Anda di halaman 1dari 9

KHUTBAH IEDUL FITRI 1431 H PERADABAN MULIA BUAH IBADAH RAMADHAN

.. , , , , , , . . : .
Maasyiral muslimin rahimakumullah Pagi ini, kaum muslimin di seluruh penjuru dunia serempak mengumandangkan takbir, tahmid dan tahlil untuk mengagungkan Allah. Mereka berduyun-duyun bersama sanak keluarga dan handai tolannya mendatangi lapangan dan masjid-masjid untuk melaksanakan Shalat Iedul Fitri, setelah menunaikan ibadah Ramadhan selama sebulan penuh. Termasuk kita semua di tempat ini. Kita bersyukur, pada tahun ini ummat Islam di Indonesia dapat menyepakati kapan dimulainya puasa Ramadhan dan melaksanakan Idul Firi. Alangkah indahnya jika kebersamaan dan kesatuan seperti ini dapat dicapai pada tahun-tahun mendatang. Sungguh suasana seperti inilah yang kita rindukan bersama. Sehingga ummat Islam menjadi ummat yang solid, kuat dan berwibawa dihadapan manusia. Allahu Akbar 3 wa lillahilhamd
HIDAYATULLAH |Khotbah Iedul Fitri 1431 H 1

Baru beberapa saat kita ditinggal pergi oleh Bulan Ramadhan. Ada perasaan bahagia bercampur sedih. Perasaan bahagia, karena kita telah berhasil melewati hari-hari yang istimewa dengan amalan-amalan yang diperintahkan. Antara lain: mengendalikan hawa nafsu kita dengan berpuasa, menghidupkan ruhani kita dengan shalat berjamaah di masjid, shalat tarawih, tadarrus Al-Quran, memperbanyak dzikrullah. Juga membangun karakter yang positif dengan berkata benar, suka memaafkan, meningkatkan kedermawanan dengan shadaqah, memberi makan orang-orang yang kekurangan, dsb. Ada rasa syukur karena kita telah dapat menunaikan puasa Ramadhan tahun ini. Ada harapan kalau puasa kita diterima oleh Allah SWT. Sementara itu kita juga merasa sedih, karena hari-hari yang penuh dengan rahmat, maghfirah dan dilipatgandakannya pahala kebajikan telah meninggalkan kita semua. Belum tentu tahun depan kita masih dapat berjumpa kembali dengannya. Sedangkan kita menyadari betapa banyak kesempatan berharga yang diberikan oleh Allah pada hari hari kemarin yang masih kita lewatkan sia-sia. Allahu Akbar 3x wa lillahilhamd Maasyiral Muslimin Allah telah berjanji, jika benar puasa yang telah kita lakukan kemarin; niscaya kualitas taqwa akan diberikan kepada kita. Dan jika kualitas taqwa itu benar-benar kita raih, pastilah ada buah yang akan kita petik setelah kita melaksanakan ibadah Ramadhan tahun ini. Buah itu berupa perubahan yang lebih baik pada diri kita, bangsa dan masyarakat kita tentunya. Diantara sifat orang-orang yang muttaqin itu disebutkan ciri-cirinya oleh Allah dalam Al-Quran:


(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema`afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
HIDAYATULLAH |Khotbah Iedul Fitri 1431 H 2

- :
Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (QS. Ali Imron [3]: 134-135). Jika benar puasa kita, tentulah sikap, perilaku dan karakter pribadi kita akan berubah menjadi lebih baik. Lebih taat kepada hukum dan syariat Allah, lebih cinta ke mesjid, lebih rendah hati, lebih dermawan, dan sebagainya. Pendek kata pribadi yang pikirannya, tutur katanya, sikap dan perilakunya, pekerjaannya tidak ada lain selain kebajikan. Pribadi seperti itulah yang seharusnya dihasilkan dari ibadah Ramadhan. Maasyiral muslimin. Allah berfirman:

:
Maka apakah orang-orang yang mendirikan mesjidnya di atas dasar takwa kepada Allah dan keridhaan (Nya) itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan dia ke dalam neraka Jahannam? Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (QS. AtTaubah [9]: 109) Seolah-olah Allah bertanya kepada kita: Mana yang lebih baik? Apakah orang-orang yang membangun hidupnya dan masa depannya dengan ketaqwaan kepada Allah dan meraih keridhaan-Nya, ataukah orang-orang yang membangun bangunan masa depan hidupnya dengan

