Anda di halaman 1dari 8

KEMAMPUAN LITERASI DIGITAL DAN HASIL BELAJAR PESERTA

DIDIK MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING


Student’s Digital Literacy Skills and Learning Outcomes Through Discovery Learning Model

Chichi Cahyati1), Endang Surahman1), dan Diana Hernawati1)

1) Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi, Jl. Siliwangi
No. 24, Tasikmalaya, 46115
Email Korespondensi: cchichi268@gmail.com

Abstrak
___________________________________________________________________________________
Efektifitas dan efisiensi penggunaan media digital perlu disesuaikan dengan proses belajar mengajar agar dapat mengembangkan cara
belajar peserta didik. Perlu dirancang model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterlibatan peserta didik, sehingga mampu
meningkatkan keterampilan dan hasil belajar peserta didik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model discovery
learning terhadap kemampuan literasi digital dan hasil belajar peserta didik pada sub materi sistem indera di kelas XI MIPA SMAN 4
Tasikmalaya . Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai bulan Agustus 2019. Metode penelitian menggunakan true
eksperimental dengan populasi seluruh kelas XI MIPA SMAN 4 Tasikmalaya sebanyak 5 kelas dengan jumlah peserta didik sebanyak 179
orang. Sampel yang digunakan sebanyak 2 kelas yang diambil secara cluster random sampling yaitu kelas XI MIPA 1 sebagai kelas
eksperimen dan kelas XI MIPA 5 sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data berupa tes kemampuan literasi digital menggunakan
kuesioner sebanyak 23 pernyataan dan tes hasil belajar berbentuk multiple choice pada sub materi sistem indera sebanyak 35 soal. Teknik
analisis data yang digunakan adalah uji ANCOVA (Analyze of covarience) dengan probabilitas atau taraf signifikan sebesar (α) = 5%.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model discovery learning terhadap kemampuan literasi digital dan
hasil belajar peserta didik pada submateri sistem indera di kelas XI MIPA SMAN 4 Tasikmalaya .

Kata kunci: Discovery Learning , Hasil Belajar, Literasi Digital, Sistem Indera

PENDAHULUAN melindungi diri dari terpaan informasi yang


Hadirnya berbagai kemajuan teknologi dan melimpah-ruah (Handayani, 2018).
internet saat ini ledakan informasi tidak dapat Fenomena paling mutakhir dari media
dihindarkan. Arus teknologi telah mengalami digital adalah perkembangan teknologi
pergeseran dari analog menuju digital dimana komunikasi/informasi berbasis komputer, yang
semua alat dapat dioperasikan dengan lebih lebih kita kenal sebagai internet. Internet
mudah dan praktis. Sebagaimana dikutip dari kemudian hadir bukan semata sebagai sesuatu
Handayani (2018), adanya media digital dan yang meringankan kehidupan manusia, namun
dampaknya pada masyarakat menunjukkan, kita juga tak lepas dari persoalan-persoalan dalam
berada di awal dari sebuah era baru dalam masyarakat. Salah satu persoalannya diungkap
sejarah industri, yang disebut Era Informasi, yang oleh Febriyanto (Rahardjo et al., 2013:177) yang
mengarah ke masyarakat tanpa kertas. Teknologi mempertanyakan apakah pemanfaatan internet
yang serba digital ini tentunya selain membawa telah menjadi sesuatu yang maksimal dengan
keuntungan juga mendatangkan kerugian bagi hadirnya internet di hampir seluruh penjuru
masyarakat terutama dalam segi konten Indonesia. Burke dan Briggs (2006:403) juga
informasi. Menurut Burke dan Briggs (2006:330) mempertanyakan apakah harus dilakukan
pada saat digitalisasi segala bentuk isi media pengontrolan terhadap internet, dan bagaimana
memungkinkan banyak hal baru, namun ia tidak cara melakukannya.
menghilangkan masalah-masalah lama berkenaan Lembaga penyelenggaraan dan pendidikan
dengan isi. Apabila sebelumnya memasalahkan juga kini sudah terpengaruhi oleh digitalisasi
bagaimana cara mengakses informasi, saat ini media. Hal ini ditandai dengan kegiatan
yang menjadi masalah adalah bagaimana pembelajaran yang sudah menggunakan teknologi
365
informasi dan komunikasi modern. Jika efektifitas kesenjangan digital ini adalah dengan literasi
dan efisiensi tidak dihiraukan oleh pengguna media massa bentuk baru. Kemampuan literasi
maka hasilnya akan membawa dampak negatif digital termasuk ke dalam literasi media masa
bagi siapapun yang menggunakannya (Balya et bentuk baru dan sangat dibutuhkan untuk
al., 2018). Peserta didik sebenarnya sudah mengolah informasi yang mudah ditemukan
terbiasa melalukan proses pencarian informasi di melalui internet atau media digital lainnya.
internet dan menyusunnya menjadi sebuah Terlebih di era modern ini berbagai informasi
konsep atau materi pembelajaran. Mereka juga dapat tersebar luas tanpa diketahui sumbernya
mengakui lebih sering mencari jawaban dengan jelas. Dengan bekal kemampuan literasi
pertanyaan atau informasi tentang materi digital yang dimiliki diharapkan peserta didik
pelajaran melalui media digital daripada dapat memiliki survival skill di tengah terjangan
membaca buku. Mereka beranggapan dengan informasi yang melimpah.
mesin pencari yang ada di smartphone mereka Sekaitan dengan hal tersebut, maka perlu
lebih mudah mendapatkan informasi dan dirasa dirancang model pembelajaran yang dapat
lebih praktis. meningkatkan keterlibatan peserta didik, sehingga
Hal tersebut di atas dapat menimbulkan mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik
permasalahan sebagaimana dikutip dari Hastjarjo baik dalam pemahaman konsep-konsep kognitif,
(Rahardjo et. al, 2013:152), sekalipun anak-anak ranah afektif, maupun keterampilan psikomotor
muda semakin terbiasa menggunakan media peserta didik. Proses belajar mengajar di kelas
baru, sebagai sumber dan pendukung di dalam harus dapat mengembangkan cara belajar peserta
kegiatan mereka mengekspresikan diri maupun didik untuk menggali informasi melalui
menjalin hubungan sosial, namun mereka pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian
seringkali memiliki kemampuan yang terbatas mengolah data atau informasi, menyajikan data
untuk menelaah dan mengkritisi media baru itu atau informasi dilanjutkan menganalisis, menalar,
sendiri. Berdasarkan hasil wawancara yang kemudian menyimpulkan dan mencipta, serta
dilakukan penulis, peserta didik mengaku tidak mampu berpikir konseptual, prosedural dan
tahu cara menilai atau mengevaluasi informasi mampu mengembangkan keterampilan berpikir
yang benar dari internet. Mereka hanya proses (Hernawati, 2016). Dengan meningkatnya
mengambil informasi yang mereka anggap paling pemahaman konsep dan keterampilan peserta
benar dan seringkali informasi tersebut dianggap didik maka diharapkan dapat meningkatkan hasil
benar karena melihat beberapa informasi yang belajar. Untuk mewujudkan hal tersebut
muncul pada hasil pencarian teratas dan paling diperlukan suatu inovasi baru dalam
banyak muncul. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran di kelas salah satunya dengan
siswa belum terbiasa melakukan evaluasi konten menerapkan model discovery learning.
dan belum menguasai teknik yang benar ketika Model discovery learning, mampu mengajak
berselancar di internet menggunakan url atau link peserta didik untuk mengembangkan konsepnya
lainnya. Maka peserta didik perlu dibekali oleh dengan melakukan pencarian terbimbing yang
kemampuan literasi digital yang dapat melatih membuat peserta didik menemukan sendiri
dirinya agar lebih kritis dalam mengolah konsep. Proses penemuan atau pengumpulan
informasi yang didapatkan lewat internet atau informasi yang dilakukan oleh peserta didik tidak
media digital lainnya. terbatas pada studi literatur menggunakan buku
Permasalahan kredibilitas konten informasi saja, tetapi juga memungkinkan peserta didik
yang dialami oleh peserta didik dalam proses untuk mengakses berbagai media seperti internet,
pembelajaran dapat diatasi dengan telepon genggam, pengiriman pesan instan, dan
mengembangkan kemampuan literasi. Seperti berbagai peralatan digital lainnya. Informasi yang
halnya merujuk kepada Iriantara (2017:14) yang telah diperoleh tersebut perlu dianalisa dan
menyatakan bahwa siswa perlu diberi disusun menjadi pengetahuan yang utuh sesuai
keterampilan yang bisa melindungi mereka dari dengan topik yang dibahas, sehingga memerlukan
pengaruh buruk media tersebut. Lebih lanjut proses analisis, diskusi dan verifikasi. Dengan
Febriyanto (Rahardjo et al., 2013:179) salah satu demikian dalam tahapan pelaksanaan ini secara
usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi tidak langsung mengaplikasikan kompetensi-
persoalan-persoalan yang berkaitan dengan
366
kompetensi literasi digital yang harus dikuasai. tujuan pembelajaran menurut Benjamin S.
Oleh karena itu model Discovery Learning (DL) Bloom yang telah direvisi menurut Widodo,
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan Ari (2005) dan dibatasi pada jenjang
literasi digital karena dan meningkatkan hasil mengingat (C1), memahami (C2),
belajar peserta didik. mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), dan
mengevaluasi (C5), serta meliputi dimensi
METODE pengetahuan faktual (K1), dan konseptual
1. Waktu dan Tempat Penelitian (K2).
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 4. Metode dan Desain Penelitian
September sampai bulan Agustus 2019 di Metode yang digunakan dalam
SMAN 4 Tasikmalaya pada bulan September penelitian ini adalah true eksperimen. Desain
sampai bulan Agustus 2019. penelitian yang digunakan dalam penelitian
2. Subjek Penelitian ini adalah posttest-only control design.
Populasi dalam penelitian ini adalah 5. Teknik Pengumpulan Data
seluruh peserta didik kelas XI MIPA SMAN 4 Teknik pengumpulan data yang
Tasikmalaya tahun ajaran 2018/2019, digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
sebanyak lima kelas dengan jumlah peserta tes, non-tes, dan studi literatur.
didik sebanyak 179 orang. Sampel dalam 6. Analisis dan Interpretasi Data
penelitian ini diambil dengan menggunakan Hasil data yang diperoleh dari penelitian
teknik Cluster Random Sampling sehingga dianalisis melalui uji prasyarat analisis dan uji
didapatkan 2 sampel dalam penelitian ini yaitu hipotesis menggunakan program SPSS versi 23.00
kelas XI MIPA 1 sebagai kelas eksperimen for windows. Uji normalitas dianalisis dengan
yang diberi perlakuan dengan model Discovery menggunakan Uji Kolmogorov-smirnov dan uji
Learning dan XI MIPA 5 sebagai kelas kontrol homogenitas dianalisis dengan menggunakan Uji
yang diberi perlakuan dengan model Levene’s Test. Hipotesis dianalisis dengan uji
pembelajaran langsung. ANCOVA (Analyze of covarience).
3. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk HASIL DAN PEMBAHASAN
mengukur kemampuan literasi digital Data hasil penelitian diperoleh berdasarkan
menggunakan kuesioner sebanyak 23 posttest kemampuan literasi digital dan hasil
pernyataan. Sedangkan untuk mengukur hasil belajar di kelas eksperimen yang menggunakan
belajar berbentuk multiple choice pada sub model discovery learning dan kelas kontrol yang
materi sistem indera sebanyak 35 soal. menggunakan model pembelajaran langsung.
Pernyataan kuesioner dibuat berdasarkan Berdasarkan hasil uji prasyarat analisis
empat kompetensi inti literasi digital menurut yang telah dilakukan, seluruh data memenuhi
Gilster (1997:2-3) yaitu pencarian internet prasyarat analisis yaitu data berasal dari populasi
(internet searching), navigasi hypertextual yang terdistribusi normal dan bervariansi
(hypertextual navigation), evaluasi konten homogen. Selanjutnya uji hipotesis dilakukan
(content evaluation), dan penyusunan menggunakan uji ANCOVA karena data berasal
pengetahuan (knowledge assembly). Pada dari populasi yang terdistribusi normal dan
penelitian ini hasil belajar yang diamati hanya varians datanya homogen. Pada Tabel 1 yang
dari tes kognitif yang berdasarkan taksonomi disajikan ringkasan hasil uji hipotesis tersebut.

367
Tabel 1. Hasil Uji Hipotesis Menggunakan Uji ANCOVA

Source Type III Sum of df Mean Square F Sig.


Squares
Corrected Model 382,122a 2 191,061 9,614 ,000
Intercept 566,566 1 566,566 28,508 ,000
Literasi_Digital 91,722 1 91,722 4,615 ,036
MODEL 381,461 1 381,461 19,194 ,000
Error 1132,812 57 19,874
Total 44824,000 60
Corrected Total 1514,933 59
a. R Squared = ,252 (Adjusted R Squared = ,226)

Hasil analisis data ringkasan uji ANCOVA Kemendikbud (Rosdiana, 2017), bahwa penerapan
pada Tabel 1 menunjukkan bahwa taraf signifikansi pembelajaran penemuan memiliki kelebihan-
0,05 pada bagian corrected model sebesar 0,000. kelebihan membantu siswa untuk memperbaiki dan
Sehingga pada tingkat kepercayaan 95% dapat meningkatkan keterampilan dan proses kognitif.
disimpulkan bahwa model discovery learning secara Peserta didik akan berusaha mengumpulkan
simultan berpengaruh terhadap kemampuan literasi informasi dan memeriksanya dengan cermat melalui
digital dan hasil belajar peserta didik. Angka proses penemuan atau pengamatan, dengan tujuan
signifikansi untuk model discovery learning adalah untuk melatih kemampuannya menyelesaikan
0,000. Karena nilainya jauh dibawah 0,05 maka H0 masalah dengan cara mengamati lalu menyusun
ditolak, sehingga pada tingkat kepercayaan 95% sendiri pengetahuan tentang konsep yang sedang
dapat disimpulkan bahwa model discovery learning dipelajari. Dengan tetap didampingi oleh guru,
secara parsial berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik dengan kemampuan literasi digital kognitifnya sekaligus juga mengasah keterampilan
sebagai covariat. Selanjutnya, berdasarkan hasil lain yang salah satunya adalah kemampuan literasi
pengolahan data angka signifikansi untuk tes literasi digital.
digital adalah 0,036. Karena nilainya dibawah 0,05 Menurut Syah (Yani dan Ruhimat, 2018:69),
maka H0 ditolak, sehingga pada tingkat langkah-langkah model discovery learning yang
kepercayaan 95% dapat disimpulkan bahwa model terdiri dari enam sintaks atau fase utama yaitu
discovery learning secara parsial berpengaruh stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan),
terhadap kemampuan literasi digital peserta didik problem statement (pernyataan/identifikasi masalah),
dengan sebagai hasil belajar covariat. data collection (pengumpulan data), data processing
Dari hasil output uji ANCOVA dapat dilihat (pengolahan data), verification (pembuktian), dan
bahwa besarnya angka R squared adalah 0,252 atau generalization (menarik kesimpulan/generalisasi).
sama dengan 25,2% terhadap hasil belajar peserta Proses pembelajaran model discovery learning
didik. Angka tersebut menunjukkan besarnya menitik beratkan pada keaktifan oleh peserta didik
kontribusi dari kemampuan literasi digital terhadap penemuan dan pengolahan informasi untuk
hasil belajar peserta didik. Hal tersebut pemecahan masalah. Hal tersebut sesuai dengan
menunjukkan kemampuan literasi digital penelitian Rosdiana et. al. (2017) yang menyatakan
memberikan kontribusi positif terhadap hasil belajar bahwa proses pembelajaran discovery dimaksudkan
peserta didik. Artinya semakin tinggi kemampuan untuk mendorong pada pembelajaran siswa aktif
literasi digital, maka semakin tinggi hasil belajar dalam menemukan konsep. Di dalam discovery
peserta didik. learning siswa dilatih untuk belajar sendiri secara
mandiri. Penyataan tersebut didukung oleh
Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap pernyataan dari Wahjudi (2015) , yang menyatakan
Kemampuan Literasi Digital dan Hasil Belajar bahwa pembelajaran discovery learning dapat
Peserta Didik meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran,
Model discovery learning merupakan model membuat siswa semakin bersemangat dalam belajar,
pembelajaran yang dapat melatih dan mengasah dan meningkatkan hasil belajar siswa.
keterampilan dan kemampuan kognitif peserta Peserta didik dalam proses pembelajaran
didik. Hal ini juga sesuai dengan penyataan diberi keleluasaan untuk mengakses serta menggali

368
sebanyak mungkin informasi terkait sub materi dari media digital. Pengukuran dilakukan dengan
sistem indera dari berbagai sumber dan literatur baik melihat kemampuan literasi digital peserta didik
itu melalui pengamatan, studi literatur dari buku, menggunakan kuesioner.
maupun proses pencarian melalui media digital. Berdasarkan hasil uji hipotesis yang dapat
Sehingga dalam proses pembelajarannya dapat dilihat pada tabel 1. dengan menggunakan uji
mengembangkan kemampuan literasi digital dan ANCOVA diperoleh sig 0,036 < α = 0,05, sehingga
hasil belajar peserta didik. dapat diketahui bahwa model discovery learning
berpengaruh terhadap kemampuan literasi digital
Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap peserta didik. Pengaruh penggunaan model discovery
Kemampuan Literasi Digital Peserta Didik learning ini juga dapat terlihat dari perbedaan skor
Literasi digital yang dimaksud adalah rata- rata hasil tes kemampuan literasi digital peserta
kemampuan peserta didik dalam mencari, didik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
mengakses, menganalisis, dan menyusun secara disajikan dalam diagram batang seperti pada
cerdas informasi atau pengetahuan yang didapatkan Gambar 1.

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

102
98,8 99,5
100 97,63
98
95,5
96 94,2
frekuensi

94 92
91,17
92
89,5
90
88
86
84
Kompetensi 1 Kompetensi 2 Kompetensi 3 Kompetensi 3
Kompetensi Literasi Digital

Gambar 1. Diagram Batang Skor Literasi Digital Peserta Didik pada Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol
Berdasarkan Gambar 1 menunjukkan bahwa evaluasi konten, hal tersebut karena setelah
rata-rata skor tes tertinggi di kelas eksperimen mengalami pembelajaran menggunakan model
diperoleh sebesar 99,5 pada kompetensi evaluasi discovery learning pada saat mengumpulkan data
konten (content evaluation), sedangkan skor rata-rata (data collecting) dan mengolah data (data processing)
terendah sebesar 95,5 terdapat pada kompetensi peserta didik menjadi terbiasa untuk mengkritisi
penyusunan pengetahuan (knowledge assembly). informasi yang di dapatnya melalui sumber internet.
Sedangkan skor test tertinggi di kelas kontrol Sehingga ketika disajikan pernyataan yang berkaitan
diperoleh sebesar 94,2 terdapat pada kompetensi 1 dengan evaluasi konten peserta didik merasakan
yaitu pencarian internet (internet searching) sebesar adanya peningkatan kemampuan dalam
92. Perbedaan skor rata-rata kemampuan literasi kompetensi tersebut.
digital peserta didik di kelas eksperimen yang proses Model discovery learning mempunyai
pembelajarannya menggunakan model discovery karakteristik dan sintaks pembelajaran yang
learning mengalami peningkatan yang lebih tinggi mendukung terpenuhinya kompetensi kemampuan
jika dibandingkan dengan skor rata-rata literasi digital peserta didik salah satunya adalah
kemampuan literasi digital dan hasil belajar peserta proses pengumpulan data dan diskusi. Sebagaimana
didik di kelas kontrol. dikemukakan oleh Ali dan Setiani (2018) dalam
Pada masing-masing kompetensi memiliki ciri penelitiannya menyebutkan bahwa model
khasnya sehingga berbeda dengan kompetensi yang pembelajaran discovery learning memiliki keunggulan
lainnya, namun setiap kompetensi ini memiliki sehingga dapat memotivasi peserta didik untuk ikut
tujuan yang sama yaitu untuk meningkatkan aktif dalam memahami konsep yang dipelajari yaitu
kemampuan literasi digital peserta didik. Nilai rata- ketika melalui tahapan pengumpulan data yang
rata skor posttest tertinggi yaitu pada kompetensi disertai dengan diskusi kelompok. Ciri khas dari

369
model ini adalah proses penemuan yang proses pencarian atau penemuan. Hal ini sejalan dengan
pembelajarannya dilaksanakan di lingkungan pendapat Pool (1997) menyebutkan bahwa konsep
sekitar dan didukung dengan studi literatur sehingga literasi digital bukan hanya mengenai kemampuan
dapat mengembangkan kreativitas peserta didik untuk membaca saja, melainkan juga membaca
dalam proses pemecahan masalah. dengan makna dan mengerti.
Dari pernyataan tersebut dapat dihubungkan Dengan menggunakan model discovery learning
bahwa model discovery learning selain memiliki ciri pada proses pembelajaran sub materi sistem indera
khas yaitu proses penemuan secara aktif oleh peserta peserta didik dapat termotivasi untuk
didik , proses pelaksanaan pembelajarannya juga menyelesaikan suatu permasalahan yang ada kaitan
terdapat diskusi dimana peserta didik memiliki dengan konsep yang dimiliki, dengan tidak hanya
keterlibatan dalam kelompoknya untuk mencari, sebatas mengenal tetapi siswa harus dapat
mengolah, dan menganalisis data yang diperoleh menemukan dan berpikir secara kritis untuk
sehingga akan sejalan atau dapat memberikan mengolah informasi yang ditemukannya. Sehingga
dampak positif terhadap peningkatan kemampuan dapat disimpulkan bahwa model discovery learning
literasi digital yang menitikberatkan pada partisipasi merupakan salah satu model yang cocok digunakan
aktif peserta didik dalam mencari dan menganalisis dan memberikan dampak positif bagi kemampuan
informasi. Menurut Handayani (2018), dalam literasi digital khususnya pada sub materi sistem
literasi media digital, orang-orang merupakan indera yang selalu mengaitkan konsep dengan
peserta aktif dalam lingkungan digital. Dalam kehidupan nyata.
literasi media digital, fokus literasi telah bergeser
dari ekspresi individu ke keterlibatan masyarakat. Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap Hasil
Pendapat tersebut juga sejalan dengan pernyataan Belajar Peserta Didik
A’yuni (2015), yang menyatakan bahwa seseorang Berdasarkan hasil uji hipotesis yang dapat
yang berliterasi digital perlu mengembangkan dilihat pada tabel 1. dengan menggunakan uji
kemampuannya dalam melakukan pencarian serta ANCOVA diperoleh nilai sig. untuk model adalah
membangun suatu strategi ketika menggunakan 0,000 < α = 0,05. Karena nilainya jauh di bawah
search engine agar dirinya dapat mengetahui 0,05 maka H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan
bagaimana cara menemukan informasi yang sesuai bahwa tanpa pengaruh kemampuan literasi digital,
dengan kebutuhan informasinya. pada tingkat kepercayaan 95% ada pengaruh model
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui pembelajaran discovery learning terhadap hasil belajar
bahwa kemampuan literasi digital bukan hanya yang diperoleh peserta didik. Pengaruh penggunaan
mencakup kemampuan membaca dan menggunakan model discovery learning ini juga dapat terlihat dari
internet, namun dibutuhkan pula suatu proses perbedaan skor rata- rata hasil tes hasil belajar
berpikir secara kritis untuk melakukan evaluasi peserta didik peserta didik pada kelas eksperimen
terhadap informasi yang ditemukan melalui media dan kelas kontrol disajikan dalam diagram batang
digital dan proses berasosiasi atau bekerjasama seperti pada Gambar 2.
untuk mengolah data yang diperoleh dari hasil

