Editor
Haryati
Penerbit:
Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan
Informatika (BPPKI) Bandung
Badan Litbang SDM
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI
Jl. Pajajaran no. 88 Bandung 40173
Telp. : (022) 6017493
Fax : (022) 6021740
e-mail : bppki.bandung@kominfo.go.id
Kepala
Balai Pengkajian dan Pengembangan
Komunikasi dan Informatika
(BPPKI) Bandung
Haryati
Tim Perumus
Daftar Isi
Kata Pengantar............................................................................................................................iii
Rumusan Seminar........................................................................................................................v
Daftar Isi......................................................................................................................................vii
Laporan Ketua Panitya.............................................................................................................ix
Sambutan & Pembukaan..........................................................................................................xi
Latar Belakang
Pengembangan SDM dikaitkan dengan visi dan misi badan Litbang SDM mengarah
pada pengembangan profesi atau berbasis kompetensi. Oleh karena itu perlu
adanya suatu program pengembangan dengan sasaran utama : Peningkatkan
kapasitas SDM peneliti serta mengupayakan fasilitasi media pembelajaran dan
peningkatan keterampilan menyusun Karya Tulis Ilmiah.
Dasar Pelaksanaan :
a. Keputusan Bersama Kepala LIPI dan Kepala BKN Nomor : 3719/D/2004 dan
Nomor : 60 Tahun 2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Peneliti
dan Angka Kreditnya.
b. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor : 17/PER/M.
KOMINFO/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Komunikasi dan
Informatika.
Tujuan:
– Mengupayakan fasilitasi media pembelajaran dan peningkatan kemampuan para
fungsional peneliti BPPKI Bandung sesuai dengan Tugas dan Fungsi.
Sasaran :
a. Terbentuknya SDM peneliti yang memiliki kemampuan dan pengetahuan yang
memadai di bidang penulisan KTI;
b. Tersedianya fasilitasi pengembangan SDM Peneliti.
Persidangan
Seminar diawali dengan sambutan Kepala BPPKI Bandung sekaligus membuka secara
resmi pelaksanaan seminar, dilanjutkan dengan sesi pengantar diskusi dengan topik :
1. DesainOpen Security Architecture di Dalam Organisasi(Keamanan TIK di Balai
Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Bandung);
2. LayananInformasi Radio Komunitas Kampus di Era Konvergensi;
3. PersepsiPengelola Radio dan Televisi Lokal terhadap Rencana Revisi RUU
Penyiaran No. 32 Tahun 2002 di Era Konvergensi;
4. Implementasi Electronic Government di Provinsi Jawa Barat;
5. Pemberdayaan Chief Information Officer(CIO) pada Pemkot Depok; dan
6. Program Reality Show Televisi dalam Pendekatan Teori Identifikasi Sosial dan Teori
Ekonomi Politik Media.
Peserta Seminar
Peserta seminar sebanyak ± 40 peserta yang terdiri dari : pejabat struktural,
peneliti, dan staf pelaksana di lingkungan BPPKI Bandung; LIPI Bandung, Dinas
Kominfo Pemkot Bandung, dan Dinas Kominfo Pemprov Jabar.
Untuk selanjutnya, kami mohon perkenan Ibu Kepala BPPKI Bandung untuk
memberikan arahan sekaligusmembuka secara resmi Seminar ” Pemanfaatan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam Meningkatkan Nilai Tambah
Pelayanan Publik Guna Mewujudkan Masyarakat Berbasis Informasi”
Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji dan syukur ke Hadirat tuhan Yang
Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya, pada hari ini kita dapat bersama-
sama menghadiri acara Seminar ” Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) dalam Meningkatkan Nilai Tambah Pelayanan Publik Guna Mewujudkan
Masyarakat Berbasis Informasi”
Kepala
Balai Pengkajian dan Pengembangan
Komunikasi dan Informatika
(BPPKI) Bandung
Didit Praditya
Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Bandung
Jl. Pajajaran No. 88 Bandung 40173, Fax. (022) 6021740
Hp. 08157723727, e-mail : ddtprdty@gmail.com
Abstrak
Open Security Architecture (OSA) provides patterns which known and have been proven to be
applied in a security system of information technology. OSA design patterns used in designing
the security system architecture based on an organization's information technology
infrastructure. Utilization of OSA design, a free framework developed by the community and
independent from a specific vendor, may reduce overall effort in designing an organization's
information technology security architecture. OSA design can simplify abstraction, but for a
more technical level, OSA has not provided a more detailed patterns and controls.
Abstrak
Open Security Architecture(OSA) menyediakan pola-pola(patterns) yang telah diketahui dan
telah teruji untuk diaplikasikan dalam suatu sistem keamanan teknologi informasi. Pola-pola
desain OSA digunakan dalam mendesain arsitektur keamanan sistem berdasarkan infrastruktur
teknologi informasi suatu organisasi. Dengan menggunakan desain OSA yang merupakan
suatu kerangka kerja bebas(free framework) yang dikembangkan oleh komunitas serta
independen terhadap vendor tertentu, dapat mengurangi keseluruhan usaha dalam mendesain
suatu arsitektur keamanan teknologi informasi organisasi. Desain OSA dapat mempermudah
abstraksi, namun untuk tingkat yang lebih teknis, OSA belum menyediakan pola dan kontrol
yang lebih detil.
Kata Kunci : OSA, arsitektur keamanan teknologi informasi, desain, pola, framework
1
Desain Open Security Architecture di Dalam Organisasi
Didit Praditya
2
Prosiding No. 1 Tahun 2012
3
Desain Open Security Architecture di Dalam Organisasi
Didit Praditya
4
Prosiding No. 1 Tahun 2012
5
Desain Open Security Architecture di Dalam Organisasi
Didit Praditya
Gambar 1
Lanskap arsitektur OSA (OSA Landscape, n.d)
6
Prosiding No. 1 Tahun 2012
Gambar 2
Katalog Kontrol OSA. (OSA Control Catalog, n.d)
7
Desain Open Security Architecture di Dalam Organisasi
Didit Praditya
Gambar 3
Infrastruktur sebuah jaringan dalam suatu organisasi
Gambar 4
Bagian infrastruktur jaringan di dalam
organisasi
8
Prosiding No. 1 Tahun 2012
Gambar 5
Diagram use case penggunaan infrastruktur TI organisasi
9
Desain Open Security Architecture di Dalam Organisasi
Didit Praditya
Tabel 1
Potensi Ancaman Keamanan Internal
Pengolahan data •Akses data secara ilegal. •Mengatur hak akses (autorisasi) dalam
•Perubahan yang tidak mengakses atau memanipulasi data.
diinginkan/kerusakan data. •Menjaga kerahasiaan data
•Pencurian data. (confidentiality).
•Kehilangan data. •Membuat backup data.
10
Prosiding No. 1 Tahun 2012
Gambar 6
Diagram OSA berdasarkan infrastruktur di salah satu sub jaringan organisasi
11
Desain Open Security Architecture di Dalam Organisasi
Didit Praditya
Gambar 7
Diagram OSA dan kumpulan kontrol
12
Prosiding No. 1 Tahun 2012
Gambar 8
Diagram OSA untuk pengolahan data (data entry)
13
Desain Open Security Architecture di Dalam Organisasi
Didit Praditya
14
Prosiding No. 1 Tahun 2012
15
Desain Open Security Architecture di Dalam Organisasi
Didit Praditya
16
LAYANAN INFORMASI RADIO KOMUNITAS KAMPUS
DI ERA KONVERGENSI
Abstrak
The problem in this study, “how the campus community radio information service in this convergence
era.” The observations be descriptive with qualitative by collection techniques to. Resoul of
the research campus community radio show is its role in information services in the form of on air
broadcast, streamed and uploaded in You Tube. Even thought not optimal, internet media and twitter
turns many listeners used to access the broadcast. Campus activities and several know all the
informations given much information about campus activities and also some information that is.
Hopefully campus radio can be used getimullyand the type of information conveyed suggested has a
practical and useful to use concrete as needed education.
Abstrak
Masalah dalam penelitian ini, “bagaimana layanan informasi radio komunitas kampus di era
konvergensi”. Penelitian ini bersifat deskriftif dengan teknik pengumpulan data secara kualitatif.
Hasilnya menunjukkan radio komunitas kampus sudah menjalankan perannya dalam layanan informasi
dalam bentuk siaran on air, streaming dan diunggah di You Tube. Dukungan warga komunitas terhadap
siaran radio kampus juga baik. Walaupun belum optimal, ternyata media internet dan twitter banyak
dimanfaatkan pendengarnya untuk mengakses siaran. Informasi yang disampaikan paling banyak
seputar kegiatan kampus dan beberapa pengetahuan, juga informasi yang bersifat humanis.
Diharapkan siaran radio kampus dapat digunakan secara optimal dan jenis informasi yang
disampaikan disarankan mempunyai nilai praktis dan bermanfaat untuk digunakan secara konkret
sesuai kebutuhan pendidikan
17
Layanan Infomasi Radio Komuntas Kampus di Era Konvergensi
Hj. Neti Sumiati Hasandinata
18
Prosiding No. 1 Tahun 2012
19
Layanan Infomasi Radio Komuntas Kampus di Era Konvergensi
Hj. Neti Sumiati Hasandinata
20
Prosiding No. 1 Tahun 2012
21
Layanan Infomasi Radio Komuntas Kampus di Era Konvergensi
Hj. Neti Sumiati Hasandinata
22
Prosiding No. 1 Tahun 2012
23
Layanan Infomasi Radio Komuntas Kampus di Era Konvergensi
Hj. Neti Sumiati Hasandinata
24
Prosiding No. 1 Tahun 2012
25
Layanan Infomasi Radio Komuntas Kampus di Era Konvergensi
Hj. Neti Sumiati Hasandinata
Tabel 1
Profil Responden
26
Prosiding No. 1 Tahun 2012
Tabel 2
Kepemilikan Perangkat Studio
27
Layanan Infomasi Radio Komuntas Kampus di Era Konvergensi
Hj. Neti Sumiati Hasandinata
28
Prosiding No. 1 Tahun 2012
pengelola Radio Unisba, ternyata ITB dapat diterima secara baik, ini
masyarakat di Kelurahan Tamansari hanya berdasarkan keterangan Ovie salah
sebagian kecil saja yang suka seorang mahasiswi yang diluar waktu
mendengarkan radio, yaitu yang membuka kuliah rajin mendengarkan siaran Radio
warung, dan sebagian kecil warga. Kampus ITB. Dengan demikian dapat
Walaupun demikian, format siaran disimpulkan bahwa, kepemilian perangkat
bersama warga Kelurahan Tamansari telah memenuhi aspek pendirian, frekwensi
sedang disusun bersama (wawancara berhimpitan berpengaruh pada kualitas
dengan Ayix Galih pengelola Radio Unisba siaran, selain kualitas pesawat penerima,
5 September 2012). daya jangkau yang menerpa komunitas
Menyimak kategori Radio Komunitas, warga, memungkinkan radio kampus,
sebuah radio komunitas dalam dapat berperan ganda,untuk komunitas
pelaksanaannya dapat saja memiliki 2 kampus dan komunitas warga.
atau 3 identitas, namun pasti ada yang
lebih dominan (Rachmiati, 2007: 107).
Melihat upaya yang dilakukan, kedepan Bentuk Layanan Informasi
bisa jadi radio kampus Swara Unisba bisa Dengan Regulasi yang ada,
dwikategori selain untuk Komunitas warga keterbatasan daya jangkau dan frekwensi
Kampus juga untuk komunitas warga yang terbatas, radio kampus Swara Unisba
masyarakat. Lain halnya dengan Radio dan Radio Kampus ITB yang dikelola para
Kampus ITB dengan area kampus yang mahasiswa membuat terobosan
mencapai 3 km, maka siaran on air hanya menggambungkan teknologi komunikasi
dapat didengar di lingkungan kampus baru dengan konvensional (radio siaran on
(wawancara dengan Mukti Winanda air) juga siaran secara online, penyampaian
pengelola Radio Kampus ITB tanggal 8 informasi diunggah di internet, interaktif
September 2012). Kepemilikan perangkat dengan pendengar/komunitas warga
siaran Radio ITB hampir seluruhnya buatan kampus sering dilakukan melalui media
sendiri khususnya oleh para pengelola yang komputer(wawancara dengan Nuraeni
berlatar belakang pendidikan elektro. Muslim/penyiar tgl 5 September di studio
Didukung oleh pengelola lainnya Radio Unisba). Berbagai sajian siaran
mahasiswa dari Jurusan Tehnik Informatika, Radio Swara unisba selain didengar
Tehnik Geofisika, Tehnik Geodesi & melalui frekwensi 107 fm juga bisa diakses
Geomatika, Fisika juga Oseanografi. Studi di www.facebook.com/radio komunitas
Radio ITB yang menempai Lantai IV.GD. Unisba, twitter.com/radio Unisba, You Tube
Anindia Bakrie ini menjadi perangkat radio Unisba. Demikian juga bentuk
kesatuan mewujudkan sebuah siaran yang layanan informasi Radio Kampus ITB, selain
dimanfaatkan oleh dan untuk mahasiswa di on air yang dapat didengar di frekwensi
lingkungan kampus ITB khususnya dan unsur 107,7 fm juga streaming online via official
warga lainnya, dalam mengemban misi website RK (http://radio
penyebaran informasi kampus. Radio ini kampus.cc.ITB.ac.id.) untuk radio streaming,
daya pancar siarnya di lingkungan kampus Radio Kampus ITB mensosialisasikan
29
Layanan Infomasi Radio Komuntas Kampus di Era Konvergensi
Hj. Neti Sumiati Hasandinata
30
Prosiding No. 1 Tahun 2012
merupakan sarana untuk memperoleh ilmu dimanfaatkan, karena dengan satu media
pengetahuan dan informasi. Saat ini atau perangkat dapat menerima berbagai
partisipasi media baru(media interaktif) informasi dari berbagai media(Multimedia)
sebagi bentuk balik dari media Contoh blackberry atau laptop sebagai
konvensional dirasakan lebih memberi perangkat konvergen.. Radio kampus
kekuatan untuk meningkatkan partisipasi Swara Unisba dan Radio Kampus ITB
masyarakat(Bucy, 2002: 116) dengan bentuk streaming, dan Yoe Tube on
Bentuk online dalam radio kampus air dan online berusaha myenyampaikan
memberi peluang pada mahasiwa untuk informasi pada khalayaknya secara
mendapat informasi pada siaran radio terpadu. Siaran on air, Streaming, Yoe Tube,
kampus dan melibatkannya dalam diskusi sebagai ciri karakter radio yang dapat
interaktif melaui twitter dan facebook didengar, di era konvergensi saling sinergi
(wawancara dengan Ayix Galih tanggal 18 dengan siaran kata secara online melaui
September 2002). Dalam hal ini siaran facebook dan twitter, dalam memperluas
radio secara on air dan secara online sebaran dan interaktif dengan
berjalan saling melengkapi. Dengan media komunitasnya.
konvergen, lebih praktis untuk
Tabel 3
Bentuk Layanan Informasi
31
Layanan Infomasi Radio Komuntas Kampus di Era Konvergensi
Hj. Neti Sumiati Hasandinata
Radio komunitas Kampus Swara online. Namun bukan berarti jenis informasi
Unisba dan Radio Komunitas Kampus ITB, lainnya tidak mendapat respon
dalam melaksanakan siarannya telah (wawancara Ayix Galih/pengelola radio
menyampaikan beberapa paket acara Unisba Tgl 20 september 20012 di studio
dengan kemasan yang menarik seiring radio Unisba). Siaran Radio Swara Unisba
pemenuhan informasi dan hiburan berlangsung hari senin hingga sabtu mulai
sebagaimana disampaikan dunia jam 10.00 hingga jam 17.00.
keradioan pada umumnya. Program siaran Untuk Radio Kampus ITB yang
yang dikemas dalam setiap harinya bersiaran dari jam 9.00 pagi hingga
mempunyai kekhasan sendiri baik swara malam hari, acara utamanya adalah berita
Unisba dengan image keagamaan maupun aktual kampus ITB, juga berita kampus
radio kampus ITB dengan image IPTEKnya. seluruh Indonesia, untuk malam hari acara
Beberapa jenis acara dalam siran Jazz in the Night, yaitu siaran full music
Radio Swara Unisba al; I Love Monday, jazz, acara lainnya Anak ITB Fact or Action,
Unisba Green, berisi informasi-informasi How to be jadi anak magang(Wawancara
penghijauan, solusi, UNISBA News berisi dengan Krisna Andika (Direktur Program
informasi intern Unisba, seperti informasi Radio ITB 20 September di kampus ITB).
perkuliahan, ujian, pembayaran, beasiswa Dalam proses penyusunan materi
dll, ASPIRASI (menghadirkan pakar atau siaran baik radio Kampus Swara Unisba,
dosen untuk informasi dan pengetahuan, maupun Radio Kampus ITB, ditetapkan
baik berupa pengetahuan umum, tentang, berdasarkan kesepakatan antara
kesehatan, lingkungan hidup, maupun pengurus, pengelola, crew bahkan dengan
pengetahuan sesuai kebutuhan akademik memperhatikan respon dari komunitasnya.
sesuai kepakaran ilmu yang dibutuhkan Buku Panduan Radio Kampus ITB
mahasiswanya). Suara motivasi, Movie menetapkan produser yang bertanggung
Guide berupa ajakan yang layak jawab atas berjalannya suatu program
dilakukan mahasiswa, Unisba Srport. acara, dan terlibat dalam semua proses
Sedangkan setiap hari Jumat ada jenis produksi, misalnya membuat ide konten
acara tausiah. Musik diperdengarkan pada siaran dan juga bagaimana respon
jam after lunchs. Untuk mendekat dengan pendengar setelah berjalannya siaran.
kalangan siswa ada jenis acara Unisba & Produser berhubungan dengan, penyiar,
friends, di mana siswa sekolah baik tingkat music director, scriptwriter, dan teknis. Untuk
SLTP/SLTA diberi kesempatan mengadakan menetapkan jenis siaran produser
siaran, dimaksudkan untuk memperkenalkan melaksanakan:
potensi sekolahnya juga memperkenalkan - riset ide misalnya wawancara dengan
Unisba kepada siswa yang kelak memasuki himpunan, mengontak siapa yang
universitas. Dari jenis acara tersebut, paling pantas jadi narasumber
banyak interaktif melalui online adalah - mengembangkan isi program,
acara Unisba Sport, mencapai 70%, seperti menulis script, cari link-link
berikutnya Suara Mahasiswa dan Unisba bahan siaran, baca koran, majalah.
green masing-masing 15% interaktif di - mengadvis music director untuk isi
32
Prosiding No. 1 Tahun 2012
33
Layanan Infomasi Radio Komuntas Kampus di Era Konvergensi
Hj. Neti Sumiati Hasandinata
Tabel 4
Jenis Informasi
34
Prosiding No. 1 Tahun 2012
35
Layanan Infomasi Radio Komuntas Kampus di Era Konvergensi
Hj. Neti Sumiati Hasandinata
36
Prosiding No. 1 Tahun 2012
McQuail, Denis, (1987). Teori Komunikasi Joko Martono, (2006), Radio Komunitas
Massa, Suatu Pengantar, Jakarta, Angkringan sebagai Saluran Informasi
Erlangga. Warga Timbulharjo, Kumpulan karya
ilmiah yang dipresentasikan pada
Mulyana, Dedi, (2002), Metodologi Temu Ilmiah Nasional Peneliti, Badan
Penelitian Kwalitatif, Bandung, PT Litbang SDM Kominfo Di Bogor tahun
Remaja Rosda karya. 2006
37
Layanan Infomasi Radio Komuntas Kampus di Era Konvergensi
Hj. Neti Sumiati Hasandinata
38
PERSEPSI PENGELOLA RADIO DAN TELEVISI LOKAL
TERHADAP RENCANA REVISI UU PENYIARAN NO. 32/2001
DI ERA KONVERGENSI
(Sebagai Studi Eksploratif)
Noneng Sumiaty
Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Bandung
Jl. Pajajaran No. 88 Bandung 40173, Fax. (022) 6021740
Abstrak
Revisions to the Broadcasting Act needs to be done because the law was deemed no longer suitable
with the rapid development of ICT in the era of convergence. The research method used was a
qualitative exploratory method, through observation and in-depth interviews. The results showed that
the broadcast media has not been able to carry out what is set out in the Broadcasting Act, the reality
on the ground has shifted functions of media education, wholesome entertainment, and social glues to
the commercial, television and even used as a political tool, forming public opinion and the interests of
the industry. We recommend revision of the Broadcasting Law (Law No. 32/2002), especially
regarding the content of the broadcast, the broadcast and operating license ownership be resolved
Abstrak
Revisi terhadap Undang-Undang Penyiaran perlu dilakukan karena UU itu dianggap sudah tidak sesuai
lagi dengan perkembangan TIK yang sangat cepat di era konvergensi ini.Metode penelitian yang
digunakan adalah metode eksploratif kualitatif, melalui observasi dan wawancara mendalam. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Media penyiaran belum mampu menjalankan apa yang tertera dalam
UU Penyiaran, dalam kenyataan dilapangan media telah bergeser fungsi dari pendidikan, hiburan
yang sehat, dan perekat sosial kepada komersial, bahkan televisi digunakan sebagai alat politik,
pembentuk opini publik dan kepentingan industri. Sebaiknya revisi UU Penyiaran (UU No 32/2002)
terutama mengenai isi siaran, izin penyelenggaraan siaran dan kepemilikan segera diselesaikan.
