Anda di halaman 1dari 14

KISAH QARUN

Makalah

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pelajaran


Al-Qur’an Hadits

Disusun Oleh:
Kelas VIII B
Rani Meliyani
Nazwa Rahmawati
Nida Lianti Maulani
Cinta Prilia Padilah

MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 4 MAJALENGKA


2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT., karena atas
berkat dan limpahan rahmatNya maka kami bisa menyelesaikan makalah yang
berjudul “Kisah Tentang Qarun” ini dengan tepat waktu.
Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul
“Kisah Tentang Qarun”, yang menurut kami dapat memberikan manfaat yang
besar bagi kita semua.
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan
memohon permakluman bilamana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan
yang kami buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca. Dengan ini
kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga
Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat kepada
kita semua. Amin

Bantarujeg, Januari 2020

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Kisah Singkat tentang Qarun........................................................................3
B. Hikmah dari  Kisah Qarun............................................................................6
C. Syukur Sebagai Solusi Tamak, Iri Hati dan Berbangga Diri........................7
BAB III PENUTUP..............................................................................................10
A. Kesimpulan.................................................................................................10
B. Saran............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini manusia sudah kerap terjebak pada ideologi modern
yakni materialisme.Ideologi ini berdasarkan gagasan bahwa materi, harta atau
kekayaan merupakan tolok ukur mulia tidaknya seseorang. Semakin kaya
seseorang berarti ia dipandang sebagai orang mulia dan semakin sedikit
materi atau harta yang dimilikinya  berarti ia dipandang sebagai seorang yang
hina dan tidak patut dihormati. Maka di dalam sebuah masyarakat yang telah
diwarnai sikap materialisme maka imbasnya adalah setiap anggota
masyarakat akan berlomba mengumpulkan harta sebanyak mungkin dengan
cara bagaimanapun, baik itu jalan halal, syubhat maupun haram.
Dalam sebuah masyarakat berideologi materialisme semua orang
manjadi sangat iri dan berambisi menjadi kaya setiap kali melihat ada orang
berlimpah harta lewat di tengah kehidupan mereka.Kehidupan hanya
dipandang berdasarkan materi belaka.Sehingga nilai-nilai yang bersifat
imaterial dianggap sebagai suatu yang irasional seperti relegiusitas maupun
aspek-aspek nilai kemasyarakatan.
Dalam kaitannya dengan materelisme buta, Allah menampilkan sosok
Qorun yang diabadikan dalam al-Qur’an sebagai pribadi yang amat serakah
dengan harta.Tentu dibalik cerita tersebut ada maksud Allah supaya manusia
mengambil himah dibalik cerita Qarun. Sebagaimana firman Allah dalam
surat Al-Qashash.

1
“Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam
bumi.Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya
terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat)
membela (dirinya). Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan
kedudukan Karun itu, berkata: "Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezki
bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hambanya dan
menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita
benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak
beruntung orang- orang yang mengingkari (nikmat Allah)." (QS:
Al_Qashash:81-82)

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini adalah
sebagai berikut.
1. Bagaimanakah tentang kisah Qarun?
2. Apa saja hikmah dari kisah Qarun?

C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah untuk
mengetahui tentang kisah Qarun dan apa hikmahnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kisah Singkat tentang Qarun


Kisah Qarun dalam al-Qur’an banyak disebutkan dalam surat al-Qashash.

“Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku


aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya
perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh
sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata
kepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri." (QS: al_Qashash:
76)
Dari ayat tersebut jelas bahwa Qarun merupakan salah satu kaum nabi
Musa. Menurut Ibnu Ishak, Qarun adalah pamannya Nabi Musa. Sementara
menurut A'masy dan lainnya, dan pendapat ini pendapat masyhur, Qarun
adalah sepupu Nabi Musa. Ayah nabi Musa yang bernama Imran adalah
kakak dari ayah Qarun yang bernama Yashhar. Baik Nabi Musa maupun
Qarun adalah keturunan Nabi Ya'kub, karena keduanya merupakan cucu dari
Laway dan Laway adalah putra Nabi Ya'kub, saudara Nabi Yusuf, hanya
berbeda ibu. Qarun merupakan leluhur Bani Israil. Hanya, semasa hidupnya
banyak memeras dan hidup dari keringat Bani Israil.Karena itu, tidak heran
apabila sebagian besar Bani Israil sendiri membencinya.
Pada awalnya Qarun adalah seorang yang sangat shaleh, baik,
senantiasa mengikuti perintah Nabi Musa, hanya saja ia hidup dalam
kemiskinan. Suatu hari ia datang menghadap Nabi Musa, agar ia didoakan

