MODUL PERKULIAHAN
U002100001
PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
TAQWA
Dosen: Hj. Sri Rosmalina Soejono, S.PdI,
M.PdI
Abstrak Sub-CPMK
TAQWA
Fakultas Program Studi Tatap Muka Disusun Oleh
09
Tim MKCU Pendidikan Agama Islam
Latar Belakang
Perintah untuk bertakwa kepada Allah Azza wa Jalla senantiasa relevan dengan
waktu dan tempat, kapanpun dan dimanapun. Mengingat, ragam fitnah yang mengancam
hati seorang hamba, lingkungan yang tidak kondusif ataupun lantaran hati manusia yang
rentan mengalami perubahan dan sebab-sebab lainnya yang berpotensi menimbulkan
pengaruh negatif pada keimanan dan ketakwaan.
Urgensi berwasiat untuk takwa dapat disaksikan dari kenyataan bahwa Allah
menjadikannya wasiat bagi orang-orang terdahulu dan yang akan datang. Allah
berfirman: (an-Nisaa 4:131) “…dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-
orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada
Allah. Tetapi jika kamu kafir maka (ketahuilah), sesungguhnya apa yang di langit dan apa
yang dibumi hanyalah kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. [an-
Nisaa 4:131]
Ketakwaan juga merupakan wasiat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
kepada umatnya. Pada haji wada’, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Bertakwalah kepada Allah, kerjakan sholat lima waktu, berpuasalah di bulan (Ramadhan),
tunaikan zakat harta kalian, taati para penguasa, niscaya kalian masuk syurga Allah. [HR.
at-Tirmidzi].
Taqwa sangat penting dan dibutuhkan dalam setiap kehidupan seorang muslim.
Namun masih banyak yang belum mengetahui hakekatnya. Setiap jumat para khatib
menyerukan taqwa dan para makmumpun mendengarnya berulang-ulang kali. Namun
yang mereka dengar terkadang tidak difahami dengan benar dan pas.
Takwa merupakan persoalan yang sangat menarik dikalangan umat muslim.
Melalui sifat dan kasih sayang Allah SWT, manusia kembali diingatkan oleh-Nya bahwa
tugas pokok yang diemban oleh makhluk sepanjang hayatnya adalah mengabdikan diri
disetiap aktifitas kehidupan hanya kepadaNya. Sebagai seorang muslim yang beriman
kepada Allah SWT dan Rasul-Nya tidak perlu merisaukan masalah yang ada dalam
kehidupan. Manusia yang hidup dimuka bumi ini pasti akan menghadapi masalah dalam
hidupnya.
Masalah-masalah itu sejatinya bisa diselesaikan dengan baik, tidak dengan cara
bunuh diri, mabuk-mabukan atau hal-hal yang tidak baik lainnya. Allah SWT telah
memberikan petunjuk bagaimana cara menyelesaikan masalah tersebut, salah satunya
dengan cara bertakwa. Menurut sebagian ulama takwa ialah seorang hamba takut
2021 Pendidikan Agama Islam Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
Hj. Sri Rosmalina Soejono, S.PdI, http://pbael.mercubuana.ac.id/
2 M.PdI
kepada Allah. Sebagian ulama juga berkata siapa orang yang menghendaki sah nya
takwa maka ia harus meninggalkan semua bentuk dosa.
PENGERTIAN TAQWA
Takwa yang telah menjadi perbendaharaan bahasa Indonesia, berasal dari
bahasa Arab taqwa. Menurut penelitian al-Muqaddasi, di dalam al-Quran terdapat 256
kata takwa pada 251 ayat dalam berbagai hubungan dan variasi makna.
Kata taqwa memiliki kata dasar waqa yang berarti menjaga, melindungi, hati-hati,
waspada, memerhatiakn, dan menjauhi. Adapun secara terminologis, kata “taqwa” berarti
menjalankan apa yang diperintahankan oleh Allah dan menjauhi segala apa yang
dilarang-Nya.