39
Persepsi Pengelola Radio dan Televisi Lokal Terhadap Rencana Revisi UU Penyiaran No. 32/2002 di Era Konvergensi
Noneng Sumiaty
40
Prosiding No. 1 Tahun 2012
Hal ini yang menarik untuk diteliti oleh Model regulasi yang dianggap sesuai
kantor Balai Pengkajian dan untuk penyiaran di Indonesia adalah model
Pengembangan Komunikasi Informatika yang terakhir yaitu “Model demokratis-
Bandung melalui penulis dengan judul Participan”.
“Persepsi Pengelola Radio dan Televisi Asumsi dari Model Demokratis-
Lokal Terhadap Revisi UU Penyiaran (UU Partisipan antara lain :
No 32/2002)” 1. Right to communicate
Dari uraian tersebut bisa dirumuskan 2. Organisasi dan isi tidak perlu tunduk
permasalahan penelitian sebagai berikut: pada pengendalian birokrasi
Bagaimana regulasi penyiaran saat ini 3. Eksistensi media ditujukan untuk
menurut Undang-Undang Penyiaran (UU kepentingan khalayak
No. 32/2002) ?; Bagaimana dengan 4. Orang, kelompok dan komunitas lokal
rencana revisi Undang-Undang Penyiaran memiliki media sendiri
di era konvergensi ? 5. Bentuk media berskala kecil,
Adapun tujuan penelitian ini adalah interaktif, partisipasi lebih baik;
ingin menganalisis pengetahuan dan demokratis-participan sebaliknya.
kemampuan pengelola radio dan TV lokal 6. Kebutuhan sosial tertentu
terhadap revisi UU Penyiaran (UU NO 7. Komunikasi terlalu penting untuk
32/2002), dan menganalisis pendapat hanya diserahkan kepada kelompok
pengelola radio dan TV lokal terhadap profesional.
revisi UU Penyiaran di Era Konvergensi di
daerah Kabupaten/Kota Sukabumi. Model ini dikembangkan oleh mereka
yang mempercayai sebagai powerful
medium, dan dalam banyak terinspirasi
oleh mazab kritis.Termasuk dalam model ini
LANDASAN KONSEP adalah berbagai media penyiaran
alternatif.Sifat komunikasi dalam model ini
Model Regulasi Penyiaran adalah dua arah (two-way-communication).
Dalam hubungannya dengan model Secara fundamental, regulasi
kepemerintahan suatu Negara, Leen penyiaran mesti mengandung substansi
d`Haenens (2000: 24-26, lihat pula yang:
McQuail, l983: 93-94) membagi model 1. Menetapkan sistem tentang
regulasi penyiaran menjadi lima, yakni: bagaimana dan siapa yang berhak
mendapatkan lisensi penyiaran.
1. Model Otoriter 2. Memupuk rasa nasionalitas. Hal ini
2. Model Komunis berangkat dari asumsi bahwa radio
3. Model Barat-Paternalistik dan televisi memiliki peran yang
4. Model Barat-Liberal penting dalam mengembangkan
5. Demokratis-Partisipan Model kebudayaan sekaligus sebagai agen
pembangunan bangsa, bahkan
ketika suatu tengah dilanda krisis
41
Persepsi Pengelola Radio dan Televisi Lokal Terhadap Rencana Revisi UU Penyiaran No. 32/2002 di Era Konvergensi
Noneng Sumiaty
42
Prosiding No. 1 Tahun 2012
hiburan, serta kontrol dan perekat sosial. layanan tersebut, Layanan baru akan
Sementara siaran yang dipancarkan diciptakan (OECD 2000)
dan diterima secara bersamaan, serentak
dan bebas, memiliki pengaruh yang besar Kemajuan-kemajuan yang dicapai
dalam pembentukan pendapat, sikap, dan oleh teknologi komputasi dan peralatan
perilaku khalayak, maka penyelenggara elektronik, mengakibatkan semakin
penyiaran wajib bertanggung jawab terdorongnya penemuan-penemuan
dalam menjaga nilai moral, tta susila, teknologi baru yang melahirkan sebuah
budaya, kepribadian dan kesatuan bangsa fenomena yang kerap dikenal sebagai
yang berlandaskan kepada Ketuhanan konvergensi.Secara sederhana konvergensi
Yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang dapat dipahami sebagai menyatunya
Adil dan Beradab. unsur-unsur dalam teknologi komputasi,
telekomunikasi, media dan penyiaran
sehingga batas-batasnya menjadi kabur.
Pengertian Konvergensi Fenomena konvergensi ini semakin
Beberapa definisi Konvergensi dari nyata dengan keberadaan internet sebagai
beberapa lembaga yang berbeda: sebuah jaringan komunikasi global yang
1. Kemampuan beberapa platform terdiri dari ribuan jaringan independen
network yang berbeda untuk dan jutaan komputer di seluruh dunia yang
membawa tipe aplikasi dan layanan secara bersama-sama berfungsi sebagai
yang secara esensial sama. medium pertukaran informasi. Pada sisi
(European Union 1998) lain, internet adalah ruang maya yang
2. Konvergensi Digital, bisa dilihat bersifat publik, yang dapat digunakan
sebagai kebersamaan (pertemuan / orang-orang di seluruh dunia untuk bertemu
konvergensi) antara yang dan saling mempertukarkan ide,
sebelumnya secara teknologi dan dipergunakan perusahaan–perusahaan
pasar/market terpisah, seperti untuk bersaing mendapatkan konsumen,
broadcasting, print publishing, cable dan berbagai kegiatan lainnya yang
television, telepon suara fixed wired, secara konvensional diselenggarakan di
komunikasi seluler dan Fixed wireless dunia nyata. Internet telah menyajikan
access. (ITU 1999) sebuah “dunia baru” yang paling
3. Sebuah proses yang melibatkan mendekati pengertian dari istilah
jaringan dan layanan komunikasi, cyberspace.
yang sebelumnya terpisah, Perubahan yang sedemikian
ditransformasikan sedemikian rupa, revolusionernya dalam bidang teknologi
sehingga jaringan dan layanan yang yang tidak hanya mempengaruhi hukum,
berbeda bisa membawa layanan namun juga hampir seluruh pranata sosial
voice, audio-visual, dan data yang lainnya memaksa hukum sebagai pranata
sama. Selain itu beberapa sosial untuk meninjau dan mengkaji ulang
perlengkapan konsumen yang berbagai aspeknya.
berbeda juga bisa menggunakan
43
Persepsi Pengelola Radio dan Televisi Lokal Terhadap Rencana Revisi UU Penyiaran No. 32/2002 di Era Konvergensi
Noneng Sumiaty
44
Prosiding No. 1 Tahun 2012
media sebagai suatu industri.Publik dan Radio Kiwari, Script Writer Radio Kiwari,
aktivis media harus memanfaatkan proses Finance Radio Kiwari, Manager ATV
revisi UU 32/2002 tentang Penyiaran yang Sukabumi, Manager Operasional ATV
sedang berlangsung untuk membentuk basis Sukabumi dan HRD ATV Sukabumi.
baru keterlibatan publik yang lebih besar Objek penelitian adalah keberadaan
dalam praktek bermedia di Indonesia. UU Penyiaran (UU No. 32/2002) di era
Selain mengawasi revisi UU Penyiaran, konvergensi. Dan lokasi penelitian :
perlu juga ada revitalisasi peran regulator Kabupaten/Kota Sukabumi.
media seperti Komisi Penyiaran Indonesia
atau Dewan Pers dan penguatan lembaga
penyiaran publik dan komunitas untuk
memastikan pemenuhan hak warga negara PEMBAHASAN
dalam bermedia. Rekomendasi itu
diberikan untuk mengantisipasi semakin Profil Informan
kuatnya penguasaan saluran media di Jumlah informan sebanyak 6 orang,
Indonesia oleh beberapa kelompok bisnis terdiri dari 3 orang pengelola radio Kiwari
besar yang terafiliasi dengan konglomerasi dan 3 orang dari pengelola ATV Sukabumi.
bisnis dan partai politik, yang menurut hasil Masing-masing informan itu adalah :
studi tersebut sudah mencapai tahap 1. Pampam Pamungkas, 57 tahun,
membahayakan hak warga negara dalam sebagai Pemilik Kiwari Radio
bermedia.Kebijakan-kebijakan yang ada 2. Liana Meulina, 21 tahun, sebagai
tidak dapat mengantisipasi logika media Script Writer dan Announcer Kiwari
yang didasarkan pada keuntungan, Radio
karenanya pembuat kebijakan dan aparat 3. Andri Sofiandi, 37 tahun, sebagai
pemerintah tidak dapat menentukan Finance Kiwari Radio
batasan yang jelas antara monopoli dan 4. Bob DC Pratikno, 75 tahun, sebagai
oligopoli media. Manager Program ATV Sukabumi
5. I Thoriq Mubarak, 31 tahun,
sebagai Direktur Operasional ATV
Sukabumi.
METODE PENELITIAN 6. Lestari Handayani, 33 tahun, sebagai
HRD ATV Sukabumi
Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif.Dianalisa secara ekploratif. Untuk Regulasi UU Penyiaran
pengumpulan data dilakukan melalui Hampir seluruh informan
wawancara mendalam, observasi dan berpendapat bahwa regulasi/kebijakan
dokumen. Data-data yang diperoleh baik UU penyiaran yang ada selama ini dinilai
berupa dokumen, observasi atau hasil belum memadai, bahkan dinilai sudah tidak
wawancara selanjutnya dianalisis. sesuai lagi dengan kemajuan teknologi
Subjek penelitian ini adalah: Pemilik
45
Persepsi Pengelola Radio dan Televisi Lokal Terhadap Rencana Revisi UU Penyiaran No. 32/2002 di Era Konvergensi
Noneng Sumiaty
46
Prosiding No. 1 Tahun 2012
47
Persepsi Pengelola Radio dan Televisi Lokal Terhadap Rencana Revisi UU Penyiaran No. 32/2002 di Era Konvergensi
Noneng Sumiaty
48
Prosiding No. 1 Tahun 2012
49
Persepsi Pengelola Radio dan Televisi Lokal Terhadap Rencana Revisi UU Penyiaran No. 32/2002 di Era Konvergensi
Noneng Sumiaty
50
Prosiding No. 1 Tahun 2012
51
Persepsi Pengelola Radio dan Televisi Lokal Terhadap Rencana Revisi UU Penyiaran No. 32/2002 di Era Konvergensi
Noneng Sumiaty
sesuai dengan perkembangan saat ini hal kepemilikan media, saat ini telah
dimana pemusatan kepemilikan mengarah pada monopoli bahkan hampir
lembaga penyiaran swasta berpotensi kepemilikan silang; dimana hal ini telah
dimanfaatkan untuk menggiring opini menyalahi model demokratis-
publik. Dampak pemusatan kepemilikan participan.Dalam model ini secara
itu akan lebih berbahaya lagi jika ekonomis melindungi institusi media
pemiliknya terafiliasi dengan partai domestik mencegah konsentrasi dan untuk
politik tertentu. Penyiaran memang perlu membatasi kepemilikan silang membangun
diatur secara ketat sesuai dengan media yang sehat juga menjaga
karakteristiknya dalam menayangkan keseimbangan hubungan antara pengelola
informasi pengetahuan untuk penyiaran, pemerintah dan masyarakat.
masyarakat.Yang terjadi sekarang Sementara regulasi isi(content regulation)
mengalami konsentrasi kepemilikan menurut model ini harus berisi batasan
bahkan terdapat konsentasi kepemilikan material siaran yang boleh dan tidak untuk
silang hingga radio dan harian disiarkan. Kenyataan dilapangan isi materi
nasional”. siaran kadang tidak sesuai dengan apa
yang tertera dalam UU Penyiaran.
Hal senada diucapkan oleh informan Di era konvergensi saat ini, dimana
dari ATV Sukabumi Bob DC Pratikno perkembangan TIK semakin berkembang;
sebagai berikut : UU Penyiaran sudah tidak sesuai lagi
“Kepemilikan menurut UU penyiaran dengan perkembangan TIK.Oleh sebab itu
saat ini sudah tidak sesuai lagi, karena undang-undang tentang penyiaran harus
ada beberapa stasiun dikuasai oleh satu segera direvisi, terutama dalam hal isi
perusahaan. Sebagai contoh sebuah siaran, izin penyelenggaraan penyiaran
perusahaan menguasai beberapa stasiun dan kepemilikan.
TV maupun Radio, antara lain MNC
Group menguasai 3 stasiun TV dan 4
stasiun Radio, stasiun JDH menguasai 5
stasiun radio, stasiun MRA meguasai 5 PENUTUP
stasiun radio, Emitex menguasai 3
stasiun TV dan Visi Media Asia Simpulan
menguasai 2 stasiun TV”. 1. Hampir semua penayangan acara baik
di radio atau di TV lebih banyak
Undang-undang Penyiaran Nomor komersialnya dan hiburan dari pada
32/2002, bila dilihat dari Model segi pendidikan dan sosialnya. Namun
Penyiaran Demokratis – Participan; masih disamping itu masih ada sebagian kecil
sesuai dimana setiap warga Negara diberi acara yang menayangkan sosialnya
kesempatan yang sama untuk memperoleh seperti acara-acara reality show yang
akses informasi dari sudut khalayak dan menggugah hati nurani untuk membuat
dari sudut pelaku, atas kepemilikan publik, penonton saling menolong dengan
swasta, dan komunitas lokal. Namun dalam
52
Prosiding No. 1 Tahun 2012
53
Persepsi Pengelola Radio dan Televisi Lokal Terhadap Rencana Revisi UU Penyiaran No. 32/2002 di Era Konvergensi
Noneng Sumiaty
Sugiyono, (2008), Memahami Penelitian Konvergensi industri media dan hak publik
kualitatif, Bandung, CV. Alfabeta. — Presentation Transcript, Mujtaba
Hamdi Perkumpulan MediaLink
54
Prosiding No. 1 Tahun 2012
55
Persepsi Pengelola Radio dan Televisi Lokal Terhadap Rencana Revisi UU Penyiaran No. 32/2002 di Era Konvergensi
Noneng Sumiaty
56
IMPLEMENTASI ELECTRONIC GOVERNMENT
DI PROVINSI JAWA BARAT
Syarif Budhirianto
Abstrak
E-government is an effort to develop electronic-based government administration in order to improve
the quality of public services. In the course of over 9 (nine) years from the Presidential Instruction
issued, was the implementation of e-government at the county and city in the province of West Java
leads to good governance and clean government have not achieved optimal, especially in terms of
transparency, control, and accountability, so that the absence of a proper understanding of the essence
of existence. It is influenced by factors such as human resources are still weak, especially among
decision makers at national and local government, which eventually created a lack of understanding of
e-government. Though an official decision likened to driving the success of e-government. This research
is qualitative, which described the results: an interview with the manager of the website in 5 (five)
districts and cities in West Java, to observe directly the existence of the website (participant observer),
and the study of documents.
Abstrak
E-government merupakan upaya penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis elektronik dalam
rangka memperbaiki kualitas pelayanan publik. Selama 9 (sembilan) tahun sejak Instruksi Presiden
dikeluarkan, ternyata implementasi e-government pada kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Barat
menuju kepada pemerintahan yang baik (good governance) dan pemerintahan yang bersih (clean
government) belum optimal dilaksanakan, terutama dalam transparansi, kontrol, serta
akuntabilitasnya, sehingga belum ada pemahaman yang tepat esensi keberadaannya. Hal tersebut
dipengaruhi faktor sumber daya manusia yang masih lemah, terutama dikalangan pengambil keputusan
baik pada pemerintah pusat maupun daerah yang akhirnya menciptakan minimnya pemahaman
mengenai e-government. Padahal seorang pejabat pengambil keputusan (decision maker) diibaratkan
sebagai penggerak keberhasilan e-government. Jenis penelitian ini adalah kualitatif, yang
dideskripsikan dari hasil wawancara dengan para pengelola website di 5 (lima) kabupaten dan kota di
Jawa Barat, mengamati secara langsung keberadaan website (participant observer), serta studi
dokumen.
