pemakalah menyadari bahwa penyusunan makalah Takhrij Hadits Tentang
Toleransi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan atau penyempurnaannya.
19
DAFTAR PUSTAKA
20