Khutbah Jum’at
“BALASAN BAGI ORANG – ORANG YANG BERIMAN”
DISUSUN OLEH :
MOH. DWI ALI MURTADO
VII – E
15
ت قُلُ ْو ُب ُه ْم َو ِا َذا ْ ِا َّن َما ْالم ُْؤ ِم ُن ْو َن الَّ ِذي َْن ِا َذا ُذ ِك َر هّٰللا ُ َو ِج َل
ت َع َلي ِْه ْم ٰا ٰي ُت ٗه َزادَ ْت ُه ْم ِا ْي َما ًنا َّو َع ٰلى َرب ِِّه ْم َي َت َو َّكلُ ْو ۙ َن ْ ُتلِ َي
Artinya :
“Sesungguhnya orang – orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila
disebut Allah gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat –
ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal”.
(S. Al – Anfal, ayat 2).
Ayat ini merupakan penjelasan yang nyata bahwa sifat seorang mu’min senantiasa takut
kepada Allah, menjunjung segala firman-Nya dengan mengamalkannya dalam kiprah hidup
sehari – hari serta berserah diri kepada-Nya.
Dalam ayat selanjutnya dinyatakan :
ٰۤ ُ
اول ِِٕ*ٕى َك ُه ُم. الَّ ِذي َْن ُي ِق ْيم ُْو َن الص َّٰلو َة َو ِممَّا َر َز ْق ٰن ُه ْم ُي ْن ِفقُ ْو َن
ت ِع ْندَ َرب ِِّه ْم َو َم ْغ ِف َرةٌ َّو ِر ْز ٌق َك ِر ْي ۚ ٌم ٌ ْالم ُْؤ ِم ُن ْو َن َح ًّق ۗا َل ُه ْم دَ َر ٰج
Artinya :
“(Yaitu) orang – orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebahagian
dari rizqi yang kami berikan kepada mereka. Itulah orang – orang yang beriman
dengan sebenarnya. Mereka kan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi
Tuhannya dan ampunan serta rizqi (ni’mat) yang mulia”.
(S. Al – Anfal, ayat 3 – 4).
Dari ayat ini kita memperoleh pengertian yang lebih jelas, bahwa seorang mu’min yang
benar ialah mereka yang senantiasa berhubungan dengan Allah, yakni beribadat yang
digambarkan dengan shalat, juga mereka selalu menjaga hubungan dengan sesamanya,
membantu serta menolong orang – orang yang memerlukannya yang digambarkan dengan
berinfaq.
Tegasnya seorang mukmin sejati senantiasa memelihara Hablun Minallah dan Hablun
Minannaas.
Kepada merekalah Allah menjanjikan balasan yang amat menyenangkan, baik di dunia
maupun di akhirat serta memperoleh ampunan-Nya.
Saudara kaum muslimin yang berbahagia.
Kita menyadari bahwa dalam liku – liku hidup dan kehidupan sehari – hari banyak
persoalan yang nyaris menjerumuskan ke jurang kesesatan yang penuh lumpur dosa, sehingga
apabila kita hanya menurutkan hawa nafsu belaka tanpa landasan iman yang benar terperosoklah
kita kedalamya.
Itu semua merupakan ujian dan cobaan Allah kepada orang – orang yang beriman, kuatkah
iman mereka, atau mereka akan larut dalam kehancuran dan kebinasaan karena tertipu oleh
gemerlapnya keindahan dunia yang sebenarnya hanyalah kesenangan sementara.
Memang tidak jarang kita jumpai orang – orang yang karena kesenangan hidup dunia itu
hanya sementara, maka sepanjang usianya tak pernah ada waktu terluang untuk mengejarnya,
siang mencari, malam dipergunakan untuk menumpuk hasilnya, bahkan waktu tidurnyapun
terganggu oleh pemikiran rencana esok pagi. Begitulah selamanya orang – orang telah terpedaya
hidupnya seolah – olah dikejar dan dihantui oleh rasa ketidak-puasan sehingga lupalah mereka
akan hakikat tugas hidup yang dibebankan Allah, bahkan tersia – sialah amanat Allah yang wajib
ditunaikannya.
Jika sudah demikian keadaan seseorang berarti terlepaslah ia dari kemudi Allah dan
lenyaplah sifat – sifatnya sebagai Mu’min. Na’udzu billaah.
