1) Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi, Jl. Siliwangi
No. 24, Tasikmalaya, 46115
Email Korespondensi: cchichi268@gmail.com
Abstrak
___________________________________________________________________________________
Efektifitas dan efisiensi penggunaan media digital perlu disesuaikan dengan proses belajar mengajar agar dapat mengembangkan cara
belajar peserta didik. Perlu dirancang model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterlibatan peserta didik, sehingga mampu
meningkatkan keterampilan dan hasil belajar peserta didik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model discovery
learning terhadap kemampuan literasi digital dan hasil belajar peserta didik pada sub materi sistem indera di kelas XI MIPA SMAN 4
Tasikmalaya . Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai bulan Agustus 2019. Metode penelitian menggunakan true
eksperimental dengan populasi seluruh kelas XI MIPA SMAN 4 Tasikmalaya sebanyak 5 kelas dengan jumlah peserta didik sebanyak 179
orang. Sampel yang digunakan sebanyak 2 kelas yang diambil secara cluster random sampling yaitu kelas XI MIPA 1 sebagai kelas
eksperimen dan kelas XI MIPA 5 sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data berupa tes kemampuan literasi digital menggunakan
kuesioner sebanyak 23 pernyataan dan tes hasil belajar berbentuk multiple choice pada sub materi sistem indera sebanyak 35 soal. Teknik
analisis data yang digunakan adalah uji ANCOVA (Analyze of covarience) dengan probabilitas atau taraf signifikan sebesar (α) = 5%.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model discovery learning terhadap kemampuan literasi digital dan
hasil belajar peserta didik pada submateri sistem indera di kelas XI MIPA SMAN 4 Tasikmalaya .
Kata kunci: Discovery Learning , Hasil Belajar, Literasi Digital, Sistem Indera
367
Tabel 1. Hasil Uji Hipotesis Menggunakan Uji ANCOVA
Hasil analisis data ringkasan uji ANCOVA Kemendikbud (Rosdiana, 2017), bahwa penerapan
pada Tabel 1 menunjukkan bahwa taraf signifikansi pembelajaran penemuan memiliki kelebihan-
0,05 pada bagian corrected model sebesar 0,000. kelebihan membantu siswa untuk memperbaiki dan
Sehingga pada tingkat kepercayaan 95% dapat meningkatkan keterampilan dan proses kognitif.
disimpulkan bahwa model discovery learning secara Peserta didik akan berusaha mengumpulkan
simultan berpengaruh terhadap kemampuan literasi informasi dan memeriksanya dengan cermat melalui
digital dan hasil belajar peserta didik. Angka proses penemuan atau pengamatan, dengan tujuan
signifikansi untuk model discovery learning adalah untuk melatih kemampuannya menyelesaikan
0,000. Karena nilainya jauh dibawah 0,05 maka H0 masalah dengan cara mengamati lalu menyusun
ditolak, sehingga pada tingkat kepercayaan 95% sendiri pengetahuan tentang konsep yang sedang
dapat disimpulkan bahwa model discovery learning dipelajari. Dengan tetap didampingi oleh guru,
secara parsial berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik dengan kemampuan literasi digital kognitifnya sekaligus juga mengasah keterampilan
sebagai covariat. Selanjutnya, berdasarkan hasil lain yang salah satunya adalah kemampuan literasi
pengolahan data angka signifikansi untuk tes literasi digital.
digital adalah 0,036. Karena nilainya dibawah 0,05 Menurut Syah (Yani dan Ruhimat, 2018:69),
maka H0 ditolak, sehingga pada tingkat langkah-langkah model discovery learning yang
kepercayaan 95% dapat disimpulkan bahwa model terdiri dari enam sintaks atau fase utama yaitu
discovery learning secara parsial berpengaruh stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan),
terhadap kemampuan literasi digital peserta didik problem statement (pernyataan/identifikasi masalah),
dengan sebagai hasil belajar covariat. data collection (pengumpulan data), data processing
Dari hasil output uji ANCOVA dapat dilihat (pengolahan data), verification (pembuktian), dan
bahwa besarnya angka R squared adalah 0,252 atau generalization (menarik kesimpulan/generalisasi).