Para penerjemah Al-Qur’an mengartikan “taqwa” sebagai kepatuhan, kesalihan,
kelurusan, perilaku baik, teguh melawan kejahatan, dan takut kepada Tuhan.Allah swt
berfirman:
(Q.S.Ali Imran [3]:102)
١٠٢ َق تُقَاتِ ِهۦ َواَل تَ ُموتُ َّن ِإاَّل َوَأنتُم ُّم ۡسلِ ُمون ْ ُٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمن
ْ ُوا ٱتَّق
َّ وا ٱهَّلل َ َح
102. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar
takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan
beragama Islam
Karena itu, orang yang bertakwa adalah orang yang takut kepada Allah
berdasarkan kesadaran: mengerjakan suruhan-Nya, tidak melanggar larangan-Nya, takut
terjerumus ke dalam perbuatan dosa. Orang yang takwa adalah orang yang menjaga
(membentengi) diri dari kejahatan; memelihara agar tidak melakukan perbuatan yang
tidak diridai Allah; bertanggung jawab mengenai sikap, tingkah laku dan perbuatannya,
dan memenuhi kewajiban.
Dari berbagai makna yang dikandung perkataan takwa itu, dalam bukunya
Keterangan Filsafat tentang Tauhid, Takdir dan Tawakkal, cendekiawan muslim Indonesia
almarhum Haji Agus Salim, merumuskan makna takwa dengan mempergunakan
memelihara sebagai titik tolak. Menurut H.A. Salim, takwa adalah sikap mental seseorang
yang selalu ingat dan waspada terhadap sesuatu dalam rangka memelihara dirinya dari
noda dan dosa, selalu berusaha melakukan perbuatan-perbuatan yang baik dan benar,
pantang berbuat salah dan melakukan kejahatan terhadap orang lain, diri sendiri dan
lingkungannya (Muhammad Daud Ali, 2018:362).
Kedudukan takwa, karena itu, sangat penting dalam agama Islam dan kehidupan
manusia. Pentingnya kedudukan takwa itu antara lain dapat dilihat dalam catatan berikut.
2021 Pendidikan Agama Islam Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
Hj. Sri Rosmalina Soejono, S.PdI, http://pbael.mercubuana.ac.id/
3 M.PdI
Disebutkan di sebuah hadis bahwa Abuzar al-Gifari, pada suatu hari, meminta nasihat
kepada Rasulullah. Rasulullah menasihati al-Gifari, “Supaya ia takwa kepada Allah,
karena takwa adalah pokok segala pekerjaan." Dari nasihat Rasulullah itu dapat ditarik
suatu kesimpulan bahwa takwa adalah pokok (pangkal) segala pekerjaan muslim. Selain
sebagai pokok, takwa juga adalah ukuran.
Di dalam surat al Hujurat (49) ayat 13, Allah mengatakan bahwa, "(Manusia) yang
paling mulia di sisi Allah adalah (orang) yang paling takwa." Dalam surat lain, takwa
dipergunakan sebagai dasar persamaan hak antara pria dan wanita (suami dan isteri)
dalam keluarga, karena pria wanita diciptakan dari jenis yang sama (QS. 4:1).
Di dalam surat al-Baqarah (2) ayat 177, makna takwa terhimpun dalam pokok-
pokok kebajikan, yang berbunyi:
و ِمCۡ َ َّر َم ۡن َءا َمنَ بِٱهَّلل ِ َو ۡٱليCِب َو ٰلَ ِك َّن ۡٱلبِ ِرCق َو ۡٱل َم ۡغ ۡ َ َوهَ ُكمۡ قِبCCوا ُو ُج
ِ ِرCل ٱل َم ۡشC ْ ُّ َّر َأن تُ َولCِس ۡٱلب َ ۞لَّ ۡي
ٓ
َ ِكينCCربَ ٰى َو ۡٱليَ ٰتَ َم ٰى َو ۡٱل َم ٰ َسCC
ۡ ُال َعلَ ٰى ُحبِّ ِۦه َذ ِوي ۡٱلقCC َ ب َوٱلنَّبِيِّۧنَ َو َءاتَى ۡٱل َمِ َ ِة َو ۡٱل ِك ٰتCCر َو ۡٱل َم ٰلَِئ َكCC ِ ٱأۡل ٓ ِخ
ِد ِهمۡ ِإ َذاCونَ بِ َع ۡهCCُوةَ َو ۡٱل ُموفCٰ C َو َءاتَى ٱل َّز َكCَلَ ٰوةCٱلص َّ ا َمCCَب َوَأق ِ اCCَٓاِئلِينَ َوفِي ٱلرِّ قCٱلس َّ يل َو ِ ِبCٱلس َّ ََو ۡٱبن
ٓ ْ ۖ ُ َدقCCص ٓ ۗ ۡ ۡ ْ ۖ ُدCCَٰ َعه
ك هُ ُم َ وا َوُأوْ ٰلَِئ َ َك ٱلَّ ِذين َ س ُأوْ ٰلَِئِ أCCَرَّٓا ِء َو ِحينَ ٱلبCCٱلض َّ ٓا ِء َوCCبِ ِرينَ فِي ۡٱلبَ ۡأ َسCCٱلص َّ ٰ وا َو
١٧٧ َۡٱل ُمتَّقُون
177. Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari
kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang
dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang
memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan)
hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang
menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan,
penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya);
dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.