57
Implementasi Electronic Government di Propinsi Jawa Barat
Syarif Budhirianto
58
Prosiding No. 1 Tahun 2012
59
Implementasi Electronic Government di Propinsi Jawa Barat
Syarif Budhirianto
60
Prosiding No. 1 Tahun 2012
Kebutuhan Masyarakat
Manajemen Perubahan
Portal Pendidikan Kesehatan Kepen- Perpajakan
dudukan Lain-lain
Pelayanan Publik
Organisasi
pengelolaan dan Kepresi- Kemen- Utilitas
terian & Kemen-
Pemda Lain-lain
pengolahan denan terian Publik
lembaga
Informasi
Tools: Service: E- doc
Infrastruktur • E-billing Standard • Authentic & data
& security Intranet
dan aplikasi dasar • E-procure • Public Key mgmt
• etc • etc
61
Implementasi Electronic Government di Propinsi Jawa Barat
Syarif Budhirianto
62
Prosiding No. 1 Tahun 2012
Kab. Ciamis (Drs. Deris Raharjo); pelayanan umum, potensi dan peluang
3. Humas Setda Kab. Sukabumi (Joko investasi, komoditi perdagangan,
Purnomo, SE); dan infrastruktur pendukung. Sedangkan dalam
4. Dinas Komunikasi dan Informatika bentuk komunikasi, yaitu tersedianya media
Kota Cirebon (Ibu Ayu dan Drs. untuk berinteraksi antara pengunjung
Suhartoyo); dengan pemerintah secara online, baik
5. Dinas Komunikasi dan Informatika berupa email, kontak pengunjung aau
Kab. Kuningan (Dra. Wetty Sri forum diskusi online lainnya.
Sulistiani). Sejalan dengan itu, peran dan fungsi
pemerintah daerah dalam kerangka
Pertimbangan mereka menjadi nara menyosialisasikan kebijakan dan informasi
sumber, adalah: (1) Mereka sebagai yang cepat sangat mutlak diperlukan.
pengelola(sector leader) di bidang TIK di Salah satu langkah yang dilakukan adalah
daerah dan sebagai barometer dengan membuat portal website. Dengan
pengembangan di lingkungan pemerintah adanya website, informasi , komunikasi dan
Provinsi Jawa Barat yang dapat transaksi antara masyarakat dan
menempatkan instansi terdepan bagi pemerintah dilakukan via website, manfaat
pengembangan TIK; (2). Dapat yang dihasilkan seperti komunikasi dalam
menginterpretasikan pengembangan sistem administrasi berlangsung dalam
website pemerintah daerah yang lebih hitungan jam, bukan hari atau minggu,
baik, berdasarkan pada kajian dan artinya pelayanan pemerintah pada
evaluasi sebelumnya. masyarakat menjadi sangat cepat, service
dan informasi dapat disediakan 24 jam
sehari, tujuh hari dalam seminggu. Informasi
dapat dicari dari kantor, rumah, bahkan
mobile dimanapun tanpa harus hadir
HASIL DAN PEMBAHASAN secara langsung.
Untuk memudahkan para pengguna
Profil Website Pada Lokasi Penelitian mengakses website yang diinginkan, maka
Website merupakan satu diantara keberadaan alamat situs perlu diketahui
media informasi online yang memerlukan sebagai bentuk karakteristiknya, seperti
daya tarik tersendiri yang harus kelima objek penelitian di bawah ini :
diperhatikan oleh pengelolanya. Informasi
yang disajikan berhubungan dengan
sumber daya pelayanan publik seperti:
63
Implementasi Electronic Government di Propinsi Jawa Barat
Syarif Budhirianto
Berdasarkan hasil pengamatan pada web inilah semua perda yang telah
5 (lima) website yang menjadi objek dikeluarkan dapat disosialisasikan
penelitian, umumnya konten informasi yang kepada masyarakat luas.
disajikan terdiri atas: 5. Buku tamu, tempat menerima masukan
1. Selayang pandang, yang menjelaskan dari pengguna situs web pemerintah
secara singkat tentang keberadaan daerah bersangkutan.
pemerintah daerah bersangkutan
(sejarah, moto daerah, lambang dan
arti lambang, lokasi dalam bentuk Pemahaman Masyarakat Electronic
peta, visi dan misi). Government
2. Pemerintahan daerah, menjelaskan Kerancuan pemahaman di
struktur organisasi yang ada di masyarakat tentang electronic government
Pemda bersangkutan ( eksekutif, atau disingkat e-government, yakni sebagai
legislatif) beserta nama, alamat, alih fungsi mesin tik diganti dengan
telepon, email dari pejabat daerah, komputer, padahal pengertian secara
jika memungkinkan biodata dari umum adalah penyelenggaraan
pimpinan daerah ditampilkan agar pemerintahan yang berbasis TIK untuk
masyarakat luas mengetahuinya. meningkatkan kinerja pemerintah dalam
3. Geografi, menjelaskan tentang rangka meningkatkan kualitas layanan
keadaan topografi, demografi, cuaca publik secara efektif dan efisien.
dan iklim, sosial dan ekologi budaya Kualitas layanan publik ini, ditentukan
daeri daerah bersangkutan. Peta bagaimana penyampaian informasi secara
wilayah dan sumberdaya, menyajikan online dapat dimanfaatkan secara optimal
batas administrasi wilayah dalam oleh masyarakat, yakni dengan pelayanan
bentuk peta wilayah dan juga sumber melalui internet atau media digital lainnya
daya yang dimiliki oleh daerah yang dapat menghilangkan hambatan
bersangkutan dalam bentuk peta. tradisional yang selama ini kita temui.
4. Peraturan/kebijakan daerah, Kemudahan tersebut juga akan memberi
menjelaskan perda yang telah kualitas pelayanan yang lebih baik serta
dikeluarkan oleh pemda, melalui situs memberi peluang kepada masyarakat
64
Prosiding No. 1 Tahun 2012
65
Implementasi Electronic Government di Propinsi Jawa Barat
Syarif Budhirianto
66
Prosiding No. 1 Tahun 2012
67
Implementasi Electronic Government di Propinsi Jawa Barat
Syarif Budhirianto
68
Prosiding No. 1 Tahun 2012
69
Implementasi Electronic Government di Propinsi Jawa Barat
Syarif Budhirianto
70
Prosiding No. 1 Tahun 2012
71
Implementasi Electronic Government di Propinsi Jawa Barat
Syarif Budhirianto
72
Prosiding No. 1 Tahun 2012
Keberadaan dan keterlibatan pihak tentunya kita harus berkaca pada Undang-
ini karena selain mereka merupakan entity Undang Keterbukaan Informasi Publik
yang paling mengetahui berbagai No.14/2008 yang implementasinya
fenomena informasi yang dibutuhkan dilaksanakan tanggal 30 April 2010 lalu.
masyarakat, juga secara aplikasi TIK lebih Di mana dalam undang-undang tersebut
kompeten dibandingkan dengan yang lain, secara jelas diterangkan, bahwa bagian
dan pepatahpun mengatakan, “bila suatu dari prinsip good governance yang berhasil
pekerjaan dilakukan oleh orang yang adalah jika masyarakat betul-betul
bukan ahlinya, tunggullah kehancurannya” mendapatkan haknya untuk mengetahui
Dengan demikian, keberadaan rencana, program, dan proses
website milik pemerintah ini, dari sisi pengambilan kebijakan. Ombudsman
pengelolaan akan lebih kredibel dan sendiri menyatakan bahwa, :
kelihatan lebih “cantik” lagi. Terlebih bila Parameter keberhasilan prinsip good
gubernur,bupati, atau walikota dalam government adalah masyarakat aktif
portalnya bukan sekedar nampang foto berpartisipasi dalam proses
sebagai identitas ikon daerah, tetapi akan pengambilan kebijakan publik dan
memberikan akses ruang publik untuk masyarakat berperan aktif turut
berinteraktif. Begitu pula ketika halaman mendorong terwujudnya badan publik
web di search oleh pengguna informasi yang baik. Selain itu terwujudnya
yang dibutuhkan selalu tersedia dengan penyelenggaraan negara yang baik,
baik. transparan, efektif dan efisien serta
akuntabel, masyarakat mengetahui
alasan pengambilan kebijakan ang
Menuju Good Governance mempengaruhi hajat hidup orang
Good governance merupakan tujuan banyak.
yang hendak dicapai dalam pelaksanaan (http://www.ombudsman.go.id,)
e-government, dengan kata lain prinsip ini
sudah menjadi impian dari pemangku Namun demikian, mengakses
kepentingan, baik pemerintah, masyarakat, informasi dari lembaga-lembaga publik
maupun dunia usaha. Karena pemerintah terutama yang diselenggarakan
sadar, bahwa pelayan publik tidak cukup pemerintah dirasakan masyarakat terasa
dengan cara-cara yang dilakukan secara sulit untuk mengetahui secara transparan,
konvensional selama ini, tetapi perlunya tentang sejauhmana pelaksanaan program-
pemanfaatan TIK secara efektif dan progam pemerintah yang telah
efisien. Dalam perjalanannya pelaksanaan dilaksanakan. Data-data yang ditampilkan
e-government sebenarnya pemerintah perlu paska berlakunya undang-undang ini
berkaca diri, apakah sudah melaksanakan dinilai masih jauh dari yang diharapkan,
prinsip-prinsip transparansi dan paradigma ketertutupan yang melekat
akuntabilitas sebagai syarat menuju selama ini masih sulit dihilangkan, sehingga
kepemerintahan yang baik atau belum? masyarakat berfungsi sebagai kontrol
Untuk menjawab dari pertanyaan tersebut, belum efektif dilaksanakan.
73
Implementasi Electronic Government di Propinsi Jawa Barat
Syarif Budhirianto
Asas dari transparansi harus ganda, baik dari aspek perekrutan tenaga
dibangun atas dasar kebebasan kerja maupun dalam meningkatkan
memperoleh informasi yang dapat diakses pendapat asli daerahnya. Hal ini tentunya
oleh setiap pengguna informasi publik. sesuai dengan harapan dari Bank Dunia
Keadaan tersebut, sebenarnya tidak lepas Tahun 2009 lalu dalam laporannya
dari sistem birokrasi yang terlaksana mengenai “Governance and Development”,
secara rutin, lamban dan tidak mau ambil yang mengartikan bahwa good governance
resiko sehingga terciptanya aparatur sebagai pelayanan publik yang efisien
pemerintah yang tidak kreatif alias. Untuk adalah pemerintah yang berkuasa bisa
merubah mental aparat seperti itu, mengekploitasi kekayaan negara dengan
tentunya perlu revitalisasi birokrasi yang didukung oleh sumberdaya manusia, sistem
handal, artinya mereka mampu memberi pengadilan yang dapat diandalkan, serta
sharing dan masukan kepada masyarakat pemerintah yang bertanggung-jawab
tentang program-program pembangunan (akuntabel) pada publiknya.
yang diharapkan menuju hari esok yang Disisi lain, struktur informasi situs
lebih baik , bukan untuk kelompok tertentu belum menampilkan laporan sistem
atau kepentingan pribadi. pertanggungjawaban keuangan daerah
Prinsip good governance dalam dan alokasi anggaran keuangan pada
konteks pemanfaatan e-government , selain pihak eksekutif maupun legislatif (DPRD)
unsur aparat yang dikedepankan, juga secara transparan dan akuntabel sesuai
diperlukan itikad pemerintah untuk dengan semangat keterbukaan informasi
memberikan informasi dengan segala publik. Padahal dengan informasi dan
kelebihan dan kekurangan. Atau dengan komunikasi secara transparan kepada
kata lain informasi yang disajikan tidak masyarakat berdampak positif bagi
hanya yang baik-baiknya saja, melainkan pemerintah dan masyarakat, sehingga
juga dengan segala kekurangan- tidak ada saling curiga di antara
kekurangan yang ada. Sehingga pelaksana dan pengguna. Chek and
masyarakat yang mengakses akan balance dari seluruh elemen masyarakat
mendapat informasi yang objektif sebagai akan memberikan masukan yang konstruktif
bahan kebijakan atau pandangannya. menuju yang lebih baik lagi.
Bila pemerintah setempat benar- Partisipasi masyarakat melalui
benar ingin meningkatkan pertumbuhan perangkat TIK, merupakan momen yang
ekonomi yang meningkat, dengan cara tepat diterapkan disaat pemerintah
mengundang para investor untuk sekarang ini sedang giat-giatnya
menanamkan modalnya disana, prinsip menyuarakan gerakan pemberantasan
keterbukaan informasi seperti itulah yang korupsi, reformasi birokrasi secara
dibutuhkan masyarakat sebagai bahan menyeluruh serta membersihkan lembaga
pertimbangan. Dengan demikian pemerintahan dari praktek KKN, yakni
pengkondisian dengan daerah dapat dengan memangkas rumitnya birokrasi
dilakukan sebaik-baiknya, yang akhirnya pelayanan publik melalui e-government.
bagi masyarakat mempunyai keuntungan Wujud dari transparansi e-government ini
74
Prosiding No. 1 Tahun 2012
75
Implementasi Electronic Government di Propinsi Jawa Barat
Syarif Budhirianto
Saran
1. Agar konten website pemerintah
kabupaten dan kota di Jawa Barat
lebih tertarik untuk selalu diakses
76
Prosiding No. 1 Tahun 2012
DAFTAR PUSTAKA
Internet :
Dwiyanto, Agus, (2005), Mewujudkan Good Parameter Keberhasilan Keterbukaan
Governance Melalui Pelayanan Publik, Informasi, (2012), tersedia dalam
Yogyakarta, Gadjah Mada University Publik.http://www.ombudsman.go.id,
Press. di akses tanggal 19 Mei 2012,
Harimurti, Agung, (2009), Enam Kumpulan Masa depan e-government, (2012), tersedia
Karya Ilmiah Peneliti Terpilih, Pada dalam Http//www.wibisono
Temu Ilmiah Tahun 2009, MMTC satrodiworyo.com, di akses tanggal
Yogyakarta. 15 Mei 2012,
77
Implementasi Electronic Government di Propinsi Jawa Barat
Syarif Budhirianto
78
PEMBERDAYAAN CHIEF INFORMATION OFFICER (CIO)
PADA PEMERINTAHAN KOTA DEPOK
Nana Suryana
Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Bandung (BPPKI Bandung)
Jl. Pajajaran No. 88 Bandung Fax. (022) 6021740
Abstrak
In the development of the ICT world, now comes the Chief Information Officer (CIO). Theoretically
they appear to take on tasks, roles and functions, manage information-based ICT professional,
independent and responsible. That is why the city of Depok include staff Diskominfo follow bimtek CIO.
With no hope of contributing to the success of the government's performance, that its more effective
and efficient in providing public services in the field of IT-based information. There was an increase in
quality and quantity in the application of e-government as well as to support in accelerating the
realization of the image of good governance. But in reality, it is very alarming, because the CIO can
not fully empowered, why. Yet what was his contribution?To answer this question, does a qualitative
exploratory study. Data collection is done by focus group discussion (FGD). As a result, until recently
CIO can not be empowere,. because positioned on the structural and functional positions, there is no
legal regulations or regulatory regions sharing. But even so, the role and functions of the CIO is likely
to be more professional, independent and responsibility, not everything is redundant (in vain), because
there is a common performance or even been carried out by officers and staff Diskominfo, especially in
terms of dealing with IT-based information.
Abstrak
Dalam perkembangan dunia Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), kini muncul Chief Information
Officer (CIO). Secara teoretis kemunculannya untuk mengemban tugas, peran dan fungsi, yaitu
memanage informasi yang berbasis TIK secara profesional, mandiri dan tanggungjawab. Itulah
sebabnya pemerintah kota Depok mengikutsertakan staf Diskominfo mengikuti bimtek CIO. Dengan
harapan ada kontribusinya dalam menyukseskan kinerja pemerintahan, yaitu semakin efektif dan
efisiennya dalam memberikan pelayanan publik di bidang informasi yang berbasis TI. Ada peningkatan
kualitas dan kuantitas dalam penerapan e-government serta dapat menunjang dalam mempercepat
terwujudnya citra good governance. Namun dalam kenyataannya, sangat memprihatinkan, karena CIO
belum bisa diberdayakan seutuhnya, mengapa?. Meskipun demikian apa ada kontribusinya? Untuk
menjawab pertanyaan ini, dilakukannya penelitian secara kualitatif eksploratif. Pengumpulan data
79
Pemberdayaan Chief Information Officer (CIO) Pada Pemerintahan Kota Depok
Nana Suryana
dilakukan dengan cara focus group discussion (FGD). Hasilnya, sampai saat ini CIO belum bisa
diberdayakan, atau diposisikan pada jabatan struktural maupun fungsional karena belum ada payung
hukumnya, peraturan daerah atau peraturan lainnnya. Tapi meskipun demikian, peran dan fungsi CIO
yang cenderung lebih profesional, mandiri dan tanggung jawab, belum tentu tidak optimal, karena ada
kesamaan kinerja atau bahkan telah dilaksanakan oleh pejabat dan staf Diskominfo, terutama dalam
hal menangani masalah informasi yang berbasis TI.
Kata kunci : Chief Information Officer, Pemberdayaan, Teknologi Informasi dan Komunikasi.