sama dengan 25,2% terhadap hasil belajar peserta Proses pembelajaran model discovery learning
didik. Angka tersebut menunjukkan besarnya menitik beratkan pada keaktifan oleh peserta didik
kontribusi dari kemampuan literasi digital terhadap penemuan dan pengolahan informasi untuk
hasil belajar peserta didik. Hal tersebut pemecahan masalah. Hal tersebut sesuai dengan
menunjukkan kemampuan literasi digital penelitian Rosdiana et. al. (2017) yang menyatakan
memberikan kontribusi positif terhadap hasil belajar bahwa proses pembelajaran discovery dimaksudkan
peserta didik. Artinya semakin tinggi kemampuan untuk mendorong pada pembelajaran siswa aktif
literasi digital, maka semakin tinggi hasil belajar dalam menemukan konsep. Di dalam discovery
peserta didik. learning siswa dilatih untuk belajar sendiri secara
mandiri. Penyataan tersebut didukung oleh
Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap pernyataan dari Wahjudi (2015) , yang menyatakan
Kemampuan Literasi Digital dan Hasil Belajar bahwa pembelajaran discovery learning dapat
Peserta Didik meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran,
Model discovery learning merupakan model membuat siswa semakin bersemangat dalam belajar,
pembelajaran yang dapat melatih dan mengasah dan meningkatkan hasil belajar siswa.
keterampilan dan kemampuan kognitif peserta Peserta didik dalam proses pembelajaran
didik. Hal ini juga sesuai dengan penyataan diberi keleluasaan untuk mengakses serta menggali
368
sebanyak mungkin informasi terkait sub materi dari media digital. Pengukuran dilakukan dengan
sistem indera dari berbagai sumber dan literatur baik melihat kemampuan literasi digital peserta didik
itu melalui pengamatan, studi literatur dari buku, menggunakan kuesioner.
maupun proses pencarian melalui media digital. Berdasarkan hasil uji hipotesis yang dapat
Sehingga dalam proses pembelajarannya dapat dilihat pada tabel 1. dengan menggunakan uji
mengembangkan kemampuan literasi digital dan ANCOVA diperoleh sig 0,036 < α = 0,05, sehingga
hasil belajar peserta didik. dapat diketahui bahwa model discovery learning
berpengaruh terhadap kemampuan literasi digital
Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap peserta didik. Pengaruh penggunaan model discovery
Kemampuan Literasi Digital Peserta Didik learning ini juga dapat terlihat dari perbedaan skor
Literasi digital yang dimaksud adalah rata- rata hasil tes kemampuan literasi digital peserta
kemampuan peserta didik dalam mencari, didik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
mengakses, menganalisis, dan menyusun secara disajikan dalam diagram batang seperti pada
cerdas informasi atau pengetahuan yang didapatkan Gambar 1.
102
98,8 99,5
100 97,63
98
95,5
96 94,2
frekuensi
94 92
91,17
92
89,5
90
88
86
84
Kompetensi 1 Kompetensi 2 Kompetensi 3 Kompetensi 3
Kompetensi Literasi Digital
Gambar 1. Diagram Batang Skor Literasi Digital Peserta Didik pada Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol
Berdasarkan Gambar 1 menunjukkan bahwa evaluasi konten, hal tersebut karena setelah
rata-rata skor tes tertinggi di kelas eksperimen mengalami pembelajaran menggunakan model
diperoleh sebesar 99,5 pada kompetensi evaluasi discovery learning pada saat mengumpulkan data
konten (content evaluation), sedangkan skor rata-rata (data collecting) dan mengolah data (data processing)
terendah sebesar 95,5 terdapat pada kompetensi peserta didik menjadi terbiasa untuk mengkritisi
penyusunan pengetahuan (knowledge assembly). informasi yang di dapatnya melalui sumber internet.
Sedangkan skor test tertinggi di kelas kontrol Sehingga ketika disajikan pernyataan yang berkaitan
diperoleh sebesar 94,2 terdapat pada kompetensi 1 dengan evaluasi konten peserta didik merasakan
yaitu pencarian internet (internet searching) sebesar adanya peningkatan kemampuan dalam