2021 Pendidikan Agama Islam Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
Hj. Sri Rosmalina Soejono, S.PdI, http://pbael.mercubuana.ac.id/
4 M.PdI
Adapun ruang lingkup takwa dalam makna memelihara meliputi empat
jalur hubungan manusia yaitu :
(1) Hubungan manusia dengan Allah,
(2) Hubungan manusia dengan hati nurani atau dirinya sendiri,
(3) Hubungan manusia dengan sesama manusia, dan
(4) Hubungan manusia dengan lingkungan hidup.
5 M.PdI
2) Beribadah kepada-Nya dengan jalan melaksanakan shalat lima kali sehari
semalam, menunaikan zakat apabila telah sampai nisab dan haulnya,
berpuasa selama sebulan dalam setahun, melakukan ibadah haji sekali
seumur hidup, menurut cara-cara yang ditetapkan-Nya;
3) Mensyukuri nikmat-Nya dengan jalan menerima, mengurus, memanfaatkan
semua pemberian Allah kepada manusia;
4) Bersabar menerima cobaan Allah dalam makna tabah, tidak putus asa
ketika mendapat musibah atau menerima bencana;
5) Memohon ampun atas segala dosa dan tobat dalam makna sadar untuk
tidak lagi melakukan segala perbuatan jahat atau tercela.
Selain lima contoh tersebut di atas yang ditarik dari wahyu yang diturunkan Allah
untuk menjadi pedoman hidup dan kehidupan manusia, masih banyak lagi ayat- ayat
takwa di dalam al-Quran yang menyebutkan tata cara pemeliharaan hubungan manusia
dengan Allah, Tuhan Yang Maha Esa.
2021 Pendidikan Agama Islam Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
Hj. Sri Rosmalina Soejono, S.PdI, http://pbael.mercubuana.ac.id/
6 M.PdI
Selain memelihara komunikasi dan hubungan tetap dengan Allah dan diri sendiri,
dimensi takwa yang ketiga adalah memelihara dan membina hubungan baik dengan
sesama manusia. Hubungan antarmanusia ini dapat dibina dan dipelihara, antara lain
dengan mengembangkan cara dan gaya hidup yang selaras dengan nilai dan norma yang
disepakati bersama dalam masyarakat dan negara yang sesuai dengan nilai dan norma
agama.
Hubungan antara manusia dengan manusia lain dalam masyarakat dapat
dipelihara, antara lain dengan:
1) Tolong menolong; bantu membantu;
2) Suka memaafkan kesalahan orang lain;
3) Menepati janji;
4) Lapang dada; dan
5) Menegakkan keadilan dan berlaku adil terhadap diri sendiri dan orang lain.
