Anda di halaman 1dari 41

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penggunaan internet semakin populer dikalangan generasi muda tak terkecuali
mahasiswa. Mahasiswa adalah bagian masyarakat yang sangat dekat dengan akses
informasi dan dunia internet, bukan hanya karena tuntutan keilmuan yang mengharuskan
mahasiswa untuk selalu mencari informasi terbaru, tetapi juga mengenai berbagai
kebutuhan mendasar sebagai manusia di era teknologi. Penggunaan internet sebagai salah
satu akses informasi dalam melancarkan berbagai aktivitas mahasiswa. Internet
digunakan sebagai penghubung ilmu dan mempermudah mahasiswa untuk mengakses
berbagai kebutuhan yang berhubungan dengan keilmuan (Giyakur, Manajemen,
Ekonomi, Bisnis, & Surakarta, 2018).
Pembelajaran Daring bagi sebagian orang Indonesia mungkin masih dianggap
baru, sekalipun dalam keseharian mereka tanpa disadari mereka sudah terlibat
didalamnya. Menggunakan smartphone dan berbagai aplikasi sosial media yang ada di
dalam Smartphone yang mereka gunakan sehari-hari, sebenarnya sudah
mengimplementasikan konsep Daring yang dimaksud. Hanya saja, saat diaplikasikan
pada sesuatu yang baru dan bersifat pengajaran serta pembelajaran, tentu belum semua
dapat mencernanya dengan baik. Didalamnya terdapat berbagai aspek bimbingan atau
arahan pada peserta didik yang sedang melakukan proses belajar. Dalam belajar, pengajar
akan dihadapkan oleh beragamnya respon dari peserta didik. Ada yang mudah mencerna,
namun ada juga yang sebaliknya. Hal inilah yang dijadikan pengajar sebagai tolak ukur
pembelajaran, agar sebuah strategi pembelajaran dapat tersistem dengan baik, dan
berjalan secara efektif (Mózo, 2017).
Pasca pengumuman resmi penetapan pandemi global Covid-19 oleh World Health
Organization (WHO), di Negara di dunia termasuk Indonesia menetapkan kebijakan
pembatasan fisik dengan work from home and stay at home sebagai upaya preventif
penyebaran Covid-19. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
juga telah menerbitkan Surat Edaran Nomor 3 Tahun (2020) tentang Pencegahan Covid-
19 pada Satuan Pendidikan sebagai antisipasi terhadap penyebaran virus Corona Virus

1
Disease (2019) (Covid19) di berbagai sekolah maupun perguruan tinggi (Giyakur et al.,
2018).
Pada tahun (2017) Indonesia memiliki 4504 Perguruan Tinggi dengan jumlah
program studi terbanyak yaitu program studi pendidikan, dengan artinya bahwa
banyaknya program studi pendidikan seharusnya diimbangi dengan teknologi blockchain
agar dapat difungsikan sebagai perannya. Menurut data survei yang dilakukan oleh
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). Pada tahun (2017), jumlah
pengguna internet di Indonesia mencapai 143,26 juta jiwa. Angka tersebut meningkat
dibandingkan pada tahun sebelumnya, yakni tahun (2016) yang tercatat mencapai 132,7
juta jiwa., jumlah pengguna internet (2017) tersebut mencakup 54,68 persen dari total
populasi Indonesia yang mencapai 262 juta kemudian Berdasarkan jenis kelamin,
komposisi pengguna internet di Indonesia adalah 51,43 persen laki-laki, 48,57 persen
perempuan dengan usia 13-18 tahun sebanyak 16,68 persen, 19-34 tahun sebanyak 49,52
persen Sementara itu, persentase pengguna internet berusia 35-54 tahun mencapai 29,55
persen. Dan pengguna 54 tahun ke atas mencapai 4,24 persen.
Kemudian (APJII) memprediksi bahwa pada setiap tahunya pengguna internet di
indonesia akan mengalami kenaikan. Dengan pertumbuhan pengguna internet yang terus
berkembang, Bank Indonesia memperkirakan ada 24,7 juta orang yang berbelanja online.
Nilai transaksi e-Commerce diprediksi mencapai Rp 144 triliun pada (2018). Selain itu
nilai investasi teknologi di sektor eCommerce dan teknologi finansial mencapai Rp 22,6
triliun.Pembelian secara daring adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan
pembelian melalui internet (Giyakur et al., 2018)
Umumnya, setiap intitusi perguruan tinggi dan/atau dosen pengajar memiliki
alasan dan pertimbangan sendiri untuk memilih model pembelajaran mana yang paling
cocok dari setiap mata kuliah yang ada untuk diselenggarakan pada pembelajaran
mahasiswa. Faktor utama yang seharusnya dipertimbangan dalam menetapkan pilihan
model pembelajaran yang digunakan pada setiap perguruan tinggi adalah faktor
pencapaian (keberhasilan) hasil belajar, selain faktor lingkungan belajar dan biaya
operasional. Yang menjadi faktor pertama dalam pemilihan model pembelajaran
umumnya adalah faktor pencapaian hasil belajar, yakni model pembelajaran yang

2
dianggap cocok dan bisa menghantarkan hasil belajar kognitif yang minimal berhasil
baik, atau yang bisa meningkatkan kualifikasi kognitif lulusan (Giyakur et al., 2018).
Beberapa media pembelajaran daring yang dapat digunakan sebagai penghubung
antara pengajar dan pembelajar adalah Portal LMS, Layanan Google Classroom, Media
live streaming seperti Zoom atau Google Hangout, dan aplikasi chat group seperti
WhatsApp atau Telegram. Pada dasarnya, setiap media pembelajaran memiliki kelebihan
dan kelemahan. Untuk itu, maka layanan Zoom pun mereka coba pilih sebagai media
pembelajaran daring untuk mata kuliah bahasa inggris lanjut. Sebagai pengajar, peneliti
pun mencoba memfasilitasi keputusan tersebut. Zoom merupakan sebuah layanan
konferensi video yang memiliki kemampuan praktis dalam menghadirkan suasana
meeting secara Daring (Mózo, 2017).
Perkuliahan online atau yang biasa disebut daring merupakan salah satu bentuk
pemanfaatan internet yang dapat meningkatkan peran mahasiswa dalam proses
pembelajaran. Saat ini, metode pembelajaran di berbagai institusi pendidikan tidak selalu
harus diselenggarakan melalui tatap muka. Terdapat model pembelajaran lain yang bisa
digunakan oleh tenaga pengajar sebagai media penyampaian ilmu pengetahuan, yaitu
pembelajaran Daring dan pembelajaran campuran (kombinasi dari dua metode
pembelajaran yaitu tatap muka dan pembelajaran daring) (Zhafira, Ertika, & Chairiyaton,
2020).
Pengetahuan merupakan modal bagi setiap orang untuk mendapatkan nilai dan
ilmu secara berkelanjutan (K. Wardani and Yulia Wardani, 2017). Pengetahuan adalah
hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Sulistin and
Widajadnya, 2015). Untuk memiliki suatu pengetahuan individu perlu melakukan suatu
proses yang disebut belajar (Septian and Adi, 2017). Pengetahuan memegang peranan
penting dalam penentuan perilaku yang utuh karena pengetahuan akan membentuk
kepercayaan yang selanjutnya dalam mempersepsikan kenyataan, memberikan dasar bagi
pengambilan keputusan dan menentukan perilaku terhadap objek tertentu sehingga akan
mempengaruhi seseorang dalam berperilaku. Terbentuk suatu perilaku baru terutama
orang dewasa dimulai pada domain kognitif dalam arti subyek tahu terlebih dahulu
terhadap stimulus yang berupa materi atau obyek diluarnya, sehingga menimbulkan