92. Perbedaan skor rata-rata kemampuan literasi kompetensi tersebut.
digital peserta didik di kelas eksperimen yang proses Model discovery learning mempunyai
pembelajarannya menggunakan model discovery karakteristik dan sintaks pembelajaran yang
learning mengalami peningkatan yang lebih tinggi mendukung terpenuhinya kompetensi kemampuan
jika dibandingkan dengan skor rata-rata literasi digital peserta didik salah satunya adalah
kemampuan literasi digital dan hasil belajar peserta proses pengumpulan data dan diskusi. Sebagaimana
didik di kelas kontrol. dikemukakan oleh Ali dan Setiani (2018) dalam
Pada masing-masing kompetensi memiliki ciri penelitiannya menyebutkan bahwa model
khasnya sehingga berbeda dengan kompetensi yang pembelajaran discovery learning memiliki keunggulan
lainnya, namun setiap kompetensi ini memiliki sehingga dapat memotivasi peserta didik untuk ikut
tujuan yang sama yaitu untuk meningkatkan aktif dalam memahami konsep yang dipelajari yaitu
kemampuan literasi digital peserta didik. Nilai rata- ketika melalui tahapan pengumpulan data yang
rata skor posttest tertinggi yaitu pada kompetensi disertai dengan diskusi kelompok. Ciri khas dari
369
model ini adalah proses penemuan yang proses pencarian atau penemuan. Hal ini sejalan dengan
pembelajarannya dilaksanakan di lingkungan pendapat Pool (1997) menyebutkan bahwa konsep
sekitar dan didukung dengan studi literatur sehingga literasi digital bukan hanya mengenai kemampuan
dapat mengembangkan kreativitas peserta didik untuk membaca saja, melainkan juga membaca
dalam proses pemecahan masalah. dengan makna dan mengerti.
Dari pernyataan tersebut dapat dihubungkan Dengan menggunakan model discovery learning
bahwa model discovery learning selain memiliki ciri pada proses pembelajaran sub materi sistem indera
khas yaitu proses penemuan secara aktif oleh peserta peserta didik dapat termotivasi untuk
didik , proses pelaksanaan pembelajarannya juga menyelesaikan suatu permasalahan yang ada kaitan
terdapat diskusi dimana peserta didik memiliki dengan konsep yang dimiliki, dengan tidak hanya
keterlibatan dalam kelompoknya untuk mencari, sebatas mengenal tetapi siswa harus dapat
mengolah, dan menganalisis data yang diperoleh menemukan dan berpikir secara kritis untuk
sehingga akan sejalan atau dapat memberikan mengolah informasi yang ditemukannya. Sehingga
dampak positif terhadap peningkatan kemampuan dapat disimpulkan bahwa model discovery learning
literasi digital yang menitikberatkan pada partisipasi merupakan salah satu model yang cocok digunakan
aktif peserta didik dalam mencari dan menganalisis dan memberikan dampak positif bagi kemampuan
informasi. Menurut Handayani (2018), dalam literasi digital khususnya pada sub materi sistem
literasi media digital, orang-orang merupakan indera yang selalu mengaitkan konsep dengan
peserta aktif dalam lingkungan digital. Dalam kehidupan nyata.
literasi media digital, fokus literasi telah bergeser
dari ekspresi individu ke keterlibatan masyarakat. Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap Hasil
Pendapat tersebut juga sejalan dengan pernyataan Belajar Peserta Didik
A’yuni (2015), yang menyatakan bahwa seseorang Berdasarkan hasil uji hipotesis yang dapat
yang berliterasi digital perlu mengembangkan dilihat pada tabel 1. dengan menggunakan uji
kemampuannya dalam melakukan pencarian serta ANCOVA diperoleh nilai sig. untuk model adalah
membangun suatu strategi ketika menggunakan 0,000 < α = 0,05. Karena nilainya jauh di bawah
search engine agar dirinya dapat mengetahui 0,05 maka H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan
bagaimana cara menemukan informasi yang sesuai bahwa tanpa pengaruh kemampuan literasi digital,
dengan kebutuhan informasinya. pada tingkat kepercayaan 95% ada pengaruh model
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui pembelajaran discovery learning terhadap hasil belajar
bahwa kemampuan literasi digital bukan hanya yang diperoleh peserta didik. Pengaruh penggunaan
mencakup kemampuan membaca dan menggunakan model discovery learning ini juga dapat terlihat dari
internet, namun dibutuhkan pula suatu proses perbedaan skor rata- rata hasil tes hasil belajar
berpikir secara kritis untuk melakukan evaluasi peserta didik peserta didik pada kelas eksperimen
terhadap informasi yang ditemukan melalui media dan kelas kontrol disajikan dalam diagram batang
digital dan proses berasosiasi atau bekerjasama seperti pada Gambar 2.