3
menjadi orang kaya, sehingga ibadahnya bisa lebih rajin, dan dapat
membantu saudara-saudaranya Bani Israil. Nabi Musa lalu mendoakannya,
dan dengan idzin Allah, Qarun menjadi sangat kaya raya. Ia bukan hanya
sukses dalam beternak, akan tetapi juga diangkat menjadi salah satu menteri
oleh Ramses II, yang hidup pada saat itu. Cita-citanya untuk menjadi orang
kaya kini sudah tercapai. Namun, sayang, kekayaannya telah menjadikannya
lupa dan durhaka. Niat awal agar lebih khusyu ibadah dan membantu sesama,
tidak pernah ia jalani.
Qorun yang tadinya miskin tapi baik dan shaleh, kini menjadi Qarun
yang kaya raya akan tetapi sombong dan durhaka. Saking kayanya, kunci-
kunci gudang kekayaannya tidak dapat lagi dipikul oleh mausia, tapi dibawa
oleh 60 ekor unta (al-Qashash ayat 76). Qarun pernah pamer kekayaan; ia
keluar dengan pakaian yang sangat mewah, di dampingi oleh 600 orang
pelayan; 300 laki-laki dan 300 lagi pelayan perempuan. Bukan hanya itu, ia
juga dikawal oleh 4000 pengawal dan diiringi oleh 4000 binatang ternak yang
sehat, plus 60 ekor unta yang membawa kunci-kunci kekayaannya. Orang-
orang yang melihat saat itu, banyak yang terkesima dan kagum. Bahkan,
sebagian mereka ada yang mengatakan: "Sungguh sangat ingin sekali
seandainya bisa seperti Qarun" (al-Qashash: 79).
Sayang, dia sombong, dia sangat pelit dan dia sangat durhaka. Allah
marah, dan seluruh kekayaannya amblas ditelah bumi.Bagaimana kisahnya?
Suatu hari Nabi Musa as diperintahkan oleh Allah untuk mengerjakan
Zakat.Nabi Musa as lalu mengutus salah seorang pengikutnya untuk
mengambil zakat dari Qarun.Begitu sampai, Qarun langsung marah, dan tidak
mau memberikan sedikitpun dari kekayaannya. Karena, menurutnya
kekayaannya itu adalah hasil kerja keras dan usaha sendiri, tidak ada kaitan
dengan siapapun juga tidak ada kaitan dengan Allah atau dewa. Dalam
kaitannya dengan peristiwa ini, Allah mencatatnya dalam al-Qashash ayat 78

4
“Qarun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena
ilmu yang ada padaku." Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah
sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat
daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu
ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka”
Kesombongan dan keserakahan Qarun membuat Allah murka dan
pada akhirnya menenggelamkannya beserta kekayaannya dalam perut bumi.

“Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam


bumi.Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya
terhadap azab Allah.Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat)
membela (dirinya)”. (QS: al-Qashash: 81)
Tempat di mana Qarun dan seluruh kekayaannya dibenamkan oleh
Allah ke dalam bumi ini, berada di sebuah tempat yang kini dikenal dengan
sebutan Danau Qarun (Bahirah Qarun).Tidak ada satupun kekayaan Qarun
yang tersisa, selain puing-puing istananya yang sampai saat ini masih berdiri
kokoh. Istana ini mengingatkan sekaligus menjadi saksi dan pelajaran bagi
ummat sesudahnya, bahwa siapapun yang pongah, sombong dan kikir,
nasibnya akan seperti Qarun, hancur, binasa.
Sejak ditenggelamkannya Qarun dan kekayaannya ke dalam bumi,
maka sejak saat itulah sampai sekarang, setiap kali mendapatkan harta yang
berada di dalam tanah atau di dalam bumi, kita seringkali menyebutnya
dengan Harta Karun.