3
pengetahuan baru dan akan terbentuk melalui sikap dan tindakan (Priyanto, 2018). Sikap
adalah evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah
perasaan mendukung atau memihak pada objek tersebut. Sikap ini merupakan perasaan,
keyakinan, dan kecenderungan perilaku yang relatif menetap (Nurul, 2016).
Mahasiswa mengatakan kelebihan dari kuliah daring adalah tidak perlu ke
kampus naik turun tangga, tidak khawatir telat karena kuliah dari rumah, pencegahan
tidak berkumpul disaat pandemic corona dan membantu mahasiswa selama dirumah dan
alternative selama kuiah dirumah, lebih santai dan tidak harus bangun pagi, tidak
memerlukan ongkos, lebih mngetahui cara memakai teknologi, memiliki banyak waktu
selama dirumah. Mahasiswa mengatakan kekurangan kuliah daring adalah kadang paham
dan tidak dengan materi yang di jelaskan, kurang efektif karena kendala dengan jaringan
koneksi kurang baik sehingga susah untuk join, dan suara putus-putus, kadang room
selalu penuh, handphone menjadi mudah panas dan baterai cepat habis, dapat keluar
sendiri dari ruang meeting, menghabiskan banyak kuota.
Berdasarkan hasil Studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan pada hari rabu
tanggal 8 Juli 2020 terdapat 2 kelas dengan jumlah mahasiswa disetiap kelasnya
berjumlah 56 mahasiswa dengan jumlah keseluruhannya 112 mahasiswa. Lalu dilakukan
wawancara melalui via whatsapp dengan 10 mahasiswa dengan hasil, rata- rata
mahasiswa mengatakan kuliah Daring merupakan perkuliahan di rumah menggunakan
koneksi internet atau secara online dan tidak tatap muka secara langsung yang
menggunakan aplikasi zoom, webex dan lain lain dan melalui handphone dan laptop.
Mahasiswa mengatakan setelah kuliah daring mahasiswa merasakan biasa saja dan materi
yang di pahami hanya sedikit, kurang terlalu paham, lebih sulit karena biasanya
berinteraksi dengan dosen lebih banyak tetapi sekarang menjadi tebatas, merasa senang
karena tidak perlu panas panasan ke kampus. Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“Gambaran Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Keperawatan semester VI Melaksanakan
Kuliah Daring (ZOOM & WEBEX) Di Kampus ITKES WIYATA HUSADA
SAMARINDA”

4
B. Rumusan Masalah
Pembelajaran Daring bagi sebagian orang mungkin masih dianggap baru, Pasca
pengumuman resmi penetapan pandemi global Covid-19 oleh World Health Organization
(WHO), di Negara di dunia termasuk Indonesia menetapkan kebijakan pembatasan fisik
dengan work from home and stay at home sebagai upaya preventif penyebaran Covid-19
maka dalam hal ini pembelajaran daring diperlukan yang merupakan salah satu bentuk
pemanfaatan internet yang dapat meningkatkan atau membantu mahasiswa dalam proses
pembelajaran (tidak harus selalu tatap muka) dan dapat digunakan oleh tenaga pengajar
sebagai media penyampaian ilmu pengetahuan. Dari uruaian ini maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakan Gambaran Pengetahuan dan Sikap
Mahasiswa Keperawatan VI Yang Melaksanakan Kuiah Daring (Zoom & Webex) Di
Kampus ITKES Wiyata Husada Samarinda”?

C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi Gambaran Pengetahuan & Sikap Mahasiswa
Keperawatan Semester VI Dalam Melaksanakan Kuliah Daring (Zoom & Webex) di
ITKES Wiyata Husada Samarinda.
b. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Keperawatan Semester
VI Dalam Melaksanakan Kuliah Daring (Zoom & Webex) di ITKES Wiyata
Husada Samarinda.
b. Untuk mengatahui Gambaran Sikap Mahasiswa Keperawatan Semester VI
Dalam Melaksanakan Kuliah Daring (Zoom & Webex) di ITKES Wiyata
Husada Samarinda.

5
c. Manfaat Penelitian
Penelitian ini nantinya di harapkan dapat memberikan manfaat teoritis maupun secara
praktis
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Bagi institusi pendidikan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan
ilmu yang bermanfaat bagi mahasiswa dalam mengetahui Gambaran
Pengetahuan & Sikap Mahasiswa Keperawatan Semester VI Yang
Melaksanakan Kuliah Daring (Zoom & Webex) Dikampus ITKES WIYATA
HUSADA SAMARINDA

b. Bagi Perawat
Bagi perawat hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan,
pengelaman dan menambah pengetahuan serta wawasan.
c. Peneliti selanjutnya
Sebagai bahan dan sumber data bagi peneliti berikutnya dalam
pengembangan penelitian yang berhubungan dengan pengetahuan dan sikap
mahasiswa dalam pembelajaran daring.
2. Manfaat Praktis
Dapat menjadi sumber data penelitian berikutnya dan bahan pembanding bagi
yang berkepentingan untuk melanjutkan penelitian.

d. Penelitian Terkait
1. Penelitian yang dilakukan oleh (Hasanah, Sri Lestari, Rahman, & Danil, 2020)
dengan judul “Analisis Aktifitas belajar Daring Mahasiswa pada pademi COVID-
19”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi secara objektif
tentang aktivitas belajar daring mahasiswa FTK UIN sunan Gunung Djati
berdasarkan kebijakan untuk belajar di rumah selama masa tanggap darurat
COVID-19. Metode penelitian ini deskrifti dengan bentuk penelitian survey. Hasil
dari penelitian ini menunjukan aktifitas belajar daring mahasiswa pada masa
tangap darurat COVID-19 atas kebijakam belajar dirumah “cukup baik”.

6
Persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama meneliti kuliah daring dan
respondennya pun Mahasiswa. Dan perbedaannya dalam penelitian ini adalah
penelitian ini hanya menganalisi aktivitas belajar Mahasiswa sedang penelitian
yang saya akan buat yaitu meneliti pengetahuan dan sikap mahasiswanya.
2. Penelitian yang dilakukan (Nabila Hilmy Zhafira, Yenny Ertika, 2020). Dengan
judul “Perespsi Mahasiswa terdapap perkuliahan Daring Sebagai Sarana
Pembelajaran Selama Masa Karantina Covid-19”. Penelitian ini mengguanakan
analisis deskriptif mengkaji persepsi mahasiswa. Jumlah sampel pada penelitian
ini adalah 165 mahasiswa. Hasil dari penelitian Hasil pengolahan data
menunjukkan bahwa dari 165 orang mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas
Teuku Umar yang tergolong kelompok millenials berdasarkan usianya, lebih
nyaman untuk menggunakan aplikasi whatsapp dan google classroom untuk
digunakan dalam model pembelajaran daring ini . Aplikasi tersebut telah mereka
kenal sebelumnya atau mudah dipahami karena cenderung serupa dengan
beberapa aplikasi yang biasa mereka gunakan di kegiatan sehari hari. Persamaan
dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang kuliah Online. Dan
perbedaannya dari penelitian ini adalah penelitian ini menganalisis presepsi
Mahasiswa sedang penelitian yang saya buat akan membuat penelitian
pengetahuan dan sikap Mahasiswa.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritias
1. Konsep Daring
a. Pengertian
Pemanfaatan teknologi telekomunikasi untuk kegiatan pembelajaran di
Indonesia semakin kondusif dengan munculnya sistem perkuliahan daring.
Istilah daring merupakan akronim dari “dalam jaringan“. Jadi perkuliahan
daring adalah salah metode (Islam & Walisongo, 2019). Pembelajaran Daring
merupakan pemanfaatan jaringan internet dalam proses pembelajaran.
Kelebihan pembelajaran Daring Learing seluruh lapisan masyarakat dimana
saja di Indonesia dapat mengikuti program ini. Daring memberikan metode
pembelajaran yang efektif, seperti berlatih dengan adanya umpan balik terkait,
menggabungkan kolaborasi kegiatan dengan belajar mandiri, personalisasi
pembelajaran berdasarkan kebutuhan siswa yang menggunakan simulasi dan
permainan (Meidawati & Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo, 2019).

b. Pembelajaran Daring
Pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu proses yang mengatur
terjadinya sebuah proses belajar. Didalamnya terdapat berbagai aspek
bimbingan atau arahan pada peserta didik yang sedang melakukan proses
belajar. Dalam belajar, pengajar akan dihadapkan oleh beragamnya respon
dari peserta didik. Ada yang mudah mencerna, namun ada juga yang
sebaliknya. Hal inilah yang dijadikan pengajar sebagai tolak ukur
pembelajaran, agar sebuah strategi pembelajaran dapat tersistem dengan baik,
dan berjalan secara efektif. Pembelajaran menurut Undang-undang Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah proses interaksi yang
terjalin antara pendidik, peserta didik dan sumber belajar yang berlangsung
dalam suatu lingkungan belajar. Interaksi dari ketiga aspek tersebutlah yang

8
membuat proses belajar tersistem melalui tahap rancangan, pelaksanaan dan
evaluasi (Mózo, 2017).
Sebagai kegiatan yang kompleks, Trianto (Pane & Darwis Dasopang,
2017) menegaskan bahwa interaksi dalam pembelajaran akan berlangsung
secara dinamis sehingga didalamnya akan ditemukan pengembangan dan
pengalaman hidup guna mencapai target pembelajaran yang sudah
direncanakan. Bertolak dari pernyataan tersebut, maka dapat ditarik
kesimpulan, bahwa pembelajaran secara tatap muka saja sudah dianggap
menghasilkan situasi yang terbilang kompleks, oleh karena itu, maka
tantangan pembelajaran daring pun tentu akan menemukan sisi kompleks
lainnya (Mózo, 2017).