2021 Pendidikan Agama Islam Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
Hj. Sri Rosmalina Soejono, S.PdI, http://pbael.mercubuana.ac.id/
7 M.PdI
Keempat tanggung serta kekayaan alam ciptaan Allah, Tuhan Yang Maha Esa
jawab itu harus dikembangkan sebaik-baiknya. Demikianlah gambaran orang yang takwa
menurut agama Islam. Dari kerangka itu dapatlah ditarik kesimpulan bahwa orang yang
takwa adalah orang yang selalu memelihara keempat jalur hubungan itu secara baik dan
seimbang dan mampu mempertanggung jawabkan perbuatannya. Orang yang takwa
adalah juga orang yang senantiasa memenuhi kewajiban dalam rangka melaksanakan
perintah Allah. Takwa dalam makna memenuhi kewajiban perintah Allah yang menjadi
kewajiban manusia takwa untuk melaksanakannya pada pokoknya adalah (1) kewajiban
kepada Allah, (2) kewajiban kepada diri sendiri, (3) kewajiban kepada masyarakat,
terutama kewajiban kepada keluarga, tetangga dan negara, dan (4) kewajiban kepada
lingkungan hidup.
Pengelompokan kewajiban-kewajiban ini bertitik tolak dari kerangka acuan bahwa
manusia diciptakan Allah untuk menunaikan kewajibannya mengabdi kepada Allah,
bekerja dan beramal untuk kepentingan dirinya sendiri, masyarakat, dan lingkungan
hidupnya. Kewajiban-kewajiban itu merupakan satu rangkaian kesatuan yang tidak
mungkin dicerai pisahkan. Kalau dilihat dari segi iman, pelaksanaan kewajiban-kewajiban
itu bagi seorang muslim dan muslimat tidak hanya berupa keuntungan dalam bentuk hak
di dunia ini, tetapi juga pahala di akhirat kelak yang dijanjikan Allah. Janji Ilahi, pasti
dipenuhi.
1. Kewajiban kepada Allah adalah kewajiban utama dan terutama manusia.
Kewajiban ini harus ditunaikan manusia untuk memenuhi tujuan hidup dan
kehidupannya di dunia ini yakni mengabdi kepada Ilahi, “Tidak Kuciptakan jin
dan manusia, kecuali untuk mengabdi kepadaKu," demikian makna firman
Tuhan dalam al-Qur'an surat az-Dzariyat (51) ayat 56.
Ayat ini dengan jelas mengatakan bahwa tujuan Allah menciptakan
manusia di dunia ini adalah untuk mengabdi kepada-Nya, bukan kepada yang
lain, apa pun namanya. Pengabdian kepada Allah harus langsung tanpa
perantara, dilakukan dengan cara-cara yang ditetapkan oleh-Nya, seperti yang
dicontohkan oleh Rasul-Nya. Tidak boleh dengan cara-cara yang ditentukan
oleh manusia, apalagi oleh tiap-tiap manusia menurut seleranya masing-
masing.
Konsekuensi logis pengakuan iman kita kepada Allah sebagai pencipta
dan penguasa tunggal alam semesta dan terhadap utusannya Muhammad
sebagai Rasul-Nya, ialah penerimaan kita secara mutlak dan sadar atas segala
perintah-perintah yang diberikan Allah dan akan tetap melaksanakannya
2021 Pendidikan Agama Islam Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
Hj. Sri Rosmalina Soejono, S.PdI, http://pbael.mercubuana.ac.id/
8 M.PdI
dengan penuh tanggung jawab. Artinya, dengan pengakuan iman kita dalam
bentuk pengucapan dua kalimah syahadat, manusia, dengan sukarela telah
membebankan ke atas pundaknya kewajiban-kewajiban untuk menunaikan
perintah-perintah Allah yang disampaikan melalui Rasul-Nya. Pelaksanaan
perintah itu merupakan satu-satunya alat atau cara bagi manusia untuk selalu
menghidupkan secara terus-menerus pengakuan imannya agar selalu
bertambah mantap, berfungsi dan terarah.
Dengan menunaikan perintah mendirikan shalat (QS. 2: 43),
mengeluarkan zakat (QS. 2: 43), berpuasa selama bulan Ramadan (QS. 2:
183), dan menunaikan ibadah haji (QS. 2: 196), seorang muslim atau muslimat
telah menunaikan kewajiban utamanya sebagai hamba yang harus
mengabdikan dirinya hanya kepada Allah. Kewajiban menunaikan keempat
rukun Islam itu merupakan sumber gerak energi timbal-balik dalam arah vertikal
antara manusia sebagai hamba dengan Allah sebagai penguasa tertinggi yang
mengatur dan menguasai alam semesta. Kewajiban shalat, misalnya, mengatur
tata cara berkomunikasi dengan Allah yang terdiri dari sejumlah ucapan atau
do'a serta gerakan keupacaraan tertentu.
