Anda di halaman 1dari 10

A.

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Akhir-akhir ini banyak kejadian dalam kehidupan masyarakat yang
membutuhkan bantuan dan uluran tangan. Akibat dari krisis ekonomi yang
berkepanjangan, yang hingga sekarang belum ada ujungnya. Banyak terdapat kaum
dhuafa yang membutuhkan uluran tangan dari semua yang berada di kalangan atas.
Dhuafa sendiri merupakan sebuah kelompok manusia yang dianggap lemah atau
mereka yang tertindas.
Dalam hadist di terangkan, seorang bertanya kepada Nabi SAW, “Islam
yang bagaimana yang baik ? “ Nabi SAW menjawab, “Membagi makanan (kepada
fakir miskin) dan memberi salam kepada yang dia kenal dan yang tidak
dikenalnya.” (HR.Bukhari). Dalam hadist yang lain juga dijelaskan bahwa
perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam saling cinta kasih dan belas
kasih seperti satu tubuh. Apabila kepala mengeluh (pusing) maka seluruh tubuh
tidak bisa tidur dan demam. (HR. Muslim).

2. Rumusan Masalah

1. Isi kandungan Qs. Al-qhasas 79-82, dan perilaku orang yang mengamalkan isi
kandungan ayat
2. Isi kandungan Qs. Al-isra 26-27dan 29-30 dan perilaku orang yang
mengamalkan kandungan ayat
3. Isi kandungan Qs. Al-baqarah 177 dan perilaku orang yang mengamalkan isi
kandungan
4. Cara menerapkan perilaku hidup sederhana dan menyantuni kaum dhuafa
B. PEMBAHASAN

POLA HIDUP SEDERHANA DAN PERINTAH MENYANTUNI PARA


DUAFA.

A. Al-qur’an surah Al-qashas ayat 79-82.

   


   
 
   
    
   
  
   
   
  
  
  
    
   
  
 
  
  
  
   
    
   
    
 
Artinya:
“(79) Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam
kemegahannya.Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia:
"Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada
Karun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang
besar".(80)Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang
besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman

1
dan beramal saleh, dan tidakdiperoleh pahala itu, kecuali oleh orang-orang yang
sabar".(81) Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi.
Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab
Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela
(dirinya).(82) Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan
Karun itu, berkata: "Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezki bagi siapa yang Dia
kehendaki dari hamba-hambanya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak
melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita
(pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (ni'mat
Allah)".

a. Cerita Qarun
Awal kehidupan Qarun sangatlah miskin dan memilki banyak anak.
Sehingga pada suatu kesempatan ia meminta Musa untuk mendo’akannya kepada
Allah, yang ia pinta adalah menjadi orang yang sombong dan suka pamer(riya).
Orang-orang kaya biasanya menyimpan kunci harta mereka dalam tempat rahasia
agar tidak ketahui orang lain. Qarun bisa saja membuat sebuag tempat besar yang
tersembunyi untuk menampung kuncu-kuncinya, tetapi dia tidak melakukan nya
karena dia ingin menunjukan kekuatan dan kekuasaannya
jadi kebiasaannya adalah membawa 10 orang kuat kemana pun dia pergi.
Ke-10 orang ini adalah pria-pria perkasa yang berotot kekar. Mereka mengikuti
Qarun kemana pun ia pergi hanya membawakan kunci-kuncinya. Kbiasaan yang
lain adalah dia selalu mengenaka pakaian yang mahal dan berbeda pada zaman.
Qarun juga bisa membuat seseorang menjadi budak jika dia mau. Jadi tak berani
seorang pun yang berani dengan Qarun.
Pada suatu hari, Qarun memilih pakaian terbaiknya. Kemudian dia pergi ke
pekarangan istananya yang luas dan dia berjalan-jalan sambil memilih-milih
kudanya. Akhirnya pandangan nya tertuju salah satu kuda miliknya sembari
menunjuk. Dia berkata kepada pelayannya,”kuda itu yang disana kuda yang
memilki bulu paling putih. Aku ingin menaiki kuda itu sekarang”. Mereka
menghias kuda itu dengan berbagai macam pernak-pernik. Andaikan orang-orang
dijalan melihat kuda putih itu tentu mereka akan terkagum-kagum melihatnya. Jadi
dia menaiki kuda putih itu dan berkata”tentara-tentara ku datanglah kemari .lalu
tentara-tentara itu berbaris dari belakang. “bawalah semua harta-hartaku, hari ini
aku ingin menunjukan harta-hartaku pada orang-orang. Bawa semua emas,perak,
perunggu barang-barang mewah dan lainnya. Aq ingin kalian bawa tentara juga
harus membawany ketika kita lewat, aku ingin semua orang terkagum-kagum
melihat harta ku”
qarun membawa semua harta karunya, ada begitu banyak rubi, permata,
mutiata dan emas ketika dia berkeliling kota dari istananya, orang-orang melihatnya
dan berakata lihat lah semua ini. Andaikan saja kita mempunyai apa yang dimiliki
oleh Qarun. Tiba-tiba Allah memerintahkan bumi menelannya.tiba-tiba bumi