80
Prosiding No. 1 Tahun 2012
81
Pemberdayaan Chief Information Officer (CIO) Pada Pemerintahan Kota Depok
Nana Suryana
82
Prosiding No. 1 Tahun 2012
83
Pemberdayaan Chief Information Officer (CIO) Pada Pemerintahan Kota Depok
Nana Suryana
84
Prosiding No. 1 Tahun 2012
85
Pemberdayaan Chief Information Officer (CIO) Pada Pemerintahan Kota Depok
Nana Suryana
86
Prosiding No. 1 Tahun 2012
87
Pemberdayaan Chief Information Officer (CIO) Pada Pemerintahan Kota Depok
Nana Suryana
manager jasa informasi di mana peran dan Telkom, presiden direktur di IBM Indonesia,
fungsinya sangat dibutuhkan. Karena dll. Di sini jelas bahwa perusahaan tersebut
banyak membantu/ menunjang dalam sudah mengerti dan memahami arti, peran
kinerja Diskominfo dalam bidang TI dan fungsi CIO bagi kelancaran dan
(pengelola informasi) baik dari sisi kesuksesan perusahannya.
managerial maupun teknis operasional. Selanjutnya, sebagaimana
Memang secara de jure, pada diungkapkan dalam landasan konsep yang
pemkot Depok CIO belum bisa sudah jelas, tegas dan terperinci mengenai
ditempatkan pada jajaran eselonisasi arti, peran dan fungsi istilah CIO dan istilah
(jabatan struktural), karena belum ada pemberdayaan. Dimana pada intinya,
payung hukumnya, belum ada perwalnya. untuk istilah pemberdayaan dinyatakan
Tapi kalau melihat lingkup kerjanya yang sebagai upaya memberdayakan seseorang
profesional, mandiri dan tanggung jawab, menjadi lebih berdaya, produktif dan
jelas sangat menunjang kinerja berguna, tidak lagi menggantungkan pada
pejabat/staf Diskominfo (pengelola orang lain, apalagi mengharapkan belas
informasi berbasis TI). kasihan. Sehingga hidup dan kehidupannya
menjadi bermanfaat, baik untuk dirinya
sendiri, keluarga maupun masyarakat
Pembahasan termasuk bermanfaat bagi kepentingan
Dewasa ini dunia teknologi informasi instansi atau lembaga tempat dia bekerja.
dan komunikasi (TIK) mengalami kemajuan Sementara untuk pengertian CIO,
yang sangat pesat, sehingga dalam secara sederhana adalah manager jasa
mengelola informasi, di mana alur informasi. Ini menggambarkan suatu profesi
informasinya baik informasi yang berasal dalam mengelola bidang informasi, yang
dari pemerintah untuk masyarakat atau lebih utamanya secara managerialnya, tapi
sebaliknya dari masyarakat untuk memahami pula teknis operasional TIK. Jadi
pemerintah dan atau informasi lainnya jelas untuk jabatan CIO merupakan
yang menjadi konsumsi publik menjadi keahlian atau profesional, mandiri dan
cepat, mudah dan murah didapat melalui tanggungjawab. Adapun cara untuk
sarana TIK itu. Malahan dalam memperoleh jabatan CIO diantaranya,
perkembangan untuk menyelami TIK dan dengan mengikuti bimtek CIO atau
mengelola informasi seoptimal mungkin, kini beasiswa CIO, dengan persyaratan para
muncul istilah yang mungkin relatif baru peserta bimtek CIO harus memiliki modal
(asing), yaitu Chief Information Officer dasar, yaitu pemahaman TIK bagus, serta
(CIO). kinerjanya lebih diutamakan yang
Meskipun masih dianggap barang menangani masalah informasi dan TIK,
baru dan mungkin CIO belum banyak agar berjalan lancar dalam mengikuti
diketahui dan dipahami secara maksimal. bimtek tersebut., cakap dalam memperoleh
Tapi ternyata, sudah ada pihak-pihak pengetahuan dan wawasan CIO nya.
tertentu yang memanfaatkannya, seperti Meskipun sudah ada dan sudah
jabatan CIO menjadi direktur TI di PT. cukup banyak diungkapkan di atas
88
Prosiding No. 1 Tahun 2012
mengenai beberapa teori, pendapat atau yang lebih aktif dalam pekerjaannya
pengertian CIO dan pemberdayaan itu. sampai pada melibatkan mereka dalam
Namun untuk melengkapi, memperjelas dan mengambil keputusan atau tanggungjwab
mempertajam serta menambah untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
perbendaharaan tentang CIO yang sangat Dengan adanya penambahan teori
dibutuhkan dalam penganalisisan atau atau pengertian tersebut, semakin lengkap,
pendeskripsian dalam penelitian dan jelas tergambarkan dan meyakinkan
pengkajian ini. Tidak ada salahnya penulis mengenai peran dan fungsi serta kontribusi
menambahkan lagi teori atau pendapat CIO dalam menunjang kinerja
tentang istilah CIO dan istilah pemerintahan daerah, termasuk maksud
pemberdayaan yang lainnya. Untuk hal ini dan tujuan pemberdayaan. Oleh karena itu
seperti terungkap dalam internet bahwa sangatlah tepat, pemkot Depok telah
CIO adalah suatu jabatan dalam mengikutsertakan stafnya dari Diskominfo
organisasi (bisnis, pemerintahan ataupun untuk mengikuti diklat atau bimtek CIO. Ini
nirlaba) yang mempunyai peran sebagai sebagai wujud kepekaan dan cepat
pemimpin dalam penyediaan informasi tanggap pemkot Depok terhadap
bagi kelangsungan hidup organisasi dalam penguasaan TIK, khususnya oleh CIO.
rangka mencapai tujuannya. CIO menjadi Dalam arti memanfaatkan kesempatan
semakin vital di era informasi dimana yang ada guna memberdayakan stafnya
eksistensi organisasi sangat ditentukan oleh yang kurang berdaya menjadi lebih
kemampuan dalam memberdayakan berdaya. Sehingga tidak ada lagi
teknologi informasi dan komuniksi karyawan/staf pemkot Depok yang
(http://rebaneka.blogspot.com, Diakses berleha-leha atau sering menunda-nunda
tanggal 12 September 2012) ketika memberikan pelayanan publik atau
Kemudian untuk pengertian melakukan kinerja pemerintahan lainnya.
pemberdayaan, terungkap bahwa Tapi benar-benar sigap, cepat dan cekatan
pemberdayaan adalah suatu proses untuk dalam memberikan pelayanan publik di
menjadikan orang lebih berdaya dan bidang informasi ini.
berkemampuan untuk menyelesaikan Selain itu diharapkan pula,
masalahnya sendiri, dengan cara sekembalinya dari diklat/bimtek atau
memberikan kepercayaan dan diklat keahlian benar-benar menjadi orang
kewenangan, sehingga menumbuhkan rasa profesional di bidangnya(CIO), jadi bukan
tanggungjawab. Memberdayakan orang hanya sekedar memperoleh pengetahuan
dapat dilakukan dengan cara (kognitif) saja, atau menghamburkan waktu,
memindahkannya dari posisi yang biasanya tenaga dan biaya, tapi juga ada afektif
hanya melakukan apa yang disuruh dan konatifnya. Dimana keprofesionalan di
menjadi posisi lain yang memberikan sini dapat diaplikasikan dalam melakukan
kesempatan untuk lebih bertanggungjawab. kinerjanya sesuai dengan peran dan fungsi
Pemberdayaan dapat diawali dengan tersebut. Perlu diketahui pula bahwa bimtek
hanya sekedar memberikan dorongan CIO ini tampaknya hanya merupakan diklat
kepada orang agar mau memainkan peran tambahan (diklat profesi) karena telah
89
Pemberdayaan Chief Information Officer (CIO) Pada Pemerintahan Kota Depok
Nana Suryana
memiliki job description yang telah informasi, atau pula lingkup kerjanya
dilaksanakan dalam kinerja sehari-hari. berhubungan dengan masalah informasi
Job description mereka adalah pelayanan dan atau kinerja selalu berhadapan
publik di bidang informasi yang berbasis dengan infra struktur TIK.
TIK. Ditilik secara lebih mendalam,
Selanjutnya harapan lainya adalah ketidakmudahan itu, karena bimtek CIO
memiliki kemandirian, yaitu dapat bekerja selain memerlukan persyaratan seperti
sendiri tidak perlu diperintah lagi, tapi tersebut di atas, juga harus memiliki
sudah termotivasi dan terinspirasi dengan motivasi dan ada utusan dari pejabat
disandangnya gelar CIO itu. Seperti atasannya. Selain itu bimtek CIO bisa juga
mampu dalam menyusun strategi TI, merupakan kegiatan pemantapan dalam
penentu kebutuhan TI, perancang anggaran memahami TIK, baik secara managerial
TI, dst. Itu pun dilakukan jika sudah mutlak maupun teknis operasional TIK. Itulah
dipercayakan kepada CIO. Serta jika sebabnya, manfaat mengikuti bimtek CIO
dilakukan pejabat dan staf Diskominfo sangat diharapkan sekali dan dalam
dalam menangani informasi yang berbasis penerapan e-government, sehingga
TIK masih dianggap ada kekurangan. Tidak informasi dalam website pemerintah benar-
berhenti sampai di sini, tapi terus benar selalu aktual, ter-up grade secara
mengontrol dan mengevaluasi implementasi rutin, beragam dan menjadi lahan
dari perencanaan-perencanaan seperti pencarian informasi oleh masyarakat
tersebut di atas. Hal ini mesti dilakukan secara luas. Paling tidak, pelayanan publik
sebagai bukti bahwa kinerja CIO benar- dalam bidang informasi ada peningkatan
benar efektif dan efisien, yang disertai secara signifikan, yang menghasilkan
dengan memiliki rasa tanggungjawab yang tingkat kepuasan masyarakat tinggi.
tinggi atas kelancaran dan kesuksesan Namun anehnya, kesulitan dalam
kinerja tersebut. memperoleh keprofesionalan, menjadi
Sampai di sini sudah kelihatan bahwa seorang CIO ini, terkadang tidak menjadi
CIO dengan sistem kinerjanya yang bahan pertimbangan pejabat pemkot
profesional ini, fungsi dan peranannya Depok, seakan ada pembiaran terhadap
secara teoretis sudah terlihat. Maka keprofesionalan CIO ini. Bimtek CIO
kalaulah demikian, keberadaan CIO tidak dianggap sebagai kegiatan seremonial
bisa diterlantarkan atau diabaikan begitu dan hura-hura yang hanya menghambur-
saja, tapi harus bisa segera diberdayakan, hamburkan waktu dan biaya saja. Sampai
karena dibutuhkan di era reformasi, saat ini pemerintah kota Depok masih
informasi dan komunikasi sekarang ini. belum memberdayakan CIO, ini sangat
Apalagi kalau melihat dalam memperoleh disayangkan, atau mungkin momennya
jabatan CIO adalah tidak mudah dan belum ada yang tepat.. Oleh karena itu
tidak sembarangan orang dapat jangan kaget, jika ada alumni bimtek CIO
memperolehnya. Di antara persyaratannya belum bisa diberdayakan secara
adalah harus memiliki basik pendidikan TI seutuhnya..
atau memahami masalah teknologi Ada sedikit kebingungan dalam
90
Prosiding No. 1 Tahun 2012
memberdayakan CIO, karena belum bisa dalam jajaran eselonisasi atau jabatan
mendudukan secara tersendiri, baik dalam struktural bisa menimbulkan tumpang tindih
jabatan struktural atau jajaran eselonisasi jabatan, menjadi bertambah pejabat yang
(eselon 4, 3, 2, atau 1) maupun dalam menangani masalah informasi berbasis TI.
jabatan fungsional (belum ada namanya). Implikasinya adalah pembengkakan
Semua ini dikarenakan belum adanya anggaran belanja pegawai. Selain itu job
peraturan daerah atau perwalnya description CIO banyak kesamaan dengan
walaupun sudah berlaku otonomi daerah. job description pejabat/staf Diskominfo,
Ini mungkin menjadi salah satu alasan artinya pejabat/staf diskominfo kinerjanya
pemkot Depok belum bisa atau kesulitan adalah menanagani masalah informasi
untuk menempatkan atau memberdayakan yang berbasis TIK, kinerja pejabat dan staf
CIO. Prihatin saja jabatan CIO menjadi Diskomnfo ini ada dalam tugas, peran dan
mubazir, tidak terpakai, mengikuti bimtek fungsi CIO. Namun kelebihan dari CIO
CIO menjadi kurang ada artinya. adalah menangani masalah informasi
Padahal kalau seorang CIO sebagaimana dilakukan pejabat dan staf
diberdayakan dan ditempatkan dalam diskominfo dilakukan secara lebih
jabatan struktural sebagaimana diutarakan profesional, mandiri dan tanggungjawab.
Haryadi Supangkat, bahwa keberadaan Oleh karena itu suatu hal yang tidak
CIO akan lebih optimal dalam memberikan mungkin untuk satu obyek pekerjaan
pelayanan publik, yaitu : TIK sebagai dijabat oleh dua orang, dan pemerintah
support, yang mendukung jalannya kota Depok pun tidak mungkin
organisasi dan otomatisasi dari back office mengeluarkan dua SK jabatan untuk satu
sebuah organisasi dan menjadikan jenis bidang pekerjaan.
pelengkap dari suatu pemerintahan. TIK Demikian pula jika diangkat dalam
sebagai enabler, penggerakan dan jabatan fungsional, legalnya atau payung
kekuatan utama dalam suatu organisasi. hukumnya sampai sekarang belum ada.
TIK sebagai driver, sebagai sarana untuk Tampaknya masih kesulitan dalam memberi
mengembangkan layanan, dimana dengan nama jabatan fungsional yang pas
kapabilitas TI yang dimiliki sebuah disandang bagi seorang CIO. Walaupun
organisasi/perusahaan dapat melakukan diakui ada kecenderungan bahwa jabatan
ekspansi layanan. TIK sebagai transformer, CIO lebih mengarah pada jabatan
berfungsi untuk menentukan arah aktivitas fungsional, karena das sein nya memiliki
organisasi (Supangkat, 2008 : 30). keprofesionalan, mandiri dan
Tapi walaupun demikian pemkot tanggungjawab dalam menuntaskan setiap
Depok tidak tinggal diam, terus berupaya pekerjaannya, serta dengan mengacu
dengan mencari dasar hukum serta data kepada semangat reformasi birokrasi yang
dan informasi pendukung lainnya agar CIO sudah mulai diterapkan di instansi-instansi
segera dapat ditempatkan atau pemerintah tertentu.
diberdayakan secara tersendiri, legal ada Dengan belum bisa ditempatkan atau
perda atau perwalnya. Memang untuk diberdayakan, baik dalam jabatan
jabatan CIO kalau dipaksakan masuk struktural maupun fungsional sampai
91
Pemberdayaan Chief Information Officer (CIO) Pada Pemerintahan Kota Depok
Nana Suryana
sekarang nasib CIO cukup memprihatinkan inilah yang harus dihindari, agar
dan sangat disayangkan, melihat format kepercayaan masyarakat kepada
kinerjanya belum bisa dimanfaatkan atau pemerintah kota Depok tidak berkurang,
diberdayakan. Akibatnya tidak salah jika malahan meningkat.
kontribusi CIO dalam penerapan e- Ada kelebihan dan kekurangan CIO
government belum optimal, apalagi dalam jika ditempatkan atau diberdayakan
mempercepat terwujudnya good gover- dalam jabatan struktural ataupun fungsi-
nance, termasuk Depok Cyber City masih onal. Tapi bukan penempatan yang jadi
merupakan angan-angan belaka. acuannya, melainkan keprofesionalan
Dengan belum bisa diberdayakannya dalam kinerja., karena yang menjadi
CIO, baik di jajaran eselonisasi maupun sasaran utama adalah optimalnya pelaya-
jabatan fungsional ini, dapat dikatakan nan publik bidang informasi yang berbasis
posisinya masih tidak menentu dan masih TIK, ada peningkatan dalam penerapan e-
menunggu adanya kepastian hukum. government dan langkah nyata menuju citra
Seakan mengikuti bimtek CIO, beasiswa good governance. Di sinilah perlunya keca-
CIO, u kurang bermanfaat. Ini jelas sangat kapan, kecepatan dan ketegasan
mengecewakan bagi para peserta bimtek pemerintah kota Depok dalam menempat-
CIO, tidak memahami bahwa untuk meraih kan atau memberdayakan CIO ini.
CIO sebagaimana diutarakan di atas
adalah tidak mudah, perlu waktu yang
cukup lama dan biaya yang tidak sedikit.
Namun, kehadiran seorang CIO PENUTUP
jangan menjadi beban, masuk kemana
struktural atau fungsional, tapi yang harus Simpulan
dipertimbangkan adalah peran dan fungsi Sampai saat ini Pemkot Depok secara
CIO sejalan dengan semangat reformasi de jure belum dapat memberdayakan CIO
birokrasi dimana yang menjadi acuannya secara tersendiri, belum bisa menempatkan
adalah keprofesionalan dalam kinerja, pada jabatan struktural (eselonisasi)
Sehingga dalam menangani informasi, bisa maupun fungsional (apapun namanya).
lebih kreatif dan dinamis, selain itu dapat Alasannya, karena belum ada payung
menghindari informasi sesat dan menye- hukumnya, atau peraturan walikotanya
satkan. Di sinilah CIO bisa tampil sendiri sebagai dasar pijakannya. Selain itu tidak
atau bersama-sama dengan pejabat dan mempertimbangkan keprofesionalan,
staf Diskominfo dalam menangani informasi kemandirian dan tanggungjawab CIO
ini. Mengingat sekarang ini informasi sudah dalam kinerja. Sangat disayangkan pemkot
menjadi kebtutuhan individu-individu dalam Depok melakukan pembiaran terhadap
masyarakat (kebutuhan kognitif). Kalau keberadaan CIO ini.
tidak dikelola dengan baik dan Tapi secara de facto peran dan fungsi
profesional, sekali saja ketertinggalan CIO sudah diberdayakan, terbukti ada
informasi, masyarakat merasa kesal dan kontribusinya dalam kinerja pemerintahan,
menyesal. Kondisi psikis masyarakat seperti
92
Prosiding No. 1 Tahun 2012
yaitu dalam penerapan e-government, ada Darono, Agung, (2011), Chief Infomation
peningkatan. Terlihat dari kualitas dan Officer Dalam Aktualisasi
kuantitas informasi dalam website Managemen Strategi, Jurnal Aplikasi
pemerintah Depok sebagai sarana Teknologi Informasi, Program
pelayanan publik yang berbasis TI Magister TI, Universitas Gajah Mada.
mengalami peningkatan. Dengan adanya
peran dan fungsi CIO tersebut Depok Hariwijaya, M, (2007), Metodologi dan
Cyber City besar kemungkinan akan Teknik Penulisan Skripsi, Tesis an
segera terwujud. Desertasi, Yogyakarta, Elmatera
Publishing.
93
Pemberdayaan Chief Information Officer (CIO) Pada Pemerintahan Kota Depok
Nana Suryana
Peran, Struktur dan Tupoksi Government CIO Penelitian Eksploratif, (2012), tersedia
Di Lingkungan Pemerintah Daerah, dalam http: //www.wikipedia.org,
(2012), tersedia dalam diunduh tanggal 15 September 2012
http://magisterteknologiinformasi.co
m, diunduh tanggal 13 September
2012
94
PROGRAM REALITY SHOW TELEVISI
DALAM PENDEKATAN TEORI INDENTIFIKASI SOSIAL DAN
TEORI EKONOMI POLITIK MEDIA
Haryati
Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Bandung (BPPKI Bandung)
Jl. Pajajaran No. 88 – Bandung - 40173, Fax. (022) 6021740
Email : haryati@kominfo.go.id
Abstrak
Reality show is one type of television program in which the engineering documentation of reality goes
without a screenplay by using players from the general audience. Reality shows that use the setting of
the daily life, emotional affinity with the public. This paper examines the phenomenon of reality
television programs with Social Identification Theory and approaches to The Theory of Political
Economy of the Media. According to the theory of Social Identification (Tajfel and Turner, 2000),
every person has a tendency to identify with a group. In the perspective of this theory, the viewers
identify themselves with people who played in reality show. At the same time, viewers also feel
themselves as part of a group that has traits in common with the character. While from the viewpoint of
the theory of political economy of the Media,through the reality show impressions television media
comodification to do various social events in society to get exchange rates could have served on the
audience. Furthermore, audiences will be commodities and satisfied many new
(audiencecommodification) to served on advertisers.