Dengan demikian, dilihat dari segi bentuk maupun isinya, shalat adalah
pelaksanaan kewajiban yang mengandung nilai-nilai peribadatan (ubudiyah).
Karena itu pula, shalat merupakan bentuk ibadah yang murni. Sungguh pun
demikian, dalam shalat terkandung juga nilai-nilai mu’amalah atau
kemasyarakatan. Ini terasa misalnya, pada pelaksanaan shalat berjama'ah.
Shalat berjama'ah mengandung,
Pertama, ajaran politik yang menumbuhkan asas-asas demokrasi.
Dalam pelaksanaan shalat berjama'ah, semua anggota mempunyai hak yang
sama untuk dipilih dan memilih sebagai imam guna memimpin pelaksanaan
shalat. Pemilihan itu dilakukan melalui musyawarah bainahum (di antara
mereka) berdasarkan persyaratan tertentu yaitu mutu yang dimiliki oleh
seseorang. Mereka sama-sama berkewajiban mengikuti semua ketentuan,
melakukan gerakan-gerakan shalat yang sama. Bahkan khusus bagi makmum
ada keharusan untuk memperhatikan semua ucapan dan gerakan imam. Kalau
imam salah dalam ucapan atau gerakan, makmum berhak bahkan wajib
menegurnya dengan mengucapkan subhanallah, agar imam dapat
memperbaiki kekeliruannya.
2021 Pendidikan Agama Islam Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
Hj. Sri Rosmalina Soejono, S.PdI, http://pbael.mercubuana.ac.id/
9 M.PdI
Kedua, shalat juga mengandung gagasan yuridis, yang membangun
asas persamaan di depan hukum. Semua jema'ah, tanpa kecuali, baik imam
maupun makmum, sama-sama tunduk dan sama-sama mentaati semua rukun
dan hukum-hukum shalat. Semua serempak ruku' dan sujud merendahkan diri
di hadapan Allah.
Ketiga, shalat mengandung arti sosiologis karena shalat itu membentuk
juga kesatuan masyarakat berdasarkan iman yang diikat oleh ajaran tauhid.
Para anggota kesatuan masyarakat kecil ini mengadakan interaksi satu dengan
yang lain, beberapa kali dalam sehari, sehari dalam seminggu di kala
melakukan ibadah Jum'at, dan dua kali dalam setahun waktu bersama-sama
menyelenggarakan shalat hari raya. Sebagai ibadah murni, ibadah shalat
merupakan tiang penyangga dan pusat kegiatan ibadah lainnya. Tanpa ibadah
shalat, pelaksanaan ibadah-ibadah lainnya kurang mempunyai makna.
Kewajiban mengeluarkan zakat, baik fitrah maupun pendapatan dan
meratakan rezeki yang diberikan Tuhan. harta, pada hakikatnya adalah perintah
mempertinggi Tujuannya adalah untuk menciptakan suatu keseimbangan
perolehan rezeki dalam mewujudkan suatu masyarakat Yang makmur
berkeadilan dan adil berkemakmuran. Dalam zakat terkandung juga unsur
pendidikan untuk membentuk manusia menjadi sosiawan dan dermawan yang
bertanggung jawab kepada masyarakat sebagai satu kesatuan.
Dalam jangka waktu tertentu, manusia diwajibkan pula melakukan
ibadah puasa untuk mengendalikan nafsu yang ada pada dirinya. Perjuangan
melawan nafsu merupakan perjuangan atau jihad akbar menurut sunnah
Rasulullah. Pelaksanaannya tidaklah mudah. Karena itu pahala puasa tidak
dapat dikira-kira dengan angka, karena ia adalah rahasia Allah subhanahu
wata'ala. Puasa adalah lambang kejujuran diri yang sangat bermanfaat dalam
pembentukan disiplin pribadi.
