Anda di halaman 1dari 13

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/338393354

STRATEGI GURU PKN DALAM PENGUATAN LITERASI DIGITAL PESERTA DIDIK


GUNA MEMBENTUK KARAKTER KEWARGANEGARAAN DIGITAL

Article · January 2019

CITATIONS READS

0 1,219

3 authors, including:

Fahdian Rahmandani
Universitas Negeri Yogyakarta
7 PUBLICATIONS   9 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Pendidik Dan Sumber Daya, Serta Pembudayaan Dan Pelembagaan Nilai-Nilai Pancasila Dan Wawasan Kebangsaan Pada Generasi Muda View project

Handbook Framework Pembelajaran PKn Abad 21 View project

All content following this page was uploaded by Fahdian Rahmandani on 05 January 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


STRATEGI GURU PKN DALAM PENGUATAN LITERASI DIGITAL PESERTA
DIDIK GUNA MEMBENTUK KARAKTER KEWARGANEGARAAN DIGITAL

Fahdian Rahmandani1, Moh. Mul Akbar Eta Parera2


Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Program Pascasarjana
etaparera024@gmail.com

ABSTRAK

P21 merupakan wujud perkembangan Pendidikan abad 21 untuk menjamin peserta didik agar
memiliki keterampilan menggunakan teknologi dan informasi. Semakin pesat berkembangnya
TIK mengantarkan sebuah era yaitu globalisasi. Hal ini dapat dilihat semakin banyaknya
pengguna gadget dari tahun ke tahun. Pada tahun 2017 hampir 5 miliar pengguna gadget di
dunia dan 100 juta pengguna gadget aktif berada di Indonesia. Dampak yang dihasilkan tidak
hanya hal positif, ada dampak yang negatif yang dihasilkan secara tersirat. Dalam menjawab
tantangan negatif dari globalisasi yaitu mewujudkan kewarganegaraan digital (digital
citizensip) yang baik dibutuhkan strategi guru PKn yang tepat. Maka penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui strategi Guru PKn dalam penguatan literasi digital peserta didik guna
membentuk karakter kewarganegaraan digital. Penelitian ini merupakan jenis penelitian
deskriptif yang menggunakan metode studi pustaka. Hasil penelitian ini berupa penjelasan
secara teoretik tentang (1) Strategi pembelajaran yang digunakan oleh Guru PKn yatitu melalui
model pembelajaran VCT (Value Clarification Tehcnique). (2) Penguatan literasi digital
peserta didik berupa kemampuan indvidu dalam menggunakan teknologi digital dan alat
komunikasi. (3) Karakter kewarganegaraan digital ditinjau dari faktor kunci yang
mempengaruhi..

Kata Kunci: Strategi Guru PKn, Pendidikan Kewarganegaraan, Literasi Digital, Karakter
Kewarganegaraan Digital.

A. PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi dan informasi saat ini mengalami kemajuan yang sangat
pesat, hal ini ditandai dengan kemajuan pada bidang informasi dan teknologi. Salah satu
teknologi yang banyak digemari saat ini yaitu gadget (smartphone). Hal ini diungkap oleh
penelitian yang dilakukan oleh Strategy Analytics. Terbukti, pengguna ponsel pintar
(gadget) hingga akhir tahun 2014 lalu telah mencapai dua miliar orang. Dengan capaian
itu, setidaknya satu dari tiga orang di dunia telah menjadi pengguna smartphone. Pengguna
ponsel pintar dunia tumbuh 37% dari tahun 2013 menjadi 2,1 miliar orang di tahun 2014.
Dapat diprediksi pengguna ponsel pintar global akan tumbuh 22% pada tahun 2015.
Artinya, 35% dari 7,2 miliar populasi dunia di tahun 2015 akan menggunakan ponsel pintar
(Marketeers, 2015, http://marketeers.com /pengguna-smartphone-capai-dua-miliar-
orang/). Sementara pada 2017 pengguna gadget/smartphone mengalami kenaikan sangat
pesat, yaitu hampir mencapai 5 miliar (Fauzi, 2017,