Keywords : reality show, the theory of social identification, the theory of political economy of the media
Abstrak
Reality show adalah salah satu jenis program acara televisi di mana pendokumentasian rekayasa
realitas berlangsung tanpa skenario dengan menggunakan pemain dari khalayak umum biasa.Reality
showyang menggunakan setting kehidupan keseharian, memiliki kedekatan emosional dengan publik.
Tulisan ini mengkaji fenomena program reality show di televisi dengan pendekatan Teori Identifikasi
Sosial dan Teori Ekonomi Politik Media.Menurut Teori Identifikasi Sosial (Tajfel dan Turner, 2000),
setiap orang memiliki kecenderungan untuk mengidentifikasi diri dengan suatu kelompok.Dalam
perspektif teori ini, pemirsa mengidentifikasikan dirinya dengan tokoh yang dimainkan dalam reality
show. Dalam waktu yang sama, pemirsa juga merasa dirinya sebagai bagian dari suatu kelompok yang
memiliki ciri-ciri yang sama dengan tokoh tersebut. Sementara dari sudut pandang Teori Ekonomi Politik
Media (political economy media theory), melalui tayangan reality show media televisi melakukan
komodifikasi terhadap beragam peristiwa sosial di masyarakat agar bisa memiliki nilai tukar yang bisa
disajikan pada penonton. Selanjutnya, penonton yang banyak dan puas akan menjadi komoditas baru
(komodifikasi audiens) untuk disajikan pada pengiklan.
Kata Kunci: reality show, teory identifikasi sosial,teori Ekonomi politik media
95
Program Reality Show Televisi Dalam Pendekatan Teori Identifikasi Sosial dan Teori Ekonomi Poliltik Media
Haryati
96
Prosiding No. 1 Tahun 2012
Tabel 1
Kelompok Televisi Nasional free-to-air
8 ANTV Visi Media Asia Visi Media Asia meluncurkan IPO secara resmi
pada November 2011
9 TVOne Visi Media Asia
Saat ini, Sindo TV—bagian dari Grup 74,1 milyar dollar Amerika. Di Amerika
MNC—mengendalikan 19 stasiuntelevisi ada lima pemain besar industry media
lokal dan Jawa Pos News Network massa, yaitu Time-Warner, Viacom, News
mengoperasikan 120 stasiun televisi lokal Corp., Bertelsmann Inc., dan Disney.
diseluruh Indonesia. Akuisisi semacam ini Perkembangan industri pertelevisian
dibenarkan sebagai persiapan untuk skema di Indonesia, tidak saja dapat dilihat dari
Siaran Berjaringan sebagaimana semakin bertambahnya secara kuantitas
dimandatkan oleh UU Penyiaran no. jumlah stasiun televisi saat ini, namun dari
32/2002 yang mempromosikan sisi program acara yang ditayangkan,
keberagaman konten, tetapi hal ini justru semakin variatif. Program-program acara
digunakan oleh para konglomeratmedia yang merupakan hasil kreativitas insan
untuk tujuan yang berlawanan. pertelevisian semakin beragam. Salah
Konsentrasi media ini juga terjadi di satunya adalah program reality show.
luar negeri, seperti misalnya Dow Jones Acara rekayasa realita atau dikenal
yang dibeli oleh Rupert Murdoch di mana juga sebagai Reality show adalah salah
Dow Jones merupakan induk dari satu jenis program acara televisi di mana
beberapa media di Amerika Serikat, atau pendokumentasian rekayasa realitas
contoh lainnya yaitu ketika News Corp dan berlangsung tanpa skenario dengan
Dow Jones bergabung yang menghasilkan menggunakan pemain dari khalayak umum
97
Program Reality Show Televisi Dalam Pendekatan Teori Identifikasi Sosial dan Teori Ekonomi Poliltik Media
Haryati
98
Prosiding No. 1 Tahun 2012
99
Program Reality Show Televisi Dalam Pendekatan Teori Identifikasi Sosial dan Teori Ekonomi Poliltik Media
Haryati
bisa dilihat bagaimana serial-serial poin penting dari proses produksi reality
tersebut, selalu menghilangkan atau show yang bermutu. Pematang ide juga
memblurkan wajah sipil lain yang tidak harus menyertai beserta persetujuan yang
sengaja tertangkap kamera. perlu diperjelas agar privasi mereka yang
Ketika kita amati beberapa reality tidak berkenan tidak terganggu. Bila
showsaat ini, kadang idenya spontan dan terwujud, tidak mungkin tidak, sebuah
muncul saat shooting di lapangan. Cukup reality show yang bagus bisa diproduksi
memprihatinkan jika mengetahui kenyataan dengan baik dan sesuai sasaran penonton
tersebut. Menilik kembali contoh-contoh yang diharapkan.
serial reality show di negara
pemrakarsanya Amerika Serikat, hal
seperti ini tidaklah mungkin terjadi. Dari Ragam Reality Show Di Indonesia
mulai yang terkonsep sederhana hingga Sejak kehadirannya yang mulai
yang penuh intrik, dikemas secara populer sekitar tahun 2000-an,reality show
terencana dengan baik. Rasanya, sudah di Indonesia sudah semakin beragam
waktunya para pembuat acara reality show jenisnya, mulai dari tema cinta seperti
lokal mematangkan kemasannya dengan penyelidikan pacar, pencarian orang
lebih mendetail lagi. hilang, orang kaya mencoba menjadi miskin
Acara reality show memiliki cabang dan sebaliknya, mengagetkan orang, dan
yang sangat beragam dari sekadar masih banyak lagi yang lain.
tontonan yang saat ini sedang Reality show dapat dikatakan
ditayangkan. Dating and Relationships sebagai tontonan hiburan dengan
menjadi salah satu jenis yang banyak menggunakan setting kehidupan keseharian
dibuat di sini. Demikian pula dengan talent yang memiliki kedekatan emosional dengan
show seperti misalnya Indonesian Idol yang publik. Aspek kedekatan emosional itulah
merupakan francise produk luar juga yang menjadi daya pikat. Kedekatan
produk lokal yang ternyata banyak disukai emosional bisa berupa permasalahan yang
seperti Indonesia Mencari Bakat atau KDI banyak dihadapi dalam kehidupan
dan sebagainya. keseharian--seperti soal asmara, atau hal-
Tren acara di layar kaca memang hal yang mengundang rasa penasaran
seperti sebuah siklus yang sulit untuk seperti cerita-cerita misteri. Umumnya
diprediksi. Di mana pun di seluruh dunia, pendekatan yang digunakan adalah
tren-tren seperti itu selalu ada. Popularitas pengungkapan secara apa adanya.
acara tertentu memang muncul seiring Lantaran lebih banyak mengandalkan
dengan permintaan pemirsa. Hanya, yang pada fakta--atau rekayasa suatu fakta,
perlu diperhatikan adalah bagaimana selebritis bukan sesuatu yang mutlak harus
para produsen dan tim kreatif tetap ditampilkan. Pada paket-paket seperti
konsisten untuk menjunjung tinggi idealisme Marry Me, Play Boy Kabel, atau Pilih-Pilih
yang ada, tanpa harus melepas sisi Mantu, nyaris tak pernah ditemukan
komersialismenya. selebritis atau public figure--tokoh yang
Sisi kreativitas juga harus tetap jadi selalu mewarnai tayangan-tayangan
100
Prosiding No. 1 Tahun 2012
101
TVRI Trans TV TV One RCTI Indosiar AN TV MNC TV Trans 7 Metro TV SCTV Global
TV
1. Asia Bagus 1. Popstar - 1. Indonesian 1. Akademi 1. Penghuni 1. Kontes 1. Dreamband 1. Tembang 1. Uya Emang
Terhemek Idol Fantasi Terakhir Dangdut TPI 2. Hypnoteria Kenangan Kuya
mehek 2. Katakan Cinta Indosiar 2. Seleb Dance (KDI Star) 3. Ups Salah 2. Jebakan
Insomnia 3. Idola Cilik 2. Indonesian 3. Srimulat Cari 2. Mendadak Sambung Betmen
2. Realigi 4. The Master Model Bakat Dangdut 4. World Record
3. Super Trap 5. Bedah Rumah 3. Miss Impian 4. Pengejar Rahasia 3. Soccer Star 5. Gara Gara
4. Big Brother 6. Masihkah Kau 4. Kontes 5. Ekspedisi Merah Indonesia Magic
(Indonesia) Mencintaiku Dangdut 6. Pildacil (ANTV 6. Cilapop
5. Indonesia 7. Katakan Cinta Indosiar (Dahulu di Lativi
Mencari 8. Minta Tolong 5. Take Me / (sekarang TvOne)
Bakat 9. Dibayar Lunas Him /
6. Suara 10. Uang Kaget Celebrity
Indonesia 11. Sirkus Pekta Out
7. Mister Indonesia 6, Mamamia 7.
Tukul 12. Fear Factor Stardut
Indonesia 8. Indonesia
13. Master Chef Got Talent
Indonesia 9. Voice of
14. The X Factor Indonesia
Indonesia
15. Rumah Gokil
16. Hebad Heboh
Bareng Limbad
Prosiding No. 1 Tahun 2012
103
Program Reality Show Televisi Dalam Pendekatan Teori Identifikasi Sosial dan Teori Ekonomi Poliltik Media
Haryati
104
Prosiding No. 1 Tahun 2012
105
Program Reality Show Televisi Dalam Pendekatan Teori Identifikasi Sosial dan Teori Ekonomi Poliltik Media
Haryati
106
Prosiding No. 1 Tahun 2012
107
Program Reality Show Televisi Dalam Pendekatan Teori Identifikasi Sosial dan Teori Ekonomi Poliltik Media
Haryati
108
Prosiding No. 1 Tahun 2012
rutin mereka. Pun kemasan program ini konteks tersebut, respons kognitif lebih
menyentuh perasaan penontonnya; berperan dibandingkan dengan respons
imajinasi mereka yang melihat akan emosional. Orang akan mengaitkan mereka
terpanggil untuk membayangkan sendiri ke dalam kategori-kategori sosial.
seandainya diri mereka yang berada di Proses-proses identifikasi dengan kategori-
sana, di dalam sebuah realitas-bentukan- kategori sosial ini, kemungkinan akan
yang-nyaris-nyata tersebut. Dari sini terlihat mempunyai konsekuensi-konsekuensi
bahwa pengaruh emosional program penting.
televisi ini sangat besar kepada para Ketika identitas sosial terbentuk,
pemirsanya. seseorang akan cenderung
”Kedekatan emosional” yang mengembangkan sikap yang disebut
ditawarkan oleh televisi dengan reality sebagai in-group favoritism. Artinya,
show dapat dianalisis melalui teori identitas menggandrungi kelompok sendiri. Bentuk-
sosial. Menurut teori yang dikemukakan bentuk in group favoritism antara lain
pertama kali oleh Tajfel dan Turner ini, tercermin dari tingkah laku memberi dan
setiap orang memiliki kecenderungan untuk menerima. In group favoritism mendorong
mengidentifikasi diri dengan suatu orang untuk memberikan dukungan yang
kelompok. Model identifikasi sosial lebih banyak dari kelompok. Dukungan
mendefinisikan kelompok sosial sebagai tersebut dapat berupa dukungan material
dua individu atau lebih yang berbagi maupun immaterial. Sementara, in group
identifikasi sosial yang sama atau favoritism juga mendorong orang untuk
memandang diri mereka sendiri sebagai memilih sebelum menerima. Biasanya hal ini
anggota kategori sosial yang sama (Turner, dikaitkan dengan penerimaan informasi. In
1982 dalam Severin dan Tankard, 2005: group favoritism mendorong untuk
228). Artinya, setiap orang merasa dirinya menyaring atau memilih informasi tertentu
sebagai bagian dari suatu kelompok sosial. saja yang positif tentang kelompok.
Identifikasi tersebut dibangun berdasarkan Artinya, informasi yang positif tentang
kesamaan atribut yang sering dijadikan kelompok cenderung lebih dipercayai.
patokan identitas sosial antara lain, jenis Selain itu, informasi yang relevan dengan
kelamin, ras, suku bangsa, usia, agama, kelompok juga lebih diperhatikan daripada
ideologi, partai politik, dan status sosial informasi yang tidak relevan.
ekonomi. Menurut pendapat Turner, para Dari sini, kita berangkat untuk
anggota kelompok tidak harus menjelaskan mengapa reality show disukai
berhubungan langsung, dan kelompok juga oleh pemirsa kita. Reality show yang
tidak membutuhkan struktur. Keanggotaan menokohkan ”orang biasa” terasa lebih
kelompok terutama dilihat sebagai proses dekat dengan pemirsa. Penampilan yang
kognitif, untuk menjawab pertanyaan tanpa make up, pakaian yang biasa saja
“siapakah saya?”. Seseorang akan dan rumah yang bersahaja serta jauh dari
mendapatkan rasa identitas sosial(social keglamoran gaya hidup selebritis
identity) dari kelompok yang dikagumi dan dianggap memiliki persamaan dengan
dihubungkan dengan dirinya. Dalam jutaan pemirsa. Kesan ”orang biasa”
109
Program Reality Show Televisi Dalam Pendekatan Teori Identifikasi Sosial dan Teori Ekonomi Poliltik Media
Haryati
110
Prosiding No. 1 Tahun 2012
Reality show
Identitas Sosial
Atribut /
Karakteristik Kelompok
GAMBAR 1
Proses Identifikasi Sosial Reality Show
111
Program Reality Show Televisi Dalam Pendekatan Teori Identifikasi Sosial dan Teori Ekonomi Poliltik Media
Haryati
pemilik media dari segi ekonomi politik Teori ekonomi-politik media (political
terhadap media massa dapat dengan economy media theory), menurut Vincent
menggunakan pandangan dari teori Moscow dalam bukunya The Political
ekonomi politik. Teori Ekonomi Politik Economy of Communication (1998),
merupakan sebuah teori yang berangkat pendekatan dengan teori ini pada intinya
dari pendekatan kritis yang muncul sebagai berpijak pada pengertian ekonomi politik
respon terhadap akselerasi kapitalisme. sebagai studi mengenai relasi sosial,
Ekonomi politik secara umum khususnya yang menyangkut relasi
digunakan untuk mendeskripsikan hubungan kekuasaan, baik dalam produksi, distribusi
antara sistem ekonomi, sistem politik dan dan konsumsi sumber daya (resourches).
sistem komunikasi dalam struktur Dalam ekonomi politik komunikasi, sumber
kapitalisme global. Teori ini fokus pada daya ini dapat berupa surat kabar,
hubungan antara struktur ekonomi, majalah, buku, kaset, film, internet dan
dinamika industri media, dan ideologi sebagainya (Mosco, 1998 : 25). Seperti
media (yang pada akhirnya tercermin teori Marxisme Klasik, teori ini
dalam isi media tersebut). Media (massa) menganggap bahwa kepemilikan media
tidak lebih dari satu bagian dalam sistem pada segelintir elit pengusaha telah
ekonomi yang juga sangat dekat pada menyebabkan patologi atau penyakit
sistem politik. Dalam tayangan itu bisa sosial. Dalam pemikiran ini, kandungan
diperhatikan bahwa media televisi media adalah komoditas yang dijual di
melakukan komodifikasi terhadap beragam pasar, dan informasi yang disebarluaskan
peristiwa sosial di masyarakat agar bisa dikendalikan oleh apa yang pasar akan
memiliki nilai tukar yang bisa disajikan tanggung. Sistem ini membawa implikasi
pada penonton. Selanjutnya, penonton mekanisme pasar yang tidak ambil risiko,
yang banyak dan puas akan menjadi suatu bentuk mekanisme pasar yang kejam
komoditas baru (komodifikasi audiens) karena membuat media tertentu
untuk disajikan pada pengiklan. Perbedaan mendominasi wacana publik dan lainnya
isi media antara satu dengan yang lainnya terpinggirkan. Beberapa realitas
bergantung pada kepemilikan dan modal kontemporer di dalam media menjadikan
yang dimiliki. kajian ekonomi-politik menjadi penting
Curran, Gurevitch, dan Woollacott (McQuail, 1993:83).