Kewajiban untuk menunaikan ibadah haji membuka wawasan baru bagi
manusia, karena berhubungan dengan manusia lain yang datang dari berbagai
penjuru dunia. Dengan ibadah ini, manusia diberi kesempatan untuk saling
berkenalan, saling bertukar informasi mengenai persoalan-persoalan yang
mereka hadapi. Dengan mengunjungi tempat-tempat bersejarah ketika
melakukan ibadah haji, manusia diperkenalkan kepada kehidupan insan, baik
yang sukses maupun yang menderita kegagalan. Ketika wukuf di padang
2021 Pendidikan Agama Islam Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
Hj. Sri Rosmalina Soejono, S.PdI, http://pbael.mercubuana.ac.id/
10 M.PdI
Arafah, manusia menyaksikan kemahabesaran Allah, kekuasaan-Nya yang
meliputi alam semesta.
ِ َ ِر َو َر َز ۡق ٰنَهُم ِّم َن ٱلطَّيِّ ٰبC۞ َولَقَ ۡد َكرَّمۡ نَا بَنِ ٓي َءا َد َم َو َح َم ۡل ٰنَهُمۡ فِي ۡٱلبَرِّ َو ۡٱلبَ ۡح
ت
٧٠ ضياٗل ِ ير ِّم َّم ۡن َخلَ ۡقنَا تَ ۡف ٰۡ
ٖ َِوفَضَّلنَهُمۡ َعلَ ٰى َكث
70. Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik
dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan
makhluk yang telah Kami ciptakan.
Oleh karena manusia telah dimuliakan Allah dari makhluk-Nya yang lain,
maka sebagai orang yang takwa manusia harus selalu menjaga diri, ingat dan
hati-hati, agar tidak jatuh ke lembah yang hina dengan misalnya (a) mencari
rezeki dengan berjudi, walaupun namanya dapat diganti dengan porkas, SDSB,
umpamanya, (b) meminum minuman yang potensial memabukkan, (c)
memakan makanan yang haram, (d) melangkahkan kaki ke tempat-tempat
maksiat, (e) berkata sia-sia yang menimbulkan bencana dan (1) melakukan
perbuatan-perbuatan lain yang merendahkan martabat manusia sebagai
makhluk yang telah dimuliakan Allah. Kewajiban terhadap diri sendiri ini adalah
fardu 'ain bagi setiap muslim dan muslimat untuk melakukannya.
11 M.PdI
seluruh kehidupan manusia berputar. Karena itu kedudukannya penting
sekali dalam Islam. Demikian pentingnya, sehingga seperti yang telah
disebut pada bagian lain, dari 228 ayat hukum di dalam al-Quran
mengenai masalah mu'amalah atau kehidupan sosial, 30 persen atau
70 ayat di antaranya mengatur tata hubungan dalam keluarga yang
menentukan kewajiban dan hak-hak anak terhadap orang tuanya.
ربَ ٰىCۡ Cُ ِذي ۡٱلقC ِ ٗنا َوبC د َۡي ِن ِإ ۡح ٰ َسC ِ ٗۡٔي ۖا َوبِ ۡٱل ٰ َولC وا بِ ِهۦ َش
ْ ِر ُكC وا ٱهَّلل َ َواَل تُ ۡش
ْ ُدC ُٱعب
ۡ ۞ َو
ِ ب بِ ۡٱل َج ۢن ِ ُار ۡٱل ُجن ۡ ۡ ۡ ِ َو ۡٱليَ ٰتَ َم ٰى َو ۡٱل َم ٰ َس ِك
ب ِ َّاح
ِ ب َوٱلص ِ ار ِذي ٱلقُ ۡربَ ٰى َوٱل َج ِ ين َوٱل َج
ورًاCCااٗل فَ ُخC َانَ ُم ۡختCCا َملَ َك ۡت َأ ۡي ٰ َمنُ ُكمۡ ۗ ِإ َّن ٱهَّلل َ اَل ي ُِحبُّ َمن َكCCيل َو َم َّ َو ۡٱب ِن
ِ ِبC ٱلس
٣٦
36. Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-
Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-
bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga
yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan
hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang sombong dan membangga-banggakan diri.