c. Media Pembelajaran Daring


Dalam pembelajaran konvensional, alat atau media pembelajaran dapat
berupa orang, makhluk hidup, benda-benda, dan segala sesuatu yang dapat
digunakan pengajar sebagai perantara untuk menyajikan bahan pelajaran. Hal
tersebut tentu tak akan jauh berbeda dengan pembelajaran daring, hanya saja
karena interaksi antara pengajar dan peserta didik di pembelajaran daring
dibatasi oleh jarak, maka diperlukan alat pembelajaran tambahan, sebagai
media pembantu agar penyelenggaraan pembelajaran dapat berjalan lebih
efisien dan efektif (Mózo, 2017).
Menurut Ghirardini (Adhe, 2018) mengungkapkan bahwa metode
pembelajaran daring dapat berjalan sangat efektif, karena didalamnya sarat
akan adanya respon umpan balik, sebab pembelajar mampu
mengkolaborasikan kegiatan belajar formal dengan aktivitas belajarnya secara
mandiri. Personalisasi model pembelajaran ini dapat disesuaikan dengan
kebutuhan mahasiswa sehingga semua mahasiswa dapat menerima kualitas
yang sama dari instruksi pengajar. Dalam menentukan pola pembelajaran
daring antara pengajar dan peserta didik.
Menurut Ghirardini (Adhe, 2018) memetakan dua pendekatan umum: self
paced dan fasilitated / instructor-led. Pendekatan self paced, memberikan

9
otoritas penuh kepada Mahasiswa dalam menggunakan daring sendiri dan
benar-benar dilakukan secara independen, sedangkan pendekatan
fasilitated/instructor led difasilitasi dan dipimpin oleh seorang instruktur
daring yang sekaligus menyediakan berbagai tingkat dukungan dari tutor dan
instruktur dan kolaborasi antar mahasiswa.
Menurut Ghirardini (Adhe, 2018) melanjutkan, pendekatan daring dapat
pula dilakukan dengan menggabungkan berbagai jenis komponen daring,
seperti daring content & interaktif e-lesson. Daring content (sumber belajar
sederhana) adalah sumber belajar noninteraktif seperti dokumen, PowerPoint
presentasi, video atau file audio. Material belajar tersebut hanya dapat
dimanfaatkan Mahasiswa dengan cara dibaca atau ditonton tanpa perlu
melakukan tindakan lain. Sumber daya seperti ini adalah modal dasar yang
cukup untuk dikembangkan. Karena jika pengemasannya menarik dan cocok
di mata peserta didik, maka tujuan belajar daring yang dirancang dapat
tercapai sekalipun mereka tidak memberikan interaktivitas apapun. Interaktif
e-lesson adalah pola pendekatan self paced daring pelatihan berbasis web
yang paling umum digunakan.
Didalamnya terdiri dari satu set interactive e-lessons yang mencakup teks,
grafik, animasi, audio, video dan interaktivitas dalam bentuk pertanyaan dan
umpan balik. E-lesson dapat pula mencakup rekomendasi link bacaan atau
sumber belajar online lain yang sarat akan informasi tambahan seputar topik
tertentu. Menurut Kemdikbud, pembelajaran daring atau yang umum dikenal
dengan istilah E-learning, memiliki enam prinsip utama:
1) Learning is open (belajar adalah terbuka)
2) Learning is social (belajar adalah sosial)
3) Learning is personal (belajar adalah personal)
4) Learning is augmented (belajar adalah terbantukan)
5) Learning is multirepresented (belajar adalah multirepresentasi /
multiperspektif)
6) Learning is mobile (belajar adalah bergerak)

10
Dari keenam prinsip tersebut, maka diperlukan alat atau media pembelajaran
daring yang dapat memenuhi kesemua aspek. Beberapa media pembelajaran
daring yang dapat digunakan sebagai penghubung antara pengajar dan
pembelajar adalah Portal LMS, Layanan Google Classroom, Media live
streaming seperti Zoom atau Google Hangout, dan aplikasi chat group seperti
WhatsApp atau Telegram. Pada dasarnya, setiap media pembelajaran
memiliki kelebihan dan kelemahan. Untuk itu maka perlu dilakukan evaluasi
berkelanjutan agar pola pembelajaran daring dapat berlangsung secara efektif
(Mózo, 2017).
d. Konsep Dasar Model Perkuliahan Melalui Daring
pembelajaran online atau dilakukan melalui jaringan internet. Berkaitan
dengan pra syarat pembelajaran daring ada tiga hal yang perlu dilengkapi
yaitu: (a) proses belajar mengajar dilaksanakan melalui koneksi internet, (b)
tersediannya fasilitas untuk kaum pelajar dalam layanannya, seperti cetak, dan
(c) disediakannya tutor jika terjadi kesulitan dalam proses belajar (Islam &
Walisongo, 2019).
Selain hal itu, ada tambahan persyaratan lain, seperti: (a) pihak
penyelenggara kegiatan e-learning, (b) maindset positif dosen dan mahasiswa
dalam fungsi utama internet, (c) desain sistem proses belajar yang bisa
dipelajari oleh semua mahasiswa, (d) adanya proses evaluasi dari rangkaian
proses belajar mahasiswa, dan (e) mekanisme feedback dari pihak
penyelenggara. Dengan demikian, secara sederhana dapatlah dikatakan bahwa
pembelajaran daring merupakan kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan
jaringan (Internet, LAN, WAN) sebagai metode penyampaian, interaksi, dan
fasilitasi serta didukung oleh berbagai bentuk layanan belajar lainnya (Islam
& Walisongo, 2019).
Manfaat pembelajaran daring menurut Bates dan Wulf terdiri atas 4 hal,
yaitu: (1) Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik
dengan guru atau instruktur (enhance interactivity), (2) Memungkinkan
terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place
flexibility), (3) Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential

11
to reach a global audience), (4) Mempermudah penyempurnaan dan
penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of content as well as
archivable capabilities). Implementasi pembelajaran daring dengan demikian
dapat memberikan manfaat antara lain : (1) Adanya kenaikan grafik kualitas
perguruan tinggi dan kualitas lulusan, (2) Terbentuknya komunitas sharing
ilmu tidak terbatas dalam satu lokasi, (3) peningkatan komunikasi yang intens
antara dosen dan mahasiswa, (4) Tidak terbatasnya sumber-sumber belajar,
(5) meningkatnya kualitas dosen dikarenakan mudah dosen dalam
mendapatkan informasi (Islam & Walisongo, 2019).
Menurut Khan B.H, menjelaskan terdapat beberapa kegiatan yang harus
ada dalam pembelajaran daring, yaitu: (1) Meningkatkan perhatian
mahasiswa, (2) Menyampaikan tujuan belajar kepada mahasiswa, (3)
Mendorong ingatan kembali mahasiswa tentang informasi yang telah
dipelajarinya, (4) Menyajikan stimuli secara khusus, 5) Memberi petunjuk
belajar, (6) Memperoleh performan mahasiswa, (7) Memberikan umpan balik
yang informatif, (8) Menilai tingkat performan mahasiswa, (9) Meningkatkan
retensi dan transfer belajar (Islam & Walisongo, 2019).
2. Zoom
Zoom adalah platform digital yang berfungsi untuk memudahkan dalam relasi
sosial, komunikasi daring, dan video konferensi. Platform zoom memudahkan akses
komunikasi daring antar partisipan secara mudah dan gratis. Keunggulan platform
zoom adalah open access atau tidak berbayar, tidak ada batasan maksimal peserta
video konferensi (lebih dari 100 partisipan), kemudahan sharing content, dan
kemudahan dalam proses pendaftaran dan login sebagai partisipan. Kelemahan
platform zoom adalah adanya keterbatasan maksimal durasi pemakaian yaitu 40
menit (SEC, 2020), keamanan akun pengguna tidak terjamin, dan tidak dapat
mengunggah atau mengunduh file (Mukharomah, Mada, & Qomariyah, 2020).
3. Webex
Cisco webex adalah platform digital yang dirilis Perusahaan Cisco dan berfungsi
untuk memundahkan konektivitas antar orang dalam dunia maya yang mendukung
pelaksanaan diskusi dan komunikasi jarak jauh. Platform cisco webex membantu