untuk mengolah data yang diperoleh dari hasil
370
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
30
26,14 26,56
25,14 25,14
25 23,57 23,4
21,6 22,43
19,56
20
16,43
Frekuensi
15
10
0
Mengingat (C1) Memahami (C2) Menerapkan (C3) Menganalisis Mengevaluasi
(C4) (C5)
Indikator Hasil Belajar
Gambar 2. Diagram Batang Skor Hasil Belajar Peserta Didik pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Berdasarkan skor rata-rata hasil belajar yang Sekaitan dengan hal tersebut Ali dan Setiani
diperoleh peserta didik seperti pada Gambar 2, (2018), menyatakan bahwa model discovery learning
didapatkan kesimpulan bahwa hasil belajar peserta menekankan pada peserta didik untuk belajar aktif
didik yang menggunakan model discovery learning dan dapat memahami konsep dengan baik dalam
mempunyai rerata skor yang lebih besar proses pembelajaran. Pendapat tersebut sejalan
dibandingkan kelas yang menggunakan model direct dengan Nurhayati (2018), yang menyatakan bahwa
instruction. Perolehan nilai rata-rata skor tertinggi dengan melakukan kegiatan penemuan siswa akan
test hasil belajar di kelas eksperimen yang melalui proses “mencari tahu” dan “melakukan”
menggunakan discovery learning terdapat pada aspek sehingga siswa dapat memperoleh pemahaman yang
menganalisis yaitu sebesar 26,56, dan skor terendah lebih mendalam dan pembelajaran yang dilakukan
pada aspek mengevaluasi yaitu 22,43. Sedangkan akan lebih bermakna. Tentu dari pernyataan
hasil dari kelas kontrol menunjukkan bahwa rata- tersebut sangat mendukung penerapan model
rata skor tes tertinggi sebesar 94,2 terdapat pada discovery learning pada sub materi sistem indera yang
kompetensi 1 yaitu pencarian internet sebesar 92. pada saat proses pembelajaran peserta didik dituntut
Model discovery learning bersifat student memahami anatomi dan fungsi alat indera beserta
centered dimana guru berperan sebagai fasilitator dan bioproses dan gangguan yang berkaitan dengan
pembimbing saja, selebihnya aktivitas pembelajaran masing-masing sistem penginderaan pada manusia.
dilakukan secara mandiri oleh peserta didik. Peserta Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
didik dibimbing dan diarahkan untuk belajar melalui penggunaan model discovery learning pada
pengalamannya sendiri sehingga mampu pembahasan sub materi sistem indera mempunyai
meningkatkan kemampuannya untuk menguraikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar
keterkaitan antara situasi yang ditemukannya di peserta didik dan baik digunakan dalam proses
kehidupan sehari hari dengan materi yang pembelajaran.
dipelajarinya yaitu tentang sistem indera. Kegiatan
tersebut membantu siswa untuk membiasakan SIMPULAN, SARAN, DAN REKOMENDASI
menganalisis sehingga siswa benar-benar Model Discovery Learning (DL) merupakan
memahami apa saja yang mereka alami dan model pembelajaran berbasis penemuan yang
temukan selama proses pembelajaran. Hal ini sesuai bersifat student center sehingga peserta didik dapat
dengan hasil penelitian dari Sayuti et al., (2018) dan berpartisipasi secara aktif dalam proses
Satono et al., (2017) yang menyatakan bahwa pembelajaran. Penggunaannya dimaksudkan untuk
penerapan model discovery learning pada mata meningkatkan keterampilan dan kemampuan
pelajaran IPA dapat meningkatkan kemampuan kognitif peserta didik.
analisis siswa dan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil analisis data dan
pengujian hipotesis, maka diperoleh simpulan
371
bahwa ada pengaruh model pembelajaran discovery Handayani, M. (2018). Pengukuran Keterampilan
learning terhadap kemampuan literasi digital dan Literasi Digital di Kalangan Mahasiswa
hasil belajar peserta didik pada sub materi sistem Fikom Universitas Prof. Dr. Moestopo
(Beragama). Jurnal Pustaka Komunikasi, 1(1),
indera di kelas XI SMAN 4 Tasikmalaya Tahun
124-129.