2021 Pendidikan Agama Islam Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
Hj. Sri Rosmalina Soejono, S.PdI, http://pbael.mercubuana.ac.id/
12 M.PdI
tanah air, (b) rakyat, (c) pemerintah yang berkuasa pada suatu masa.
Kewajiban (a) terhadap tanah air harus dilaksanakan dengan
kesediaan membela dan mempertahankan tanah air dari setiap
serangan dan gangguan. Kewajiban (b) terhadap rakyat dapat
diwujudkan dengan menghormati dan menjunjung tinggi hak-hak
mereka, sedang (c) kewajiban terhadap pemerintah dapat dilakukan
dengan mentaati peraturan perundang-undangan yang dikeluarkannya,
sepanjang peraturan itu, tidak bertentangan dengan ketetapan Allah
dan sunnah Rasul-Nya.
Kepatuhan terhadap pemerintah atau penguasa yang berasal dari
rakyat yang dipilih secara demokratis dan melaksanakan keinginan rakyat
yang memilihnya itu dengan bijaksana, disebutkan dalam al-Quran surat an-
Nisa (4) ayat 59. Penguasa atau ulil amri yang terpilih itu, berkewajiban
menghormati martabat dan hak-hak warganegaranya serta menegakkan
keadilan dalam arti kata yang seluas-luasnya.
Kewajiban penguasa disebutkan Allah dalam al-Quran diantaranya
pada surat an-Nisa (4) ayat 135
2021 Pendidikan Agama Islam Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
Hj. Sri Rosmalina Soejono, S.PdI, http://pbael.mercubuana.ac.id/
13 M.PdI
Kata iman yang seakar dengannya ditemukan sebanyank 877 kali dalam
Alquran. Dari segi morfologi, kata tersebut berkembang menjadi āmana, yu’minū,
dan mu’mīn. Secara etimologi kata tersebut bermakna al-tashdiq al-ladzī ma’ahu
aman (membenarkan yang disertai dengan rasa aman), dan secara terminologis
iman adalah pembenaran dengan hati, pengakuan dengan lidah dan pengamalan
dengan anggota badan12.al-Jurjani mendepskripsikan bahwa iman itu secara
leksikal adalah membenarkan dengan hati, sedangkan menurut syara‟ adalah
“keyakinan dalam hati dan pengakuan dengan lisan.” Jadi, barang siapa yang
mengucapkan kalimat syahadat dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam, tapi tidak
meyakini dalam hatinya adalah munafik.
2. Mendirikan Shalat
Shalat adalah tiangnya agama, sarana untuk mendekatkan diri kepada
Allah, ungkapan ketaatan kepada Allah, rasa syukur atas karunia-Nya yang tidak
terbatas, peniruan atas teladan Nabi Saw dan para imam maksum as, hubungan
yang kokoh antara seorang hamba dan Khalik-Nya, sarana untuk mencari dan
mendapatkan petunjuk dan pertolongan-Nya yang dawam (terus menerus) dan
menghindari kesalahan dan kejahatan. Shalat adalah satu-satunya yang di
dalamnya keimanan, yang hidup dalam hati, bisa terwujud dalam perbuatan kita
dan menjamin kita memasuki alam kebahagiaan yang abadi dalam kehidupan
dunia dan kehidupan akhirat kita.
4. Sabar
Salah satu sifat yang dapat dijadikan parameter kualitas keimanan
seseorang adalah sabar. Semakin kuat keimanan seseorang kepada Allah Swt.
2021 Pendidikan Agama Islam Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
Hj. Sri Rosmalina Soejono, S.PdI, http://pbael.mercubuana.ac.id/
14 M.PdI
Semakin kuat pula kesabaran yang dimilikinya, dan begitu sebaliknya, dengan
begitu sebaliknya. Dengan begitu, iman dan sabar bagaikan dua sisi mata uang
yang tak dapat dipisahkan. “Iman itu sabar,” begitu sabda Rasulullah SAW. (Abdul
Halim Fathani, 2008:406)
Kautsar
Mohammad Daud Ali, 2018, Pendidikan Agama Islam, Depok: Rajawali Pers
2021 Pendidikan Agama Islam Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
Hj. Sri Rosmalina Soejono, S.PdI, http://pbael.mercubuana.ac.id/
16 M.PdI