Handbook Framework Pembelajaran PKn Abad 21 164


https://techno.okezone.com/read/2017/06/19/207/1720068/hampir-5-miliar-orang-di-
dunia-gunakan-gadget). Sedangkan berdasarkan data dari emarketer, pada tahun 2018
Indonesia akan memiliki lebih dari 100 juta pengguna smartphone aktif. Hal tersebut
membuat Indonesia akan berada di peringkat 4 dunia sebagai negara dengan pengguna
smartphone terbanyak (Rahmayani, 2015, https://kominfo.go.id/content/detail/6095/
indonesia-raksasa-teknologi-digital-asia/0/sorotanmedia).
Semakin terbuka dan berkembangnya Teknologi informasi dan komunikasi
mengakibatkan lahirnya globalisasi. Fenomena era globalisasi tidak bisa dihindari oleh
siapapun. Globalisasi telah memasuki segala aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Pada
era globalisasi saat ini, penguasaan teknologi menajadi prestise dan indikator kemajuan
suatu bangsa dan negara. Kemajuan teknologi tidak bisa dihindari karena kemajuan
teknologi berelaborasi bersama kemajuan ilmu pengetahuan. Sampai dengan
perkembangan teknologi menjadi dasar untuk mengembangkan kehidupan berbangsa dan
bernegara. Sehingga muncul istilah high technology bagi negara yang tingkat penguasaan
teknologinya tinggi, dan failed technology yang tidak bisa beradaptasi dengan kemajuan
teknologi.
Proses globalisasi terjadi semakin cepat karena dukungan kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK). Perkembangan teknologi secara cepat ini pula yang
melahirkan era baru, yaitu era digital. Bagaimanapun, era digital ini telah memberikan
dampak, dengan mengubah pola hidup warga negara menjadi serba digital, dan menuntut
semua aspek kehidupan, termasuk pendidikan harus siap dengan era digital.
Dalam dunia pendidikan, pembelajaran berbasis TIK menjadi tantangan yang harus
dijawab oleh pelaku pendidikan khususnya para guru. Dalam konteks diciptakannya
teknologi tidaklah semata untuk koleksi mainan atau gawai (gadget), tetapi sebagai alat
yang memungkinkan individu/peserta didik untuk membangun komunikasi dan pada
akhirnya menciptakan lingkungan yang kondusif, serta sebagai sarana pendidikan bagi
masyarakat.
Maka dari pada itu dibutuhkan peranan guru yang kreatif dalam menciptakan
sarana pendidikan berbasis teknologi ini. Demi membentuk kewarganegaraan digital yang
baik tentunya dibutuhkan strategi guru di dalam pembelajaran yang diterapkan. Karena
dalam strategi memuat sarana untuk menyampaikan pembelajaran dalam lingkungan
pengajaran tertentu yang mencakup sifat, ruang lingkup, dan urutan kegiatan pembelajaran
yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik (Rofa’ah, 2016: 67).

Handbook Framework Pembelajaran PKn Abad 21 165


Pendidikan Kewarganegaraan dianggap sebagai mata pelajaran yang memegang
peran penting dalam membentuk warga negara yang baik. PKn memiliki konsep yang
menyeluruh, seperti sains, instrumentasi, dan praksis. Dengan memperhatikan tujuan
Pendidikan Kewarganegaraan yaitu membentuk warga negara yang baik, maka
kompetensi yang digali tidak hanya pada dimensi pengetahuannya saja, karakteristik
lainnya seperti pada dimensi sikap dan keterampilan juga penting untuk diberikan
penekanan, antara lain: (1) Civic intellegency, yaitu kecerdasan dan daya nalar warga
negara pada dimensi spiritual, rasional, emosional, maupun sosial. (2) Civic responsibility,
yaitu kesadaran terhadap hak dan kewajiban sebagai warga negara yang bertanggung
jawab. (3) Civic participation, yaitu kemampuan berpartisipasi sebagai warga negara.
Berdasarkan pendapat ini, Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan mampu
melaksanakan peran pembelajaran dengan baik untuk mendidik dan melatif peserta didik
mengembangkan wawasan dan berfikir kritis pada era yang semakin berkembang ini
(Winarno, 2013:19).
Pada kajian Pendidikan Kewarganegaraan, proses globalisasi dan pesatnya
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah menghadapkan warga negara pada era
keterbukaan informasi. Era ini ditandai oleh lahirnya kewargaan digital (digital
citizenship), sebagai akibat dari penggunaan teknologi digital pada hampir seluruh
aktivitas hidup mereka. Lahirnya kewargaan digital ini, tentu saja melahirkan tantangan
baru penguatan wawasan dan penggunaan digital warga negara. Hal ini karena,
pengembangan kewargaan digital adalah untuk menciptakan masyarakat pengguna
teknologi digital dapat dengan baik dan pintar mengevaluasi penggunaan teknologi mereka
sendiri untuk menjadi anggota yang produktif dari masyarakat digital.

B. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah studi kepustakaan
dengan mengolah data berasal dari berbagai sumber literatur. Seperti kajian tentang
strategi Guru PKn yang mengutip Djhari (1985). Selanjutnya literatur tentang faktor-faktor
yang membentuk karakter kewarganegaraan digital oleh Isman dan Gungorem (2014).
Serta beberapa lieteratur sekunder yang mendukung menjelaskan penelitian ini. Setelah
diolah, data kemudian dianalisis, dirangkum, dan digeneralisasikan dengan menggunakan
kajian teori yang yang memiliki relevansi sehingga dapat dirangkai menjadi satu kesatuan
yang utuh.

Handbook Framework Pembelajaran PKn Abad 21 166


C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Strategi Guru dalam Pembelajaran PKn
Tujuan pembelajaran dapat direalisasikan dengan mempertimbangkan semua
komponen dapat bekerja sama dan menjalankan fungsinya dengan baik. Guru harus dapat
merencanakan atau mendesain proses pembelajaran dengan baik, dengan melibatkan
beberapa komponen pembelajaran yang meliputi metode, bahan, media, penilaian, dan
perhatian tehadap karakterisitik siswa (Murdiono, 2012: 21). Dalam mencapai tujuan
pembelajaran, maka dibutuhkan strategi pembelajaran yang tepat atau metode
pembelajaran yang digunakan harus sesuai agar dapat mencapat tujuan pembelajaran yang
dilakukan peserta didik, metode pembelajaran ini terdiri dari tiga komponen, yaitu strategi
pengorganisasian pembelajaran, strategi penyampaian pembelajaran, dan strategi
manajemen pembelajaran (Uno, 2014: 51).
Pembelajaran PKn bagi Cogan (1998: 4) sendiri dirancang untuk mempersiapkan
warga negara muda, agar kelak setelah dewasa dapat berperan aktif dalam masyarakat.
Lebih lanjut di jelaskan oleh Somantri (2001:17) bahwa Pendidikan Kewarganegaraan
merupakan program pendidikan berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan
sumber-sumber pengetahuan lainnya, dengan memberikan pengaruh-pengaruh positif
melalui proses yang dilalui peserta didik guna melatih para generasi muda untuk berfikir
kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis
yang berdasarkan nilai-nilai dan konstitusi. Dalam menerapkan pendidikan
kewarganegaraan memang tidak ada batas, baik dimanapun dan kapanpun pendidikan
kewarganegaraan tersebut diberikan. Pendidikan kewarganegaraan bisa diberikan sejak
dini. Dan pendidikan kewarganegaran yang diberikan seharusnya tidak hanya sebagai
transfer of knowladge saja. Secara hakiki pendidikan kewarganegaraan adalah cabang
ilmu yang bertujuan untuk membentuk warga negara yang baik (good citizenship).
Pendidikan Kewarganegaraan mengemban visi nasional yaitu untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa Indonesia melalui koridor value based education. PKn dapat menjadi
instrumen dalam menjebatani dan membangun kesiapan warga negara sebagai warga
negara yang cerdas dan baik serta cakap dalam menggunakan teknologi sebagai tuntutan
kehidupan global. Penggunaan teknologi oleh warga negara harus secara baik dan benar,
sebab penggunaan teknologi digital tesurat dalam perundang-undangan tentnag teknologi
dan informasi.
Proses pembelajaran PKn dalam koridor value based education sudah waktunya
mengarah pada pemnafataan TIK dalam membangun kompetensi kewargaan digital