2
bergemuruh. Kemudian jalanan mulai retak. Kemudian retakan itu semakin
membesar sehingga terciptalah sebuah lubang yang besar. Lubang yang besar itu
menelan Qarun berserta tentara, kuci,hartanya . bahkan Allah memerintahkan bumi
menelan istana nya. Dan orang-orang sedang mengamati, beberapa dari mereka
berlaria, tapi akhirnya mereka sadar bahwa bumi hanya menelan Qarun an hartanya.
Kemudian bumi kembali seperti semula seakan-akan tadak terjadi apa-
apa.orang sangat terkejut. Allah telah menunjukan kepada orang-orang dan Qarun
tentang siapa raja yang sesungguhnya.

b. Isi kandungan ayat.


Ayat diatas (79) mengandung makna suatu kisah terdahulu, yaitu qarun yg
hidup dengan bergelimang harta. Namun sayangnya, harta yang melimpah itu
membuat Qarun lupa diri dan menjadi takabur. Dia mengatakan bahwa hartanya
yang banyak itu berkat hasil usahnaya semata, bukan karena rahmat Allah.
Qarun berhasil memperdaya sebagian masyarakat dan diantara mereka ada
yang berkata “ Alangkah senangnya seandainya kita duberi harta yang melimpah
seperti Qarun, kita dapat menikmati hidup ini dengan sepuas-puasnya”.
Pada ayat berikutnya(80) orang yang mmepunyai ilmu dan akal ssehat tidak
tertarik oleh harta yang dipamerkan oleh Qarun.mereka mengatakan pahala Allah
jauh lebih penting dan bernilai daripada harta melimpah bagi orang yang beriman
dan beramal sholeh.
Selanjutnya (ayat 81-82), Allah menegaskan bahwa akibat kesombongan
dan ketakaburannya, Qarub ditenggelamkan beserta seluruh hartanya kedasar bumi.
Atas kejadian tragis itu, masyarakat yang sebelumnya menginginkan harta
melimpah seperti yang dimiliki Qarun menjadi sadar dan kembali bertobat
kepada Allah.

c. Perilaku orang yang mengamalkan isi kandungan ayat.


Islam tidak melarang umatnya memiliki harta sebanyak-banyaknya, bahkan
sangat dianjurkan untuk berusaha keras mendapatkan harta yang halal dan
menggunakannya sesuai dengan petunjuk Allah. Perilaku kehidupan orang yang
mengamalkan isi kandungan ayat diantaranya sebagai berikut:
1. Tidak bersikap sombong dengan harta yang dimilikinya.
2. Menjadikan harta sebagai media untuk beribadah kepada Allah SWT.
3. Menjadikan harta sebagai media untuk mencari ilmu.
4. Menghindari sikap boros.
d. Menerapkan perilaku hidup sederhana dan menyantuni kaum duafa
sebagaimana terkandung dalam ayat diatas.
1. Tanamkan keyakinan bahwa harta hanya titipan dari Allah dan suatu saat akan
kembali kepada-Nya.

3
2. Tanamkan keyakinan bahwa harta akan membawa manfata dan berkah jika
digunakan dengan petunjuk Allah dan jika tidak akan membawa adzab dan
bencana
3. Tanamakan keyakinan bahwa didalam harta yang kita miliki ada hak kaum
duafa.1

B. Al-qur’an surah Al-isra’ ayat 26-27 dan 29-30

   


 
  
  
 
  
 
  

Artinya:
(26) Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada
orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-
hamburkan (hartamu) secara boros.(27) Sesungguhnya pemboros-pemboros itu
adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada
Tuhannya.