Akan tetapi sebaliknya mereka yang tetap tabah dalam pasang surutnya gelombang hidup
dan kehidupan, tidak mudah terbujuk rayuan syaithan, jiwanya senantiasa merasa tenang karena
setiap gerak dan langkahnya selalu dilandasi oleh iman kepada Allah, kepada merekalah Allah
menjanjikan kemenangan dan berbahagialah hidupnya lahir bathin, dunia dan akhirat.
Firman Allah dalam Al – Qur’an :
ْت َتجْ ِريٍ ت َس ُن ْد ِخلُ ُه ْم َج ٰ ّن ِ صلِ ٰح ّ ٰ َوالَّ ِذي َْن ٰا َم ُن ْوا َو َع ِملُوا ال
ِمنْ َتحْ ِت َها ااْل َ ْن ٰه ُر ٰخلِ ِدي َْن ِف ْي َهٓا اَ َب ًد ۗا َوعْ دَ هّٰللا ِ َح ًّقا َۗو َمنْ اَصْ دَ ُق
ِم َن هّٰللا ِ ِق ْياًل
Artinya:
“Orang – orang yang beriman dan mengerjakan amalan shaleh, kelak akan kami
masukkan ke dalam Surga yang mengalir sungai – sungai di dalamnya, mereka
kekal di dalamnya selama – lamanya. Allah telah membuat janji yang benar. Dan
siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allah?”.
(S. An – Nisaa, ayat 122).
Jadi nyatalah bahwa iman adalah benteng ampuh yang mampu menahan aneka macam tipu
daya iblis, sekaligus dengan iman itulah kita dapat memperoleh petunjuk kea rah jalan yang lurus
dan di ridlai Allah.
Sebab iman yang benar menumbuhkan sikap hati – hati, sehingga semua tindakan dan
amalnya senantiasa merupakan hasil pemilihan yang tepa tantara mana yang halal dan haram,
mana yang perintah dan cegah.
Tegasnya seorang Mu’min yang benar perjalanan hidupnya akan dihiasi dengan amal –
amal shaleh yang memberi manfaat bagi dirinya, keluarga serta masyarakatnya. Mereka itulah
orang – orang yang berbahagia.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT. :
ت َي ْه ِدي ِْه ْم َر ُّب ُه ْم ِب ِا ْي َما ِن ِه ۚ ْمِ صلِ ٰح ّ ٰ اِنَّ الَّ ِذي َْن ٰا َم ُن ْوا َو َع ِملُوا ال
ت ال َّن ِعي ِْمِ َتجْ ِريْ ِمنْ َتحْ ِت ِه ُم ااْل َ ْن ٰه ُر ِفيْ َج ٰ ّن
Artinya :
“Sesungguhnya orang – orang yang beriman dan mengerjakan amal – amal shaleh,
mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya, di bawah mereka
mengalir sungai – sungai di dalam Surga yang penuh keni’matan”.
(S. Yunus, ayat 9).
Berdasarkan uraian ini maka wajiblah kita memelihara dan menjaga iman, sebab tanpa kita
sadari iman itu sendiri dapat bertambah dan berkurang.
Apalgi di zaman modern sekarang ini keadaan alam semakin nampak lebih indah, lebih
menawan hati di mana iblis semakin ketat membayangi setiap gerak manusia, sehingga apabila
lengah sedikit saja masuklah iblis ke dalam hatinya, merayu, membujuk dan menghasut,
akhirnya gelaplah pandangan hidup manusia itu dan terjatuhlah ia ke dalam cengkraman
keangkara murkaan.
Jika sudah demikian keadaan seseorang maka janganlah ia menyalahkan Allah dengan
mengatakan bahwa Allah telah berbuat zhalim, sebaliknya dia sendirilah yang telah berbuat
zhalim terhadap diri sendiri.
Firman Allah dalam Al – Qur’an :
ْ ْ ُ ْ َ
اس انف َس ُه ْم َيظلِمُو َن َّ ٰ ْ َ َّ ْ اَل هّٰللا
َ اس شئـًًٔ*ا وَّ لكِنَّ الن
َ اِنَّ َ َيظلِ ُم الن
Artinya :
“Sesungguhnya Allah tidak berbuat zhalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi
manusia itulah yang berbuat zhalim kepada diri mereka sendiri”.
(S. Yunus, ayat 44).