Handbook Framework Pembelajaran PKn Abad 21 167


(digital citizensip). Warga negara khususnya warga negara muda harus di didik untuk siap
dengan dunia digital. Kemajuan TIK telah mengantarkan warga negara pada suatu era
keterbukaan informasi. Hal ini melatar belakangi kenapa penting dilakukannya penguatan
kompetensi warga negara sebagai kewarganegaraan digital (Arif dan Aulia, 2016: 2).
Guru PKn dalam menginternalisasikan kecapakan literasi digital kepada peserta
didik tentuntnya dibutuhkan strategi pembelajaran yang tepat. Salah satu strategi yang
dapat digunakan oleh guru PKn dalam mewujudkan karakter kewargaan digital ini adalah
menerapkan model pembelajaran Value Clariffication Technique (Teknik Klarifikasi
Nilai). Djhari (1985) mengemukakan bahwa VCT sangat efektif diterapkan karena
memiliki kelebihan, yaitu: (1) mampu menanamkan dan mengembangkan nilai moral
kepada peserta didik; (2) memungkinkan peserta didik untuk mengklarifikasi dan
menggali lebih banyak informasi dan materi pembelajaran; (3) mendorong, melibatkan
dan membimbing perserta didik untuk mengembangkan potensi, terutama yang berkaitan
dengan perilaku peserta didik; (4) memungkin guru dan peserta didik untuk mengambil
pelajaran dari kehidupan orang lain; dan (5) memungkinkan guru dan peserta didi untuk
menghindari, meniadakan intervensi nilai-nilai yang tidak dibutuhkan, dan
menggabungkan berbagai nilai moral ke dalam sistem nilai dan menjadi seseorang yang
berkarakter.
Model pembelajaran VCT tepat untuk digunakan oleh Guru PKn dalam
menanamkan, menumbuhkan dan mengembangkan literasi digital peserta didik. Dari hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh Dahliar (2017) menyebutkan jika proses
pembelajaran di kelas dengan menggunakan model VCT dapat menumbuhkan dan
meningkatkan karakter tanggung jawab peserta didik. Selain itu menurut Khairunisa
(2017), dari hasil penelitiannya menjelaskan jika penerapan model pembelajaran VCT
akan meningkatkan kepedulian sosial peserta didik. Materi yang diajarkan oleh guru
menjadi lebih dimengerti dan membuat pembelajaran lebih bermakna. Berdasarkan uraian
tentang hasil penelitan tersebut dapat disimpulkan jika penerapan model VCT dapat
meningkatkan solidaritas sosial peserta didik yang didasarkan rasa tanggung jawab. Dalam
konteks kewargaan digital tentunya peserta didik yang mengekspresikan pendapatnya
melalui media online harus disertai rasa tanggung jawab, apakah pendapat yang
dikemukakannya dalam dunia digital merugikan orang lain atau tidak.