(1982) menganggap bahwa media Dalam perspektif teori ini, dalam
berfungsi untuk melegitimasi kekuasaan mempertahankan eksistensinya, sepak
dan menanamkan kesadaran palsu bagi terjang media seringkali terpaksa harus
khalayak. Media massa diyakini bukan menomorduakan aspek idealis demi
sekedar medium lalu lintas pesan antara mengedepankan unsur kepentingan pasar.
unsur-unsur sosial dalam suatu masyarakat, Tidak ada bedanya dengan fenomena
melainkan juga berfungsi sebagai alat televisi kita saat ini. Ketika tayangan
penundukan dan pemaksaan konsensus oleh program siaran sepakbola nasional
kelompok yang secara ekonomi dan politik digandrungi masyarakat, hampir semua
dominan. stasiun televisi menayangkan program
112
Prosiding No. 1 Tahun 2012
113
Program Reality Show Televisi Dalam Pendekatan Teori Identifikasi Sosial dan Teori Ekonomi Poliltik Media
Haryati
pusat lingkaran dari tiga irisan yang saling terikat dengan perspektif pasar. Ini
berhubungan, yaitu politik, ekonomi dan mendukung pandangan bahwa produk
teknologi. Picard menjelaskan bahwa media diperlakukan seperti komoditas
industri media tergolong unik karena media lainnya. Dalam pandangan ini, produk
bermain dalam dua pasar sekaligus. Hal ini media berupa program acara tak ubahnya
terjadi karena produk media termasuk merupakan komoditas yang
“barang” sekaligus “jasa”. Dalam pasar diperjualbelikan kepada khalayak
yang pertama, media menjual “barang” sekaligus pasar untuk menarik keuntungan
kepada khalayak berupa surat kabar, sebesar-besarnya.
program radio maupun televisi, majalah, Sebagai industri media, televisi
buku, film, dan lainnya. sedangkan pada merupakan entitas ekonomi yang memiliki
pasar kedua media menjual “jasa” kepada potensi profit besar bagi akumulasi modal
pengiklan untuk mempromosikan produk pemiliknya. Sebagai entitas politik, televisi
mereka kepada khalayak luas. Media merupakan arena strategis negosiasi
massa sendiri sangat bergantung pada berbagai kepentingan melalui penciptaan
pengiklan sebagai sumber utama pendapat umum. Sedangkan sebagai
pendapatan mereka. Kondisi hubungan entitas kultural, televisi berperan penting
seperti itu membuat membuat kedua pasar untuk ekspresi identitas dan konstruksi sosial
ini saling mempengaruhi dimana ketika tertentu (Sunarto.2009:8)
permintaan atau konsumsi suatu produk Melihat entitas di atas, tayangan
media meningkat maka simakin banyak reality show di televisi mengandung aspek
pula pengiklan yang ingin berpromosi di ekonomi, politik dan kultural. Dari segi
media tersebut dan media jadi ekonomi, tentunya berkaitan dengan
diuntungkan. akumulasi modal pemilik media
Dalam prespektif ekonomi dewasa ini bersangkutan untuk menghasilkan uang.
hubungan antara media dengan khalayak Kajian ekonomi politik komunikasi
tidak lagi bisa dipandang hanya satu arah, pada umumnya memberikan penekanan
dimana sebelumnya media berada pada untuk menggambarkan dan menelaah
posisi lebih dominan. McQuail berpendapat signifikansi bentuk-bentuk struktural yang
hubungan antara media dengan publik bertanggung jawab atas produksi,
harus dibentuk berdasarkan minat, distribusi, pertukaran komoditas komunikasi,
harapan, dan keinginan khalayak. regulasi pada struktur-struktur yang
Kemampuan mengamati hubungan tesebut biasanya oleh negara. Manakala
merupakan aspek keterampilan profesional membahas komodifikasi, kajian ekonomi
yang memanfaatkan “masukan” dari politik lebih banyak memusatkan perhatian
khalayak diantaranya melalui kontak pada konten, kemudian sedikit pada
pribadi pekerja media dengankhalayak, perhatian pada audiens media, dan sangat
surat dan telepon dari khalayak, dan data sedikit perhatian pada tenaga kerja dalam
bukti hasil penjualan (rating). industri komunikasi (Mosco, 1996 ;p.144
Ketergantungan pada iklan ini dalam www.octavadi.wordpress.com).
memperkuat nilai-nilai kelembagaan yang Smythe (1977) dalam Mosco
114
Prosiding No. 1 Tahun 2012
Reality Show
Teori
Ekonomi Politik Media
Komodifikasi konten
(Peristiwa Sosial)
Komodifikasi Audiens
GAMBAR 2
Proses Komodifikasi Reality Show
115
Program Reality Show Televisi Dalam Pendekatan Teori Identifikasi Sosial dan Teori Ekonomi Poliltik Media
Haryati
116
Prosiding No. 1 Tahun 2012
lebih berimbang sulit untuk didapatkan tentang mekanisme yang sesuai sebagai
karena telah terjadi pemilikan banyak berikut;
media oleh segelintir kelompok tertentu Pelaporan mengenai masalah
yang mana tentunya juga berakibat pada kehidupan pribadi dan hal-hal negatif
terjadinya homogenisasi informasi. dalam keluarga, misalnya konflik antar
Dengan menempatkan aspek anggota keluarga, perselingkuhan, dan
kepentingan pasar di atas tanggung jawab perceraian, disajikan dengan mengikuti
sosial media terhadap masyarakat, sama syarat-syarat berikut:
halnya dengan tidak mengindahkan (http://72legalogic.wordpress.com/2009/
prinsip-prinsip jurnalistik, sebagaimana 03/08/fenomena-reality-show-di-
tertuang dalam Peraturan Komisi Penyiaran indonesia-2/)
Indonesia (KPI) tentang Standar Program 1. tidak dilakukan dengan niat merusak
Siaran (SPS). Dalam pasal 3 peraturan reputasi obyek yang diberitakan;
tersebut menyebutkan bahwa, Lembaga 2. tidak dilakukan dengan cara yang justru
penyiaran dalam menyajikan informasi memperburuk keadaan, atau
program faktual wajib mengindahkan memperuncing konflik yang ada;
prinsip jurnalistik, yaitu akurat, adil, 3. tidak dilakukan dengan cara yang
berimbang, ketidakberpihakan, tidak mendorong berbagai pihak yang
beritikad buruk, tidak mencampuradukan terlibat dalam konflik mengungkapkan
opini pribadi, tidak menonjolkan unsur secara terperinci aib dan atau
kekerasan, tidak mempertentangkan suku, kerahasiaan masing-masing pihak yang
agama, ras dan antargolongan, tidak berkonflik;
membuat berita bohong, fitnah, sadis dan 4. tidak dilakukan dengan menyajikan
cabul. informasi tentang perilaku seks secara
Terlebih bila mencermati beberapa terperinci;
program reality show yang di dalamnya 5. harus memperhatikan dampak
mengangkat kisah kehidupan seseorang. terhadap keluarga, terutama anak-
Tidak sedikit kisah kehidupan seseorang, anak dan remaja, yang mungkin
yang sesungguhnya bersifat sangat privasi, ditimbulkan oleh pelaporan;
seperti halnya perselesihan dalam 6. harus berdasarkan fakta dan data;
keluarga, perselingkuhan, perceraian, atau 7. pembawa acara atau narator tidak
bahkan aib seseorang, menjadi tayangan menjadikan laporan konflik keluarga
konsumsi publik luas. Tentang hak privasi, sebagai bahan tertawaan dan/atau
pasal 50 menyebutkan, dalam bahan cercaan;
menyelenggarakan suatu program siaran 8. pembawa acara atau narator dilarang
baik itu bersifat langsung (live) atau mengambil kesimpulan secara tidak
rekaman (recorded), lembaga penyiaran proporsional, menghakimi, dan/atau
wajib menghormati hak privasi, sebagai mengambil sikap berpihak kepada
hak atas kehidupan pribadi dan ruang salah satu pihak yang berkonflik;
pribadi dari subjek dan objek berita. 9. pembawa acara atau narator tidak
Bahkan dalam pasal 51, diatur pula boleh menggiring opini khalayak ke
117
Program Reality Show Televisi Dalam Pendekatan Teori Identifikasi Sosial dan Teori Ekonomi Poliltik Media
Haryati
118
Prosiding No. 1 Tahun 2012
(http://www.dahlandahi.com/2012/01/ku http://diazbonny.blogspot.com/2011/12/r
e-dan-belanja-iklan-tahun-2012.html), eality-show-sebuah-kajian-
diakses 27 September 2012. budaya.html, diakses 20 September
2012
http://ekawenats.blogspot.com/2010/09/
119
Program Reality Show Televisi Dalam Pendekatan Teori Identifikasi Sosial dan Teori Ekonomi Poliltik Media
Haryati
120
TANGGAPAN MASYARAKAT PENERIMA FASILITAS
UNIVERSAL SERVICE OBLIGATION (USO)
PROGRAM DESA PUNYA INTERNET
Abstrak
This research was conducted to analyze the response of USO desa pinterprogram recipients in West
Java. The problem is, what are Universal Service Obligation (USO) desa punya internet (desa pinter)
program recipients response in West Java ? Sampling conducted by proportional sampling method, we
choose and distribute proportionately to six villages recipient of USOprogram in West Java. The
results showed respondents has less knowledge about USO program, have a good response from USO
program recipients, and the use of the internet is still lacking.
Abstraksi
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis tanggapan masyarakat penerima fasilitas USO program
desa pinter pada masyarakat di Jawa Barat. Permasalahan penelitian adalah sejauhmana tanggapan
masyarakat penerima fasilitas Universal Service Obligation (USO) program desa punya internet (desa
pinter) di Jawa Barat? Penentuan sampel dilakukan dengan proportional sampling, sampel yang
diambil adalah sebanyak 390 responden yang disebarkan secara proporsional ke enam desa penerima
fasilitas USO Program Desa Punya Internet (Pinter) di Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Pengetahuan responden mengenai fasilitas USO Program Desa Punya Internet (Desa Pinter) masih
kurang, penerimaan masyarakat terhadap internet desa yang merupakan fasilitas USO Program Desa
Punya Internet (Desa Pinter) cukup baik, pemanfaatan internet desa yang merupakan fasilitas USO
Program Desa Punya Internet (Desa Pinter) masih kurang.
121
Tanggapan Masyarakat Penerima Fasilitas USO Program Desa Punya Internet
C. Suprapti Dwi Takariani
122
Prosiding No. 1 Tahun 2012
123
Tanggapan Masyarakat Penerima Fasilitas USO Program Desa Punya Internet
C. Suprapti Dwi Takariani
124
Prosiding No. 1 Tahun 2012
125
Tanggapan Masyarakat Penerima Fasilitas USO Program Desa Punya Internet
C. Suprapti Dwi Takariani
3. Belum tersedia layanan internet umum komputer dan akses internet, sejumlah
dan/atau warung internet. kegiatan bisa dilakukan oleh masyarakat
yang tinggal di perdesaan. Diantaranya
menciptakan layanan informasi perdesaan
Desa Punya Internet yang memberikan informasi tentang kondisi
Program desa pinter merupakan dan potensi hasil pertanian, tersedianya
suatu program yang bertujuan untuk media interaksi antar warga dan
melayani dan memajukan masyarakat masyarakat di perkotaan, serta terciptanya
khususnya yang tinggal di perdesaan atau fasilitas pembelajaran dan pendidikan
di daerah terpencil di seluruh wilayah berbasis teknologi informasi dan
Indonesia yang selama ini belum atau komunikasi. Dengan adanya desa pinter
mendapatkan kesulitan untuk mengakses pula, kesenjangan informasi dan
internet. Desa pinter juga dimaksudkan pendidikan bisa teratasi karena dengan
untuk menghilangkan kesenjangan informasi adanya komputer yang dilengkapi akses
dan pendidikan karena adanya komputer internet, masyarakat dapat mengakses
yang dilengkapi dengan akses internet, informasi apapun termasuk dunia
masyarakat dapat mengakses informasi pendidikan dan pengetahuan lainnya.
apapun termasuk dunia pendidikan dan
pengetahuan lainnya. Pilot Project desa
pinter sebanyak 100 desa yang dilengkapi Tanggapan
dengan komputer beserta peripheralnya Program Universal Service Obligation
serta akses internet yang mempunyai (USO) program Desa Punya Internet (desa
kemampuan kecepatan transfer data pinter) yang diluncurkan oleh Kementerian
(throughput) minimal 56 Kbps dari CPE ke Kominfo merupakan media perubahan
perangkat operator.(Dirjen Aplikasi bagi masyarakat dan lingkungannya
Telematika, 2011) karena dengan program desa pinter
Secara total telah ditetapkan target diharapkan terjadi perubahan yang lebih
sebanyak 131 desa yang tersebar di 33 baik pada masyarakat penerima program
propinsi di seluruh Indonesia sebagai lokasi tersebut. Salah satu faktor untuk menilai
program desa pinter. Dari total 131 desa apakah sebuah program tersebut berhasil
yang ditargetkan, realisasi pencapaian atau tidak akan ditunjukkan oleh
program desa pinter baru mencapai 101 bagaimana tanggapan dari masyarakat
desa atau baru 77,1 % dari target yang yang menjadi target atau sasaran dari
ditetapkan. Propinsi yang paling banyak program tersebut.(repository.usu.ac.id)
menjadi lokasi desa pinter adalah Jawa Sementara itu Onong Uchjana
Tengah, Nangroe Aceh Darusalam (NAD), Effendy mengemukakan bahwa tanggapan
dan Sumatera dengan masing-masing adalah sikap atau perilaku seseorang
sebanyak 10,9 dan 7 desa.(Data Statistik dalam proses komunikasi ketika komunikan
Bidang Pos dan Telekomunikasi Semester II menerima pesan-pesan yang ditujukan
2010) kepadanya. (Effendy, 1989:30)
Dengan tersedianya perangkat Dari definisi tanggapan di atas
126
Prosiding No. 1 Tahun 2012
127
Tanggapan Masyarakat Penerima Fasilitas USO Program Desa Punya Internet
C. Suprapti Dwi Takariani
sistem sosial. Hal tersebut sejalan dengan atau perilaku penerima secara
pengertian difusi dari Rogers (1961), yaitu personal, maka saluran komunikasi
“as the process by which an innovation is yang paling tepat adalah saluran
communicated through certain channels over interpersonal.
time among the members of a social system.” 3. Jangka waktu; proses keputusan inovasi,
Lebih jauh dijelaskan bahwa difusi adalah dari mulai seseorang mengetahui
suatu bentuk komunikasi yang bersifat sampai memutuskan untuk menerima
khusus berkaitan dengan penyebaran atau menolaknya, dan pengukuhan
pesan-pesan yang berupa gagasan baru, terhadap keputusan itu sangat
atau dalam istilah Rogers (1961) difusi berkaitan dengan dimensi waktu. Paling
menyangkut “which is the spread of a new tidak dimensi waktu terlihat dalam (a)
idea from its source of invention or creation proses pengambilan keputusan inovasi,
to its ultimate users or adopters.” (b) keinovatifan seseorang: relatif lebih
Sesuai dengan pemikiran Rogers, awal atau lebih lambat dalam
dalam proses difusi inovasi terdapat 4 menerima inovasi, dan (c) kecepatan
(empat) elemen pokok, yaitu: pengadopsian inovasi dalam sistem
(http://wsmulyana.wordpress.com) sosial.
1. Inovasi; gagasan, tindakan, atau 4. Sistem sosial; kumpulan unit yang
barang yang dianggap baru oleh berbeda secara fungsional dan terikat
seseorang. Dalam hal ini, kebaruan dalam kerjasama untuk memecahkan
inovasi diukur secara subjektif menurut masalah dalam rangka mencapai
pandangan individu yang tujuan bersama.
menerimanya. Jika suatu ide dianggap
baru oleh seseorang maka ia adalah Lebih lanjut teori yang dikemukakan
inovasi untuk orang itu. Konsep ’baru’ Rogers (1995) memiliki relevansi dan
dalam ide yang inovatif tidak harus argumen yang cukup signifikan dalam
baru sama sekali. proses pengambilan keputusan inovasi.
2. Saluran komunikasi; ’alat’ untuk Teori tersebut antara lain menggambarkan
menyampaikan pesan-pesan inovasi tentang variabel yang berpengaruh
dari sumber kepada penerima. Dalam terhadap tingkat adopsi suatu inovasi serta
memilih saluran komunikasi, sumber tahapan dari proses pengambilan
tidak perlu memperhatikan (a) tujuan keputusan inovasi. Variabel yang
diadakannya komunikasi dan (b) berpengaruh terhadap tahapan difusi
karakteristik penerima. Jika komunikasi inovasi tersebut mencakup (1) atribut
dimaksudkan untuk memperkenalkan inovasi (perceived atrribute of innovasion),
suatu inovasi kepada khalayak yang (2) jenis keputusan inovasi (type of
banyak dan tersebar luas, maka innovation decisions), (3) saluran komunikasi
saluran komunikasi yang lebih tepat, (communication channels), (4) kondisi sistem
cepat dan efisien, adalah media sosial (nature of social system), dan (5)
massa. Tetapi jika komunikasi peran agen perubah (change agents).
dimaksudkan untuk mengubah sikap
128
Prosiding No. 1 Tahun 2012
Sementara itu tahapan dari proses ketika seorang individu atau unit
pengambilan keputusan inovasi mencakup : pengambil keputusan lainnya mencari
1. Tahap Munculnya Pengetahuan penguatan terhadap keputusan
(Knowledge) ketika seorang individu penerimaan atau penolakan inovasi
(atau unit pengambil keputusan lainnya) yang sudah dibuat sebelumnya.
diarahkan untuk memahami eksistensi
dan keuntungan/manfaat dan Kehadiran fasilitas USO khususnya
bagaimana suatu inovasi berfungsi program desa pinter merupakan sesuatu
2. Tahap Persuasi (Persuasion) ketika yang dianggap baru oleh masyarakat
seorang individu (atau unit pengambil penerima fasilitas tersebut, oleh karena itu
keputusan lainnya) membentuk sikap pemakaian teori difusi inovasi bisa
baik atau tidak baik diterapkan dalam penelitian ini. Fasilitas
3. Tahap Keputusan (Decisions) muncul USO program desa pinter yang diberikan
ketika seorang individu atau unit untuk masyarakat perdesaan ini berupa
pengambil keputusan lainnya terlibat sarana telekomunikasi seperti telepon desa
dalam aktivitas yang mengarah pada yang bisa dipakai oleh masyarakat
pemilihan adopsi atau penolakan berkomunikasi, menerima dan berkirim
sebuah inovasi. SMS, seperangkat Personal Computer (PC)
4. Tahapan Implementasi (Implementation), dengan jaringan internet.
ketika sorang individu atau unit Dari uraian tersebut di atas maka
pengambil keputusan lainnya peneliti akan menggambarkan kerangka
menetapkan penggunaan suatu inovasi. pemikiran seperti terlihat pada gambar
5. Tahapan Konfirmasi (Confirmation), berikut :
Fasilitas USO
Program Desa Pinter
Tanggapan Masyarakat
Gambar 1
Kerangka Pemikiran
129
Tanggapan Masyarakat Penerima Fasilitas USO Program Desa Punya Internet
C. Suprapti Dwi Takariani
Tabel 1
Populasi dan sampel penelitian
130
Prosiding No. 1 Tahun 2012
Tabel 2
Umur Responden
No Uraian F %
1. 15 - 20 tahun 89 22,8
2. 21 - 26 tahun 78 20,0
3. 27 - 32 tahun 53 13,6
4. 33 - 38 tahun 56 14,4
5. 39 - 44 tahun 45 11,5
6. 45 - 49 tahun 34 8,7
7. 50 - 55 tahun 35 9,0
Jumlah 390 100
131
Tanggapan Masyarakat Penerima Fasilitas USO Program Desa Punya Internet
C. Suprapti Dwi Takariani
Tabel 3
Pekerjaan Responden
No Uraian F %
1. Pelajar SMP 41 10,5
2. Pelajar SMA/SMK 33 8,5
3. Mahasiswa D1,D2,D3,S1 8 2,1
4. Petani 105 26,9
5. Nelayan 5 1,3
6. Guru 14 3,6
7. Pedagang 20 5,1
8. PNS 12 3,1
9. Buruh 36 9,2
10. Wirausaha 30 7,7
11. Pensiunan 1 0,3
12. Tenaga honorer 4 1,0
13. Belum bekerja 17 4,4
14. Ibu rumah tangga 58 14,9
15. Karyawan 6 1,5
Jumlah 390 100
Tabel 4
Alat Komunikasi yang dimiliki Responden
No Uraian F %
1. Telefon kabel 16 4,1
2. Telefon selular/HP (handphone) 369 94,6
3. HT (Handy Talky) 5 1,3
Jumlah 390 100
132
Prosiding No. 1 Tahun 2012
yang mudah dipelajari membuat alat ini pesat membuat masyarakat yang tinggal
disukai masyarakat. di wilayah perdesaanpun saat ini telah
Berbeda dengan tepefon kabel, mengenal internet. Biasanya responden
karena jaringannya yang memerlukan mengakses internet melalui handphone
kabel dan instalasi, sehingga alat ini hanya (HP).Ada bermacam-macam media yang
bisa berada di satu tempat (misalnya di bisa digunakan oleh masyarakat untuk
rumah atau di kantor atau tempat umum mengakses internet, seperti telepon selular/
lainnya). Jadi tidak mengherankan jika alat HP, komputer, dan laptop. Harga telepon
komunikasi tersebut hanya sedikit yang selular / HP yang relatif terjangkau dan
memilikinya.Demikian juga dengan handy mudah di bawa kemana-mana membuat
talky (HT).Alat tersebut digunakan untuk alat komunikasi tersebut banyak dimiliki
komunikasi jarak dekat tanpa dikenakan oleh responden, bahkan sebelum desa
pulsa alias gratis, alat ini diatur mereka mendapatkan fasilitas USO
menggunakan gelombang analog atau Program Desa Punya Internet (Desa Pinter)
gelombang yang biasa digunakan untuk dari Kementerian Kominfo mereka sudah
radio. menggunakan internet melalui HP. Berikut
Perkembangan internet yang begitu rincian datanya
Tabel 5
Media yang Responden Gunakan untuk Mengakses Internet
No Uraian F %
1. Telepon selular/HP (handphone) 201 88,6
2. Komputer 20 8,8
3. Laptop 6 2,6
Jumlah 227 100
133
Tanggapan Masyarakat Penerima Fasilitas USO Program Desa Punya Internet
C. Suprapti Dwi Takariani
134
Prosiding No. 1 Tahun 2012
Internet (Desa Pinter)? Hasil penelitian Punya Internet (Desa Pinter). Sosialisasi
menunjukkan bahwa masih banyak hanya dilakukan oleh pengelola internet
masyarakat (bahkan aparat desa) yang desa (yang berdasarkan hasil penelitian
ternyata belum mengetahui apa itu fasilitas mereka adalah kepala desa atau
USO desa punya internet. Bahkan sekretaris desa) kepada aparat di
merekapun masih banyak yang belum bawahnya seperti Kepala Dusun, Kuwu,
mengetahui jika di desa mereka pada saat rapat minggon di kantor desa
mendapatkan fasilitas USO Program Desa dengan tujuan agar mereka menyampaikan
Punya Internet (Desa Pinter). Dari 390 kembali ke seluruh masyarakat di
responden yang baru mengetahui sekitarnya.