12
berbagai aktivitas komunikasi secara daring meliputi akademik, bisnis, dan
pemerintahan. Keunggulan platform cisco webex adalah mampu mendukung
komunikasi real time (Cisco, 2019), kemudahan dalam pengaturan audio, kejernihan
tampilan video konferensi, kemudahan masuk menjadi peserta video konferensi atau
kemudahan join meeting bagi peserta konferensi dan keamanan akun pengguna yang
terjamin. Kelemahan cisco webex adalah membutuhkan jaringan internet yang bagus
agar tidak terjadi loading saat melaksanakan video konferensi, pendaftaran
kepemilikan akun cisco webex tidak gratis harus menggunakan email perusahaan atau
instansi.
Fasilitas pendukung dalam platform cisco webex adalah konten berbagi
(sharingcontent, video konferensi (video conference), suara konferensi (audio
conference), ruang diskusi (chat room), dan perekaman video konferensi yang
terintegrasi denganciscocloud (Mukharomah et al., 2020).
4. Konsep Pengetahuan

a. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah sumber informasi dan penemuan yang merupakan suatu
proses yang kreatif untuk mendapatkan suatu pengetahuan baru. Pegetahuan erat
kaitannya dengan ilmu. Untuk memiliki satu pengetahuan individu perlu melakukan
suatu proses yang disebut belajar. Belajar yang dimaksud tidak selalu harus
dilakukan melalui proses belajar mengajar disekolah saja, tapi dapat juga dilakukan
melalui pengamatan, membaca literatur atau melihat pengalaman orang lain dalam
kehidupan sehari-hari (Septian and Adi, 2017).
Sebuah penelitian mengungkapakan bahwa pengetahuan akan merangsang
terjadinya perubahan sikap dan bahkan tindakan seorang individu yang meliputi:
1) Awareness (kesadaran)
Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu
terhadap stimulus (objek).
2) Interest (merasa tertarik)
Dimana individu mulai menaruh perhatian dan tertarik pada stimulus.
3) Evaluation (menimbang-nimbang)

13
Individu akan mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadap stimulus
tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah baik lagi.
4) Trial (mencoba)
Melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
5) Adoption
Subyek berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikap
terhadap stimulus.
Namun dari penelitian tersebut, rogers menyimpulkan bahwa perubahan
perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut diatas.
b. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoadmojo (2003) dalam (Putri, 2017) pengetahuan mempunyai 6
tingkatan sebagai berikut :
1) Tahu (Know)
Tahu dairtikan sebagai sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap suatu yang spesifik dari seluru bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima.
2) Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai salah satu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat meginterprestasikan materi-materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan
sebagainya terahadap objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya) dari kasus yang diberikan.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk dapat menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan
masih ada kaitannya satu dengan yang lain. Kemampuan analisi ini dapat dilihat

14
dari penggunaan kata-kata kerja, dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan satu sama lain.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, dapat
merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk penilaian terhadap suatu materi
atau objek. Penilaian-penilaian berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan
sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoadmojo (2003) dalam (Putri, 2017) faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan terbagi menajdi dua yaitu faktor internal dan eksternal.
1) Faktor internal
a. Pendidikan
Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang
diberikan kepada anak tertuju kepada kedewasaan. Pendidikan juga sebagai
suatu usaha dasar untuk menjadi kepribadian dan kemampuan didalam serta
diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
b. Minat
Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi
terhadap sesuatu. Dengan adanya pengetahuan yang tinggi didukung minat
yang cukup dari seseorang, sangatlah mungkin orang tersebut akan
berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan.
c. Pegalaman
Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami seseorang (Middle Brook,
1974) yang dikutip oleh Azwar (2009) dalam (Putri, 2017), mengatakan
bahwa tidak adanya suatu pengalaman sama sekali, suatu objek psikologis
cenderung akan bersikap negatif terhadap objek tersebut. Untuk menjadi

15
dasar pembentukan sikap pengalaman pribadi haruslah meninggalkan pesan
yang kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman
pribadi tersebut dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan, dan
pengalaman, sehingga akan lebih mendalam dan lama membekas.
d. Usia
Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun.
Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan
lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat
seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada orang yang
beluum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari
pengalaman dan kematangan jiwannya, makin tua seseorang maka makin
kondsuif dalam menggunakan koping terhdap masalah yang dihadapi.
2) Faktor eksternal
a. Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan primer ataupun sekunderm keluarga dengan
status ekonomi lebih baik mudah tercukupi dengan keluarga dengan status
ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan informasi
termasuk kebutuhan sekunder. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ekonomi
dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang berbagai hal.
b. Informasi
Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai pemberitahuan
seseorang adanya informasi baru mengenai suatu hal serta memberikan
landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.
Pendekatan ini biasanya dilakukan untuk menggunakan kesadaran
masyarakat terhadap suatu motivasi yang berperngaruh terhadap perubahana
perilaku, biasanya digunakan melalui media massa.
c. lingkungan
pendidikan tidak bisa lepas dari pengaruh lingkungan, karena lingkungaan
terdiri dari gejala-gejala yang slaig mempengarhi. Tingkah laku dan proses-
proses kognitif seseorang dapat dipengaruhi dari motivasi keluarga yang
berdampak terhadap psikologi seseorang (Septian and Adi, 2017).

16
d. Budaya
Budaya merupakan kompleks yang mencakup pengertian, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan kemampuan serta kebiasaan yang
diharapkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat, jika tradisi sudah
melekat sangat lama dimana sesorang tidak mempertanyakan lagi tentang
kebiasaan, cara yang lebih baik atau cepat mungkin akan diabaikan (Septian
and Adi, 2017).

5. Tinjauan Umum Tentang Sikap


a. Pengertian Sikap
Terdapat beberapa pendapat diantara para ahli apa yang dimaksud dengan
sikap itu. Ahli yang satu mempunyai batasan lain bila dibandingkan dengan
ahli lainnya. Untuk memberikan gabaran tentang hal ini, diambil beberapa
pengertian yang diajukan oleh beberapa ahli, antara lain:
Thrtone berpendapat bahwa sikap merupakan suatu tingkatan afeksi, baik
bersifat positif maupun negative dalam hubungan dengan objek-objek
psikolog, seperti: symbol fase, slogan, orang, lembaga, citacita dan gagasan
(Zuriah, 2003).
Sikap dikatakan sebagai suatau respon evaluative. Respon hanya akan
timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang mengehendaki
adanya reaksi individual. Respons evaluative berarti bahwa bentuk reaksi
yang dinyatakan sebagai sikap itu timbul didasari oleh proses evaluasi dalam
diri individu yang memberi kesimpulan stimulus dalam bentuk nilai baik-
buruk, positif-negatif,menyenangkan-tidak menyenangkan yang kemudian
mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap (Azwar, 2007).
b. Factor-faktor yang Memperngaruhi Terbentuknya Sikap
1) Faktor intern
Faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan sendiri.
Kita dapat menangkap seluruh rangsangan dari luar melalui persepsi, oleh
karena itu kita harus memiliki rangsangan-rangsangan mana yang akan

17
kita teliti dan mana yang harus dijauhi. Pilihan ini ditentukan oleh motif-
motif dam kecenderungan-kecenderungan dalam diri kita.
2) Faktor Ekstern
Yang merupakan faktor diluar manusia, yaitu;
1) Sifat objek yang dijadikan sasaran sikap
2) Kewibawaan orang yang mengemukakan sikap tersebut.
3) Sifat orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut
4) Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap.
5) Situasi pada saat dibentuk (Purwanto, 1998)
3) Cara Perubahan atau Perubahan Sikap
Sikap dapat dibentuk atau berubah melalui 4 macam cara, yaitu:
1) Adopsi, kejadian-kajadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi
berulang dan terus-terusan, lama-kelamaan secara bertahap kedalam
diri individu dan mempengaruhi terbentuknya siakp
2) Diferensiasi, dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya
pengalaman, sejalan dengan bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang
tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas dari
jenisnya. Terdapat objek tersebut dapat dibentuknya sikap tersendiri
pula.
3) Intelegensi, tadinya secara bertahap, dimulai dengan dengan berbagai
pengelaman yang berhubungan dengan suatu hal tertentu.
4) Trauma, pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan yang meninggalkan
kesan mendalam pada jiawa orang yang bersangkutan. Pengalaman-
pengalaman yang traumatis dapat juga menyebabkan terbentuknya
sikap (Azwar, 2007).
B. Kerangka Teori Keperawatan
Lawrencen Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan.
Kesehatan seseorang atau masyarakat di perbaharuhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor
perilaku (behavior causes) dan faktor luar lingkungan (nonbehavior canses). Untuk
mewujudkan suatu perilaku kesehatan,diperlukan pengelolahan manajemen program
melalui tahap pengkajian, perencanaan, intervensi sampai dengan penilaian dan evaluasi.