HIDAYATULLAH |Khotbah Iedul Fitri 1431 H

dosa dan kemaksiatan, merugiakan orang banyak, pelanggaran terhadap aturan dan syariat Allah? Ali Radhiyallahu anhu berkata: Alangkah indahnya kebajikan itu. Seandainya kebajikan itu sesosok manusia ia adalah manusia yang sangat tampan. Dan alangkah buruknya kekejian itu. Seandainya kekejian itu sesosok manusia, maka ia adalah manusia yang sangat buruk mukanya. Sudah menjadi sunnatullah, setiap kita menyukai orang-orang yang hidupnya digunakan untuk berbuat kebajikan, menghiasi diri dengan akhlaq yang mulia. Setiap kita mengagumi orang-orang yang suka meringankan penderitaan orang-orang miskin dan memenuhi hak-hak orang-orang mustadzafin. Perilaku seperti itu pula yang membuat Allah mencintai, meridhai serta menolong apa yang menjadi hajat kebutuhan dari hambaNya. Maasyiral muslimin. Ketika Rasulullah SAW baru datang dari Goa Hira setelah ditemui oleh Malaikat Jibril, saat wahyu pertama diturunkan; badan beliau menggigil disertai ketakutan. Istri beliau, Sayyidah Khadijah meyakinkan beliau dengan ungkapannya:

,
Tidak...! Demi Allah Dia tidak akan menjadikanmu nestapa selamanya. Jaminan apa yang membuat Khadijah begitu yakin? Tentu keyakinan Khadijah ini bukan tanpa alasan. Khadijah menegaskan:


Karena engkau telah menyambung kekerabatan, memikul beban orang yang keletihan, mengusahakan kebutuhan orang-orang yang tidak punya, memuliakan tamu, dan menolong orang-orang yang mempunyai hak. (HR. Bukhari dan Muslim)

HIDAYATULLAH |Khotbah Iedul Fitri 1431 H

Khadijah yakin dengan haqul yakin tidak mungkin Allah menjadikan berduka selamanya kepada orang yang sebaik Muhammad SAW, yang selalu menjaga kemurnian imannya, berakhlaq mulia, selalu berbuat kebajikan dalam kehidupannya. Allahu akbar ... 3x wa lillahil hamd. Maasyiral muslimin. Marilah kita renungkan. Pernahkan kita melihat orang-orang yang berbuat kebajikan itu merasa berduka? Pernahkah kita menyaksikan orangorang yang jujur itu didera rasa takut? Dan pernahkan kita melihat orangorang yang selalu meringankan beban penderitaan orang lain itu kekurangan teman? Pasti tidak! Bahkan orang-orang yang berbuat kebajikan itu akan mendapati keberkahan dalam hidupnya yang berlipat ganda. Dalam Al-Quran Allah memberi tamsil (perumpamaan) kepada orangorang yang menanam kebajikan dalam kehidupannya.

:
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah [2]: 261) Kebajikan itu pastilah akan berbuah kebaikan, dan kejahatan akan berbuah kejelekan pula. Maka barangsiapa yang menanam benih kebajikan ia pasti akan memetik kebaikan dalam hidupnya. Dan barangsiapa menanam benih kejahatan, ia akan memetik kesusahan, kesedihan dan penderitaan dalam kehidupannya. Bukan saja sesudah ia mati, tetapi akan dialaminya saat masih di dunia ini juga.

:
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri (QS. Al-Isra [17]: 7)
HIDAYATULLAH |Khotbah Iedul Fitri 1431 H 5

Rasulullah SAW berbuat kebajikan ketika banyak orang berbuat kemunkaran, Rasulullah tetap menjaga kesucian diri ketika budaya di sekelilingnya bergelimang kemaksiatan, Rasulullah membela orang-orang yang terpinggirkan ketika semua orang meninggalkan, Rasulullah bersedekah ketika banyak orang bakhil dengan hartanya. Para sahabat Rasulullahpun demikian. Dalam keadaan sempit, serba kekurangan mereka tetap berkorban untuk melakukan kebajikan yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya. Ketika para sahabat diminta membela agama Allah; mereka datang ke Badar, mereka pergi ke Uhud tanpa disertai harta, kuda, dirham maupun dinar. Tetapi mereka tetap teguh menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah. Merekapun bersuci, kemudian menghadap ke arah Kiblat seraya mengangkat pedangnya dan berdoa: Yaa Allah... kami tidak memiliki harta dunia. Kami hanya memiliki diri kami dan kini kami menyerakhannya kepada-Mu. Maka terimalah persembahan kami ini yaa Allah. Allahu akbar ... 3x wa lillahil hamd. Maasyiral muslimin. Tentu kita merasa sedih, prihatin sekaligus malu, jika Bangsa Indonesia yang berdasarkan kepada Ketuhanan yang Maha Esa, mayoritas penduduknya muslim, pejabatnya muslim, anggota legislatifnya muslim ini ternyata perilaku dan budayanya seperti orang-orang yang tidak ber-Tuhan. Bayangkan! Hasil survei pelaku bisnis yang dirilis oleh perusahaan internasional yang bergerak di bidang konsultan1 yang berbasis di Hong Kong, pada Bulan Maret 2010 menunjukkan bahwa Indonesia menempati posisi negara paling korup dari 16 negara Asia Pasifik yang menjadi tujuan investasi para pelaku bisnis. Masyarakat tidak bisa memperoleh layanan secara jujur dan adil. Karena banyaknya mafia dan makelar di instansi-instansi yang berwenang memberikan layanan umum. Akibatnya hanya orang-orang tertentu yang diuntungkan, sementara kepentingan orang banyak diabaikan.
1

Perusahaan Konsultan Political & Economic Risk Consultancy (PERC). Penilaian didasarkan atas pandangan ekskutif bisnis yang menjalankan usaha di 16 negara terpilih. Total responden adalah 2,174 dari berbagai kalangan eksekutif kelas menengah dan atas di Asia, Australia, dan Amerika Serikat.