mengenai arti fasilitas USO Program Desa Belum tersosialisasikannya program
Punya Internet (Desa Pinter) hanya 8 orang tersebut ke seluruh masyarakat penerima
(2,1%), sementara responden lainnya bantuan, sebenarnya bukan semata-mata
belum mengetahui apa itu fasilitas USO kesalahan dari pihak aparat desa, karena
Program Desa Punya Internet (Desa Pinter). sejak awal pemberi bantuan tersebut juga
Wajar saja jika responden belum kurang mempersiapkan sumber daya
mengetahui arti fasilitas USO karena belum manusianya untuk memberikan sosialisasi
pernah ada sosialisasi atau pembinaandari minimal pada aparat di desa, jadi ketika
pihak yang berkompeten mengenai hal program digulirkan dan infrastruktur
tersebut.Responden hanya tahu bahwa diserahkan ke desa banyak yang belum
desa mereka mendapat bantuan mengetahuinya.
seperangkat komputer dengan jaringan Dari hasil wawancara dengan tokoh
internet. masyarakat dan pengelola Program Desa
Program Desa Punya Internet (Desa Punya Internet (Desa Pinter) di lokasi
Pinter) yang sejatinya diperuntukkan bagi penelitian yakni kabupaten Cianjur,
masyarakat perdesaan yang jauh dari kabupaten Garut, kabupaten Tasikmalaya,
akses internet juga belum banyak diketahui Kabupaten Ciamis, kabupaten Purwakarta,
keberadaannya oleh masyarakat yang kabupaten Sukabumi bahwa program
menerima bantuan program tersebut. Dari tersebut sudah disosialisasikan ke
390 responden baru 180 responden masyarakat. Sosialisasinya dalam bentuk
(46,2%) saja yang mengetahui kalau di pemberian informasi kepada para kuwu
desa mereka mendapat Program Desa atau kepala dusun atau ketua RT, pada
Punya Internet (Desa Pinter). Selebihnya saat rapat minggon yang diadakan di aula
210 responden (53,8%) belum kantor desa masing-masing. Seperti yang
mengetahuinya. diungkapkan oleh Gunawan Yudo Harto
Ada beberapa hal yang Ketua BPD Desa Cikawungading
menyebabkan responden belum atau tidak Kecamatan Cipatujah Kabupaten
mengetahui jika desanya menerima fasilitas Tasikmalaya salah satu desa penerima
tersebut, seperti kurang gencarnya fasilitas USO program desa pinter.
sosialisasi mengenai keberadaan internet “Tidak ada kegiatan sosialisasi khusus
desa yang merupakan Program Desa yang dilaksanakan, mengingat tidak
135
Tanggapan Masyarakat Penerima Fasilitas USO Program Desa Punya Internet
C. Suprapti Dwi Takariani
136
Prosiding No. 1 Tahun 2012
Tabel 6
Alasan Responden Belum Mengetahui Fasilitas USO Program Desa Pinter
No Uraian F %
1. Belum ada sosialisasi 163 77,6
2. Pada saat ada sosialisasi tidak berada di tempat 16 7,6
3. Tempat tinggal jauh sehingga tidak mengetahui kalau ada program 31 14,8
desa pinter
Dari hasil penelitian dapat diketahui lalu atau tepatnya pada tahun 2008 di
bahwa ada ketidaksinkronan antara enam desa Provinsi Jawa Barat ternyata
jawaban responden dengan apa yang memang belum banyak diketahui oleh
dikemukakan oleh tokoh masyarakat dan masyarakat penerima fasilitas tersebut.
pengelola internet yang merupakan Pesan berantai yang disampaikan oleh
program dari Kementerian Kominfo yakni Kepala Desa kepada masyarakatnya
Program Desa Punya Internet, di satu sisi melalui aparat desa ternyata belum
telah dilakukan sosialisasi melalui RT, Kuwu, mampu menyampaikan informasi mengenai
Kepala Dusun. Namun di sisi lain ternyata keberadaan internet desa secara
masih banyak responden yang belum menyeluruh ke masyarakat.
mengetahui adanya sosialisasi mengenai Hal tersebut berpengaruh terhadap
fasilitas USO Program Desa Punya Internet kunjungan masyarakat ke lokasi internet
(Desa Pinter). desa yang berada di kantor desa dan
Fasilitas USO Program Desa Punya pengelolaannya dipegang oleh aparat
Internet (Desa Pinter) (Selanjutnya dalam desa. Data mengenai kunjungan responden
penelitian ini akan disebut dengan istilah ke lokasi internet desa terlihat pada tabel
internet desa) yang digulirkan oleh 7 berikut ini :
Kementerian Kominfo beberapa tahun yang
Tabel 7
Kunjungan Responden ke Lokasi Internet Desa
No Uraian F %
1. Sering sekali 0 0
2. Sering 0 0
3. Kadang-kadang 180 46,2
4. Tidak pernah 210 53,8
Jumlah : 390 100
137
Tanggapan Masyarakat Penerima Fasilitas USO Program Desa Punya Internet
C. Suprapti Dwi Takariani
138
Prosiding No. 1 Tahun 2012
Tabel 8
Perasaan Senang Responden terhadap Fasilitas USO Program Desa Pinter
No Uraian F %
1. Sangat senang 239 61,3
2. Senang 138 35,4
3. Kurang senang 6 1,5
4. Tidak senang 7 1,8
Jumlah : 390 100
Internet secara umum, bagi sebagian oleh masyarakat. Bagi masyarakat yang
masyarakat di lokasi penelitian sudah baru mengenal internet mereka berharap
banyak dikenal hanya saja untuk bisa belajar mengoperasikan dan
menggunakannya masih terkendala oleh memanfaatkan internet desa, namun bagi
sarana dan prasarana yang belum masyarakat yang sudah terbiasa
dimilikinya.Sebagian masyarakat yang menggunakan internet melalui HP atau di
telah memiliki alat komunikasi seperti HP warnet-warnet, mereka bisa memanfaatkan
memang sudah tidak asing lagi dengan keberadaan internet desa.Namun demikian
internet, karena alat komunikasi tersebut masih ada beberapa responden yang
telah menyediakan menu untuk mengakses kurang senang dan tidak senang dengan
berbagai informasi melalui internet.Oleh kehadiran internet di desa mereka. Adapun
karena itu keberadaan internet desa yang alasan mereka yang kurang dan tidak
diluncurkan oleh pemerintah dalam hal ini senang dengan keberadaan internet desa
Kementerian Kominfo disambut gembira seperti tertera pada tabel 9 berikut :
139
Tanggapan Masyarakat Penerima Fasilitas USO Program Desa Punya Internet
C. Suprapti Dwi Takariani
Tabel 9
Alasan Responden Kurang Senang terhadap Internet Desa
No Uraian F %
1. Tidak ada penyuluhan bagaimana menggunakan internet - -
2. Perangkat komputernya terbatas jumlahnya 3 23,1
3. Penempatan perangkat komputer kurang strategis 1 7,7
4. Internet kurang bermanfaat 9 69,2
Jumlah : 13 100
Tabel 10
Alasan Responden Senang terhadap Internet Desa
No Uraian F %
1. Mempermudah masyarakat mendapatkan informasi 162 43
2. Menambah pengetahuan masyarakat 189 50,2
3. Membantu memperkenalkan usaha yang ada di desa 6 1,6
4. Menghemat waktu dan biaya 10 2,6
5. Mempermudah interaksi dengan orang lain 10 2,6
Jumlah : 377 100
140
Prosiding No. 1 Tahun 2012
Internet merupakan jaringan longgar ditawarkan oleh internet maka tidak salah
dari ribuan jaringan komputer yang jika responden merasa senang dengan
menjangkau jutaan orang di seluruh dunia. kehadiran internet di desa mereka. Hanya
Dewasa ini internet telah tumbuh menjadi saja masih banyak kendala-yang dihadapi
sedemikian besar dan berdayanya sebagai dengan keberadaan internet desa. Seperti
alat informasi dan komunikasi yang tidak sumber daya manusia yang mengelola
dapat diabaikan. (LaQuey, 1997:1) internet desa masih terbatas, karena
Secara umum ada banyak manfaat infrastruktur tersebut memerlukan
yang dapat diperoleh apabila seseorang perawatan secara berkala agar tetap bisa
mengakses ke internet. Diantaranya digunakan. Minimnya biaya perawatan
memudahkan seseorang untuk mencari untuk perangkat komputer setelah
informasi untuk kehidupan pribadinya, komputer tersebut diserahkan pada pihak
kesehatan, rekreasi, hobi, pengembangan desa. Tidak ada petunjuk teknis jaringan
pribadi ruhani, sosial. Memudahkan yang diberikan, sehingga ketika perangkat
seseorang untuk berkomunikasi melalui komputer dan jaringan internet mengalami
fasilitas chat yang memungkinkan permasalahan tidak ada sumber daya
berinteraksi dengan orang lain di belahan manusia yang bisa memperbaikinya. Tidak
dunia manapun tanpa batas baik batas adanya pendampingan atau pelatihan
negara, ras, kelas ekonomi, ideologi, atau minimal untuk para pengelolanya.
faktor lain yang biasanya dapat meng- Meskipun banyak kendala yang
hambat pertukaran pikiran. Internet adalah menyertai kesuksesan program tersebut
suatu komunitas dunia yang sifatnya sangat namun tetap ada respon atau tanggapan
demokratis serta memiliki kode etik yang positif dari responden terhadap internet
dihormati segenap anggotanya. Manfaat desa, selain perasaan senang, ternyata
internet terutama diperoleh melalui penerimaan responden terhadap fasilitas
kerjasama antarpribadi atau kelompok tersebut juga cukup tinggi. Hal ini
tanpa mengenal batas jarak dan waktu. menunjukkan adanya tanggapan yang
Begitu banyak manfaat yang positif dari responden.
Tabel 11
Penerimaan Responden terhadap Internet Desa
No Uraian F %
1. Akan menggunakan fasilitas desa punya internet karena sangat 9 2,4
membantu dalam melakukan aktivitas sehari-hari
2. Akan menggunakan fasilitas desa punya internet karena ternyata 13 3,4
membantu mempercepat pekerjaan
3. Akan menggunakan fasilitas desa punya internet karena 289 76,7
menambah pengetahuan
4. Akan menggunakan fasilitas desa punya internet karena internet 66 17,5
dapat dijadikan sebagai alat komunikasi
Jumlah : 377 100
141
Tanggapan Masyarakat Penerima Fasilitas USO Program Desa Punya Internet
C. Suprapti Dwi Takariani
Dari 390 responden yang terpilih maka mereka tidak perlu jauh-jauh
dalam penelitian ini, ternyata hanya 377 lagi mencari tempat untuk mengakses
responden yang memberikan tanggapan internet. Namun banyak kendala yang
yang positif terhadap internet desa yang dihadapi berkaitan dengan internet
merupakan fasilitas USO Program Desa desa dan para pengelolanya sampai
Punya Internet (Desa Pinter). Tanggapan saat ini belum bisa mengatasi
positif tersebut diwujudkan dalam bentuk permasalahan tersebut”.
penerimaan responden terhadap internet
desa, rinciannya seperti tertera pada tabel Dari hasil wawancara di atas dapat
11 di atas. diketahui bahwa antusias masyarakat yang
Tanggapan yang positif dari bagian cenderung cukup besar dalam menerima
afektif ini juga dikuatkan dengan kehadiran internet desa, perlu diimbangi
beberapa tokoh masyarakat dan dengan keseriusan dari pemerintah untuk
pengelola internet desa yakni dengan meraih tujuan awal dari fasilitas USO
antusiasnya masyarakat terhadap fasilitas khususnya Program Desa Punya Internet
yang diberikan di desa mereka, namun (Desa Pinter) yakni agar masyarakat di
karena beberapa kendala yang dihadapi seluruh Indonesia bisa mengakses informasi
seperti infrastruktur yang kurang berfungsi melalui internet.
dengan baik, membuat antusias Pada bagian afektifitas juga ditandai
masyarakat meluntur. Seperti dikatakan dengan bagaimana penilaian masyarakat
oleh Sekretaris Desa Darmacaang terhadap sesuatu. Dalam penelitian ini
Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis bagaimana penilaian responden terhadap
bapak Cukup Widodo : internet desa yang merupakan fasilitas
“Memang masyarakat Desa USO Program Desa Punya Internet (Desa
Darmacaang tidak semuanya antusias Pinter). Penilaian responden meliputi kondisi
menyambut fasilitas USO program infrastruktur fasilitas USO Program Desa
desa pinter/internet desa tersebut, Punya Internet (Desa Pinter), lokasi internet
namun saat ini masyarakat yang sudah desa, jumlah perangkat kerasnya.
mengetahui internet sangat antusias Data mengenai penilaian responden
terhadap fasilitas tersebut, meskipun mengenai kondisi infrastruktur fasilitas USO
diantara mereka belum semuanya Program Desa Punya Internet (Desa Pinter)
mengetahui cara mengoperasikannya. tercantum pada tabel 12.
Dengan masuknya internet di desa ini
142
Prosiding No. 1 Tahun 2012
Tabel 12
Penilaian Responden Mengenai Kondisi Infrastruktur Fasilitas USO Program Desa Pinter
No Uraian F
1. Personal Computer (PC) bisa digunakan 39
2. Personal Computer (PC) tidak bisa digunakan 301
3. Internet bisa digunakan tapi hanya sebentar 8
4. Internet tidak bisa digunakan 372
5. Printer bisa digunakan 2
6. Printer tidak bisa digunakan 310
7. Tidak tahu 138
143
Tanggapan Masyarakat Penerima Fasilitas USO Program Desa Punya Internet
C. Suprapti Dwi Takariani
Tabel 13
Penilaian Responden Mengenai Lokasi Desa Pinter
No Uraian F %
1. Cukup strategis dan mudah dijangkau 189 48,5
2. Kurang strategis 191 48,9
3. Tidak strategis 10 2,6
Jumlah 390 100
Tabel 14
Penilaian Responden mengenai Jumlah Perangkat Komputer Fasilitas USO Program Desa Pinter
No Uraian F %
1. Sudah cukup, karena yg menggunakan sedikit 38 9,7
2. Kurang memadai, perangkat komputer ditambah 58 14,9
3. Sama sekali tidak memadai 97 24,9
4. Tidak tahu 197 50,5
Jumlah 390 100
144
Prosiding No. 1 Tahun 2012
yang mendapat fasilitas tersebut antusias atas bahwa konasi yaitu respon yang
terhadap adanya fasilitas tersebut maka berhubungan dengan perilaku nyata yang
mereka akan menilai bahwa perangkat meliputi tindakan dan perbuatan. Selain itu,
komputer yang diberikan kurang memadai David Aaker, menjelaskan bahwa aspek
karena tidak sesuai dengan keinginan dari respon yang sangat real adalah
masyarakat yang akan memanfaatkan perilaku.Dan yang paling menentukan
komputer dengan jaringan internetnya. tingkah laku adalah adanya pengetahuan
Namun bagi desa yang masyarakatnya dan sikap yang sebelumnya telah dimiliki
kurang antusias (disebabkan berbagai hal) oleh individu ketika dirinya menghadapi
maka mereka akan menilai bahwa objek respon.
perangkat komputer yang merupakan Dalam penelitian ini perilaku
fasilitas USO tersebut sudah cukup diperlihatkan dengan bagaimana
memadai toh masyarakat yang ingin responden memanfaatkan internet desa
menggunakan hanya sedikit, jadi jumlah yang merupakan fasilitas USO Program
perangkat tersebut tentunya sudah cukup Desa Punya Internet (Desa Pinter) tersebut.
memadai.
Tabel 15
Pemanfaatan Internet Desa Oleh Responden
No Uraian F %
1. Memanfaatkan 10 2,6
2. Kadang-kadang saja, jika hanya membutuhkan 42 10,8
3. Tidak Memanfaatkan 338 86,6
Jumlah : 390 100
145
Tanggapan Masyarakat Penerima Fasilitas USO Program Desa Punya Internet
C. Suprapti Dwi Takariani
Memang ada satu dua desa yang jaringan yang tidak bisa dimanfaatkan oleh
internetnya berfungsi, namun itu juga hanya masyarakat.
bertahan beberapa bulan saja bahkan Beberapa responden yang sempat
perangkat komputernya akhirnya juga menggunakan atau memanfaatkan internet
rusak.Pemerintah tampaknya belum desa, sebelum akhirnya perangkat rusak
mengantisipasi kendala-kendala yang atau tidak bisa digunakan dan internetnya
mungkin terjadi berkaitan dengan masalah tidak berfungsi, memberikan beberapa
teknis tersebut. Pada akhirnya perangkat alasan, datanya seperti tertera pada tabel
komputer tersebut hanya sebatas hiasan 16.