Pelajaran 2018/2019. Hastjarjo, S. (2013). “Literasi Media Baru Berbasis
Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan mampu Local Wisdom Jawa”, Rahardjo, T. et al.,
menerapkan model discovery learning terhadap (2013). Literasi Media & Kearifan Lokal ‘Konsep
materi yang lain serta lebih memperbanyak aktivitas dan Aplikasi’. Salatiga : Mata Padi Pressindo.
pembelajaran yang berkaitan dengan media digital Hernawati, D., & Amin, M. (2016). The Student
agar kemampuan literasi digital peserta didik Perceptions On Learning Models Of Inquiry
Integrated Project Based Learning Towards
semakin baik.
Science Process Skill Of Student And
Scientific Literacy. Research Report, (2).
UCAPAN TERIMA KASIH Iriantara, Y., & Soenendar, R. K. (2010). Literasi
Penelitian ini dapat terlaksana dengan baik Media: Apa, Mengapa, Bagaimana. Bandung:
berkat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu Simbiosa Rekatama Media.
peneliti mengucapkan terimakasih kepada Kepala Nurhayati, N. (2018). Peningkatan Kemampuan
Literasi Sains Dan Hasil Belajar Siswa Pada
Sekolah dan guru biologi SMAN 4 Tasikmalaya
Pokok Bahasan Lingkungan Dengan
yang telah membantu dan memberikan izin Menerapkan Pembelajaran Discovery learning
penelitian, dosen pengajar di jurusan pendidikan Di Kelas Vii Smp Negeri 2 Binjai. Jurnal Pelita
biologi Universitas Siliwangi yang telah Pendidikan, 6(4).
membimbing dan memberikan nasihat-nasihat Pool, C. R. (1997). A New Digital Literacy A
selama penelitian, serta kepada teman-teman Conversation With Paul Gilster. Educational
Leadership, 55, 6-11.
angkatan dan semua pihak yang tidak dapat peneliti
Rosdiana, R., Boleng, D. T., & Susilo, S. (2017).
sebutkan satu persatu. Pengaruh Penggunaan Model Discovery
learning terhadap Efektivitas dan Hasil
DAFTAR PUSTAKA Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan: Teori,
A’yuni, Q. Q. (2015). Literasi digital remaja di kota Penelitian, dan Pengembangan, 2(8), 1060-1064.
Surabaya. Jurnal Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Sayuti, E. W., Kristin, F., & Anugraheni, I. (2018).
Politik, Universitas Airlangga Surabaya. Penerapan Model Pembelajaran Discovery
Ali, M., & Setiani, D. D. (2019). Pengaruh Model learning Pada Pembelajaran Ipa Untuk
Discovery learning Terhadap Hasil Belajar Meningkatkan Kemampuan Analisis Siswa
Peserta Didik Pada Konsep Jamur. Kelas 5 Sd Negeri Selomirah. e-Jurnal Mitra
Bioedusiana: Jurnal Pendidikan Biologi, 3(2), 59- Pendidikan, 2(7), 643-656.
63. Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Wahjudi, E. (2015). Penerapan Discovery learning
Balya, T., Pratiwi, S., & Prabudi, R. (2018). Literasi Dalam Pembelajaran IPA Sebagai Upaya
Media Digital pada Penggunaan Gadget untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
(Studi Deskriptif Penggunaan Gadget pada Kelas IX-I di SMP Negeri 1 Kalianget. Jurnal
Siswa SMK Broadcasting Bina Creative Lensa, 5(1), 1-15.
Medan yang Berdampak pada Pergeseran Widodo, A. (2005). Taksonomi Tujuan
Nilai Kearifan Lokal). Jurnal Simbolika: Pembelajaran. Didaktis, Volume 4 (2), 61-69.
Research and Learning in Communication Study, Yani, A. dan Ruhimat, M. (2018). Teori dan
4(2), 173-187. Implementasi Pembelajaran Saintifik Kurikulum
Briggs, A., & Burke, P. (2006). Sejarah Sosial Media: 2013. Bandung: PT Refika Aditama.
dari Gutenberg sampai Internet. Yayasan
Pustaka Obor Indonesia.
Febriyanto, T. (2013). “Kesenjangan Digital dan
Literasi Media Baru”, dalam Rahardjo, T. et
al., (2013). Literasi Media & Kearifan Lokal
‘Konsep dan Aplikasi’. Salatiga : Mata Padi
Pressindo.
Gilster, Paul. 1997. Digital Literacy. New York:
Wiley. Diakses dari
https://openlibrary.org/works/OL2627594
W/Digital_literacy pada tanggal 11 Maret
2019.
372