370
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

30
26,14 26,56
25,14 25,14
25 23,57 23,4
21,6 22,43
19,56
20
16,43
Frekuensi

15

10

0
Mengingat (C1) Memahami (C2) Menerapkan (C3) Menganalisis Mengevaluasi
(C4) (C5)
Indikator Hasil Belajar

Gambar 2. Diagram Batang Skor Hasil Belajar Peserta Didik pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Berdasarkan skor rata-rata hasil belajar yang Sekaitan dengan hal tersebut Ali dan Setiani
diperoleh peserta didik seperti pada Gambar 2, (2018), menyatakan bahwa model discovery learning
didapatkan kesimpulan bahwa hasil belajar peserta menekankan pada peserta didik untuk belajar aktif
didik yang menggunakan model discovery learning dan dapat memahami konsep dengan baik dalam
mempunyai rerata skor yang lebih besar proses pembelajaran. Pendapat tersebut sejalan
dibandingkan kelas yang menggunakan model direct dengan Nurhayati (2018), yang menyatakan bahwa
instruction. Perolehan nilai rata-rata skor tertinggi dengan melakukan kegiatan penemuan siswa akan
test hasil belajar di kelas eksperimen yang melalui proses “mencari tahu” dan “melakukan”
menggunakan discovery learning terdapat pada aspek sehingga siswa dapat memperoleh pemahaman yang
menganalisis yaitu sebesar 26,56, dan skor terendah lebih mendalam dan pembelajaran yang dilakukan
pada aspek mengevaluasi yaitu 22,43. Sedangkan akan lebih bermakna. Tentu dari pernyataan
hasil dari kelas kontrol menunjukkan bahwa rata- tersebut sangat mendukung penerapan model
rata skor tes tertinggi sebesar 94,2 terdapat pada discovery learning pada sub materi sistem indera yang
kompetensi 1 yaitu pencarian internet sebesar 92. pada saat proses pembelajaran peserta didik dituntut
Model discovery learning bersifat student memahami anatomi dan fungsi alat indera beserta
centered dimana guru berperan sebagai fasilitator dan bioproses dan gangguan yang berkaitan dengan
pembimbing saja, selebihnya aktivitas pembelajaran masing-masing sistem penginderaan pada manusia.
dilakukan secara mandiri oleh peserta didik. Peserta Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
didik dibimbing dan diarahkan untuk belajar melalui penggunaan model discovery learning pada
pengalamannya sendiri sehingga mampu pembahasan sub materi sistem indera mempunyai
meningkatkan kemampuannya untuk menguraikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar
keterkaitan antara situasi yang ditemukannya di peserta didik dan baik digunakan dalam proses
kehidupan sehari hari dengan materi yang pembelajaran.
dipelajarinya yaitu tentang sistem indera. Kegiatan
tersebut membantu siswa untuk membiasakan SIMPULAN, SARAN, DAN REKOMENDASI
menganalisis sehingga siswa benar-benar Model Discovery Learning (DL) merupakan
memahami apa saja yang mereka alami dan model pembelajaran berbasis penemuan yang
temukan selama proses pembelajaran. Hal ini sesuai bersifat student center sehingga peserta didik dapat
dengan hasil penelitian dari Sayuti et al., (2018) dan berpartisipasi secara aktif dalam proses
Satono et al., (2017) yang menyatakan bahwa pembelajaran. Penggunaannya dimaksudkan untuk
penerapan model discovery learning pada mata meningkatkan keterampilan dan kemampuan
pelajaran IPA dapat meningkatkan kemampuan kognitif peserta didik.
analisis siswa dan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil analisis data dan
pengujian hipotesis, maka diperoleh simpulan
371
bahwa ada pengaruh model pembelajaran discovery Handayani, M. (2018). Pengukuran Keterampilan
learning terhadap kemampuan literasi digital dan Literasi Digital di Kalangan Mahasiswa
hasil belajar peserta didik pada sub materi sistem Fikom Universitas Prof. Dr. Moestopo
(Beragama). Jurnal Pustaka Komunikasi, 1(1),
indera di kelas XI SMAN 4 Tasikmalaya Tahun