Tabel 16
Alasan Responden Memanfaatkan dan kadang-kadang memanfaatkan Internet Desa
No Uraian F %
1. Lokasi warnet jauh dari tempat tinggal 12 23,1
2. Tidak mempunyai alat untuk mengakses internet di 5 9,6
rumah
3. Biaya akses internet fasilitas desa pinter murah 26 50
4. Ada yang membimbing di lokasi fasilitas desa pinter 3 5,8
5. Lokasinya dekat dengan rumah 6 11,5
Jumlah : 52 100
146
Prosiding No. 1 Tahun 2012
Tabel 17
Alasan Responden Tidak Memanfaatkan Internet Desa
No Uraian F
1. Belum bisa menggunakan internet 47
2. Internet desa pinter mati/tidak bisa digunakan 233
3. Perangkat komputer terbatas jumlahnya 4
4. Tidak ada pendamping ketika menggunakan internet 5
5. Biasa mengakses internet melalui HP 14
6. Tidak tahu ada fasilitas desa pinter 210
147
Tanggapan Masyarakat Penerima Fasilitas USO Program Desa Punya Internet
C. Suprapti Dwi Takariani
148
Prosiding No. 1 Tahun 2012
149
Tanggapan Masyarakat Penerima Fasilitas USO Program Desa Punya Internet
C. Suprapti Dwi Takariani
150
Prosiding No. 1 Tahun 2012
Majalah :
Satriya, Eddy. (2004). USO Telekomunikasi. Surat kabar :
Majalah Bisnis Komputer No.03 Edisi Fenomena, Kekerabatan Baru Itu Facebook,
Maret 2004 hal. 7 SKH Kompas, Minggu, 15 Maret
2009, hal. 18.
151
Tanggapan Masyarakat Penerima Fasilitas USO Program Desa Punya Internet
C. Suprapti Dwi Takariani
152
ANALISA KESADARAN UPAYA PENERAPAN KOMPUTASI HIJAU
DI LINGKUNGAN KERJA PERGURUAN TINGGI
(Studi Kasus di 6 Perguruan Tinggi di Jawa Barat)
Abstrak
Purpose of this qualitative research is to identify how some universities in West Java make some
approaches to adopt the green computing effort within their environment. The research carried out by
using focus group discussion approach with universities responsible persons or managers of information
and communication technology (ICT) infrastructure. Brief observation was also done to see the current
and real implementation about green computing. There are several factors which affect and become
consideration for the implementation of green computing in every universities such as the influence of
decision makers about ICT infrastructure, current regulation, university service performance, and also
the need of education. From this research, it is expected to be an input for Ministry of Communication
and Information Technology to provide appropriate action to promote eco friendly computing effort
especially in universities.
Keywords : green computing effort, ICT infrastructure, ICT service performance, awareness, efficiency,
university.
Abstrak
Tujuan dari penelitian kualitatif ini untuk mengkaji bagaimana beberapa perguruan tinggi di Jawa
Barat mengadopsi upaya komputasi hijau di lingkungannya. Penelitian dilaksanakan dengan
pendekatan penggalian informasi melalui diskusi kelompok terarah dengan para penanggung jawab /
pengelola infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Observasi singkat di lingkungan
kerja juga dilakukan untuk melihat bagaimana penerapan riil dari komputasi hijau yang sedang
dilaksanakan. Diketahui terdapat beberapa faktor yang berpengaruh dan menjadi pertimbangan pada
pelaksanaan upaya komputasi hijau di setiap perguruan tinggi seperti besarnya pengaruh para
pengambil keputusan tentang infrastruktur TIK, kebijakan yang ada, performansi layanan, dan juga
kebutuhan akan edukasi. Dari penelitian ini, diharapkan menjadi input bagi Kementerian Komunikasi
dan Informatika agar memberikan langkah yang tepat untuk mensosialisasikan upaya komputasi yang
ramah lingkungan khususnya di lingkungan perguruan tinggi .
Kata Kunci: upaya komputasi hijau, infrastruktur TIK, kinerja layanan TIK, kesadaran, efisiensi, universitas.
153
Analisa Kesadaran Upaya Komputasi Hijau di Lingkungan Kerja Perguruan Tinggi
Badar Agung Nugroho
154
Prosiding No. 1 Tahun 2012
155
Analisa Kesadaran Upaya Komputasi Hijau di Lingkungan Kerja Perguruan Tinggi
Badar Agung Nugroho
156
Prosiding No. 1 Tahun 2012
Gambar 1
Ilustrasi instrumen diskusi kelompok terarah
157
Analisa Kesadaran Upaya Komputasi Hijau di Lingkungan Kerja Perguruan Tinggi
Badar Agung Nugroho
158
Prosiding No. 1 Tahun 2012
pengelolaan TIK pada objek penelitian ini green house gas (GHG). Sebagai respon
kebanyakan terpusat pada satu unit dari kesadaran ini, organisasi
pelaksana teknis (UPT) / pengelola akan menggunakan rumus ini: Pengurangan
tetapi pada implementasinya tidak konsumsi energi = pengurangan emisi GHG
semudah yang dibayangkan. Pelaksanaan = pengurangan biaya operasional untuk
pengelolaan pada banyak fakultas tidak pusat data dan bisnis.
jarang ditemui “special request” dari orang Dari observasi yang dilakukan
yang cukup berpengaruh pada fakultas terdapat bermacam-macam upaya yang
tersebut terkait infrastruktur TIK. Sehingga dilakukan perguruan tinggi sebagai upaya
dapat dikatakan walaupun kebijakan ada, penerapan komputasi hijau. Penggunaan
akan tetapi pada implementasinya monitor dengan konsumsi daya rendah
kebijakan tersebut masih berjalan dengan teknologi LCD dan LED menjadi
bertahap di lingkungan perguruan tinggi. upaya efisiensi daya yang dilakukan oleh
Habit di lingkungan perguruan tinggi kebanyakan perguruan tinggi. Untuk saat
dirasakan bukan menjadi faktor yang ini, penggunaan monitor dengan daya
menjadi kendala dalam penerapan yang rendah sudah sangat umum ditemui.
komputasi hijau. Dengan adanya Perlahan tapi pasti, keseluruhan perguruan
kesadaran baik dari para pegawai tinggi akan beralih pada jenis monitor ini
maupun mahasiswa untuk berupaya efisien yang menggantikan monitor tabung (CRT).
dan efektif dalam bekerja. Bisa dikatakan
bahwa habit dari para pengguna TIK di
lingkungan perguruan tinggi sudah menjadi
hal yang umum dilakukan dalam
kesehariannya. Bahkan, para pengelola TIK
di lingkungan perguruan tinggi merasakan
adanya relasi dari lingkungan edukasi
dengan tingkat kesadaran pengguna TIK,
dimana baiknya edukasi / wawasan juga
meningkatkan tingkat kesadaran pengguna
dalam bertindak yang lebih bijak.
B. Efisiensi Daya
Efisiensi daya adalah bentuk upaya
komputasi hijau yang diterapkan pada
sebagian besar perguruan tinggi. Efisiensi
daya seperti yang diungkapkan oleh Lewis
Curtis dalam artikelnya menyebutkan
bahwa organisasi menyadari bahwa
konsumsi energi secara signifikan
berkontribusi terhadap pembentukan emisi
159
Analisa Kesadaran Upaya Komputasi Hijau di Lingkungan Kerja Perguruan Tinggi
Badar Agung Nugroho
Gambar 2
Beralihnya ke monitor berdaya rendah
Gambar 3
Penggunaan all in one PC
160
Prosiding No. 1 Tahun 2012
Gambar 4
Terlewatnya bentuk efisiensi daya di lab komputer / multimedia
161
Analisa Kesadaran Upaya Komputasi Hijau di Lingkungan Kerja Perguruan Tinggi
Badar Agung Nugroho
Gambar 5
Reuse perangkat komputer menjadi perangkat pendukung server (PC Server)
Disisi lain, efisiensi dari konsep reuse cadangan (uninterruptible power supply /
ini juga belum sepenuhnya mendukung UPS) pada komputer yang ada pada
upaya komputasi hijau. Dimana perangkat seluruh objek perguruan tinggi. UPS yang
yang digunakan kembali tersebut berfungsi sebagai tenaga cadangan bagi
merupakan perangkat yang masih haus komputer ketika terputusnya arus listrik,
daya dan tidak diganti dengan perangkat sehingga para pengguna komputer dapat
lain yang lebih hemat dengan alasan menyelamatkan data mereka dan
bahwa perangkat tersebut masih dapat mematikan komputer dengan cara yang
dipakai kembali. Memang dalam salah benar sehingga tidak menimbulkan karena
satu upaya komputasi hijau, konsep reuse mendadak terputusnya arus listrik. UPS
merupakan salah satu langkah yang dapat umumnya hanya terdapat pada perangkat
ditempuh untuk mengurangi limbah yang bersifat sangat penting (critical)
elektronik. Akan tetapi, pertimbangan untuk seperti pada data center, server, router
mengganti perangkat yang haus daya dan lainnya. Minimnya kepemilikan UPS
tersebut perlu menjadi ukuran antara tersebut juga disebabkan oleh bentuk
urgensi penggunaan kembali perangkat efisiensi belanja perangkat. Adanya
haus daya tersebut dengan efisiensi perhitungan dimana mahalnya belanja
belanja perangkat dari suatu perguruan perangkat UPS untuk dipasang di setiap
tinggi untuk mengganti ke perangkat yang komputer yang ada di perguruan tinggi
lebih hemat daya. dirasakan akan jauh lebih murah dengan
Bentuk efisiensi belanja perangkat cukup mengganti catu daya yang rusak
lain yang juga dirasakan kurang atau komponen lain pada perangkat
mendukung upaya komputasi hijau adalah komputer yang bermasalah karena
minimnya terpasang perangkat catu daya terputusnya arus listrik. Dari sini terlihat
162
Prosiding No. 1 Tahun 2012
163
Analisa Kesadaran Upaya Komputasi Hijau di Lingkungan Kerja Perguruan Tinggi
Badar Agung Nugroho
kegiatan perkuliahan berupa modul salah satu objek perguruan tinggi yang
perkuliahan dalam bentuk digital dan belum memiliki infrastruktur TIK yang
multimedia pada umumnya sudah tersedia memadahi dan bahkan pada pada proses
dalam sistem informasi akademik. Selain administrasi serta sistem informasinya masih
itu, dalam kegiatan kerja di lingkungan berjalan secara konvensional. Di sisi lain,
perguruan tinggi, sebagian besar SDM pada salah satu objek perguruan tinggi
sudah terbiasa berkomunikasi lain yang infrastruktur TIK-nya dapat
menggunakan media digital. Penggunaan dikatakan sangat berkembang juga tidak
email, instant messaging pada beberapa lepas karena faktor para pengambil
kegiatan bisa menjadi alternatif selain kebijakan, dimana pada perguruan
menggunakan media kertas. Upaya tersebut telah memiliki data center tier 2.
selanjutnya adalah pencetakan Dari kedua hal tersebut menurut para
menggunakan kertas pada dua sisi dan pengelola TIK, faktor penggerak juga
kertas yang sudah terpakai. Pada salah terletak pada perhatian (concern) dari
satu perguruan tinggi yang memberikan para pengambil kebijakan tentang
layanan pencetakan dokumen kepada bagaimana infrastruktur TIK apakah
mahasiswanya juga berusaha membatasi menjadi pertimbangan ataukah tidak.
pencetakan dengan cara memberikan tarif Temuan ini memperlihatkan bahwa
untuk setiap lembar dokumen yang dicetak, keberadaan pengambil kebijakan yang
hal ini diharapkan dapat menjadi solusi mendukung kemajuan infrastruktur TIK akan
penghematan agar mahasiswa juga perlu mendukung perkembangan TIK baik dari
aware untuk hemat dalam penggunaan segi layanan maupun infrastruktur di
kertas. perguruan tingginya. Akan tetapi, kurang /
tidak concern-nya para pengambil
kebijakan pada bidang TIK tersebut
Pertimbangan Dari Para Pengambil berakibat kurang berkembangnya layanan
Kebijakan maupun infrastruktur yang dimiliki maupun
Para pengambil kebijakan di dikelola.
lingkungan perguruan tinggi menjadi faktor Selain dari faktor internal tersebut,
penggerak dari upaya penerapan para pengelola TIK juga menjelaskan
komputasi hijau di setiap perguruan tinggi bahwa pada umumnya ada faktor
selain dari faktor pengetahuan para eksternal yang juga menjadi pertimbangan
pengelola TIK. Bisa dikatakan bahwa para para pengambil kebijakan yang menjadi
pengelola TIK yang bergerak pada acuan pada pengembangan infrastruktur
tataran perencanaan (desain) dan TIK di perguruan tinggi adalah: faktor
pelaksanaan di bidang TIK pada akhirnya performansi layanan, keuntungan (profit),
membutuhkan persetujuan dari pengambil efisiensi pengeluaran, serta pengaruh dari
kebijakan tentang infrastruktur yang akan pengembangan infrastruktur tersebut bagi
dikelola. perguruan tinggi. Sehingga terlepas dari
Dari penelitian yang telah permasalahan concern atau tidaknya para
dilaksanakan, didapatkan temuan dari pengambil kebijakan, ternyata ada faktor
164
Prosiding No. 1 Tahun 2012
eksternal lain yang juga berpengaruh tinggi yang menjalankan konsep go green
terhadap penerapan TIK di lingkungan dalam hal ini go green yang ada pada
perguruan tinggi. Dan pada akhirnya, bidang TIK tentunya akan memberikan
tidak jarang bahwa para pengelola TIK pengaruh yang baik serta dapat menjadi
perlu meyakinkan bahwa desain nilai lebih dari perguruan tinggi tersebut
infrastruktur yang telah dibuat dapat bagi khalayak umum khususnya para
memenuhi kriteria / faktor eksternal yang masyarakat dan elemen lain di dalamnya
menjadi pertimbangan para pengambil yang concern akan permasalahan
kebijakan. lingkungan.
Edukasi yang dilaksanakan pada
para pengelola TIK dapat memberikan
Solusi Edukasi wawasan untuk membuat suatu sistem TIK
Lingkungan perguran tinggi yang secara menyeluruh yang meminimalisir
sarat dengan pemahaman ilmu dampak kerusakan lingkungan karena
pengetahuan menjadi alasan mendasar pemanfaatan media TIK pada perguruan
dari solusi edukasi untuk menggerakkan tingginya. Dengan memberikan edukasi
kampanye komputasi hijau. Edukasi tentang bagi para pengelola TIK diharapkan:
komputasi hijau di lingkungan perguruan - Meningkatkan inisiatif dalam hal
tinggi perlu dilaksanakan secara penggunaan media TIK untuk lebih
menyeluruh baik pada tataran pengambil ramah lingkungan
kebijakan, pengelola infrastruktur TIK · Peningkatan performa layanan di
sampai dengan para pelaksana (pegawai perguruan tinggi
dan mahasiswa). Yang menjadi alasan dari · Pemilihan perangkat keras yang
hal ini adalah masih saling bergantungnya ramah lingkungan
ketiga peran tersebut di lingkungan · Penurunan konsumsi daya perangkat
perguruan tinggi. TIK
Edukasi bagi para pengambil · Adanya tata kelola serta
kebijakan sangatlah diperlukan. Dari perencanaan infrastruktur TIK yang
edukasi tentang komputasi hijau kepada ramah lingkungan pada perguruan
para pengambil kebijakan akan tingginya
memberikan pengetahuan kepada mereka
untuk membantu membuat mindset (pola Edukasi yang dilakukan pada tataran
pikir) akan kelestarian alam seiring dengan pengguna media TIK seperti pada
perkembangan TIK di perguruan tingginya. pegawai maupun mahasiswa juga perlu
Kebijakan yang ditetapkan terkait dengan dilakukan. Perlu diingat bahwa tataran
komputasi hijau di suatu kampus sangatlah pengguna memiliki signifikansi yang sangat
bergantung dari pengetahuan dan concern- besar berdasarkan jumlahnya. Edukasi
nya para pengambil kebijakan akan pada tataran ini diharapkan dapat
komputasi hijau yang diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dalam hal
terbentuk setelah edukasi. Dengan penggunaan perangkat TIK agar lebih
memberikan pandangan bahwa perguruan bijak. Semakin sadarnya para pengguna
165
Analisa Kesadaran Upaya Komputasi Hijau di Lingkungan Kerja Perguruan Tinggi
Badar Agung Nugroho
166
Prosiding No. 1 Tahun 2012
167
Analisa Kesadaran Upaya Komputasi Hijau di Lingkungan Kerja Perguruan Tinggi
Badar Agung Nugroho
Sheikh, A. Riyaz & Lanjewar, U. A. (2010) Velte, Toby J.; Velte, Anthony T.; Elsenpeter,
“Green Computing- Embrace a Robert (2008) “Green IT Reduce Your
Secure Future”, International Journal Information System’s Environmental
of Computer Applications (0975 – Impact While Adding to the Bottom
8887) Volume 10– N.4, November Line”, McGraw Hill Companies, 2008.
2010.
Harmon, R. Robert; Auseklis, Nora (2009),
Murugesan, San (2008) “Harnessing Green “Sustainable IT Services: Assessing the
IT: Principles and Practices,” IEEE IT Impact of Green Computing
Professional, January-February 2008 Practices”, PICMET 2009 Proceedings.
Kochhar, Navdeep; Garg, Aarun (2011) Molla, Alemayehu; Cooper, Vanessa; Deng,
“Eco-Friendly Computing: Green Hepu; Lukiatis, Stas (2009), “A
Computing” International Journal of Preliminary Report on Green IT
Computing and Business Research Attitude and Actions among Australian
ISSN (Online): 2229-6166, Volume 2 IT Professionals”, Green IT Working
Issue 2 May 2011 Paper Series No. 2/2009, School of
Business Information Technology, RMIT
Gheewala, Dheepa; Gheewala, Vivek. University, Australia.
(2011), "Understanding the Context
of Green ICT", Handbook Research Curtis, Lewis (2008) “Environmentally
On Green ICT Technology, Business Sustainable Infrastructure Design”, The
and Social Perspectives, 2011, Architecture Journal Vol 18 – Green
Information Science Reference. Computing, Microsoft Inc. 2008.
168
Prosiding No. 1 Tahun 2012
169