5
B. Hikmah dari  Kisah Qarun
Sosok Qarun adalah kisah nyata yang diceritakan Allah untuk bisa kita
tarik menjadi pelajaran.Dalam dunia yang serba materialism ini banyak orang
seperti Qarun di sekitar kita.Mereka adalah orang-orang yang terbuai dengan
kenikmatan dunia dan melupakan karunia Allah yang dirizkikan kepadanya.
Boleh jadi kita pun terkena sifat qorunisme yang berbahaya ini. Agar
kita dapat mengambil hikmah dari peristiwa Qarun ini, maka kita harus
senantiasa berpegangan dengan apa yang diwahyukan Allah dan juga yang
disabdakan Rasulullah.
Dalam surat al-Qashash yang mengisahkan tentang Qarun, pelajaran
yang dapat dipetik adalah bahwa manusia tidak boleh sombong dengan harta
benda yang dimiliki dan memamerkannya, tidak boleh membanggakan diri
serta tidak boleh iri terhadap harta benda yang dimiliki oleh orang lain.
Kisah Qarun tidak lebih sebuah narasi yang bercerita tentang
keserakahan terhadap dunia.Perasaan sombong, angkuh, merasa paling hebat,
iri hati adalah gambaran manusia yang menautkan diri pada hal
keduniawian.Tak salah jika Imam Ghazali mengibaratkan dunia ini seperti
meja yang membentang luas, yang disediakan bagi tamu-tamu yang datang
dan pergi silih berganti.Di atas meja tersebut terhampar piring emas dan
perak, makanan, dan minuman, yang berlimpah ruah. Tamu yang arif
bijaksana makan dan minum tidak lebih dari yang ia perlukan. Sementara
orang yang bodoh, dengan rakusnya mencoba membawa piring-piring emas
dan perak hanya untuk memamerkan dirinya dan merebut makanan dan
minuman yang ada di kanan dan kirinya.
Senada dengan gambaran Ghazali, nabi dalam sabdanya menyebut
harta itu hijau, sedap dipandang mata dan manis.
‫ت َرسُو ُل هللاِ صعلم فَا َ ْعطَانِي ثُ َّم َساْ ْلتُهُ فَاْ ْعطَانِي ثُ َّم‬ ُ ‫ َساْ ْل‬: ‫عن حكيم بن حزام قال‬
‫ك لَهُفِي ِه‬ ِ ‫خَاو ٍة نَ ْفسُ ب‬
lَ ‫ُور‬ َ ‫ض َرةٌ فَ َم ْن َأخَ َذهَ بِ َس‬ ِ ‫اءن هَ َذا ْال َما ُل َخ‬ّ ‫ يَا َح ِكي ُم‬: ‫ ثُ َّم قَا َل‬l‫َساْ ْلتُهُ فَا َ ْعطَانِي‬
‫ار ْك لَهُ فِي ِه َكاالَّ ِذي يَاءْ ُك ُل َوأَل يَ ْشبُ ُع‬ ِ ‫اف نَ ْف‬
ِ َ‫س لَ ْم يُب‬ lِ ‫ َو َم ْن اَخَ َذهُ بِاء ْش َر‬.......

6
“ Dari Hakim bin Hizam RA berkata: Saya pernah meminta
Rasulullah maka beliau memberiku, maka saya meminta lagi dan beliau
memberiku, kemudian saya meminta lagi maka beliau memberiku. Kemudian
beliau bersabda: Hai Hakim! Harta itu hijau, sedap dipandang mata dan
manis. Barang siapa mengambilnya denga hati pemurah, Allah akan
memberinya berkah. Dan barang siapa mengambilnya dengan hati loba dan
tamak, tidak akan diperoleh berkah dari harta tersebut seperti orang yang
makan tidak pernah kenyang……( HR. Bukhari)

C. Syukur Sebagai Solusi Tamak, Iri Hati dan Berbangga Diri


Kesehatan, kekayaan, derajat atau kedudukan merupakan nikmat atau
karunia yang diberikan Allah kepada manusia. Tentu saja jika hal tersebut
tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya akan menghasilkan kesia-siaan.
Karena itu harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, dijadikan sarana untuk
menempuh jalan keridhaan Allah SWT.Dengan mempergunakan nikmat
Allah untuk kepentingan orang banyak termasuk realisasi dari syukur.
Sementara bagi Muhammad Abduh, karunia agung yang diberikan
Allah kepada manusia adalah adanya akal.Dengan akalnya manusia
membedakan diri dari binatang.Dengan menggunakan akal pikir untuk
bertafakur kepada Allah merupakan manifestasi dari syukur. Menggunakan
akal yang benar akan meningkatkan derajat manusia tersebut.
Jika kita tengok dalam al-Qur’an, banyak ayat yang berbicara tentang
syukur. Dalam surat Ibrahim, Allah menjanjikan akan menambahkan nikmat
hambanya yang senantiasa bersyukur.