   


   
  
   
   
   
  
 

1
Mustofa,Ahmad Al-Maraghi,Tafsir Al-Maraghi (Semarang:cv.Toha Putra,1993)
Hal 30

4
Artinya:
dan janganlah engkau jadikan tangan mu terbelenggu pada lehermu dan jangan pula
engkau terlalu mengulurkannya(sangat pemurah) nanti kamu menjadi tercela dan
menyesal (29).sungguh, tuhanmu melapangkan rezeki bagi siapa yang dia
kehendaki dan membatasi (bagi siapa yang ia kehendaki)sungguh, dia maha
mengetahui, maha melihat hamba-Nya.(30)

a. Isi kandungan ayat.


Ayat-ayat diatas (26-27) mengandung makna bahwa Allah memerintahkan kita
untuk memperhatikan hak orang lain terutama kaum kerabat terdekat kita dan
keluarga. Diantara hak-hak itu adalah menyambung silaturrahmi dengan mereka,
memperlakukan mereka dengan baik, dan memberikan bantuan kepada mereka
yang membutuhkan, baik bantuan materi maupun inmateri.
Selain itu diperintahkan untuk memberikan bantuan kepada kaum duafa, seperti
fakir miskin, anak-anak yatim, orang terlantar, anak jalanan, dan sebagainya.Allah
melarang kita melakukan perbuatan boros, yaitu perilaku menghamburkan harta
tanpa ada guna dan manfaatnya. Allah menggolongkan perilaku boros kedalam
perilaku setan yang keji dan tidak bermoral.
Pada ayat (29-30) Allah mengingatkan kita agar tidak berperilaku kikir. Allah
menyebutnya dengan menjadikan tangan terbelenggu diatas leher, maksudnya agar
manusia tidak berlaku kikir, pelit atau medit kepada sesama, sehingga
menyebabkan kita lupa bahwa dalam harta yang kita miliki ada hak orang lain.
Dalam hal ini, Allah mengajarkan kepada kita untuk bersikap perilaku
sederhana, yaitu membelanjakan harta termasuk bersedekah secukupnya, Allah
melarang umatnya untuk membelanjakan hartanya dengan boros.
b. Perilaku orang yang mengamalkan isi kandungan ayat.
Diantara sikap perilaku orang yang menyantuni kaum duafa yang terkandung
dalam ayat di atas adalah sebagai berikut:
1. Perilaku belas kasih terhadap orang lemah.
2. Perilaku tidak boros.
3. Perilaku benci menjadi teman setan.
4. Perilaku benci terhadap perbuatan ingkar kepada Allah SWT.
5. Perilaku hemat dan cermat .
c . menerapkan perilaku hidup sederhana dan menyantuni kaum duafa
terkandung dalam ayat diatas.
Untuk dapat mempraktikan perilaku demikian itu, hendaknya memperhatikan
terlebih dhaulu beberapa hal berikut ini:

5
1. Tanamkan keimanan yang kuat dalam hati agar kamu tidak mudah tergoda setan
yang selalu membujuk manusia agar kikir.
2. Tanamkan keyakinan bahwa harta itu hanya titipan Allah, yang suatu saat akan
dipergulirkan oleh-Nya.
3. Tanamkan keyakinan bahwa menyantuni kaum duafa merupakan perintah
Allah.
4. Tanamkan keyakinan bahwa harta tidak akan berkurang nilainya dimata
Allah.2

C. Al-qur’an surat Al-baqarah ayat 177

    


  
 
   
 

 
  
  

 
 
  
  
 
  
 
 
   
  
 
 