18
Selanjutnya dalam program promosi kesehatan dikenal adanya model pengakajian dan
penindaklanjutan (precede-Proceed model) yang diadaptasi dari konsep Lawrence Green.
Model ini mengkaji masalah perilaku manusia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya,
serta cara menindaklanjutnya dengan berusaha mengubah, memelihara, atau
meningkatkan perilaku tersebut ke arah yang lebih positif. Proses pengkajian atau pada
tahap precede dan proses penindaklanjutan pada tahap proceed. Dengan demikian suatu
program untuk memperbaiki perilaku kesehatan adalah penerapan keempat proses pada
umunya ke dalam model pengkajian dan penindaklanjutan.
Kualitas hidup adalah sasaran utama yang ingin dicapai di bidang pembangunan
sehingga kualitas hidup ini sejalan dengan tingkat sejahtera. Semakin sejahtera maka
kulitas hidup semakin tinggi. Kualitas hidup ini salah satunya di pengaruhi oleh derajat
kesehatan. Semakin tinggi derajat kesehatan seseorang maka kualitas hidup juga semakin
tinggi.
1. Derajat kesehatan adalah sesuatu yang ingin di capai dalam bidang kesehatan,
dengan adanya derajat kesehatan akan tergambarkan masalah kesehatan yang sedang
dihadapi. Pengaruh yang paling besar terhadap derajat kesehatan seseorang adalah
faktor perilaku dan faktor lingkungan.
2. Faktor lingkungan adalah faktor fisik,biologis, dan sosial budaya yang
langsung/tidak memengaruhi derajat kesehatan.
3. Faktor perilaku dan gaya hidup adalah suatu faktor yang timbul karena adanya aksi
dan reaksi seseorang atau organisme terhadap lingkungannya. Faktor perilaku akan
terjadi apabila ada rangsangan, sedangkan gaya hidup merupakan pola kebiasaan
seseorang atau sekelompok orang yang dilakukan karena jenis perkerjaannya
mengikuti tren yang berlaku dalam kelompok sebayanya, ataupun hanya untuk
meniru dari tokoh idolanya.
Dengan demikian suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau
perilaku tertentu. Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga
faktor. Menurut Teori Lawrence Green dipengaruhi oleh 3 faktor, antara lain : faktor
prediposisi (predisposing Factors) yaitu : sikap, keyakinan, pengetahuan,
kepercayaan, nilai, dan norma. Sementara faktor pendukung (enabling Factors),
yaitu : adanya sarana kesehatan, terjangkaunya sarana kesehatan,prasarana,

19
lingkungan Akademik, dan keterampilan terkait kesehatan, faktor pendorong
(reinforcing factors) yaitu dosen, guru, teman sebaya ,orang tua/Wali, petugas
kesehatan, tokoh masyarakat dan pengambilan keputusan, Ketiga faktor penyebab
tersebut diatas dipengaruhi serta organisasi. Semua Faktor – faktor tersebut
merupakan ruang lingkup promosi kesehatan.
Faktor lingkungan adalah segala faktor baik fisik, biologis, maupun sosial budaya
yang langsung atau tidak langsung dapat memengaruhi derajat kesehatan. Dapat
disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan
oleh pengetahuan, sikap, keperercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau
masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, keterseianan fasilitas, sikap, dan
perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan
memperkuat terbentuknya perilaku (Lawrence Green, 1980).

20
C. Kerangka Teori Penelitian

Faktor yang
mempengaruhi
pengetahuan :
1. Internal
a. Pendidikan.
b. Minat
Faktor Prediposisi
c.Pegalaman
1. Pengetahuan
d. usia
( 2. Sikap
2. Eksternal
a. Ekonomin
b. Informasi
c. Lingkungan
d. budaya
Faktor Enabling

1. Media Internet
2. Sarana dan Pembelajaran Daring
prasarana
3. Media elektronik (zoom dan webex)
Faktor yang
mempengaruhi sikap:
1. Faktor intern
2. Faktor Ekstern

Faktor Reinforcing

1. Dosen
2. Teman

Table 2.1

21
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Rancangan penelitian yang
digunakan adalah desktiptif bertujuan untuk memaparkan peristiwa-peristiwa penting
yang terjadi pada masa kini. Deksripsi peristiwa dilakukan secara sistematis dan lebih
menekankan pada data faktual daripada penyimpulan. Fenomena disajikan secara apa
adanya tanpa manipulasi. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross
sectional, yaitu jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi
data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat. Pada jenis ini,
variabel independen dan dependen dinilai secara simultan pada suatu saat, jadi tidak
ada tindak lanjut (Nursalam, 2017 ).

B. Kerangka Konsep Penelitian


Kerangka teori dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan
tentang teori-teori yang akan dipakai sebagai landasan penelitian yang akan dilakukan
oleh teori mengenai variable-variabel permasalahan yang aka n diteliti (Mardalis,
2004). Untuk memberikan pedoman dan pemudahan dalam kegiatan penelitian,
pengolahan data, penganalisanya agar diperoleh hasil penelitian yang benar, maka
digunakan kerangka teori. Kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Tabel 3.1

Pengetahuan & Sikap BAIK


Mahasiswa Kuliah
Kurang
Daring

22
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia; klien) yang
memenuhi krtieria yang telah ditetapkan (Nursalam,2017). Populasi dalam
penelitian ini adalah populasi terjangkau yaitu mahasiswa dan mahasiswi ITKES
Wiyata Husada Samarinda tingkat III tahun akademik 2020/2021 dengan jumlah 56
mahasiswa yang Aktif kuliah di semester VI B. Dan 5 mahasiswa sudah dilakukan
wawancara untuk studi pendahuluan.
2. Sampel
Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai
subjek penelitian melalui sampling. Pada dasarnya ada dua syarat yang harus
dipenuhi saat menetapkan sampel, yaitu representatif (mewakili) dan sampel harus
cukup banyak (Nursalam, 2017).
Jadi Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 51 mahasiswa karena 5
Mahasiswa termasuk di dalam wawancara studi pendahuluan.
3. Kriteria Eksklusi dan Inklusi
Penentuan kriteria sampel sangat membantu peneliti untuk menguragi bias hasil
penelitian, khsusnya jika terhadap variabel-variabel kontrol ternyata mempunyai
pengaruh terhadap variabel yang kita teliti (Nursalam, 2017 ). Kriteria inklusi dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Kriteria Inklusi
1) Mahasiswa/i keperawatan ITKES Wiyata Husada Samarinda yang masih aktif
kuliah.
2) Mahasiswa/i yang berada di tingkat III keperawatan ITKES Wiyata Husada
Samarinda yang telah melaksanakan kuliah Daring (zoom & webex).
3) Bersedia menjadi responden.
b. Kriteria Eksklusi
1) Mahasiswa/i yang tingkat III
2) Mahasiswa keperawatan yang tidak aktif kuliah Daring (Zoom & webex)
3) Mahasiswa keperawatan tingkat III yang tidak bersedia menjadi responden.

23
4. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik total
sampling. Teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota
populasi dijadikan sampel (Sugiyono, 2012).

D. Variabel Penelitian
Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap
sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain). Ciri yang dimiliki oleh anggota suatu
kelompok (orang, benda, situasi) berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok
tersebut. Dalam riset, variabel dikarakteristikkan sebagai derajat, jumlah dan
perbedaan. Variabel juga merupakan konsep dari berbagai level abstrak yang
didefinisikan sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran dan atau manipulasi suatu
penelitian. Konsep yang dituju dalam penelitian bersifat konkret dan secara langsung
bisa diukur (Nursalam, 2017). Variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan
sikap.

E. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari
sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati (diukur) itulah
yang merupakan kunci definisi operasional, dapat diamati artinya memungkinkan
peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu
objek atau fenomena yangkemudian dapat diulang oleh orang lain (Nusalam, 2015).
Table 3.2

24
Variabel Definisi Alat Hasil Skala
Operasional Ukur Ukur Ukur

Pengetahuan Segala sesuatu yang Kuesioner. Tingkat Baik (76%- Ordinal


di ketahui oleh pengetahuan 100%)
Mahasiswa tentang perkuliahan Cukup(56%-
pengetahuan tentang online/daring (zoom 75%)
perkuliahan & webex) yang Kurang(>
online/daring (zoom terdiri dari item 56%)
& webex) perrtanyaan,
menggunakan skala
Guttman yaitu Kriteria
dengan skor, objektif
Benar = 1
Salah = 0
Sikap Sikap/ keinginan Kuesioner dengan Hasil Ukur Ordinal
Mahasiswa tentang skala Likert : Menggunakan
perkuliahan 1. Sangat setuju cut of point:
online/daring 2. Setuju 1. Baik jika >
(Zoom&Webex) 3. Kurang Setuju 18,00
4. Tidak Setuju (Median).
5. Sangat tidak 2. Kurang
Setuju jika nilai cut
of point <
20,02 (Mean).

F. Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian ini dilakukan di ITKES Wiyata Husada Samarinda, waktu
penelitian ini dilakukan pada tanggal 7-8 September 2020.

G. Sumber Data dan Instrumen Penelitian


1. Sumber data
Pada penelitian ini data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data
sekunder.
a. Data primer
Dalam penelitian ini data primer diperoleh langsung dari sumber data, yaitu
dengan menyebar kuisioner via google foam melalui aplikasi WhatsApp yang di
isi secara langsung oleh responden dari peneliti. Goggle form tersebut juga dapat
dihubungkan ke excel dengan cara di download. Selanjutnya tanggapan reponden
yang sudah di salin di excel akan menjadi data primer untuk proses coding
sebelum dilakukan olah data.