Handbook Framework Pembelajaran PKn Abad 21 168


Penguatan Literasi Digital
Penguatan merupakan salah satu dari keterampilan dasar mengajar bagi guru, agar
guru dapat melaksanakan perannya dalam pengelolaan proses pembelajaran, sehingga
pembelajaran dapat efektif dan efisien. keterampilan dasar mengajar merupakn syarat
mutlak agar guru dapat meningkatkan kualitasnya dalam setiap proses pembelajaran.
Tujuan pemberian penguatan di dalam kelas menurut Djamarah (2005: 118) bahwa untuk
(a) Meningkatkan perhatian siswa dan membantu siswa belajar bila pemberian penguatan
digunakan secara selektif; (b) Memberi motivasi kepada siswa; (c) Dipakai untuk
mengontrol atau mengubah tingkah laku siswa yang mengganggu dan meningkatkan cara
belajar yang produktif; (d) Mengembangkan kepercayaan diri siswa untuk mengatur diri
sendiri dalam pengalaman belajar; dan (d) Mengarahkan terhadap pengembangan berfikir
yang divergen (berbeda) dan pengambilan inisiatif yang bebas.
Literasi digital sangat penting dalam dunia pendidikan terutama dalam proses
belajar mengajar saat ini. Literasi digital dapat meningkatkan proses pengajaran dan
pembelajaran, dan dapat menjadi fasilitasi bagi pendidikan. Di berbagai negara literasi
digital menjadi fokus utama dalam mengembangkan pelatihan, memotivasi guru dalam
menggunakan secara efektif dan maksimal. Contohnya seperti negara-negara Eropa dan
Amerika dimanfaatkan dalam pengajaran, pembelajaran, penilaian, manajemen, dan
komunikasi di sekolah-sekolah UNESCO (2011: 6-7).
Penguatan dalam hal literasi digital merupakan bentuk keterampilan, pengetahuan
dan dan etika dalam menggunakan media digital dan internet. Seseorang dianggap paham
literasi digital jika seseorang tersebut memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi,
mengakses, mengelola, mengintegrasikan, mengevaluasi, menganalisis dan mensintesis
sumber daya digital. Sehingga literasi digital dapat dipahami pada tiga aspek, yaitu
kompetensi digital, penggunaan digital dan transformasi digital (Chan,dkk, 2017: 2).
Bawden (2001: 219) mengemukakan jika literasi digital merupakan bentuk literasi
yang dibutuhkan warga negara muda saat ini, karena literasi digital memiliki rentangan
yang sangat luas, mulai dari keterampilan dan kompetensi yang spesifik hingga kesadaran
umum. Perkmbangan internet dan mesin pencari semacam google menjadi modal yang
mendorong terjadinya revolusi digital. Revolusi digital telah merubah perilaku dalam
mencari dan menemukan, membuat serta menggunakan informasi dari internet. Sehingga
oleh (Fieldhouse dan Nicholas, 2008: 49) ditekankan untuk memiliki kemampuan dan
kompetensi dalam menunjukkan, menemukan, mengevaluasi, dan menerima atau menolak
informasi pada penggunaan media digital dan internet

Handbook Framework Pembelajaran PKn Abad 21 169


Pada akhirnya etika digital sebagai bagian dari penguatan literasi digital harus
ditanamkan kepada peserta didik. Peserta didik sebagai warga negara muda yang akan
menikmati sebuah era digital, dimana segala sesuatu menjadi efektif dan efisien dengan
menggunakan alat digital harus dibarengi dengan etika yang didasarkan pada karakter
tanggung jawab dalam sebuah komunitas yang terjaring secara online. Peserta didik harus
memiliki keterampilan dan pengetahuan yang tinggi mengenai bagaimana menggunakan
alat digital (gadget), seperti mengungkapkan gagasan dan opini secara online,
mengevaluasi informasi, dan membuat konten online. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa literasi digital berkaitan dengan etika digital.

Kewarganegaraan Digital
Arus perkembangan di era globalisasi sangat maju dalam berbagai aspek
kehidupan manusia. Terutama dalam aspek kemajuan teknologi informasi dan komunikasi
(TIK) yang melahirkan era digital dengan mengubah warga negara menjadi kecanduan
digital sehingga dalam kehidupan manusia harus menggunakan digital. Adapun lima
pertimbangan untuk penggunaan pemuda digital merupakan: pertama, partisipasi; kedua,
penciptaan pengetahuan; ketiga, dinamika kekuasaan; keemapat, pembelajaran; dan
kelima, bermain (Pawluczuk et. al 2018: 1-13). Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan juga tidak terlepas dari pengaruh digital yang dapat memberikan
dampak positif dan negatif bagi penggunanya. Hal seperti ini menjadi tantangan yang
harus di hadapi oleh para pendidik dalam dunia pendidikan dengan menggunakan
teknologi dalam proses pembelajaran.
Kewarganegeraan digital merupakan karakter warga negara yang cerdas, baik dan
bijaksana dalam menggunakan teknologi terutama dalam kemajuan bidang teknologi
informasi dan komunikasi (TIK). Warga negara di abad ke-21 menjadi warga negara
pembelajar dalam arus globalisasi dan kemajuan teknologi. Sehingga perlu dibekali
karkater, keterampilan dan pengetahuan mengenai teknologi bagi warga negara sehingga
sebagai pegangan untuk hidup dalam era digital (Feriyansyah 2015: 99). Kerangka literasi
media digital terdiri dari tiga domain: pertama, konseptual. Keterampilan konseptual dapat
didefinisikan sebagai seperangkat kemampuan yang memungkinkan seseorang untuk
memvisualisasikan konsep, melihat pola, memahami ide abstrak, memecahkan masalah,
merumuskan proses dan memahami bagaimana sistem, program dan ide saling
berhubungan; kedua, fungsional . Domain fungsional terkait dengan penggunaan
komputer ; dan ketiga, audio-visual. Domain Ada banyak literatur tentang literasi visual,