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika


kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."
(QS: Ibrahim;7)

7
Dalam ayat lain disebutkan bahwa segala nikmat di dunia ini
merupakan karunia Allah yang diperuntukkan untuk manusia. Harapan yang
ingin disampaikan adalah supaya manusia senantiasa bersyukur.

“Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya
kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari
karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya” (QS
Al-Qashash: 73)

“Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami telah


menciptakan binatang ternak untuk mereka yaitu sebahagian dari apa yang
telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami sendiri, lalu mereka
menguasainya? Dan Kami tundukkan binatang-binatang itu untuk mereka;
maka sebahagiannya menjadi tunggangan mereka dan sebahagiannya
mereka makan.Dan mereka memperoleh padanya manfaat-manfaat dan
minuman.Maka mengapakah mereka tidak bersyukur?” (QS Yasiin: 71-73)
Dalam surat Yasiin diatas sangat jelas bahwa Allah mempertanyakan
sikap manusia yang enggan untuk bersyukur padahal segala bentuk karunia
yang diberikan Allah adalah untuk kepentingan manusia tersebut. Meskipun
dalam surat lain Allah menyatakan bahwa Allah tidak membutuhkan syukur
manusia melainkan untuk kebaikan diri sendiri.

8
“Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab "Aku akan
membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip." Maka
tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun
berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku
bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang
bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri
dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi
Maha Mulia." (QS: An-Naml; 40)
Namun setidaknya dengan bersyukur, manusia akan mendapatkan
ketentraman dalam hati. Dengan demikian, tidak akan ada rasa pongah,
sombong, ujub, berbangga diridan iri hati, sebab semua anugrah yang ada di
dunia ini merupakan milik Allah. Manusia hanya mendapatkan bagian kecil
dari karunia Allah yang tak terhingga.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Qarun merupakan simbul sosok keserakahan yang dikisahkan dalam
Al-Qur’an.Keserakahan terhadap harta benda menutup kebenaran dalam diri
Qarun.Ia yang sebelumnya merupakan pribadi yang shaleh, menjadi individu
yang congkak, kikir dan angkuh setelah Allah menganugerahkan rezeki yang
melimpah. Tertutupnya kebenaran dalam diri Qarun menyebabkan murka
Allah dengan menenggelamkan dirinya serta harta bendanya dalam perut
bumi.
Dalam kehidupan modern ini, sifat-sifat Qarun ternyata juga
menjangkiti sebagian manusia yang tidak memiliki keteguhan iman.
Keinginan materi yang melimpah diusahan dengan berbagai cara meskipun
harus bertentangan dengan norma agama maupun nilai-nilai kesusilaan.
Untuk membentengi diri dari sifat-sifat Qarunisme, kita harus
senantiasa berpegang teguh dengan firman Allah dan juga sabda rasulullah.
Jika hal tersebut mampu diimplikasikan dalam kehidupan ini, maka jaminan
kebahagiaan dunia dan akhirat akan bisa diraih.

B. Saran
Penulis menyadari jika makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena
itu, penulis membuka diri untuk menerima saran dan kritik yang membangun
untuk perbaikan ke depan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abduh, Muhammad. Risalah Tauhid (terj). Jakarta: Bulan Bintang. 1979.


Bin Ibrahim Huwaiti, Sayyid. Syarah Arbain Nawawi. Jakarta: Darul Haq. 2007.
Bukhari, Imam. Shahih Bukhari. Surabaya: Gitamedia Press. 2009.
Departemen Agama. Al-Qur’an dan Terjemah. Bandung: Diponegoro. 2005
Ghazali, Imam. Kimyaus Sa’adah (terj). Yogyakarta: Cakrawala. 2011.
http://umisulaiman.blogspot.com/2007/04/kisah-qarun-dan-kekayaannya-yang-
harus.html
Mahali, Ahmad Mudjab. Membangun Pribadi Muslim. Yogyakarta: Menara
Kudus. 2005.

11

Anda mungkin juga menyukai