25
b. Data sekunder
Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari bidang kemahasiswaan ITKES
Wiyata Husada Samarinda.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan peneliti untuk
mengumpulkan data agar kegiatan tersebut sistematis dan dapat mempermudah
peneliti (Nursalam, 2017 ). Jenis instrument yang digunakan adalah kuesioner.
Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang telah di susun untuk memperoleh data
sesuai yang diinginkan (Warisis, 2008). Kuesiner dibagi menjadi dua bagian, bagian
satu berisi pertanyaan menganai pengetahuan dan bagian kedua berisi pertanyaan
tentang Sikap. Kuesioner ini berisi 12 pertanyaan tentang pengetahuan dan yang
kedua 9 pertanyaan tentang sikap.
Adapun pilihan jawaban menggunakan skala guttman yang terdiri dari (1) benar,
(2) salah. Skala guttman dibuat dibuat dalam bentuk pilihan ganda. Jawaban dibuat
dengan skor tertinggi satu dan terendah nol. Pemberian skor pada kuesioner
dilakukan dengan ketentuan memberikan skor 1 jika jawaban benar dan 0 jika
jawaban salah. Kuesioner sikap berisi 9 pertanyaan adapun pilihan jawaban
menggunakan skala likert yag terdiri dari (1) sangat setuju, (2) setuju, (3) kurang
setuju, (4) tidak setuju, (5) sangat tidak setuju.
a. Kisi kisi instrumen
Dalam skala guttman, item ada yang bersifat favourabel (baik/positif/tidak
mendukung) terhadap masalah yang diteliti, sebaliknya ada pula yang bersifat
unfavourable (tidak baik/negatif) terhadap masalah yang diteliti. Jumlah item
yang positif maupun negatif sebaiknya harus seimbang atau sama.

26
Table 3.3 Kisi-kisi Kuisioner Pengetahuan dan sikap Kuliah Daring

Variabel Indikator No item Pertanyaan Total


pertanyaan Favourable Unfavorable item
Pengetahua Konsep 1, 11, 14, 1, 11, 14, 15, 16 5
n kuliah pembelajaran 15, 16,
daring daring
Manfaat 4, 5, 6, 8, 9 4, 6, 8 5, 9 5
pembelajaran
daring
Syarat 2, 12 2 12 2
pembelajaran
daring
Jumlah 12
Sikap kuliah Kesesuaian 2,4,5,7,8,9 1 7
daring mahasiswa
dengan kuliah
daring
Kesesuaian 3,6 2
kuliah daring
dengan waktu
pembalajaran
Jumlah 9

H. Uji Instrumen
Kuesioner dalam penelitian ini belum dilakukan uji validitas dan reabilitas, maka peneliti
akan melakukan uji validitas dan reabilitas. Uji validitas dilakukan pada 4 0 mahasiswa
keperawatan di kampus ITKES Wiyata Husada Samarinda pada mahasiswa Tingkat III A
semester 6, yang tidak dilibatkan menjadi responden dalam peneltian ini.
1. Uji Validitas
Validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrumen
dalam mengumpulkan data. Instrumen harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur
(Nursalam, 2017 ). Uji validitas instrumen penelitian dapat dinyatakan valid apabila setiap
item pertanyaan yang ada pada kuisioner dapat digunakan untuk mengungkapkan sesuatu
yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Dewi & Sudaryanto, 2020). Ada dua hal penting
yang harus dipenuhi dalam menentukan validitas pengukuran, yaitu instrumen harus (1)
relevan isi (2) relevan cara dan sasaran. Proses uji validitas dan reabilitas dilakukan di
kampus ITKES Wiyata Husada Samrinda pada mahasiswa tingkat III semester VI dengan
jumlah 40 responden. Uji validitas dilakukan sebanyak 1 kali. Uji validitas dilakukan pada
40 responden dengan 17 soal butir item kuesioner dengan di dapatkan 12 item soal valid dan
peneliti hanya memakakai 12 item yang dipakai didalam kuesioner. Uji validitas pada
penelitian ini dinyatakan valid dengan syarat nilai t hitung > t tabel dari 40 responden yang

27
dilakukan uji validitas. Perhitungan validitas kuesioner pengeetahuan menggunakan rumus
Point-Biserial untuk membandingkan t hitung dan t table.
Berikut rumus yang digunakan pada variabel kuisioner :
1) Rumus Point-Biserial
M P −M r
rp =
bis
ST
√ p/¿q ¿
Keterangan :
r p : Korelasi point biserial
bis

M p : Rerata skor subjek yang menjawab benar


Mt : Rerata skor total
St : Simpangan baku skor total
p : Proporsi siswa yang menjawab benar
q : 1-

Perhitungan validitas kuesioner sikap menggunakan rumus product moment untuk


membandingkan r dengan syarat r hitung lebih dari r table. Berikut rumus uji validitas
product moment.

n Σ xy−( Σ x ) (Σ y)
r=
√ [ n Σ x 2− ( x ) 2 ] ¿ ¿

Keterangan :
rxy : koefisien validitas skor butir pertanyaan
X : skor butir soal tertentu untuk setiap responden
Y : skor total seluruh soal untuk setiap responden
N : banyaknya responden.

Table 3.4 Uji Validitas pengetahuan


Nomor Soal r Hitung t Tabel Pertanyaan

1, 2, 4, 5, 6, 8, 9, 0.02 (min) 0,320 Valid (Digunakan)


11, 12, 14, 15, 16
6.32 (max)

3, 7, 10, 13, 17 - - Invalid (Tidak


Digunakan

28
Table 3.5 Uji Validitas sikap
Nomor Soal r Hitung t Tabel Pertanyaan

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 3,38 (min) 0,320 Valid (Digunakan)


9
9,02 (max)

10 - - Invalid (Tidak
Digunakan

2. Uji Reabilitas
Reabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran dan pengamatan bila fakta atau
kenyataan tadi diukur dan diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan. Alat dan
cara mengukur atau mengamati sama-sama memegang peranan yang penting dalam
waktu yang bersamaan (Nursalam, 2017 ). Uji reabilitas pada suatu instrumen
penelitian sebuah uji yang digunakan untuk mengetahui apakah suatu kuisioner yang
digunakan dalam pengumpulan data penelittian sudah dapat dikatakan reliabel atau
tidak (Dewi & Sudaryanto, 2020). Adapun cara yang digunakan untuk menguji
reabilitas instrumen yaitu dengan menganalisis konsitensi butir-butir yang ada pada
instrumen dengan teknik internal consistency, dilakukan dengan cara mencobakan
instrumen sekali saja, kemudian data diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu.
Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reabilitas instrumen. Hasil uji
rebaliitas pada penelitian dengan kuesioner pengetahuan menunjukan nilai koesfisien
alpha Cronchbach. 0,754 maka hasil tergolong reliable. Terkait kuesioner sikap hasil
uji reabilitas pada penelitian ini menunjukan nilai kuefisien alpha cronchbach sebesar
0,578 maka hasil tergolong reliable.
Berikut rumus yang digunakan pada variabel kuisioner :
1) Rumus KR.20 (Kuder Richardson)

rᵢ=
k
(k−1) {
St ²−Σpᵢ qᵢ
St ² }

29
Keterangan :
k = Jumlah item dalam instrumen
pᵢ = Proporsi banyaknya subyek yang menjawab pada item 1
qᵢ = 1 - pᵢ
s² ᵢ = Varians total.

I. Prosedur Pengumpulan Data


Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan metode secara berurutan yaitu:
1. Tahap Persiapan Penelitian
a. Peneliti menyusun proposal dan melakukan bimbingan
b. Peneliti membuat surat izin untuk melakukan studi pendahuluan ke bagian
akademik ITKES Wiyata Husada Samarinda
c. Peneliti mengajukan surat permohonan untuk melakukan studi pendahuluan di
ITKES Wiyata Husada Samarinda yang diserahkan kepada pihak administrasi
kampus
d. Setelah mendapatkan surat persetujuan Ketua ITKES, selanjutnya peneliti
melakukan studi pendahuluan
e. Peneliti meminta bantuan kepada bidang kemahasiswaan kampus ITKES
Wiyata Husada Samarinda untuk diarahkan terkait dengan tujuan peneliti
f. Peneliti melakukan studi pendahuluan dengan mahasiwa keperawatan ITKES
Wiyata Husada Samarinda yang sedang aktif kuliah di tingkat III
g. Hasil studi pendahuluan dituangkan dalam bentuk naskah proposal penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Peneliti melalui proses bimbingan dan ujian proposal
b. Peneliti melakukan uji instrumen, setelah melakukan uji instrumen peneliti
melakukan pengambilan data dan menggunakan instrumen yang sudah valid
c. Peneliti membuat kuisioner berbentuk google foam yang nantinya akan
dibagikan pada responden yang termasuk dalam sampel penelitian

30
d. Peneliti selanjutnya akan melakukan pendekatan kepada calon responden dan
menjelaskan maksud dan tujuan peneliti untuk meminta bantuan apakah
bersedia untuk menjadi responden dari peneliti
e. Peneliti membuat grup melalui app whatsapp yang nantinya seluruh responden
akan dimasukan ke dalam grup tersebut jika responden (bersedia/menyetujui)
untuk menjadi responden dalam penelitian dan dimana didalam google form
tersebut juga tersedia untuk pernyataan persetujuan menjadi responden
f. Peneliti mengecek kembali kelengkapan dan butir-butir soal
g. Peneliti menyebar kuisioner dengan link yang berbentuk google form dan
meminta responden untuk mengisi kuisioner tersebut dengan waktu 22 menit.
h. Setelah lembar kuisioner dinyatakan telah diisi pada mahasiswa, peneliti akan
mengecek kembali kelengkapan seluruh kuisioner yang telah diisi
i. Setelah kuisioner sudah lengkap, selanjutnya peneliti mempersiapkan data
untuk diolah dan dianalisa.
3. Tahap Penyelesaian
a. Peneliti menyusun laporan hasil penelitian dan melakukan bimbingan
b. Peneliti mengikuti ujian hasil.
J. Pengolahan data dan Analisa Data
Pengolahan data dan analisa data merupakan bagian yang sangat penting untuk
mencapai tujuan pokok penelitian, yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian
yang mengungkap suatu fenomena. Data mentah yang didapat, tidak menggambarkan
informasi yang diinginkan untuk menjawab masalah penelitian. Salah satu bagian
rangkaian kegiatan penelitian setelah pengumpulan data, didapatkan data mentah (raw
data). Setelah data mentah terkumpul kemudian data tersebut diolah maka didapatkan
informasi untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Tahapan pengolahan data antara lain: editing, coding, processing, cleaning
(Qomariah, 2016). Tahapan pengolahan data sebagai berikut:
1. Pegolahan Data
a. Editing (penyunting)
Setelah instrumen penelitian terisi, peneliti melakukan pemeriksaan kembali.
Pengisian instrumen meliputi kelengkapan dan kesesuaian jawaban dengan

31
pertanyaan, dilakukan untuk mengantisipasi kesalahan-kesalahan dari data
yang terkumpul, juga untuk monitor jangan sampai terjadi kekosongan dari
data yang dibutuhkan. Editing dalam penelitian mengumpulkan semua hasil
kuesioner penelitian yang telah di isi oleh responden dan memberikan skor
pada setiap item pertanyaan.
b. Coding (pengkodean)
Merubah data membentuk huruf menjadi angka/bilangan, coding bukan
diartikan sebagai tingkatan, hanya memberikan kode dengan tujuan
mempermudah analisis data dan mempercepat entry data.
Kode kuesioner pengetahuan menggunakan skala guttman:
1) Benar
2) Salah
Kode kuesioner sikap menggunakan skala likert:
1) Sangat Setuju
2) Setuju
3) Kurang Setuju
4) Tidak Setuju
5) Sangat Tidak Setuju
c. Mengelompokkan Data (Tabulating)
Tabulating adalah kegiatan memasukkan data hasil penelitian dalam klasifikasi
ke dalam table sesuai dengan kriteria agar lebih mudah dalam entry data.
Tabulasi data tersebut berkesinambungan dengan pemberian kode data
responden, serta hasil skor nilai.
d. Scoring
Scoring adalah memberi nilai masing-masing kuisioner.
Skor pengetahuan:
Favourable
1 : Jika jawaban benar
Unfavourable
0 : Jika jawaban salah
Skor sikap :

32
1 : sangat tidak setuju
2 : tidak setuju
3 : kurang setuju
4 : setuju
5 :sangat setuju

e. Processing
Memproses data agar didapatkan informasi hasil penelitian yang didapatkan.
Processing juga dapat diartikan pemberian skor masing-masing jawaban
pertanyaan dari instrumen. Setelah itu dipresentasikan untuk didapatkan data
sesuai dengan kriteria yang telah dimasukkan. Hasil akhir dari perhitungan
nilai tiap variabel dimasukkan dalam komputer lalu kemudian mengolah data
tersebut menggunakan uji statistik yang sesuai.
f. Cleaning (pembersihan data)
Apabila dari semua data setiap sumber atau responden selesai dimasukan,
maka perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya
kesalahan kode, ketidak lengkapan, dan sebagainnya, kemudian dilakukan
perbaikan atau dikoreksi.
2. Analisa Data
Analisa data suatu penelitian, biasanya melalui prosedur bertahap antara lain :
a. Analisis Univariat
Notoadmojo (2005) dalam (Donsu, 2016) merupakan analisa data yang
menganalisis satu variabel. Disebut analisa univariat karena proses
pengumpulkan data awal masih acak dan abstrak, kemudian data diolah
menjadi informasi yang informatif. Analisa ini seringkali digunakan untuk
statistik deskriptif. Analisa univariat digunakan untuk menguji hipotesis.
Menurut Notoadmojo (2005), analisis ini berfungsi untuk meringkas hasil
pengukuran menjadi informasi yang bermanfaat. Umumnya, dilakukan ke
masing-masing variabel yang diteliti (Donsu, 2016).

33
Analisa ini bertujuan mendeskripsikan bagaimana gambaran tingkat
pengetahuan Pneumonia pada balita pada mahasiswa keperawatan.
Pengambilan data menggunakan rumus sebagai berikut :
F
P= x 100 %
ΣN

Keterangan :
P = Presentase (100%)
F = Frekuensi
N = Jumlah responden.

b. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang dibuat
terdistribusi dengan normal atau tidak. Normalitas suatu data dapat diketahui
jika, jumlah sampel melebihi angka 30. Meski diperkirakan berdistribusi
normal, tetap perlu dilakukan uji statistik normalitas. Karena ternyata jumlah
Sampel melebihi 30 orang, belum dapat memastikan apakah berdistribusi
normal atau tidak. Dalam penelitian ini uji normalitas menggunakan
Kolmogorov-Smirnov karena termasuk dalam sampel besar (≥30).

No Kolmogorov- Keterangan
Smirnov cut off point
Kesimpulan
Sig

1. Sikap kuliah daring 0,011 Tidak Normal Median 18,00

K. Etika Penelitian
Menurut (Nursalam, 2017 ) dalam melakukan penelitian, peneliti perlu menekankan
prinsip etika penelitian yang meliputi:
1. Prinsip Manfaat
a. Bebas dari penderitaan
Penelitian yang dilaksanakan hanya mengisi kuesioner sehingga responden bebas
dari rasa takut dalam pengisian kuesioner.

34
b. Bebas dari eksploitasi
Penelitian yang dilaksanakan ini hanya untuk kepentingan ilmu pengetahuan
sehingga nama responden disembunyikan.
c. Risiko (Benefits ratio)
Peneliti mempertibangkan risiko dan keuntungan yang akan berakibat kepada
subjek pada setiap tindakan.
2. Prinsip Menghargai Hak Asasi Manusia (Respect Human Dignity)
a. Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (right to self determination). Responden
mempunyai hak untuk memutuskan bersedia menjadi subjek atau tidak, tanpa
adanya sangsi apapun.
b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right to full
disclosure)
c. Informed Consent
Responden diberikan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang
akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak
untuk menjadi responden. Pada informed consent juga perlu dicantumkan bahwa
data yang akan diperoleh hanya akan digunakan untuk pengembangan ilmu.
3. Prinsip Keadilan (Right to Justice)
a. hak untuk mendapatkan perlakuan yang adil (right in far treatment). Responden
mendapatkan perlakuan secara adil baik sebelum, selama, dan sesudah
keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi.
b. Hak dijaga kerahasiaannya
Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus
dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonmity) dan rahasia
(confidentiality).

35
L. Alur Penelitian

Persiapan peneliti

Proposal penelitian dan


bimbingan proposal

Populasi
Mahasiswa keperawatan tingkat III ITKes Wiyata Husada
Samarinda

Sampel

Mengidentifikasi sampel sesuai dengan kriteria inklusi


(n = 51)

Tekhnik sampling

Total sampling

Wakil Rektor I ITKes Mengurus izin Persetujuan


Wiyata Husada Samarinda

Informed consent

Tidak bersedia Bersedia

Kuesioner selembaran/google form

Pengumpulan data

36
Analisa data

Hasil pembahasan kesimpulan

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang Gambaran Pengetahuan dan Sikap
Mahasiswa Keperawatan. Penelitian ini dilakukan di Institut Tekonologi Kesehatan dan
Sains Wiyaa Husada Samarinda pada awal bulan September 2020 dengan jumlah sampel
sebanyak 51 responden. Proses pengambilan data dilakukan di Kampus Institut
Teknologi Kesehatan dan Sains Wiyata Husada Samrinda dengan melibatkan 51 orang
Mahasiswa/Mahasiswi yang dipilih secara tidak acak dengan penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu.