Handbook Framework Pembelajaran PKn Abad 21 170


yang dapat didefinisikan sebagai keterampilan yang memfasilitasi seseorang untuk
memahami (membaca) dan menggunakan (menulis) visual untuk mengkomunikasikan
pesan kepada audiens. Sebuah analogi antara literasi visual dan literasi verbal dijelaskan
yang mengusulkan dua prinsip. Visual adalah bahasa untuk mengkomunikasikan pesan
dan diharapkan bahwa orang yang dapat membaca secara visual harus dapat membaca
(memecahkan kode) dan menulis (menyandikan) bahasa visual (Reyna, Hanham & Meier,
2018 :178-180).
Menjadi warga negara digital adalah hal yang lebih penting saat ini. Oleh karena
itu dalam pendidikan ada beberapa fitur kunci untuk membuat para siswa menjadi warga
negara digital untuk melihat sasaran kewarganegaraan digital abad ke-21. Faktor-faktor
kunci ini pembelajaran siswa dan prestasi akademik, lingkungan siswa dan perilaku siswa,
kehidupan siswa di luar lingkungan sekolah. Isman dan Gungorem (2014: 73-74 ) memilah
sembilan bidang perilaku untuk membentuk kewarganegaraan digital. Era ini yang orang-
orang harus memiliki prestasi kewarganegaraan digital, pendidikan dan siswa penting
untuk melakukan hal ini. Oleh karena itu tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk
mengembangkan skala tentang kewarganegaraan digital berdasarkan sembilan titik kontak
untuk menganalisis peserta didik.

Tabel 1 Faktor Kunci Membentuk Kewarganegaraan Digital


Kunci Membentuk Bidang Perilaku untuk Membentuk
No.
Kewarganegaraan Digital Kewaganegaraan Digital
1. Pembelajaran Siswa & Akses Digital: partisipasi elektronik penuh
Kinerja Akademik dalam masyarakat.
Komunikasi Digital: pertukaran informasi
elektronik.
Literasi Digital: proses mengajar dan belajar
tentang teknologi dan penggunaan teknologi.
2. Lingkungan Siswa & Keamanan Digital (perlindungan diri):
Perilaku Siswa tindakan pencegahan elektronik untuk
menjamin keselamatan.
Digital Etiket: standar elektronik prosedur
konduktor.

Handbook Framework Pembelajaran PKn Abad 21 171


Hak & Tanggung Jawab Digital: kebebasan
tersebut diperluas ke semua orang di dunia
adigital.
3. Kehidupan Siswa di Luar Hukum Digital: tanggung jawab elektronik
Lingkungan Sekolah untuk tindakan dan perbuatan
Kesehatan Digital: kesejahteraan fisik dan
psikologis dalam dunia teknologi digital.
Perdagangan Digital: pembelian dan
penjualan barang elektronik.

