Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunianya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Solawat beserta salam semoga selalu terlimpah
curahkan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya,
dan kita selaku umatnya. Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi
.salah satu tugas mata pelajaran Pendidikan Pancalisa dan Kewarganegaraan
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Pola Hidup Sederhana dan
Perintah Menyantuni Para Duafa yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber informasi, referensi dan berita Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang
lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para Siswa-siswi.
Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk
itu Kepada bapak guru pembimbing Kami meminta masukannya demi perbaikan pembuatan
makalah kami di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para
.pembaca
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membimbing
serta membantu dalam penyelesaian makalah ini, baik secara langsung maupun tidak
.langsung
Di dalam penyusunan dan penulisan makalah ini penulis sangat menyadari masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bisa
.membangun penulis dalam menyempurnakan makalah ini dengan lebih baik dari sebelumnya
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat, umumnya bagi pembaca dan khususnya
.bagi saya selaku penulis
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Kelompok 4
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………....1
Pembahasan………………………………………………………….2
A.Ayat Tentang Pola Hidup Sederhana……………………………..4
B.Perintah Menyantuni Kaum Dhuafa………………………………5
C.Hadits Perintah Menyantuni Kaum Dhuafa………………………6
2
BAB I
A. PEMBAHASAN
1) Definisi
Pola hidup sederhana adalah hidup dengan tidak berlebih-lebihan dengan penuh
kesombongan, namun hidup dengan penuh kesederhanaan.
Menyantuni kaum dhu’afa adalah membantu orang-orang lemah yang hidup dengan
serba kekurangan, agar kesusahan mereka dapat diringankan.
3
Biasakanlah bergaul dengan orang yang memiliki perilaku hidup sederhana agar kita
dapat meneladaninya pada kemudian hari.
Hindari bergaul dengan orang yang suka hura-hura dan menghamburkan hartanya,
sebab kita akan terbawa arus pergaulannya
3) Ayat-Ayat yang Berbicara tentang Pola Hidup Sederhana dan Menyantuni Para Duafa
وات ذا القربى حقه والمسكين وابن السبيل والتبذر تبذيرا ان المبذرين كانوا اخوان الشيطين وكان الشيطن لربه كفورا
واماتعرضن عنهم ابتغاء رحمة من ربك ترجوها فقل لهم قوال ميسورا وال تجعل يدك مغلولة الى عنقك وال تبسطها كل
البسط فتقعد ملوما محسورا ان ربك يبسط الرزق لمن يشاء ويقدر انه كان بعباده خبيرا بسيرا
Artinya : 26. Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada
orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-
hamburkan (hartamu) secara boros. 27. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah
saudaranya setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhan-nya. 28. Dan jika kamu
berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhan-mu yang kamu harapkan, maka
katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas. 29. Dan janganlah kamu jadikan tanganmu
terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya, karena itu kamu
menjadi tercela dan menyesal. 30. Sesungguhnya Tuhan-mu melapangkan rizeki kepada siapa
yang dia kehendaki dan menyempitkannya; Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui dan Maha
Melihat akan hamba-hamba-Nya.
Artinya : 67. Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-
lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) ditengah-tengah antara yang
demikian.
فخرج على قومه في زينته قال الذين يريدون الحيوة الدنيا يليت لنا مثل ما اتي قارون انه لذو حظ عظيم وقال الذين
اوتوا العلم ويلكم ثواب هللا خير لمن امن وعمل صالحا وال يلقها اال الصبرون فخسفنا به وبداره االرض فما كان له
من فئة ينصرونه من دون هللا وما كان من المنتصرين واصبح الذين تمنوا مكانه باالمس يقولون ويكان هللا يبسط الرزق
لمن يشاء من عباده ويقدر لوال ان من هللا علينا لخسف بنا ويكانه ال يفلح الكفرون
4
Artinya : 79. Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah
orang-orang yang menghendaki dunia, “semoga kita kiranya mempunyai seperti apa yang
telah diberikan kepada Qarun, sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang
besar.” 80. Berkatalah orang-orang yang dianugrahi ilmu, “kecelakan besarlah bagi kalian,
pahala Allah adalah lebih baik bagi orangporang yang beriman dan beramal sholeh, dan
tidaklah pahala itu diperoleh, kecuali orang-orang yang sabar.”81. Maka kami benamkanlah
Qarun beserta rumahnya kedalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang
menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah dia termasuk orang-orang (yang dapat)
membela (dirinya). 82. Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan
Qarun itu berkata, “aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia
kehendaki dari para hamba-Nya dan menyempitkannya. Kalau Allah tidak melimpakan
karunia-Nya atas kita, benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah,
tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah).
ان المبذرين كانوا اخوان الشيطين وكان الشيطن لربه كفورا وات ذا القربى حقه والمسكين وابن السبيل والتبذر تبذيرا
Artinya: 26. Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang
miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan
(hartamu) secara boros.
27. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudaranya setan dan setan itu adalah
sangat ingkar kepada Tuhan-nya.
ليس البرا ان تولوا وجوهكم قبل المشرق والمغرب ولكن البر من امن باهللا وليوم االخر والملئكة والكتب والنبين واتى
المال على حبه ذوى القربى واليتمى والمسكين وابن السبيل والسائلين وفي الرقاب واقام الصلوة واتى الزكوة والموفون
بعهدهم اذا عاهدوا والصبرين في البئ ساء والضراء وحين البئ س الئك الذين صدقوا والئك هم المتقون
Artinya : 177. Bukanlah menghadapkan wajahmu ke timur dan barat itu suatu kebaktian,
akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah kebaktian orang yang beriman kepada Allah,
hari kemudian, malaikat-malaikat, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada
kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir dan orang yang meminta-minta;
dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-
orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah
orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.