HIDAYATULLAH |Khotbah Iedul Fitri 1431 H

Konflik horisontal yang terjadi di masyarakat makin marak, khususnya yang diakibatkan oleh sengketa PILKADA. Diprediksi oleh Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD; pemilihan kepala daerah yang digelar secara serentak pada 2010 ini potensi timbulnya konflik naik hingga 50 persen dibanding tahun sebelumnya. Belum lagi banyaknya pemborosan dana yang dikeluarkan untuk kepentingan PILKADA. Mendagri Gamawan Fauzi memperkirakan seorang Calon Bupati atau Calon Walikota paling sedikit harus mengeluarkan 5 hingga 15 milyar. Sedangkan untuk seorang Calon Gubernur bisa menghabiskan hingga 100 milyar. Itu belum termasuk anggaran resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah. Bayangkan, jika pada setiap daerah itu bersaing 3 hingga 5 pasangan, berapa banyak dana yang dihabiskan hanya untuk kepentingan pilkada? Andaikata dana itu digunakan untuk memberi beasiswa pendidikan bagi anak-anak yang kurang mampu, betapa banyak anak-anak yang terselamatkan masa depannya? Kalau digunakan untuk memberi lapangan kerja bagi orang-orang yang tidak punya pekerjaan; betapa banyak pemuda dan orang tua yang tersenyum bahagia, bersyukur dan berulang ulang menyatakan terima kasih pada para pemimpinnya? Budaya kita diwarnai dengan pornografi dan pornoaksi. Kasus video porno artis beberapa waktu yang lalu dilaporkan oleh Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Hadi Supeno menjadi penyebab meningkatnya kasus perkosaan dan pelecehan seksual hingga 20 persen. Bahkan menurut beliau Setidaknya dalam waktu seminggu saja mendapat laporan 33 anak menjadi korban pelecehan seksual. Semua pelakunya mengatakan pernah melihat tontonan tersebut. Dunia pendidikan kita juga masih belum berhasil melahirkan pelajarpelajar yang berkarakter. Berapa banyak anak-anak yang tidak lulus Ujian Nasional kemudian mengungkapkan kekecewaannya dengan menangis dan berteriak histeris, memaki guru-guru mereka, merusak gedung gedung sekolah dan alat-alat belajar mereka? Mungkin kita berkata: Itu wajar karena mereka kehilangan kesempatan dan juga biaya yang tidak sedikit. Tetapi lihatlah mereka yang lulus dalam ujian Nasional. Berapa banyak dari mereka yang mengekspresikan kelulusannya dengan pesta pora? Mereka mencorat-coret pakaian, mengecat rambutnya, turun ke jalan raya dengan ugal-ugalan menciptakan kemacetan di jalanan? Sikap mental seperti ini
HIDAYATULLAH |Khotbah Iedul Fitri 1431 H 7

tentu tidak selayaknya dimiliki oleh pelajar-pelajar yang dinyatakan LULUS. Apakah ini juga merupakan cermin dari lulus dari ujian kualitas iman dan akhlaq mereka? Tentu kita berani mengatakan TIDAK! Memang, tidak mudah tetap istiqamah dalam kebenaran di tengah lingkungan budaya yang rusak. Tetapi disinilah justru letak nilai keutamaan dari sebuah amal. Masyarakat tengah menunggu keteladanan dari kaum muslimin untuk menyelamatkan situasi ini. Rasulullah SAW telah mengingatkan kepada kita akan hal ini:


Sesungguhnya di belakang kalian ada hari-hari di mana orang yang sabar ketika itu seperti memegang bara api. (HR. Tirmidzi) Lanjutan hadits tersebut menyebutkan; mereka yang mengamalkan dengan kesabaran pada hari itu akan mendapatkan pahala lima puluh kali lipat. Di saat bangsa kita dilanda oleh krisis moralitas yang sangat memprihatinkan hari ini, mari kita bangkit untuk melakukan perubahan diri dan perubahan masyarakat agar menjadi bangsa yang diridhai oleh Allah SWT. Dengan peningkatan kualitas taqwa yang berhasil diraih oleh kaum muslimin, sebagai hasil dari ibadah selama Bulan Ramadhan telah memberikan modal yang penting bagi kita untuk membangun karakter diri dan bangsa menjadi bangsa yang meradab dengan nilai-nilai Islam. Allahu akbar ... 3x wa lillahil hamd. Maasyiral muslimin. Akhirnya dengan kebersihan, ketulusan dan kerendahan hati, marilah kita bermunajat kepada Allah

, .

HIDAYATULLAH |Khotbah Iedul Fitri 1431 H

, , , , . , , , . , . , , . , . , , , , , . , . . . .

HIDAYATULLAH |Khotbah Iedul Fitri 1431 H

Anda mungkin juga menyukai