2
Shihab,M.Quraisy,Tafsir Al-Misbah (Jakarta:Lentera Hati,2002) Hal 42

6
Artinya:
(177) Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari
kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang
dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir
(yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan
orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar
dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang
yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.
a. Isi kandungan ayat.
Iman tidak hanya keyakinan dan pengakuan, melainkan harus diwujudkan
dalam bentuk sikap dan perilaku yang selaras dengan makna dan tujuan keimanan
itu sendiri. Sehingga keimanan seseorang dapat dirasakan manfaatnya bagi orang
lain dan dapat mmeberikan manfaat baik bagi dirinya maunpun bagi sesamanya.
Misalnya rajin melaksanakan shalat lima waktu, membayar zakat dan menyayangi
alam lingkungan dan sebaginya.
b. Asbabul nuzul
Abdurrazzaq berkata,”Diberikan kepada kami oleh Ma’ar dari Qatadah,
katanya,”Orang-orang Yahudi shalat menghadap kebarat, sementara orang-orang
kristen ke arah timur, maka turunlah”bukan lah menghadapkan wajahmu arah
ketimur dan barat itu suatu kebajikan....”di ketengah kan pula oleh Ibnu Abu Hatim
dari Abu Aliyah seperti itu juga oleh Ibnu Mundzir dari Qatadah,
katanya,”disebutakan kepada kami bahwa seorang laki-laki menanyakan kepada
Nabi saw. Tentang kebajikan, maka Allah pun menurunkan ayat,bukanlah
menghadapkan kebarat sementara orang-orang kristen ke arah timur....”kemudian
dipanggillah laki-laki tadi dibacakan kepadanya. Dan sebelum ditetapkan
kewajiban-kewajiban, bila seseorangtelah mengucapkan syahadat,lalu meninggal
dalam keadaan yakinseperti itu maka ada harapan dan besar kemungkinan akan
memperoleh kebajikan.
5 perilaku orang yang mengamalkan isi kandungan ayat diatas.
Sikap perilaku hidup sederhana dan menyantuni kaum duafa seperti yang
terkandungan dalam ayat diatas, dapat diidentiifkasi sebagai berikut:
1. Perilaku mengaplikasikan keimanan dalam kehidupan nyata.
2. Perilaku gemar berderma.
3. Perilaku sabar dalam menerima musibah.
4. Perilaku jujur, baik dalam ucapan maupun perbuatan.
5. Perilaku mengamalkan nilai-nilai keimanan dalam bentuk tindakan dan
perbuatan.
c. Menerapkan perilaku hidup sederhana dan menyantuni kaum duafa seperti
terkandung dalam ayat diatas.

7
Untuk dapat mempraktikan perilaku demikian itu, hendaknya memperhatikan
terlebih dhaulu beberapa hal berikut ini:
1. Tanamkan keimanan yang kuat dalam hati, sebab setan selalu menggoda
manusia agar tidak memberikan apapun yang dilikinya kepada orang lain
2. Berlindunglah kepada Allah, dari sifat-sifat kikir, boros, dan sikap perilaku
menumpuk-menumpuk harta.
3. Jangan menganggap harta sebagai tumpuan kebahagiaan hidup di dunia.
4. Tanamkan keyakinan dalam hati bahwa Allah akan mempergulirkan nasib
semua hamba-Nya setiap saat.
5. Mulailah bersikap perilaku menyantuni kaum duafa sekarang juga agar kelak
setelah dewasa menjadi terbiasa.3

C. PENUTUP

Kesimpulan
`
Akhir-akhir ini banyak kejadian dalam kehidupan masyarakat yang
membutuhkan bantuan dan uluran tangan. Akibat dari krisis ekonomi yang
berkepanjangan, yang hingga sekarang belum ada ujungnya. Banyak terdapat kaum
dhuafa yang membutuhkan uluran tangan dari semua yang berada di kalangan atas.
Dhuafa sendiri merupakan sebuah kelompok manusia yang dianggap lemah atau
mereka yang tertindas.
Dalam hadist di terangkan, seorang bertanya kepada Nabi SAW, “Islam
yang bagaimana yang baik ? “ Nabi SAW menjawab, “Membagi makanan (kepada
fakir miskin) dan memberi salam kepada yang dia kenal dan yang tidak
dikenalnya.” (HR.Bukhari). Dalam hadist yang lain juga dijelaskan bahwa

3
Sirojuddin Iqbal ,Mashuri, Penafsiran Al-qur’an ( Malang : UMM Press, 1989)
Hal 55

8
perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam saling cinta kasih dan belas
kasih seperti satu tubuh. Apabila kepala mengeluh (pusing) maka seluruh tubuh
tidak bisa tidur dan demam. (HR. Muslim).

DAFTAR PUSTAKA

Mustofa,Ahmad Al-Maraghi 1993 Tafsir Al-Maraghi cv.Toha Putra, Semarang

Shihab,M.Quraisy 2002 Tafsir Al-Misbah Lentera Hati, Jakarta

Sirojuddin Iqbal ,Mashuri 1989 Penafsiran Al-qur’an UMM Press,Malang

Anda mungkin juga menyukai