5
C. Hadist tentang pola hidup sederhana dan perintah utuk menyantuni kaum dhu’afa
وان, يا ابن ادم انك ان تبذ ل الفضل خير لك: قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم:وعن ابى امامة رضي هللا عنه قال
) وابداء بمن تعول (رواه الترمذى, وال تالم على كفاف, تمسكه شر لك
Dari Abu Umamah ra., ia berkata : “Rasulullah SAW. Bersabda : “Wahai anak Adam,
sesungguhnya jika kamu memberikan kelebihan hartamu, maka itu lebih baik bagimu, dan
jika kamu menahannya, maka itu sangat jelek bagimu. Kamu tidaklah dicela dalam
kesederhanaan. Dan dahulukanlah orang yang menjadi tanggunganmu.”[12]
ذكر اصحاب رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يوما: وعن ابى امامة اياس بن ثعلبة االنصارى الحارثى رضي هللا عنه قال
ان البذاذة من االيمان, اال تسمعون ؟ اال تسمعون ؟ ان البذاذة من االيمان: عنده الدنيا فقال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم
)(رواه االبو داود
Dari Abu Umamah iyas bin tsa’labah Al-Anshoriy Al-Haritsiy ra., ia berkata : pada suatu
hari, para sahabat Rasulullah SAW. Membicarakan masalah dunia, kemudian Rasulullah
SAW. Bersabda : “apakah kalian tidak mendengar ? apakah kalian tidak mendengar ?
“sesungguhnya kesederhanaan itu itu bagian dari iman.[13]
, قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم كافل اليتيم له او بغيره انا وهوكاتين في الجنة: وعن ابى هريرة رضي هللا عنه قال
)واشار الراوى وهو مالك بن انس بالسببة والوسطى (رواه المسلم
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Rasulullah SAW. Bersabda : “orang yang menanggung
anak yatim baik anak yatim itu ada hubungan famili atau tidak, maka saya dan orang yang
menanggungnya seperti dua jari ini, didalam surga.”
Malik bin Anas perawi hadist itu mengatakan, beliau memberi isyarat dari jari telunjuk dan
jari tengah.[14]
4) Tafsir Ayat-Ayat yang Berbicara tentang Pola Hidup Sederhana dan Menyantuni Para
Duafa
A. Tafsir Ayat-Ayat yang Berbicara tentang Pola Hidup Sederhana
1) QS. Al-Isra ayat 26
Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
26. Wahai orang yang beriman! Berikanlah hak kerabat dekatmu
berupa ikatan silaturahmi, juga berilah bantuan kepada orang miskin
yang membutuhkan, dan orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan,
dan janganlah sekali-kali menggunakan hartamu dalam kemaksiatan,
atau menghambur-hamburkannya secara boros.
Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan
Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram 26.
ت َذا ْالقُرْ بَ ٰى
ِ ( َو َءاDan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat)
6
Yakni berilah orang-orang yang dekat denganmu secara nasab. َُحقَّ ۥه
(akan haknya) Yakni hak disambungnya silaturrahim yang Allah
perintahkan. َ(و ْال ِم ْس ِكينkepada
َ orang miskin) Yakni orang fakir yang
tidak mampu lagi mencari penghidupan. ( َوا ْبنَ ال َّسبِي ِلdan orang yang
dalam perjalanan) Yakni orang yang kehabisan bekal dalam
perjalanan. Yang dimaksud dengan bersedekah kepada mereka adalah
sedekah sunnah atau sedekah wajib (zakat). ( َواَل تُبَ ِّذرْ تَ ْب ِذيرًاdan janganlah
kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros) Yakni
berlebih-lebihan dalam membelanjakan harta meski untuk hal yang
halal, dan membelanjakan harta untuk hal yang haram meski hanya
sedikit.
Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman
Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah 26. Berilah
kerabatmu hak-haknya berupa kebaikan dan silaturahmi. Dan berilah
orang yang membutuhkan itu haknya berupa zakat, juga orang yang
kehabisan bekal dalam perjalanannya. Sedekahkanlah kepada mereka
sedekah nafilah ketika membutuhkan. Dan janganlah kamu
menafkahkan harta benda kepada selain tempat yang disarankan oleh
syariat. Hal itu melewati batas yang telah dipertimbangkan oleh syariat
dalam urusan infak yang halal dan infak kepada selain yang berhak.
Penjelasan Ayat yang Berbicara tentang Pola Hidup Sederhana dan
Menyantuni Para Dhuafa
2) QS. Al-Isra Ayat 27
Sesungguhnya orang yang melakukan pemborosan dan
membelanjakan hartanya dalam maksiat kepada Allah mereka
itu menyerupai setan-setan dalam hal keburukan, kerusakan dan
maksiat. Dan setan itu sangat banyak kufurnya dan keras
pengingkarannya terhadap nikmat tuhannya. (Tafsir al-
Muyassar)
Sesungguhnya orang-orang yang menggunakan harta mereka
dalam kemaksiatan, dan orang-orang yang menghambur-
hamburkannya secara boros adalah saudara-saudara setan,
mereka mentaati segala apa yang diperintahkan para setan
tersebut berupa sikap boros dan menghambur-hamburkan harta,
padahal setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya, ia tidak
beramal kecuali dengan amalan maksiat, dan tidak pula
memerintahkan kecuali dengan perintah yang mengundang
kemurkaan Tuhannya. (Tafsir al-Mukhtashar)
Sesungguhnya orang-orang yang boros adalah pasangan
(saudara) setan karena pemborosan itu termasuk godaan setan.
Dan setan itu sangat kufur atas nikmat-nikmat Tuhannya.
(Tafsir al-Wajiz) 27. ( ۖ إِ َّن ْال ُمبَ ِّذ ِرينَ َكانُ ٓو ۟ا إِ ْخ ٰونَ ال َّش ٰي ِطي ِنSesungguhnya
pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan) Dan
berlebih-lebihan dalam membelanjakan harta merupakan
bagian dari godaan setan, sehingga jika ada orang yang
melakukannya maka ia telah mentaati dan mengikuti setan. ََو َكان
7
(ال َّشي ْٰطنُ لِ َربِِّۦه َكفُورًاdan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada
Tuhannya) Yang tidak berbuat kecuali keburukan dan tidak
menyuruh kecuali menyuruh untuk berbuat keburukan. Dan
orang yang menghambur-hamburkan harta adalah orang yang
sangat ingkar terhadap nikmat Allah. (Zubdatut Tafsir)
3) QS. Al-Israa ayat 28
Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Dan apabila engkau enggan untuk memberi mereka
-dikarenakan tidak ada harta yang dapat engkau berikan-
sembari menanti adanya rezeki dari Allah, maka cukuplah
bagimu untuk mengucapkan kata-kata yang lembut lagi santun
kepada mereka, misalnya; engkau mendoakan agar rezeki
mereka dilapangkan, atau menjanjikan mereka suatu pemberian
bila Allah memberimu harta.
Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah
pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam
Masjidil Haram 28. ض َّن َع ْنهُ ُم َ ْر ِ ( َوإِ َّما تُعDan jika kamu berpaling
dari mereka) Yakni jika kamu berpaling dari kerabat, orang
miskin, dan ibnu sabil karena suatu hal yang menuntut untuk
berlaku demikian. ك َ ِّ(ا ْبتِغَآ َء َرحْ َم ٍة ِّمن َّربuntuk memperoleh rahmat
dari Tuhanmu) Yakni disebabkan karena kamu tidak memiliki
rezeki dari Tuhanmu untuk kamu sedekahkan, dan kamu ingin
agar Allah memberimu rezeki (agar dapat bersedekah). فَقُل لَّهُ ْم
( قَوْ اًل َّم ْيسُورًاmaka katakanlah kepada mereka ucapan yang
pantas) Yakni perkataan yang lembut dan mudah diterima
seperti menjanjikan kepada mereka sedekah di lain waktu atau
dengan memohon maklum atas ketidakmampuan memberi
sedekah dengan cara yang mudah diterima.
Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad
Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
28. Dan jika kamu berpaling dari orang-orang yang disebutkan
itu berupa kerabat, orang miskin dan ibnu sabil karena darurat
namun malu untuk menolak karena mengharap rejeki yang
kamu tunggu-tunggu, sehingga kamu masih ingin memberi
mereka, maka katakanlah kepada mereka perkataan yang
mudah dicerna dan lembut bahwa kamu akan memberi mereka
di waktu yang akan datang. Ayat ini diturunkan terkait setiap
orang miskin yang meminta kepada Nabi SAW.
4) QS. Al-Israa ayat 29
Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia 29.
Dan janganlah menahan tanganmu dari memberi harta, dan
jangan melampaui batas dalam memberi, nanti engkau akan
dicela oleh manusia lantaran kekikiranmu bila enggan
memberi, juga nanti engkau akan menyesal dan berhenti dari
memberi lantaran habisnya hartamu yang engkau berikan
8
secara berlebihan karena tidak ada lagi yang dapat engkau
berikan setelahnya.
Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah
pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam
Masjidil Haram 29. ُطهَا ُك َّل ْالبَ ْس ِطْ ك َواَل تَ ْبس َ ِك َم ْغلُولَةً إِلَ ٰى ُعنُق
َ َواَل تَجْ َعلْ يَ َد
(Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada
lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya) Yakni
keadaan orang yang pelit adalah seperti keadaan orang yang
tangannya terikat di lehernya sehingga tidak dapat
menggerakkannya. (فَتَ ْق ُع َد َملُو ًما َّمحْ سُورًاkarena itu kamu menjadi
tercela dan menyesal) Akibat sikap berlebih-lebihan yang kamu
lakukan, kamu tidak dapat mencukupi kebutuhan karena
kemiskinan. Dalam ayat ini terdapat bantahan terhadap setiap
orang yang berpendapat tentang orang yang menginfakkan
seluruh hartanya tanpa menyisakannya sepersepun untuk bekal
hari esok.
Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad
Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
29. Janganlah kamu cegah tangan kamu untuk berinfak
sebagaimana orang yang membelenggu tangannya di leher,
yaitu janganlah kamu pelit. Dan janganlah kamu melebarkan
infak kamu sampai terlalu berlebihan sehingga kamu menjadi
tercela di sisi Allah dan manusia, serta menjadi orang yang
menyesal dan bersedih. Nabi SAW bersabda kepada Aisyah:
“berinfaklah secukupnya saja” Kemudian Aisyah berkata:
“Kalau begitu tidak ada yang tersisa sedikitpun” Lalu Allah
menurunkan ayat {Wa Laa taj’al yadaka…}
Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar
fiqih dan tafsir negeri Suriah Ini merupakan kinayah (kiasan)
sikap menahan tangannya dari berinfak (terlalu kikir). Seperti
mengeluarkan harta untuk hal yang tidak patut atau melebihi
dari yang patut. Karena tidak berinfak. Karena terlalu pemurah,
sehingga di tanganmu tidak ada harta.
5) QS. Al-Israa ayat 30
Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia 30.
Sungguh, Tuhanmu melapangkan rezeki bagi siapa saja yang
Dia kehendaki, dan menyempitkannya bagi siapa saja yang Dia
kehendaki untuk suatu hikmah yang besar. Sungguh Dia Maha
Mengetahui lagi Melihat hamba-hamba-Nya, tidak ada satu
urusan mereka yang tersembunyi dari-Nya, sehingga Dia bisa
menentukan apa saja terhadap urusan mereka sekehendak-Nya.
Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah
pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam
َ ك يَ ْب ُسطُ ال ِّر ْز
Masjidil Haram 30. ق لِ َمن يَ َشآ ُء َويَ ْق ِد ُر َ َّۚ إِ َّن َرب
(Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki kepada siapa
yang Dia kehendaki dan menyempitkannya) Yakni
9
melapangkan rezeki kepada sebagian orang dan menyempitkan
rezeki sebagian yang lain sesuai dengan hikmah Allah yang
ِ َ( خَ بِي ۢ ًرا بMaha Mengetahui lagi Maha Melihat) Tidak
dalam. صيرًا
ada yang tersembunyi bagi-Nya.
Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad
Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
30. Sesungguhnya Tuhanmu meluaskan rejeki orang yang
dikehendakiNya dan menyempitkan orang yang
dikehendakiNya sesuai kebijaksanaanNya yang ditujukan untuk
kebaikan para hamba. Sesungguhnya Allah SWT Maha
Mengetahui setiap sesuatu, sehingga Dia memberi rejeki
hamba-hambaNya sesuai kemaslahatan mereka.
6) QS. Al-Furqon ayat 67
Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia 67.
Dan (mereka itu) orang-orang yang apabila membelanjakan
harta, mereka tidak sampai mengeluarkannya secara berlebihan,
dan tidak pula kikir saat membelajakannya dalam perkara wajib
baik untuk diri mereka sendiri ataupun orang lain, maka
pembelanjaan itu tengah-tengah antara sikap berlebihan dan
kikir.
Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah
pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam
Masjidil Haram 67. ُوا ۟ وا َولَ ْم يَ ْقتُر
۟ ُوا لَ ْم يُسْرف
۟ ُ( َوالَّ ِذينَ إ َذآ أَنفَقDan orang-
ِ ِ
orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak
berlebihan, dan tidak (pula) kikir) Makna ( )اإلسرافadalah
melampaui batas akibat mengeluarkan harta terlalu banyak,
meskipun ia mengeluarkan hartanya untuk hal yang dibolehkan.
Makna ( )اإلقتارadalah sangat pelit dalam membelanjakan
hartanya. ك قَ َوا ًماَ ِ( َو َكانَ بَ ْينَ ٰذلdan adalah (pembelanjaan itu) di
tengah-tengah antara yang demikian) Makna ( )القوامadalah
pembelanjaan harta dengan kadar yang sesuai, yaitu dengan
tidak membiarkan dirinya dan keluarganya kelaparan dan tidak
memiliki pakaian dan sampai tercukupi kebutuhan pokoknya,
dan ia dapat menambah dari hal itu jika Allah lebih meluaskan
rezekinya, ia juga berinfak dan bersedekah, namun tetap
menabung sebagian hartanya untuk kebutuhan mendadak.
Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad
Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
67. Dan orang-orang yang apabila membelanjakan harta,
mereka tidak berlaku boros (boros adalah banyak berbelanja
melebihi batas normal) dan tidak pelit (pelit adalah kikir dan
terlalu membatasi belanja). Pembelanjaan mereka itu sedang-
sedang saja, tidak lebih dan tidak kurang.
7) QS. Al-Qashas ayat 79
Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia 79.
Lalu Qārūn keluar sambil mengenakan kemegahannya dengan
10
menampakkan kesombongannya. Teman-teman Qārūn yang
menginginkan perhiasan kehidupan dunia berkata, “Alangkah
baiknya apabila kami mendapatkan perhiasan dunia
sebagaimana yang diberikan kepada Qārūn, sesungguhnya
Qārūn benar-benar mempunyai keberuntungan yang cukup dan
besar.”
Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah
pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam
Masjidil Haram 79. ( ۖ فَ َخ َر َج َعلَ ٰى قَوْ ِمِۦه فِى ِزينَتِِۦهMaka keluarlah
Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya) Qarun keluar
dengan membawa harta kemewahannya yang membuat kagum
setiap orang yang melihatnya, oleh sebab itu orang yang
melihatnya berangan-angan untuk memiliki harta seperti milik
Qarun. (قَا َل الَّ ِذينَ ي ُِري ُدونَ ْال َحيَ ٰوةَ ال ُّد ْنيَاBerkatalah orang-orang yang
menghendaki kehidupan dunia) Dan kemegahannya. ٰيلَيْتَ لَنَا ِم ْث َل
ٍّ “( َمآ أُوتِ َى ٰق ُرونُ إِنَّهۥُ لَ ُذو َحMoga-moga kiranya kita
ظ َع ِظ ٍيم
mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun;
sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang
besar”) Yakni ia adalah orang yang beruntung karena memiliki
harta yang banyak di dunia. Terdapat perselisihan pendapat
tentang siapa orang yang mengatakan hal ini; terdapat pendapat
mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang beriman
di zaman itu. Dan pendapat lain mengatakan mereka adalah
orang-orang kafir.
Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad
Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
79. Maka pada suatu hari, keluarlah Qarun kepada kaumnya
dengan melakukan konvoi megah dan khusus dengan penuh
hiasan harta, baju emas dan sutra, kuda-kuda, dan para
pengawal. Dan ketika melihatnya, para penduduk dunia yang
tertipu oleh perhiasannya berkata: “Andai saja kami memiliki
harta benda seperti yang diberikan kepada Qarun berupa
kekayaan dan kehormatan. Sesungguhnya Qarun itu pemilik
nasib yang sangat beruntung di dunia”
8) QS.Al-Qashas ayat 80
Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia 80.
Dan orang-orang yang diberi ilmu tatkala mereka melihat
Qārūn di dalam kemegahannya dan mendengarkan apa yang
diangankan oleh teman-temannya, “Celaka kalian, balasan
Allah di kehidupan Akhirat dan kenikmatan yang disiapkan
oleh Allah bagi orang-orang yang beriman kepada-Nya dan
beramal saleh itu lebih baik daripada apa yang diberikan
kepada Qārūn dari perhiasan dunia.” Dan tidaklah bisa
mengucapkan ucapan ini dan mengamalkan apa yang menjadi
keharusannya kecuali orang-orang sabar yang bersabar dalam
11
mengutamakan pahala yang ada di sisi Allah daripada
kenikmatan fana yang ada di dunia.
Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah
pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam
Masjidil Haram 80. وا ْال ِع ْل َم ۟ ُ( َوقَا َل الَّ ِذينَ أُوتBerkatalah orang-orang
yang dianugerahi ilmu) Mereka adalah para pendeta Bani Israil,
mereka berkata kepada orang-orang yang beangan-angan
mendapat harta seperti milik Qarun: َِو ْيلَ ُك ْم ثَ َوابُ هللا
“(خَ ْي ٌرKecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah
lebih baik) Yakni pahala Allah di akhirat lebih baik daripada
apa yang mereka angan-angankan. صلِحًا ٰ (لِّ َم ْن َءا َمنَ َو َع ِم َلbagi
orang-orang yang beriman dan beramal saleh) Dalam harta
yang diberikan Allah kepadanya baik itu sedikit maupun
banyak. (واَل يُلَقَّ ٰىهَآdan
َ tidak diperoleh pahala itu) Yakni kalimat
yang mereka ucapkan ini tidak akan masuk ke hati seseorang
dan mengamalkannya kecuali orang yang bersabar. َصبِرُون ّ ٰ إِاَّل ال
(kecuali oleh orang-orang yang sabar) Bersabar atas ketaatan
kepada Allah dan menyabarkan diri mereka dari syahwat,
sehingga mereka tidak mengharapkan kenikmatan dunia yang
fana dengan tujuan agar dapat menyombongkan diri di muka
bumi dan membuat kerusakan di dalamnya.
Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad
Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
80. Orang yang memiliki ilmu tentang keadaan akhirat dan apa
yang dijanjikan Allah di dalamnya yaitu para pendeta Bani
Israil berkata: “Celakalah kalian! (yang dimaksud disini adalah
cemoohan dan cacian, yaitu jangan kalian ucapkan kata yang
salah ini. Pada mulanya, itu adalah kata-kata yang
menunjukkan pada kehancuran) Pahala dan nikmat Allah di
surga bagi orang yang beriman kepada Allah dan rasulNya,
mengerjakan perintah-perintahNya dan beramal shalih dalam
harta benda yang diberikanNya itu lebih baik daripada apa yang
mereka angan-angankan.” Dan orang yang mendapat pahala itu
tidak akan bertemu surga kecuali orang-orang yang bersabar
dalam ketaatan dan menjauhi kemaksiatan.
9) QS.Al-Qashas ayat 81
Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia 81.
Maka Kami benamkan Qārūn ke dalam tanah bersama
rumahnya dan apa yang ada di dalamnya sebagai bentuk
balasan terhadapnya atas perilakunya yang melampaui batas.
Lalu ia tidak mempunyai suatu golongan pun selain Allah yang
menolongnya, dan tidak pula ia termasuk orang yang bisa
menolong dirinya sendiri.
Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah
pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam
Masjidil Haram 81. ض َ َْار ِه اأْل َر
ِ ( فَخَ َس ْفنَا بِ ِهۦ َوبِدMaka Kami
12
benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi) Allah
meneggelamkan dirinya dan rumahnya sampai terbenam dan
lenyap ke dalam tanah. ُِون هللا ِ صرُونَهۥُ ِمن د ُ ( فَ َما َكانَ لَ ۥهُ ِمن فِئَ ٍة يَنMaka
tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya
terhadap azab Allah) Yakni ia tidak memiliki orang-orang yang
dapat menolongnya dan mencegah azab Allah yang ditimpakan
kepadanya. َ( َو َما َكانDan tiadalah ia) Terhadap dirinya. َِمن
َص ِرين ْ
ِ َ(ال ُمنتtermasuk orang-orang (yang dapat) membela
(dirinya)) Yakni tidak dapat mengelak penenggelaman yang
menimpanya dan mampu menolong dirinya meski ia memiliki
banyak harta.
Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad
Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
81. Dan saat Qarun tertipu dengan banyaknya harta itu, Allah
membenamkannya beserta harta benda, rumah dan daerah yang
dihuninya ke dalam bumi. Dia (Allah) membenamkannya,
melenyapkannya dan mengubah derajat tingginya menjadi
derajat rendah. Dan dia (Qarun) tidak memiliki kumpulan
penolong yang dapat menyelamatkannya untuk melindungi dan
menghalanginya dari siksa dan kehancuran selain Allah. Dan
tidak ada yang bisa mencegah apa yang diterima olehnya
berupa azab dibenamkan.
10) QS.Al-Qashas ayat 82
Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia 82.
Dan orang-orang yang menginginkan harta dan perhiasan yang
dipunyai Qārūn sebelum terbenam berkata dengan mengambil
pelajaran darinya, “Bukankah kami mengetahui bahwa Allah
memberi rezeki kepada yang dikehendaki-Nya dari para
hamba-hamba-Nya dan menyempitkan rezeki bagi yang
dikehendaki-Nya dari mereka. Kalaulah Allah tidak memberi
karunia kepada kami dan tidak menyiksa kami karena ucapan
kami, tentulah Dia membenamkan kita juga sebagaimana Dia
membenamkan Qārūn. Sesungguhnya orang-orang kafir itu
tidak akan mendapat kemenangan, baik di dunia maupun di
Akhirat, justru langkah dan tujuan mereka menuju kerugian di
dunia dan Akhirat.
Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah
pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam
۟
Masjidil Haram 82. س ِ ( َوأَصْ بَ َح الَّ ِذينَ تَ َمنَّوْ ا َم َكانَ ۥهُ بِاأْل َ ْمDan jadilah
orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Karun
itu) Yakni tidak lama setelah itu. ق لِ َمن ْ
َ الرِّز ُيَقُولُونَ َو ْي َكأ َ َّن هللاَ يَ ْب ُسط
(ۖ يَ َشآ ُء ِم ْن ِعبَا ِد ِهۦ َويَ ْق ِد ُرberkata: “Aduhai, benarlah Allah
melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-
hambanya dan menyempitkannya) Yakni setiap mereka berkata
dengan penuh penyesalan atas andai-andai yang mereka
lakukan: “telah jelas bagiku sekarang apa yang dulu belum
13
jelas bahwa keputusan ini berada di tangan Allah, Dia memberi
kepada yang Dia kehendaki sehingga melapangkan
kehidupannya, serta menyempitkan siapa yang Dia kehendaki
sebagai ujian dan cobaan baginya.” (لَوْ آَل أَن َّم َّن هللاُ َعلَ ْينَاkalau Allah
tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita) Dengan rahmat-Nya,
dan kalaulah Allah tidak melindungi kita dari kezaliman dan
kesombongan yang dilakukan Qarun, serta karena Allah tidak
menghukum kita atas angan-angan yang kami, niscaya Allah
akan membenamkan kita pula. (ۖ لَ َخ َسفَ بِنَاbenar-benar Dia telah
membenamkan kita (pula)) Sebagaimana telah
menenggelamkan Qarun. َ( َو ْي َكأَنَّ ۥهُ اَل يُ ْفلِ ُح ْال ٰكفِرُونAduhai benarlah,
tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat
Allah)”) Yakni mereka tidak akan meraih apa yang mereka
harapkan.
Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad
Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
82. Orang-orang yang sebelumnya berangan-angan tentang
kedudukan dan kekayaan Qarun berkata: “Aduhai kasihan,
Apakah kamu tidak melihat bahwa sesungguhnya Allah
melapangkan dan memberikan rejeki bagi hambaNya yang
dikehendaki dan menyempitkan serta membatasi rejeki bagi
hambaNya yang dikehendaki sebagai suatu ujian dan cobaan
sesuai kehendak dan kebijaksanaanNya). Kalau Allah tidak
melimpahkan kelembutan, kasih sayang dan kebaikan kepada
kami serta tidak menghukum kami dengan apa yang kami
miliki maka sungguh Dia (Allah) akan membenamkan kami ke
dalam bumi sebagaimana membenamkan Qarun dan
sesungguhnya orang-orang yang ingkar dengan
(membanggakan) usaha mereka, seperti Qarun itu tidak
beruntung”
11) QS.Al-Baqarah ayat 177
Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah
pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam
Masjidil Haram 177. Amalan baik tidaklah terbatas pada shalat
menghadap ke timur atau barat saja, namun amalan kebaikan
adalah beriman kepada Allah, hari kiamat, para malaikat, kitab-
kitab Allah, dan semua rasul tanpa membeda-bedakan;
memberikan harta yang dicintai kepada para kerabat, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, musafir yang kehabisan bekal,
orang yang meminta pertolongan, dan budak yang ingin
menebus dirinya dari perbudakan; mendirikan shalat pada
waktunya; membayar zakat kepada yang berhak menerimanya;
menepati janji; serta bersabar dalam menghadapi kemiskinan,
penyakit, dan kecamuk peperangan. Orang-orang yang
memiliki ciri-ciri tersebut akan mendapat derajat yang tinggi,
mereka adalah orang-orang yang membuktikan keimanannya
14
dengan perkataan dan perbuatan yang takut terhadap siksaan
Allah. Syeikh as-Syinqithi berkata: "Dalam ayat ini Allah tidak
menjelaskan makna { }البأسnamun Allah menyebutkan dalam
ayat lain bahwa yang dimaksud adalah peperangan
sebagaimana tersirat dari redaksi ayat, Allah berfirman: ُ قَ ْد يَ ْعلَ ُم هّٰللا
ۙ س اِاَّل قَلِ ْياًل َ ْلِ ْينَ اِل ِ ْخ َوانِ ِه ْم هَلُ َّم اِلَ ْينَا ۚ َواَل يَأْتُوْ نَ ْالبَأËِ ْال ُم َع ِّوقِ ْينَ ِم ْن ُك ْم َو ْالقَ ۤا ِٕٕىSungguh,
Allah mengetahui orang-orang yang menghalang-halangi di
antara kamu dan orang yang berkata kepada saudara-
saudaranya, “Marilah bersama kami.” Tetapi mereka datang
berperang hanya sebentar. (al-Ahzab: 18)
Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-
Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair
Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah
177. ْس ْالبِ َّر َ ( لَّيBukanlah suatu kebajikan) Ayat ini turun sebagai
bantahan terhadap orang-orang Yahudi dan Nasrani ketika
mereka berlarut-larut dalam percakapan masalah pemindahan
kiblat Rasulullah menuju Ka’bah. ب ِ ق َو ْال َم ْغ ِر ِ قِبَ َل ْال َم ْش ِر
(menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat) Yakni arah
yang berlainan. َ( َو ٰل ِك َّن ْالبِ َّر َم ْن َءا َمنakan tetapi sesungguhnya
kebajikan itu ialah beriman kepada Allah) Yakni akan tetapi
kebajikan adalah kebajikan yang dilakukan oleh orang yang
beriman. Dan ( )البرmerupakan kata yang mencakup segala
bentuk kebajikan, dan aku menafsirkan ayat ini dengan enam
asas-asas iman dan asas-asas amal kebaikan. ب ِ ( َو ْال ِك ٰتdan kitab-
kitab) Yang dimaksud dengan kitab disini adalah semua jenis
kitab Allah. ( َعلَ ٰى ُحبِِّۦهyang dicintainya) Yakni padahal ia cinta
terhadap harta tersebut, jadi dia menginfakkan hartanya meski
dia mencintainya dan merasa ingin bakhil atasnya. َذ ِوى ْالقُرْ بَ ٰى
(kepada kerabatnya) Yakni para kerabat, karena infak kepada
mereka bernilai pahala sedekah dan silaturrahim jika mereka
termasuk fakir. ( َو ْاليَ ٰت َم ٰىanak-anak yatim) Dan anak yatim yang
fakir lebih berhak mendapat sedekah dari pada anak yatim yang
tidak fakir karena mereka tidak mampu untuk mencari
penghasilan. َ( َو ْال َم ٰس ِكينorang-orang miskin) Orang miskin adalah
orang yang bergantung pada apa yang ada dalam genggaman
orang lain, karena ia tidak memiliki apapun. ( َوا ْبنَ ال َّسبِي ِلmusafir)
Yakni musafir yang kehabisan bekal di daerah orang lain.
َ( َوالسَّآئِلِينorang-orang yang meminta-minta) Yakni orang yang
meminta-minta karena keadaan yang memaksa mereka. َوفِى
ِ ( ال ِّرقَاhamba sahaya) Yang dimaksud adalah dengan membeli
ب
budak sahaya untuk dimerdekakan. Dan pendapat lain
mengatakan: yakni membebaskan tawanan. َ( َو َءاتَى ال َّز َك ٰوةdan
menunaikan zakat) Dalam ayat ini terdapat isyarat bahwa yang
duluan kita keluarkan adalah sedekah dan bukan zakat. ََو ْال ُموفُون
۟ ( ۖ ب َع ْه ِد ِه ْم إ َذا ٰعهَدdan orang-orang yang menepati janjinya apabila
ُوا ِ ِ
ia berjanji) Yakni perjanjian dengan Allah ataupun dengan
15
manusia. ( ْالبَأْ َسآ ِءdalam kesempitan) Yakni kesulitan hidup dan
kemiskinan. ضرَّآ ِء َّ ( َوالpenderitaan) Yakni penyakit dan penuaan.
س ْ ْ
ِ ( ۗ َو ِحينَ البَأdan dalam peperangan) Yakni saat peperangan
berkecamuk. وا ۟ ُۖ ص َدق
َ (orang-orang yang benar (imannya) ) Yakni
mereka adalah orang-orang yang benar-benar dan sungguh-
sungguh dalam pengakuan mereka sebagai orang beriman.
Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad
Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
Al-Qurthubi mengatakan : "Ulama-ulama kita berkata : inilah
ayat yang agung yang mencakup banyak hukum-hukum
syari'at; didalamnya terkandung enam belas qo'idah : Iman
kepada Allah dan nama-nama dan sifat-Nya, hari kebangkitan,
hari berkumpul, hari perhitungan, shirot, haudh, syafa'ah, surga,
neraka, dan juga mengandung tentang Malaikat, kitab-kitab
yang diturunkan, infaq, menyambung kekerabatan, berbuat baik
kepada anak yatim dan orang miskin, dan berbuat baik kepada
orang yang sedang dalam perjalanan, kewajiban mendirikan
shalat dan membayar zakat, kewajiban menepati janji, dan
sabar atas segala cobaan. Dan setiap qo'odah-qo'idah ini
membutuhkan penjelasan yang lebih rinci dalam buku khusus.
Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah
pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil,
professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia
177. Tidaklah kebaikan yang banyak itu ketika menghadap ke
arah timur dan barat saja, melainkan mengimani 6 rukun iman
dan mengerjakan pokok-pokok amal shalih. Yang dimaksud
dengan kitab di sini adalah berbagai jenis kitab, yaitu kitab-
kitab Allah, memberikan harta yang disenanginya kepada
kerabatnya. Sesungguhnya memberi harta kepada mereka
ketika fakir itu merupakan sedekah dan penyambung hubungan,
memberikan harta kepada anak-anak yatim yang fakir (yang
kehilangan bapak mereka di masa kecil), orang-orang miskin
yang tidak memiliki harta yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan mereka, musafir yang berhenti di tengah perjalanan
dari negeri mereka, orang-orang yang meminta-minta: yaitu
orang-orang yang meminta uang karena kebutuhan dan
keterdesakan mereka, untuk membeli budak dan melepaskan
tawanan, mendirikan shalat dengan rukun dan syaratnya,
menunaikan zakat wajib untuk orang-orang yang berhak
menerimanya disertai dengan sedekah sukarela, menepati janji-
janji Allah dan manusia, memberikan penghormatan kepada
orang-orang yang sabar atas penderitaan, kefakiran, sakit, dan
kesulitan dengan kehilangan keluarga, harta dan anak. Mereka
itu adalah orang-orang yang benar keimanannya dan bertakwa
kepada Tuhan dengan mengerjakan perintah-perintahNya dan
menjauhi larangan-laranganNya, serta menjauhi neraka. Abdur
16
Razaq meriwayatkan dari Qatadah yang berkata: “Orang-orang
Yahudi shalat menghadap ke arah barat dan orang Nasrani
shalat menghadap ke arah timur. Lalu turunlah ayat {Laisal
birru}”
Sementara itu, M. Quraish Shihab menjelaskan kata ( )اخوانikhwan pada ayat ke 27,
merupakan bentuk jamak dari kata ( )اخakh yang biasa diterjemahkan saudara. Dari sini
persamaan dalam asal usul keturunan mengakibatkan persaudaraan, baik asal usul jauh, lebih-
lebih yang dekat. Persaudaraan stan dengan pemboros adalah persamaan sifat-sifatnya, serta
keserasian antar keduanya. Mereka berdua sama melakukan hal-hal yang bathil. Persaudaraan
itu dipahami oleh ibn ‘Asyur dalam arti kebersamaan dan ketidakberpisahan setan dengan
pemboros. Ini karena biasanya saudara selalu bersama saudaranya dan engaan berpisah
dengannya. Penyifatan setan dengan kafur/sangat ingkar merupakan peringatan keras kepada
para pemboros yang menjadi teman setan itu, bahwa persaudaraan dan kebersamaan mereka
dengan setan dapat menghantarkan mereka pada kekufuran.
Pada ayat ke 28 menjelaskan bahwa seseorang tidak selalu memiliki harta atau sesuatu untuk
dipersembahkan kepada keluarga mereka yang butuh. Namun paling tidak rasa kekerabatan
dan persaudaraan serta keinginan membantu harus selalu menghiasi jiwa manusia, karena itu
ayat tersebut menuntun dan jika kondisi keuangan dan kemampuan tidak memungkinkan
untuk membantu mereka sehingga memaksa engkau berpaling dari mereka bukan karena
enggan membantu , tetapi berpaling dengan harapan suatu ketika engkau akan membantu
setelah berusaha dan berhasil untuk memperoleh rahmat dari Tuhan Pemelihara dan yang
selama ini selalu berbuat baik kepadamu, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang
mudah yang tidak menyinggung perasaannya dan melahirkan harapan dan optimisme.
Ayat ke 29 merupakan salah satu ayat yang menjelaskan salah satu hikmah yang sangat
luhur, yakni kebajikan yang merupakan pertengahan antara dua ekstrim. Keberanian adalah
pertengahan antara kecerobohan dan sifat pengecut. Kedermawanan adalah pertengahan
antara pemborosan dan kekikiran, demikian seterusnya.
17
Ayat ke 30 menunjukkan bahwa rezeki yang disediakan Allah SWT untuk setiap hamba-Nya
mencukupi masing-masing yang bersangkutan. Dari satu sisi manusia hanya dituntut untuk
berusaha semaksimal mungkin untuk memperolehnya, kemudian menerimanya dengan rasa
puas disertai dengan rasa keyakinan bahwa itulah yang terbaik untuknya masa kini dan
mendatang.dari sisi lain ia harus yakin bahwa apa yang gagal diperolehnya setelah usaha
maksimal itu hendaknya ia yakini bahwa hal tersebut adalah yanng terbaik untuk masa kini
dan masa depannya. Karena itu ia tidak perlu melakukan kegiatan yang bertentangan dengan
tuntunan Allah SWT, untuk memperoleh rezeki, karena apa yang diperolehnya melalui jalan
yang tidak direstui oleh Allah, pasti akan merugikannya, kalau bukan sekarang didunia ini,
maka di akhirat kelak.