B. Gambaran Tempat Penelitian


1. Profil ITKES Wiyata Husada Samarinda
Lokasi penelitian ini ialah di institut teknologi kesehatan & dan sains Wiyata
Husada Samarinda yang berada di jalan Kadrie Oening Gg. Monalisa No. 77
Samarinda. Institut Teknologi Kesehatan & dan Sains Wiyata Husada Samarinda
dirilis pada tahun 2007 dengan 3 Program Studi S1 Keperawatan, D3 Kebidanan, dan
D3 Analis Kesehatan dengan Akreditasi B. Institut teknologi kesehatan & dan sains
wiyata husada samarinda Terdiri 3 Gedung. Gedung A,B, dan C gedung A terdiri
dari 10 ruang kelas, 1 ruang Ketua Yayasan, 1 ruangan Ketua ITkes, 1 ruang
Pimpinan, 1 ruang Keuangan, 1 ruangan Administrasi, 1Ruang UPMI, dan kantin.
Gedung B terdiri dari 10 ruang kelas, 1 ruang dosen, 1ruang perpustakan, 14 ruang
Auditorium, 1 ruang BEM, 1 ruang kemahasiswaan, 1 ruang radio, 6 toilet dan
kantin/mini cafe. Sedangkan bagian luar terdiri 3 lahan parkiran kendaraan, 1 buah
mushola, 1pos satpam, 1 lapangan upacara, 1 lapangan olahraga. Dalam penelitian

37
ini peneliti hanya melakukan penelitian kepada mahasiswa tingkat III B prodi
keperawatan yang berjumlah sebanyak 51 mahasiswa.

2. Deskriptif Lokasi Pelitian


Pada bab ini di paparkan hasil penelitian tentang gambaran pengetahuan dan sikap
mahasiswa keperawatan semester VI yang melaksanakan kuliah Daring (ZOOM &
WEBEX) di kampus ITKES Wiyata Husada Samarinda yang berlokasi di jaan Kadrie
Oening Gg. Monalisa No.77 Samarinda, Kalimantan Timur. Penelitian ini dilakukan
pada mahasiswa keperawatan tingkat III semester VI yang terdaftar aktif
menjalankan kuliah dan sebelumnya sudah pernah melakukan perkuliahan secara
Daring. penelitian ini dilakukan pada tanggal 7-8 september 2020 dimana penelitian
ini dilakukan dalam masa Covid-19 dengan keadaan perkuliahan dilaksanakan secara
daring atau pembelajaran dari rumah masing-masing. Maka penelitian dilaksanakan
melalui aplikasi online seperti whatsaap dengan membagikan link kuesioner
berbentuk google form.

C. Hasil Analisa Univariat


1. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Tentang Kuliah Daring
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahun Mahasiswa Keperawatan
Tentang Kuliah Daring di Institut Teknologi & Sains Wiyata Husada Samrinda
(N=51).
Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

Baik 38 74.5

Cukup 12 23.5

Kurang 1 2.0

Jumlah 51 100.0

38
Berdasarkan Table 4.1 menunjukan bahwa pada presentase diatas menunjukan
mahasiswa dengan pengetahuan baik memiliki nilai prsentase yang lebih besar dari
pada mahasiswa yang memiliki pengetahuan yang cukup.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Sikap Mahasiswa Keperawatan Tentang Kuliah
Daring di Institut Teknologi & Sains Wiyata Husada Samarinda (N=51)
Sikap Frekuensi Persentase (%)

Baik 36 70.6

Kurang 15 29.4

Jumlah 51 100.0

Berdasarkan Table 4.2 menunjukan bahwa pada presentase diatas menunjukan


mahasiswa dengan sikap baik memiliki nilai presentase yang lebih besar dari pada
mahasiswa yang memiliki sikap kurang.
D. Pembahasan
Pembelajaran dalam jaringan (daring) merupakan penerapan dari pendidikan jarak
jauh secara online, pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan akses bagi peserta
didik untuk memperoleh pembelajaran yang lebih baik dan bermutu. Sebab, dengan
pembelajaran daring, akan memberikan kesempatan peserta didik untuk dapat mengikuti
suattu pembelajaran atau mata kukiah tertentu. belajar secara daring menuntut mahasiswa
mempersiapkan sendiri pembelajarannya, mengevaluasi, megatur dan secara simultan
mempertahankan motivasi dalam belajar menyatakan bahwa pembelajaran daring dapat
meningkatkan minat peserta didik.
Dengan pembelajaran daring, mahasiswa tidak terkendala waktu dan tempat dimana
mereka dapat mengikuti perkuliahan dari rumah masing-masing maupun dari tempat
dimana saja. Dengan pembelajaran daring, dosen memberikan perkuliahan melalui kelas-
kelas virtual yang dapat diakses dimana pun dan kapan pun tidak terikat ruang dan waktu.
Kondisi ini membuat mahasiswa dapat secara bebas memilih mata kuliah yang diikuti
dan tugas mana yang dikerjakan lebih dahulu. Ditemukan hasil penelitian yang unik dari
penelitian ini yaitu mahasiswa merasa lebih nyaman dalam mengemukakan gagasan dan
pertanyaan dalam pembelajaran daring.

39
Mengikuti pembelajaran dari rumah membuat mereka tidak merasakan tekanan
psikologis dari teman sebaya yang biasa mereka alami ketika mengikuti pembelajaran
tatap muka. Ketidakhadiran dosen secara langsung atau fisik juga menyebabkan
mahasiswa merasa tidak canggung dalam mengutarakan gagasan.
Berdasarkan hasil penelitian pada pengetahuan mahasiswa tentang kuliah daring di
Institusi Teknologi Kesehatan & Sains Wiyata Husada Samrinda data penelitian dengan
jumlah responden sebanyak 51 orang di Institusi Teknologi & Sains Wiyata Husada
Samrinda yaitu III B.
Berdasarkan analisis diatas didapatkan bahwa sebagan besar responden memiliki
pengetahuan yang baik tentang kuliah daring pada mahasiswa keperawatan di Institusi
Teknologi Kesehatan & Sains Wiyata Husada Samarinda. Dalam penelitian ini di
dapatkan hasil ukur pengetahuan mahasiswa sudah baik, dengan presentase sebesar
(74,5%), dengan kategori cukup dengan presentase sebesar (23,5%), dan dengan kategori
kurang dengan presentase sebesar (2,0%). Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
pengetahuan mahasiswa tentang kuliah daring masih mempeunyai pengetahuan cukup.
Bedasarkan hasil penelitian pada sikap mahasiswa tentang kuliah daring di Institusi
Teknologi Kesehatan & Sains Wiyata Husada Samarinda data penelitian dengan jumlah
responden sebanyak 51 orang di Institusi Teknologi & Sains Wiyata Husada Samarinda
yaitu III B.
Berdasarkan analisa diatas didapatkan bahwa sebagaian besar responden memiliki
sikap yang baik tentang kuliah daring pada mahasiswa keprawatan di Intitusi Teknologi
& Sains Wiyata Husada Samrinda. Dalam penelitian ini di dapatkan hasil ukur sikap
mahasiswa baik, dengan presentase sebanyak (70,6%), dan dengan kategori kuraang
dengan prsentase sebesar (29,4%). Hasil penelitian ini menyatakan bahwa sikap tentang
kuliah daring masih mempunyai sikap baik.

E. Keterbatasan Penelitian
1. Dalam penelitian ini kendala yang dialami peneliti yaitu perbedaan informasi dalam
jumlah populasi yang di dapat dalam penelitian.

40
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Pada penelitian ini telah mendeskripsikan bagaiman Gambaran Pengetahuan & Sikap
Mahasiswa Keperawatan ITKES Wiyata Husada Samrinda Tentang Kuliah Daring
(ZOOM & WEBEX). Hasil penelitian ini menunjukan lebih dari sebagian mahasiswa
mempunyai pengetahuan dan sikap yang baik.

B. Saran
1. Bagi Responden
Responden di harapkan lebih aktif mempelajari, mencari informasi dan mahasiswa
diharapkan sering-sering mereview kembali terhadap ilmu-ilmu yang telah didapat
2. Bagi Intansi Pendidikan
Bagi institusi pendidikan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu yang
bermanfaat bagi mahasiswa dalam mengetahui Gambaran Pengetahuan & Sikap
Mahasiswa Keperawatan Semester VI Yang Melaksanakan Kuliah Daring (Zoom &
Webex) Dikampus ITKES WIYATA HUSADA SAMARINDA.
3. Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan dan sumber data bagi peneliti berikutnya dalam pengembangan
penelitian yang berhubungan dengan pengetahuan dan sikap mahasiswa dalam
pembelajaran daring.

41

Anda mungkin juga menyukai