124-129.
Pelajaran 2018/2019. Hastjarjo, S. (2013). “Literasi Media Baru Berbasis
Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan mampu Local Wisdom Jawa”, Rahardjo, T. et al.,
menerapkan model discovery learning terhadap (2013). Literasi Media & Kearifan Lokal ‘Konsep
materi yang lain serta lebih memperbanyak aktivitas dan Aplikasi’. Salatiga : Mata Padi Pressindo.
pembelajaran yang berkaitan dengan media digital Hernawati, D., & Amin, M. (2016). The Student
agar kemampuan literasi digital peserta didik Perceptions On Learning Models Of Inquiry
Integrated Project Based Learning Towards
semakin baik.
Science Process Skill Of Student And
Scientific Literacy. Research Report, (2).
UCAPAN TERIMA KASIH Iriantara, Y., & Soenendar, R. K. (2010). Literasi
Penelitian ini dapat terlaksana dengan baik Media: Apa, Mengapa, Bagaimana. Bandung:
berkat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu Simbiosa Rekatama Media.
peneliti mengucapkan terimakasih kepada Kepala Nurhayati, N. (2018). Peningkatan Kemampuan
Literasi Sains Dan Hasil Belajar Siswa Pada
Sekolah dan guru biologi SMAN 4 Tasikmalaya
Pokok Bahasan Lingkungan Dengan
yang telah membantu dan memberikan izin Menerapkan Pembelajaran Discovery learning
penelitian, dosen pengajar di jurusan pendidikan Di Kelas Vii Smp Negeri 2 Binjai. Jurnal Pelita
biologi Universitas Siliwangi yang telah Pendidikan, 6(4).
membimbing dan memberikan nasihat-nasihat Pool, C. R. (1997). A New Digital Literacy A
selama penelitian, serta kepada teman-teman Conversation With Paul Gilster. Educational
Leadership, 55, 6-11.
angkatan dan semua pihak yang tidak dapat peneliti
Rosdiana, R., Boleng, D. T., & Susilo, S. (2017).
sebutkan satu persatu. Pengaruh Penggunaan Model Discovery
learning terhadap Efektivitas dan Hasil
DAFTAR PUSTAKA Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan: Teori,
A’yuni, Q. Q. (2015). Literasi digital remaja di kota Penelitian, dan Pengembangan, 2(8), 1060-1064.
Surabaya. Jurnal Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Sayuti, E. W., Kristin, F., & Anugraheni, I. (2018).
Politik, Universitas Airlangga Surabaya. Penerapan Model Pembelajaran Discovery
Ali, M., & Setiani, D. D. (2019). Pengaruh Model learning Pada Pembelajaran Ipa Untuk
Discovery learning Terhadap Hasil Belajar Meningkatkan Kemampuan Analisis Siswa
Peserta Didik Pada Konsep Jamur. Kelas 5 Sd Negeri Selomirah. e-Jurnal Mitra
Bioedusiana: Jurnal Pendidikan Biologi, 3(2), 59- Pendidikan, 2(7), 643-656.
63. Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Wahjudi, E. (2015). Penerapan Discovery learning
Balya, T., Pratiwi, S., & Prabudi, R. (2018). Literasi Dalam Pembelajaran IPA Sebagai Upaya
Media Digital pada Penggunaan Gadget untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
(Studi Deskriptif Penggunaan Gadget pada Kelas IX-I di SMP Negeri 1 Kalianget. Jurnal
Siswa SMK Broadcasting Bina Creative Lensa, 5(1), 1-15.
Medan yang Berdampak pada Pergeseran Widodo, A. (2005). Taksonomi Tujuan
Nilai Kearifan Lokal). Jurnal Simbolika: Pembelajaran. Didaktis, Volume 4 (2), 61-69.
Research and Learning in Communication Study, Yani, A. dan Ruhimat, M. (2018). Teori dan
4(2), 173-187. Implementasi Pembelajaran Saintifik Kurikulum
Briggs, A., & Burke, P. (2006). Sejarah Sosial Media: 2013. Bandung: PT Refika Aditama.
dari Gutenberg sampai Internet. Yayasan
Pustaka Obor Indonesia.
Febriyanto, T. (2013). “Kesenjangan Digital dan
Literasi Media Baru”, dalam Rahardjo, T. et
al., (2013). Literasi Media & Kearifan Lokal
‘Konsep dan Aplikasi’. Salatiga : Mata Padi
Pressindo.
Gilster, Paul. 1997. Digital Literacy. New York:
Wiley. Diakses dari
https://openlibrary.org/works/OL2627594
W/Digital_literacy pada tanggal 11 Maret
2019.
372

Anda mungkin juga menyukai