Pada ayat ke 79 dan 80, menjelaskan bahwa Qarun sengaja tampil didepan kaumnya
dengan seluruh kemegahannya walau ia telah dinasehati. Sikapnya itu menunjukan betapa ia
bersikeras dalam kedurhakaan. Karena itu menjadi sangat wajar bila ia menerima sanksi Ilahi.
Ayat tersebut menerangkan bahwa disebabkan kedurhakaan Qarun itu, maka Allah
melongsorkan tanah sehingga ia terbenam beserta rumahnya serta seluruh perhiasan dan
kekayaannya kedalam perut bumi. Dan tidak ada satupun kaum yang dapat menolongya dari
sanksi tersebut.
18
Ucapan kaum beriman yang menyatakan: Benarlah Allah melapangkan rezeki bagi
siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya, secara tidak langsung membuktikan
kekeliruan Qarun , bahkan boleh jadi juga dugaan mereka sebelum peristiwa longsor itu,
bahwa harta benda Qarun diperoleh karena pengetahuannya, bukan oleh jasa siapa pun, atau
bahwa kekayaan adalah pertanda kasih Allah. Disini mereka mengakui bahwa tidak dari
pengetahuan, tidak juga ketaatan atau kekufuran yang menjadi sempit atau luasnya rezeki.
Tetapi karena adanya sunnatullah yang ditetapkan-Nya diluar itu semua.
Disini terdapat peringatan keras bagi kita, banyak diantara orang-orang yang
memamerkan nikmatnya hanyalah untuk menyombongkan dan membanggakan diri, tak
jarang diantara orang yang mengadakan pesta dan jamuan dalam pesta perkawinan atau
pertemuan-pertemuan, maksudnya hanyalah memamerkan kekayaannya yang berlimpah
dihadapan kaum kerabatnya, sehingga ia telah menjadi Qarun dimasanya, yang akibatnya,
diri dan hartanya habis ditelan bumi, Allah melenyapkan kekayaannya dan menjadikannya
sebagai pelajaran bagi orang yang mau mengambil pelajaran.
Iman kepada Allah adalah dasar dari semua kebajikan. Dan kenyataan ini takkan
pernah terbukti melainkan jika iman tersebut telah meresap didalam jiwa dan merayap
keseluruh pembulu nadi yang disertai dengan sikap khusyu’, tenang, taat, patuh dan hatinya
tidak akan meledak-ledak lantaran mendapatkan kenikmtan, dan tak berputus asa ketika
tertimpa musibah.
1. Sanak famili yang membutuhkan, mereka adalah orang yang paling berhak menerima
uluran tangan.
2. Anak-anak yatim, yakni anak-anak kaum miskin yang tidak mempunyai ayah yang
memberi nafkah kepada mereka.
19
3. Kaum fakir miskin, mereka adalah orang-orang yang tidak mampu berusaha mencukupi
hidupnya.
4. Ibnu sabil, dan juga orang yang sedang melaksanakan perjalanan jauh (musafir).
5. Orang yang meminta-minta, yakni orang yang terpaksa melakukan pekerjaan meminta-
minta kepada orang lain karena terdesak kebutuhan yang dirasa sangat berat.
BAB II
KESIMPULAN
Islam mengajarkan kita hidup sederhana, karena mengandung hikmah antara lain: Pertama,
hidup sederhana akan membawa kita kepada kehidupan yang tenang dan harmonis, sebab
dalam tuntunan hidup sederhana, kita dianjurkan untuk berbelanja sesuai kemampuan atau
penghasilan hidup kita, tidak besar pasak daripada tiang, tidak harus mengada-adakan sesuatu
yang di luar batas kemampuan kita.
Karena memaksakan belanja yang kita tidak mampu membelinya, akan mengakibatkan
penyesalan, kerugian dan lilitan utang. Dan sebaiknya dengan membiasakan berbelanja sesuai
20
batas kemampuan dan sesuai keperluan, akan menjadikan hidup tenang dan tidak risau oleh
lilitan utang.
Kedua, hidup sederhana, akan menghindarkan kita dari sikap hidup yang boros dan berlebih-
lebihan, sebab hidup boros dan berlebihan itu mengakibatkan harta menjadi terbuang-buang
(mubadzir) dan tersalurkan kepada sesuatu yang tidak semestinya, sehingga pada akhirnya
akan membawa kepada kerugian dan penyesalan. Pola hidup yang sederhana akan
menjadikan harta kita bermanfaat dan tersalurkan sesuai dengan haknya secara baik dan
benar, dan kelak kita akan beruntung dan berbahagia. Dan lain-lain.
Keinginan hidup mewah bukan hanya tampak di kalangan berada, melainkan juga di
kalangan golongan yang secara ekonomis pas-pasan dan kurang mampu. Betapa seorang
pedagang kecil yang hanya bisa hidup pas-pasan bersama keluarganya, telah menjual sisa
barang warisan orang tuanya, untuk membiaya keperluan menunaikan ibadah haji. Dia
berpikir tanpa pernah berhaji ke tanah suci, tidak akan terpandang di masyarakat sekitarnya.
Kasus seperti di atas sekedar contoh, tentu tidak semua orang dalam kasus seperti itu berniat
riya, namun jika setelah kembali dari beribadah haji dengan memaksakan menjual tanah /
sawah / ladang, kemudian hidup dalam kondisi ekonomi yang lebih buruk, maka cara hidup
demikian bukanlah yang diajarkan Islam. Kemewahan bukan sekedar pamer materi,
melainkan manipulasi suatu keinginan yang menjadi keharusan demi kepuasan.
Maka hidup seperti itu termasuk kemewahan, mengingat untuk pergi haji memerlukan
banyak biaya. Bukankah Islam mengajarkan bagi mereka yang secara ekonomis belum atau
tidak mampu, maka dengan niat saja sudah bisa bermakna haji? Mengapa harus melihat ke
arah orang lain yang lebih mampu dan bukannya ke arah yang kurang mampu daripada
dirinya sendiri? Cara hidup demikian berarti belum menerapkan ajaran Islam secara
proporsional dalam hal keseimbangan hidup duniawi dan ukhrawi.
DAFTAR PUSTAKA
21