Kompetensi profesional yang dikuasai Guru harus mengarahkan peserta didik


untuk dapat beradaptasi sesuai masanya (UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen).
Di-Era digital ini, guru harus dapat membimbing peserta didik untuk memahami tentang
kewarganegaraan digital (digital citizenship), di samping menjadi warga negara yang baik.
Menjadi kewarganegaraan digital adalah konsep yang membantu para guru, pemimpin
teknologi, dan orang tua untuk memahami apa yang harus diketahui oleh para peserta didik
untuk menggunakan teknologi secara tepat. Kewarganegaraan digital lebih dari sekedar
alat pengajaran; ini adalah cara untuk mempersiapkan peserta didik untuk masyarakat yang
penuh dalam penggunaan teknologi. Karakteristik yang perlu dibentuk dalam diri seorang
warga negara digital yaitu: (1) warga negara yang melek TIK; (2) warga negara yang
memahami etika dalam TIK; (3) warga negara yang memiliki kecerdasan berteknologi; (4)
warga negara yang mampu berpikir kritis dan solutif; (5) warga negara yang komunikatif;
(6) warga negara yang mampu berkolaborasi; (7) warga negara pembelajaran (learning
intelligences); dan (8) warga negara yang memiliki nilai dasar yang kuat.
Warga negara digital merupakan warganegara yang cakap dalam menggunakan
TIK. Sesuai dengan UUD NRI Tahun 1945 memiliki tanggung jawab terhadap hak siswa
untuk dapat mengakses teknologi digital. Bidang pendidikan merupakan bidang yang
dapat mempersiapkan warga negara muda untuk berkontribusi dalam dunia kehidupan
digital. Peran pendidikan (melalui sekolah, pengajaran dan pembelajaran) dalam proses
persiapan kewarganegaraan atau pendidikan kewarganegaraan ditafsirkan secara luas
untuk mencakup persiapan kaum muda untuk peran dan tanggung jawab mereka sebagai
warga negara (Kerr, 1999: 2-7).

Handbook Framework Pembelajaran PKn Abad 21 172


Mengembangkan keterampilan berpikir kritis dalam dunia siber (cyberspace)
sangat diperlukan untuk menganalisis dan mengolah informasi menjadi sebuah
pengetahuan. Berpikir kritis ini menghasilkan solusi dari suatu permasalahan. Pemerintah
harus menjadikan warga negara digital sebagai faktor utama dalam mengambil sebuah
kebijakan. Warga negara muda juga harus memilah dan memilih informasi yang benar
berdasarkan pada pengetahuan mengenai informasi yang didapat. Pentingnya memiliki
kecakapan bahasa, teks dan simbol dalam teknologi digital sangat berperan bagi warga
negara digital guna meningkatkan kesadaran atas tantangan TIK, serta dapat mengatur diri
mereka secara efektif. Warga negara digital harus memanfaatkan TIK secara positif,
sehingga menuntut warga negara digital harus memberikan dampak positif dan hubungan
yang baik dengan orang lain. Dunia digital memiliki nilai-nilai yang penting untuk
diperhatikan, sehingga warga negara mudah untuk mengatur berbagai aktivitasnya.
Perlunya intergritas, etika dan perilaku jujur dalam menggunakan TIK, serta hormat
terhadap konsep kebebasan dan privasi dalam dunia digital. Kebebasan dalam dunia digital
sangat terbuka namun harus berlandaskan pada sikap tanggung jawab, aktif dan
berkontribusi dalam memperkenalkan nilai-nilai kewarganegaraan digital (Feriyansyah,
2015: 99-106).

D. SIMPULAN
Pendidikan pada abad ke-21 penting untuk memanfaatkan teknologi dalam
pembelajaran bagi peserta didik. Di-era digital ini penting bagi pendidik menjadikan warga
negara muda untuk melek digital. Dengan adanya teknologi dalam pembelajaran PKn
dapat mempersiapkan warga negara muda agar tumbuh menjadi warga negara yang
berperan aktif dalam kehidupan digital masyarakat. Kecakapan digital sangat penting bagi
peserta didik guna menumbuhkan kesadaran dalam menggunakan teknologi. Strategi yang
tepat untuk digunakan dalam proses pembelajaran PKn adalah VCT (Value Clarification
Tecnique) dengan penggunaan media digital. Kewarganegaraan digital harus dibekali
dengan keterampilan, pengetahuan, dan tanggung jawab mengenai teknologi sebagai dasar
utama dalam memanfaatkan teknologi. Sehingga mampu menumbuh kembangkan
kecerdasan untuk menggunakan teknologi digital dalam dunia pendidikan terutama dalam
proses pembelajaran. Pendidikan di abad 21 wajib membuat para peserta didik melek
digital atau menjadi warga negara digital.

Handbook Framework Pembelajaran PKn Abad 21 173


E. SUMBER REFRENSI
Arif, D. B. & Aulia, S. S. 2016. Kewarganegaraan Digital, Penguatan Wawasan Global Warga
Negara, dan Peran PPKn. Seminar Nasional, Kongres dan Deklarasi AP3KnI. 1-6.
Bawden, D. (2001). Information and digital literacies: a review of concepts. Journal of
Documentation, 57(2), 218–259
Chan, K.S.B. Churchill,D. & Chiu, F.K.T. (2017).Digital literacy learning in higher education
through digital storytelling approach. Journal of International Education Research, 13,
1-16.
Cogan, J.J. (1998). "Citizenship Education for the 2lst Century: Setting the Context," dalam
John J. Cogan dan Ray Derricott' Citizenship for the 2lst Century: An Introduction
Perspectives on Education. London: Kogan Page.
Dahliar. (2017). the implementation of vct (value clarification technique) Modelin improving
students’ responsibility character on environmentin Indonesia (a case study in state
senior high schools in solok regency), Sumatra Journal of Disaster, Geography and
Geography Education,1, 293-297.
Djahiri, A. K. (1985). Strategi pengajaran afektif-nilaimoral vct dan games dalamvct. Bandung:
FPIPS.
Djamarah, S. B. (2005). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Anak Didik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Fauzi, 2017, https://techno.okezone.com/read/2017/06/19/207/1720068/hampir-5-miliar-
orang-di-dunia-gunakan-gadget (diakses 13 Oktober 2018).
Feriyansyah. (2015) Pembentukan karakter warga negara digital sebagai instrumen untuk
meningkatkan partisipasi warga negara di era digital. Jurnal Pusham. (1), VI. 96-115.
Fieldhouse, M. & Nicholas, D. (2008). Digital Literacy as Information Savvy: The Road to
Information Literacy.
Marketeers, 2015, http://marketeers.com /pengguna-smartphone-capai-dua-miliar-orang/
(diakses 13 Oktober 2018)
Isman, A. & Gungoren, Ozlem C. (2014). Digital citizenship. Journal of Educational
Technology. (13), 1, 73-77.
Kerr, D. (1999). Citizenship education: An international comparison. England: National
foundation for Educational Research-NFER.
Khairunisa, N. (2017). The Implementation of Value Clarification Technique (VCT) Learning
Model to Improve Social Care Character in Social Science Learning. International
Journal Pedagogy of Social Studies, 2, 1-5.
Murdiono, Mukhammad. (2012). Strategi Pembelajaran Kewarganegaraan Berbasis Portofolio.
Yogyakarta: Ombak.
Pawluczuk, A. et. al (2018). Youth digital participation: Measuring social impact. Journal of
Librarianship and Information Science. DOI: 10.1177/0961000618769975.
Rahmayani, 2015, https://kominfo.go.id/content/detail/6095/ indonesia-raksasa-teknologi-
digital-asia/0/sorotanmedia (diakes 13 Oktober 2018).
Reyna, J. et. al (2018). A framework for digital media literacies for teaching and learning in
higher education. Journal E-Learning and Digital Media.(15), 4. DOI:
10.1177/2042753018784952
Rofa’ah. (2016). Pentingnya Kompetensi Guru dalam kegiatan pembelajaran dalam perspektif
islam. Yogyakarta: Deepublis.
Somantri, Numan. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
UNESCO. (2011). Digital literacy in education. Institute for Information Technologies in
Education.

Handbook Framework Pembelajaran PKn Abad 21 174


Uno, H. B. (2014). Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif
dan Efektif. Yogyakarta: Bumi Aksara.
Winarno. (2013). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi Aksara.

Handbook Framework Pembelajaran PKn Abad 21 175

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai