Anda di halaman 1dari 14

PENGEMBAGAN BUKU CERITA BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN LITERASI

DIGITAL SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI DI SDN LABUHAN JAMBU


TARANO SUMBAWA NUSA TENGGARA BARAT
DEVELOPMENT OF PICTURE STORY BOOK TO IMPROVE DIGITAL LITERACY OF
HIGH GRADE ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS AT SDN LABUHAN JAMBU
TARANO SUMBAWA WEST NUSA TENGGARA
Dwi Fadhila Damayanti
Universitas Negeri Yogyakarta
Dwifadhila5@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menghasilkan buku cerita bergambar untuk meningkatkan
literasi digital siswa sekolah dasar di SDN Labuhan Jambu dan (2) mengetahui kelayakan buku cerita
bergambar untuk meningkatkan literasi digital pada siswa sekolah dasar di SDN Labuhan Jambu.
Penelitian pengembangan ini mengacu pada model pengembangan Borg and Gall. Subjek uji coba yaitu
21 siswa. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan angket. Analisis data
menggunakan analisis data deskriptif dengan mengubah data kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian
ini adalah telah berhasil dikembangkannya produk buku cerita bergambar untuk meningkatkan literasi
digital siswa sekolah dasar. Berdasarkan penilaian ahli materi dan ahli media, buku cerita bergambar
ini memiliki kualitas Sangat Baik (SB) dengan skor rata-rata 4,00. Berdasarkan uji coba lapangan awal,
buku cerita bergambar menunjukkan hasil Sangat Baik (SB) dengan skor rata-rata 3,33, dan pada uji
lapangan utama menunjukkan hasil Sangat Baik (SB) dengan skor rata-rata 3,43. Berdasarkan hasil
penilaian ahli media, ahli materi dan uji coba yang dilakukan pada siswa yang masing-masing penilaian
tersebut termasuk ke dalam kategori sangat baik, dengan demikian buku cerita bergambar layak untuk
digunakan dalam meningkatkan literasi digital siswa sekolah dasar kelas tinggi di SDN Labuhan Jambu.

Kata Kunci: buku cerita bergambar, literasi digital, siswa sekolah dasar kelas tinggi

Abstract
This study aims to: (1) developing picture story book to improve digital literacy of high grade
elementary school students at SDN Labuhan Jambu. (2) knowing the feasibility of picture story book to
improve digital literacy of high grade elementary school students at SDN Labuhan Jambu. This
development research adopts The Borg and Gall development model. The subject of this research is 21
students. Data collection instruments used were interview, observation and questionnaire. The data
analysis technique used in this study is descriptive quantitative technique. The findings of this study are:
picture story book to improve the digital literacy of elementary school students has successfully
developed. the quality of the picture story book from the expert in material and media expert is Very
Good with an average score 4,00. based on preliminary field test, the picture story book shows Very
Good result with an average score of 3,33, and the main filed testing shows Very Good results with an
average score of 3,43. Based on the results of the assesment from the material expert, media expert dan
students assesment each of this assesments included in the Very Good result, thus picture story book is
feasible to be used to improve digital literacy of high grade student in SDN Labuhan Jambu.

Keywords: picture story book, digital literacy, high grade elementary school student

324
PENDAHULUAN literasi finansial dan literasi budaya dan
kewarnegaraan.
Perkembangan dunia abad 21 ditandai
dengan pemanfaatan teknologi informasi dan Paul Gilster dalam Colin & Michele (2008:
komunikasi dalam segala segi kehidupan. 2) menyatakan Literasi digital merupakan
Teknologi yang canggih dapat menjadi kemampuan memahami dan menggunakan
penghubung dunia. Kemudahan akses informasi dari berbagai sumber yang disajikan
menjadikan segala hal dapat dilakukan dengan dalam komputer. Bawden dalam Colin &
cepat. Sejalan dengan hal itu, berbagai Michele (2008: 2) menjelaskan literasi digital
keterampilan juga dibutuhkan dibutuhkan. merupakan suatu kerangka yang menjelaskan
Trilling dan Fadel (2009: 48) menjelaskan konsep literasi yang dilakukan di era digital.
berbagai keterampilan yang harus dimiliki pada Renee Hobbs dan David Cooper Moore (2013:
abad 21, yaitu: life and career skills, learning 18) menyatakan literasi digital merupakan
and innovation skills, dan information, media, kemampuan bertanggung jawab dalam
and technology skills. mengunakan internet dan sosial media.
Kemendikbud menjelaskan dalam buku materi
Ketiga keterampilan tersebut kemudian pendukung literasi digital menjelaskan literasi
ditunjang oleh beberapa kemampuan. Pertama, digital sebagai kecakapan (life skills) yang tidak
keterampilan belajar dan inovasi (learning and hanya melibatkan kemampuan menggunakan
innovation skills) terdiri dari kemampuan perangkat teknologi, informasi dan komunikasi,
berpikir kritis dan memecahkan masalah, tetapi juga kemampuan bersosialisasi,
komunikasi dan kolaborasi, serta kreatif dan kemampuan dalam pembelajaran, dan memiliki
inovasi. Kedua, keterampilan informasi, media sikap, berpikir kritis, kreatif, serta inspiratif
dan teknologi (information, media, and sebagai kompetensi digital.
technology skills) terdiri dari kemampuan
literasi informasi, literasi media dan literasi ICT. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat
Ketiga, keterampilan hidup dan karier (life and disimpulkan bahwasanya literasi digital
career skills) terdiri dari kemampuan merupakan kemampuan seseorang tidak hanya
fleksibilitas dan adaptibilitas, inisiatif dan dalam menggunakan perangkat digitial, tetapi
mengatur diri sendiri, interaksi sosial dan juga kemampuan menerima beragam informasi,
budaya, produktivitas dan akuntabilitas, berpikir kritis terhadap informasi yang
kemampuan memimpin dan tanggung jawab. didapatkan dari perangkat digital melalui
Dengan demikian, kemampuan literasi jaringan internet serta memiliki tanggung jawab
informasi, literasi media dan literasi ICT yang terhadap informasi yang disebarkan.
menjadi bagian dari literasi digital harus
dimiliki setiap orang pada era ini, termasuk Di Indonesia, gerakan literasi digital sudah
siswa-siswa sebagai penerus bangsa. menjadi bagian dari Gerakan Literasi Nasional
(GLN). Sejak tahun 2016 Kementrian
Pada tahun 2003, Perserikatan Bangsa- Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)
bangsa (PBB) menyepakati kecakapan literasi menggiatkan GLN sebagai bagian dari
dasar dan kecakapan perpustakaan yang efektif implementasi dari Peraturan Menteri
merupakan kunci bagi masyarakat yang literat Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun
dalam menghadapi derasnya arus informasi 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.
teknologi. Lima komponen esensial literasi Terdapat 3 indikator Gerakan Literasi Nasional,
informasi yaitu basic literacy, library literacy, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.
media literacy, technology literacy dan visual Sekolah menjadi salah satu indikator dari
literacy (Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar gerakan tersebut, sehingga pemerintah
dan Menengah Kementerian Pendidikan dan menggelar Gerakan Literasi Sekolah (GLS).
Kebudayaan, 2019:4). Pada tahun 2015 World
economic forum mentapkan 6 literasi dasar Generasi saat ini, lahir bersamaan dengan
sebagai prasayarat kecakapan hidup di abad 21 berkembangnya teknologi. kemudahan
melalui pendidikan yang terintegrasi, mulai mengakses media dan teknologi menjadi hal
keluarga, sekolah hingga masyarakat. Adapaun yang sangat mudah. Saat ini kebanyakaan siswa
6 literasi tersebut yaitu, literasi baca tulis, dapat memenuhi salah satu kemampuan literasi
literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, digital, yaitu kemampuan menggunakan
perangkatan digital, hal ini terlihat survei yang
325
dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Salah satu strategi gerakan literasi digital di
Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2018 sekolah yaitu peningkatan jumlah dan ragam
tentang pengguna internet. Terdapat 171,17 juta sumber belajar bermutu. Beberapa hal yang bisa
pengguna jasa internet di seluruh Indonesia, dan dilakukan oleh sekolah dalam peningkatan
anak usia 10-14 tahun yang memiliki akses di jumlah dan ragam sumber belajar bermutu yaitu
internet sebanyak 66.2%. hasil survei semakin penambahan bahan bacaan literasi digital di
meningkat dari tahun sebelumnya dan akan perpustakaan, penyediaan situs-situs edukatif
terus meningkat setiap tahunnya. Untuk sebagai sumber belajar warga sekolah,
menyatakan seseorang yang melek digital atau penggunaan aplikasi-aplikasi edukatif sebagai
digital literate tidak hanya dapat menggunakan sumber belajar warga sekolah, dan pembuatan
gawai, akan tetapi diperlukan juga kemampuan majalah dinding (Kemendikbud, 2017:14-15).
menerima dan menyebarkan informasi yang
dapat bermanfaat untuk sekitarnya dan juga Dari hasil wawancara yang dilakukan
etika yang baik sebagai dampak positif dari kepada kepala sekolah di SDN Labuhan Jambu,
penggunaan perangkat digital. menyatakan bahwa koleksi buku bertema
digital di sekolah tersebut masih belum ada.
Hasil pembagian angket kepada orang tua Koleksi buku di perpustakaan hanya berupa
siswa di SDN Labuhan Jambu, Sumbawa buku pelajaran. Hal ini dikarenakan
menyatakan bahwasanya kebanyakan dampak pemanfaatan perpustakaan sebagai salah satu
yang terlihat dari siswa ketika menggunakan sumber belajar di sekolah masih belum
perangkat digital atau gawai adalah tidak dioptimalkan.
mendengarkan ketika dipanggil, malas untuk
beraktivitas hal ini dilihat dari keterangan orang Dengan demikian, dibutuhkan sumber
tua dari angket yang dibagikan. Dalam belajar di perpustakaan sekolah yang berupa
penelitian yang dilakukan oleh Antonius SM buku bacaan untuk menambah koleksi buku
Simamora tentang persepsi orang tua terhadap bertema digital. Pada penelitian ini, peneliti
dampak penggunaan gadget pada siswa usia mengembangkan buku cerita bergambar
pendidikan dasar (2016), menyatakan bertemakan literasi digital yang sesuai dengan
bahwasanya dampak yang terlihat dari siswa siswa sekolah dasar.
ketika menggunakan gawai adalah sebanyak 46% Pada dasarnya buku cerita bergambar
orang tua beranggapan komunikasi siswa dan merupakan buku yang menyuguhkan cerita
orang tua berkurang, sebanyak 65,4% orang tua dengan menggunakan gambar (Riris K. Toha-
beranggapan kemampuan psikomorotik siswa Sarumpaet, 2010:18). Baik cerita maupun
berkurang, sebayak 46,1% orang tua gambar memiliki fungsi yang sama kuat,
beranggapan siswa kesulitan beradaptasi sehingga kedua aspek saling mengisi dan saling
dengan materi pelajaran dan sebanyak 46% menjelaskan. Ilustrasi yang menarik serta
orang tua beranggapan siswa sulit bersosialisasi dibantu dengan narasi yang tepat menjadikan
di masyarakat. buku cerita bergambar menjadi yang menarik
Sebagian besar siswa telah menggunakan perhatian siswa sekolah dasar.
gawai bahkan memiliki gawai pribadi, hal ini Menurut Nurgiyantoro (2005:153) “buku
terlihat dari dari hasil angket yang dibagikan cerita bergambar atau yang dikenal dengan
kepada orang tua siswa kelas 3, 4 dan 5 yaitu istilah picture books atau pisture story books
sebanyak 48% siswa telah memiliki gawai adalah buku yang menyampaikan pesan lewat
pribadi. Akan tetapi, walaupun tidak memiliki ilustrasi dan tulisan”. Kedua komponen ini
gawai pribadi sebanyak 45% siswa yang tetap saling berkaitan dan saling menguatkan dalam
memiliki akses terhadap gawai. menyampaikan pesan. Ilustrasi dan gambar
Berdasarkan keluhan orang tua karena menyampaikan pesan secara bersamaan, hal ini
dampak negatif dari pengunaan gawai terhadap menjadikan cerita lebih kuat dan lebih menarik
anak, diperlukan penanaman kesadaran kepada untuk siswa.
anak tentang pentingnya penanaman karakter (Sugihastuti, 2015: 92). Ilustrasi yang pas
literasi digital. Hal ini dilakukan agar anak dan indah dapat meningkatkan ilustrasi
dapat menggunakan serta menanfaatkan gawai pembaca sehingga pesan yang terdapat dalam
lebih bijak.

326
cerita dapat tersampaikan dengan baik dan juga bergambar yaitu karakteristik, alur, latar, tema
pembaca dapat menikmati alur cerita tersebut. dan sudut pandang. Dari beberapa hal yang
disebutkan di atas tentang unsur buku cerita
Pendapat lainnya yang juga menyatakan bergambar, adapun penjelasan dari dari unsur
bahwasanya buku cerita bergambar merupakan tersebut yaitu:
format lengkap menceritakan sebuah cerita
yang mengombinasikan gambar dan tulisan. 1. Alur. Alur cerita memiliki peran yang
“Buku cerita bergambar dibuat dengan berbagai penting dalam membuat anak memahami
komponen, dimana masing-masing kompenen sebuah cerita. Nurgiyantoro (2013: 70)
memegang peran yang sama pentingnya” menyatakan bahwasanya isi cerita yang
(Allicia Villareal, 2015:266). terdapat dalam alur cerita untuk siswa
sekolah dasar kelas tinggi harusnya
Buku cerita bergambar untuk siswa sekolah menceritakan tentang persahabatan,
dasar hendaknya dipilih yang berisi pengalaman petualangan, penemuan sesuatu, atau
tentang kehidupan anak-anak itu sendiri (Farida penemuan dalam mencari sesuatu. Alur
Rahim, 2011: 89). Cerita yang sesuai dengan membuat cerita yang dikisahkan menjadi
permasalahan sehari-hari anak, sehingga anak berjalan. Alur nenghadirkan cerita, dan
menjadi dekat dan merasa menjadi bagian dari cerita itulah yang dinikmati oleh pembaca.
cerita tersebut. selian itu, anak dapat memahami Alur ber
cerita dengan baik serta pesan yang 2.
disampaikan dalam cerita dapat dipahami oleh 3. Tokoh. Tokoh adalah pelaku cerita lewat
anak. berbagai aksi yang dilakukan dan peristiwa
Gay Su Pinnel dan Irene C. Fountas serta aksi tokoh lain yang ditimpakan
(2011:115). Mereka menyatakan “Pilihlah kepadanya (Nurgiyantoro, 2013: 74-75).
cerita yang sederhana yang mudah diikuti Dalam cerita siswa tokoh biasanya berupa
dengan ilustrasi yang besar dan juga bersih. manusia, binatang, peri, ataupun makhluk
Pilihlah teks informasi yang memiliki gambar lain yang abstrak dan tumbuhan. Siswa-
yang besar dan jelas dan fokuskan topik-topik siswa yang masih dalam proses
yang akrab untuk dipahami siswa-siswa. perkembangan sering meniru tokoh-tokoh
dari berbagai hal yang mereka kagumi.
Hal ini sejalan dengan pendapat Hasanuddin Tokoh sangat berperan penting dalam
WS (2015:5) yang menyatakan bahwasanya membuat siswa terkesan, baik dari sifat,
buku cerita untuk siswa akan lebih apabila perawakan dan lain sebagainya. Dalam
menggunakan tulisan dan gambar yang saling penelitian ini pemilihan tokoh dalam cerita
menguatkan satu sama lainnya dan juga latar disesuaikan dengan usia anak sekolah
yang digunakan ialah latar yang dikenal di dasar, agar anak dapat meniru karakter dan
dunia siswa atau latar yang ada di sekitar merasa dekat dengan tokoh cerita.
kehidupan siswa. 4. Tema. Lukens (2003:129) menyatakan
bahwasanya “tema ialah gagasan (ide)
Dengan demikian dapat disimpulkan
utama atau makna utama dari sebuah
bahwasanya buku cerita bergambar merupakan
tulisan”. Tema biasanya disebut sebagai
buku yang terdapat dua komponen, yaitu teks
makna dalam sebuah cerita, makna yang
dan gambar yang berpadu dalam
mengikat secara keseluruhan unsur cerita
menyampaikan cerita. Kedua hal ini sangat
sehingga cerita menjadi satu kesatuan yang
berkaitan erat, saling melengkapi dan tidak
padu.
terpisahkan dalam menyampaikan pesan
5. Moral. Moral dalam sebuah cerita
kepada pembaca. Gambar membantu teks atau
dipahami sebagai suatu saran yang
narasi menyampaikan pesan kepada pembaca
berkaitan dengan ajaran moral tertentu
begitu pula sebaliknya.
dalam sebuah cerita atau sengaja
Adapun unsur-unsur cerita dalam buku dikmaksud oleh pengarang untuk
cerita bergambar yaitu alur cerita, tokoh, tema, disampaikan kepada pembaca lewat cerita.
moral, latar, ilustrasi, stile dan format sama halnya dengan tema, moral juga biasa
(Nurgiyantoro, 2005:68-92). Rothlein dan dipandang sebagai makna yang tercantum
Meinbach (dalam Rahimah, 2018:48) dalam sebuah cerita. Nurgiyantoro (2013:
menyatakan aspek penting pada buku cerita 81) menyatakan moral lebih bersifat
327
praktis karena nilai yang diberikan dalam yang besar harus dapat menarik perhatian.
cerita ditunjukkan oleh tokoh. Selain itu dalam desain sampul harus
6. Latar. Dalam sebuah cerita terdapat tempat berkaitan dengan salah satu adegan dalam
dan waktu kejadian cerita tersebut, inilah cerita. Ukuran huruf juga harus
yang disebut dengan latar. Dalam diperhatikan. Selanjutnya ialah jumlah
mempertimbangkan latar cerita untuk halaman. Tidak ada ketentuan tertentu
siswa, haruslah latar cerita yang tidak asing dalam jumlah halaman untuk buku cerita
bagi mereka (Nurgiyantoro, 2013: 85). Hal bergambar.
ini agar cerita menjadi lebih realistik bagi 10. Sudut pandang. Penulis menentukan sudut
siswa, dan juga dapat membuat siswa pandang cerita dengan memilih sudut
menjadi bagian dari cerita tersebut. Jikalau pandang orang pertama atau orang ketiga.
latar yang diambil merupakan hal yang Rothlein dan Meinbach (dalam Rahimah,
belum dikenali oleh siswa, maka hal ini 2018: 50) menyatakan “sebuah sudut
akan menjadi informasi yang baru bagi pandang yang objektif terlihat dari
siswa. tindakan dan ucapan dalam cerita”. Sudut
7. Stile. Nurgiyantoro (2013: 87) pandang cerita tergantung pada penulis,
menjelaskan, Stile merupakan wujud memilih sudut pandang orang pertama atau
penggunaan bahasa dan turunan, atau orang ketiga.
bagaimana seseorang penulis
mengungkapkan sesuatu yang akan Berdasarkan unsur-unsur yang telah
diekspresikan, jadi stile mencangkup dijelaskan di atas, kemudian peneliti
keseluruhan aspek formal kebahasaan, mengembangkan buku cerita bergambar yang
bahkan juga latar untuk bahasa lisan dan sesuai dengan usia anak sekolah dasar kelas
ejaan untuk bahasa tulis. Musfiroh (dalam tinggi.
Rahimah, 2018: 52-53) agar segala hal Siswa sekolah dasar memiliki ciri-ciri
yang ingin disampaikan pada anak, maka sebagai berikut: 1) memiliki kemampuan
bahasa yang digunakan harus seusai adaptasi gambar secara meneyeluruh. 2) anak
dengan tingkaat usia, sosial, dan memiliki kemampuan memandang sesuatu
pendidikan anak. dengan demikian, bacaan bukan hanya dari sudut pandang dirinya saja
untuk siswa haruslah menggunakan bahasa anak telah mampu mempertimbangkan sudut
yang sederhana dan juga yang dapat pandang lain lain diluar dirinya dalam
meningkatkan kemampuan bahasa siswa. menghadapi sesuatu. 3) kemampuan kausalitas
8. Ilustrasi. Hal yang menjadi ciri khas dari adalah pemahaman anak terhadap sesuatu
buku cerita bergambar ialah terdapat peristiwa atau kejadian. Anak yang telah
ilustrasi yang dapat membantu memiliki kemampuan kausalitas senantiasa
menjelaskan tulisan pada buku. Menurut mempertanyakan mengapa sesuatu dapat terjadi.
Nurgiyantoro (2005:90) ilustrasi
merupakan gambar-gambar yang Pada usia sekolah dasar, kegiatan membaca
menyertai cerita dalam buku sastra siswa. merupakan bagian dari pembelajaran. Dengan
Ilustrasi dapat membantu cerita dalam membaca, perkembangan kosakata anak dapat
bentuk tulisan dan lisan yang ada dalam meningkat. Hal ini mengacu pada pendapat
menguatkan alur cerita yang disajikan. Allen dan Lyn (2010, 208) yang menyatakan
Ilustrasi buku cerita bergambar harus perbendaharaan kata siswa sekolah dasar
menarik perhatian siswa. Gambar-gambar mencapai 4.000 sampai 5.000 kata pertahunnya.
yang jelas, warna-warni, komunikatif dan Semakin rajina anak membaca maka semakin
ditampilkan secara variatif pada hampir meingkat pula perbendaharaan kata yang
setiap halaman buku. dimilikinya.
9. Format. Format buku ialah bentuk, ukuran,
Siswa sekolah dasar kelas tinggi masuk ke
desain sampul, desain halaman, ilustrasi
dalam tahap pembiasaan (Mustadi, dkk, 2018:
ukuran huruf, jumlah halaman, kualitas
135-136). Membaca pada tahap pembiasaan
kertas, dan model penjilidan. Keterpaduan
dapat dilakukan dengan menyediakan buku,
seluruh aspek format menjadi ketepatan
baik buku pelajaran, buku cerita serta buku
dalam buku cerita bergambar. Desain
lainnya. Cakupan bidang pada buku yang
sampul yang terdiri dari gambar dan tulisan
dibaca oleh siswa sekolah dasar kelas tinggi
328
yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Bloin, meneliti, merancang, memproduksi,
dkk dalam Rahim (2011:88) Buku cerita mengembangkan dan memvalidasi sebuah
bergambar yang tepat untuk siswa sekolah dasar produk, model, metode jasa prosedur tertentu.
bisa mengembangkan bidang afektif (sikap)
tentang kehidupan sehari-hari. Pada umumnya Prosedur pengembangan dalam penelitian
buku cerita siswa sekolah dasar memiliki ini mengacu pada prosedur penelitian model
masalah yang sama seperti pembacanya, Borg and Gall yang diadaptasi dari Sugiyono
seringkali pembaca merasa sangat dekat dengan (2015) dan Ali (2010). Prosedur ini memuat
karakter pelaku. Kadang-kadang siswa sistematika langkah-langkah agar produk yang
membayangkan salah satu pelaku dalam cerita dihasilkan sesuai dengan standar kelayakan.
tersebut dirinya sendiri. Prosedur pengembangan yang idkembangkan
oleh Borg and Gall (Sugiyono, 2016:35) terdiri
Atas dasar itu maka perlu dikembangkaan dari sepuluh tahapan, namun karena penelitian
suatu buku cerita bergambar bertema literasi ini hanya bertujuan untuk menguji kelayakan
digital yang sesuai dengan kemampuan siswa buku cerita bergambar untuk meningkatkan
sekolah dasar kelas tinggi, seperti ilustrasi yang literasi digital siswa sekolah dasar kelas tinggi
menarik, penggunaan bahasa yang sesuai di SDN Labuhan Jambu maka peneliti hanya
dengan usia anak sekolah dasar, dan alur cerita menggunakan delapan dari sepuluh tahapan
yang menarik sesuai dengan kehidupan sehari yang ada. Delapan langkah tersebut adalah
hari. Diharapkan dengan menggunakan media sebagai berikut: 1) penelitian dan pengumpulan
ini siswa dapat menggunakan dan informasi, 2) perencanaan, 3) pengembangan
memanfaatkan gawai untuk hal yang lebih baik format produk awal, 4) uji lapangan tahap awal,
agar dapat menjadi pribadi yang digital literate. 5) revisi produk hasil uji coba lapangan tahap
awal, 6) uji lapangan utama, 7) revisi produk
METODE PENELITIAN akhir, 8) diseminasi dan implementasi.
Model Pengembangan yang digunakan Uji coba produk dilakukan untuk
dalam penelitian ini ialah dengan menggunakan memperoleh data kelayakan dan tanggapan atas
metode penelitian dan pengembangan atau produk yang dikembangkan. Data yang
dalam bahasa Inggrisnya Research and diperoleh nantinya digunakan untuk
Development (R&D) yang diadaptasi dari menyempurnakan produk yang dikembangkan.
model Borg and Gall. Metode penelitian ini Subjek dalam penelitian ini melibatkan 2 ahli
merupakan metode penelitian yang digunakan dan 21 siswa dengan rincian sebagai berukut: 1)
untuk meneliti, merancang, memproduksi satu orang ahli materi, 2) satu orang ahli media,
produk tertentu dan menguji keefektifan produk 3) enam siswa kelas tinggi SDN Labuhan
tersebut (Sugiyono, 2015:30). Produk yang Jambu untuk uji lapangan tahap awal, 4) lima
dihasilkan dalam penelitian ini adalah buku belas siswa kelas keals tinggi SDN Labuhan
cerita bergambar “Rizal dan Gawainya” tema Jambu untuk uji lapangan utama.
literasi digital untuk siswa sekolah dasar kelas
tinggi. Penelitian dan pengembangan menggunakan
teknik data kuantitatif dan kualitatif. Data-data
Secara sederhana R&D dapat ditarikan yang telah didapatkan dukumpulkan menjadi
sebagai metode penelitian yang secara sengaja satu kemudian diolah. Data kualitatif
dilakukan bertujuan untuk merumuskan, didapatkan dari hasil observasi dan wawancara
memperbaiki, mengembangkan, menghasilkan, kemudian dianalisis dan dideskripsikan secara
menguji keefektifan produk, model, metode, kualitatif. Hasil pengolahan data awal
jasa, prosedur tertentu yang lebih unggul, baru digunakan sebagai acuan untuk
efektif, efisien, produktif dan bermakna (Putra, mengembangkan buku cerita bergambar.
2015: 67). Mohammad Ali (2010:117) sedangkan data kuantitatif didapatkan dari
menyatakan bahwa penelitian R&D merupakan angket pengambilan data awal yang ditujukan
suatu upaya dalam pengembangan suatu kepada orang tua siswa SDN Labuhan Jambu
prototipe suatu alat atau perangkat berbasis riset. dan angket penilaian buku cerita bergambar
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas kemudian dianalisis menggunakan teknik
dapat disimpulkan bahwa R&D merupakan analisis deskriptif. Angket penilaian
metode penelitian yang digunakan untuk

329
menggunakan Skala Likert untuk panduan 1,75 s/d 2,50 Kurang (K)
pemberian penilaian. 1,00 s/d 1,75 Sangat Kurang (SK)
Teknik analisis data yang digunakan untuk
menganalisis hasil validasi ahli materi dan ahli Kemudian, teknik analisis data respon siswa
media dilakukan dengan langkah-langkah terhadap produk yang dikembangkan dilakukan
sebagai berikut: dengan langkah-langkah berikut:
1) Pengubahan hasil penilaian ahli media dan 1) Mengubah kategori respon siswa yang
ahli materi yang masih dalam bentuk masih dalam bentuk huruf menjadi skor
kuantitatif diubah menjadi skor dengan dengan ketentuan berikut:
menggunkan skala Likert.
Tabel Skor Penilaian Respon Siswa
Tabel Kategori Skor Penilaian Ahli
Skor
Kategori Skor SB B K SK
Sangat Baik (SB) 4 4 3 2 1
Baik (B) 3
Kurang (K) 2 2) Menghitung skor rata-rata respon siswa
Sangat Kurang (SK) 1 dengan cara menghitung jumlah skor
keseluruhan dibagi jumlah responden.
∑𝑥
2) Menghitung skor rata-rata jawaban penilai 𝑋𝑖 =
𝑛
dengan cara menghitung jumlah skor
jawaban seluruh penilai dibagi jumlah Xi = skor rata-rata
penilai kali jumlah butir pertanyan. dari Σx = jumlah skor
instrumen yang telah diisi oleh ahli media n = jumlah responden
dan ahli materi dengan mengikuti pedoman 3) Mengubah rata-rata skor respon siswa
skala diatas. Persentase kelayakan terhadap buku cerita bergambar untuk
∑𝑥 meningkatkan literasi digital menjadi nilai
𝑋𝑖 = kualitatif. Nilai kualitiatif ini diawali
𝑛
Xi = skor rata-rata terlebih dahulu dengan mencari jarak
Σx = jumlah skor interval.
n = jumlah penilai dikali Jarak interval (i) =
𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖−𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ
jumlah butir pertanyaan
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙
3) Mengubah skor rata-rata yang diperoleh ke 4−1
dalam bentuk kualitatif berdasarkan kriteria = 4
yang telah ditentukan. Kriteria kualitatif
yang ditentukan terlebih dahulu dengan = 0,75
mencari jarak interval antar jenjang sangat Setelah jarak interval ditemukan,
baik hingga sangat kurang dengan kemudian menentukan tabel kriteria
menggunakan rumus Eko Putro Widoyoko respon siswa. Tabel kriteria kualitatif
(2012:110) yaitu: sebagai berikut:
Jarak interval (i) =
𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖−𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙
Tabel Kriteria Respon Siswa
4−1 Skor rata-rata Kriteria
= 4
3,25 s/d 4,00 Sangat Baik (SB)
= 0,75 2,50 s/d 3,25 Baik (B)
Sehingga dapat diperoleh kriteria penilaian 1,75 s/d 2,50 Kurang (K)
kualitas produk seperti berikut: 1,00 s/d 1,75 Sangat Kurang
Tabel Kriteria Penilaian Kualitas Produk (SK)
Ahli
Skor rata-rata Kriteria
3,25 s/d 4,00 Sangat Baik (SB) Berdasarkan analisis-analisis tersebut dapat
2,50 s/d 3,25 Baik (B) diketaui sejauh mana buku cerita bergambar

330
dapat meningkatkan literasi digital siswa. Dari Setiap orang tua memberikan jangka waktu
hasil analisis itu nantinya akan digunakan untuk anak bermain gawai beragam, mulai dari 30
merevisi buku cerita bergambar agar menit, hingga 8 jam perhari. 45% orang tua
menghasilkan menghasilkan buku cerita memberikan kesepakatan dengan anak dalam
bergambar yang layak untuk dibaca oleh anak bermain gawai, seperti hanya bermain ketika
serta layak dalam meningkatkan literasi digital PR sekolah telah selesai dikerjakan, hanya
anak. boleh menggunakan gawai untuk belajar, hanya
boleh bermain gawai di hari libur dan lain
HASIL PENELITIAN DAN sebagainya.
PEMBAHASAN
Peneliti juga melakukan wawancara kepada
Penelitian ini menghasilkan buku cerita kepala sekolah terkait implementasi literasi
bergambar bertema literasi digital untuk siswa digital yang dilaksanakan sekolah. Pada proses
sekolah dasar kelas tinggi di SDN Labuhan belajar mengajar, guru belum menggunakan
Jambu, Tarano, Sumbawa, Nusa Tenggara perangkat digital sebagai penunjang proses
Barat. Pengembangan dilakukan guna pembelajaran. Siswa yang telah mahir dalam
meningkatkan kemampuan literasi digital siswa mengakses berbagai perangkat digital, oleh
kelas tinggi. Penelitian ini dikembangkan karena itu peneliti meilhat kesenjangan antara
menggunakan model pengembangan dari Borg kemampuan mengakses perangkat digital
and Gall, dengan beberapa tahap yaitu: 1) dengan proses pembelajaran di sekolah yang
penelitian dan pengumpulan informasi, 2) tidak memanfaatkan perangkat digital.
perencanaan, 3) pengembangan format produk
awal, 4) uji lapangan tahap awal, 5) revisi Saat ini, sekolah telah menerapkan Gerakan
produk hasil uji coba lapangan tahap awal, 6) uji Literasi Sekolah (GLS) dengan menyediakan
lapangan utama, 7) revisi produk akhir, 8) perpustakaan dengan berbagai bahan bacaan.
diseminasi dan implementasi. Koleksi buku perpustakaan sekolah terdiri dari,
130 eksemplar buku pelajaran dari kelas 1-6 dan
Tahap pertama yang dilakukan adalah 320 eksemplar buku fiksi dan non fiksi. Akan
melakukan analisis kebutuhan dengan tetapi, pada implementasi literasi digital,
melakukan pembagian angket kepada orang tua sekolah masih belum menyediakan bahan
siswa, wawancara kepala sekolah terkait bacaan bertema literasi digital. Sehingga
pelaksanaan gerakan literasi digital di sekolah. dibutuhkan bahan bacaan yang dapat
Berdasarkan angket yang diberikan kepada menunjang implementasi literasi digital di
orang tua siswa terkait interkasi siswa dengan sekolah. Dengan memperhatikan indikator
gawai, diperoleh data sebanyak 93% siswa telah kemampuan literasi digital untuk siswa sekolah
mengakses atau menggunakan gawai selama di dasar, yaitu kemampuan memanfaatkan gawai
rumah. Dengan rincian, sebanyak 48% siswa dengan dengan bijak, mencari informasi hingga
telah memiliki gawai pribadi dan 45% siswa mengevaluasi informasi, serta menyebarkan
memiliki akses ke gawai dengan menggunakan informasi.
gawai orang terdekatnya (orang tua, kakak, bibi
dan lain-lain). Tahap selanjutnya dilakukan review literatur
terkait literasi digital, buku cerita bergambar
Google, Youtube, Game online, Tiktok dan untuk siswa sekolah dasar dan literatur tentang
berbagai aplikasi media sosial lainnya siswa sekolah dasar.
merupakan aplikasi yang sering dibuka oleh
anak. 60% anak bermain game dalam keadaan 1. Literasi digital
onlie ataupun offline di gawai, ragam game
yang dimainkan antara lain Mobile Legend, Kemajuan teknologi yang sangat pesat,
Roblox, Free Fire, dan Hago. Media sosial yang membuat segala hal menjadi mudah. Sebagai
paling sering diakses oleh anak diantaranya digital native, siswa usia sekolah dasar yang
aplikasi Facebook, Tiktok, Instagram, tumbuh dan berkembang bersama teknologi
Whatsapp dan lain sebagainya. Dari data yang membutuhkan keterampilan agar dapat
terkumpul diketahui bahwa jumlah siswa yang menyeimbangkan kemajuan dan memanfaatkan
mengakses media sosial sebanyak 62%. teknologi yang ada. Trilling dan Fadel
Sedangkan, jumlah siswa yang mengakses menyebutkan berbagai keterampilan yang harus
Google dan Youtube sebanyak 60%. dimiliki pada abad 21, yaitu keterampilan hidup

331
dan karir, keterampilan informasi, media dan (Riris K. Toha-Sarumpaet, 2010:18). Cerita
teknologi serta keterampilan belajar dan inovasi. maupun gambar memiliki fungsi sama kuat,
Pada keterampilan informasi, media dan sehingga kedua aspek saling mengisi dan saling
teknologi terdapat kemampuan literasi informasi, menjelaskan. Ilustrasi yang menarik dibantu
literasi media dan literasi ICT yang harus dimiliki dengan narasi yang tepat menjadikan buku
pada abad 21 ini. Ketiga kemampuan tersebut cerita bergambar menarik perhatian siswa
merupakan bagian dari literasi digital. Hal ini sekolah dasar. Cerita yang disajikan dalam buku
dinyatakan oleh Bawden (2008: 21-24) cerita bergambar ini yaitu cerita keseharian
menjelaskan bahwasanya literasi digital berakar anak dalam bermain dengan gawai. Hal ini
pada literasi komputer dan literasi informasi. merajuk kepada pernyataan Farida Rahim
Bawden menambahkan seseorang yang digital (2011:89). menjelaskan buku cerita bergambar
literate adalah mereka yang dapat mencari siswa sekolah dasar hendaknya dipilih yang
informasi dengan efisien, memahami dan berisi pengalaman tentan kehidupan anak-anak
membandingkan informasi dari berbagai sumber, itu sendiri.
dan mengetahui informasi yang relevan dan tidak
relevan. 3. Siswa sekolah dasar kelas tinggi

Paul Gilster (1997) menyatakan literasi Siswa sekolah dasar memiliki karakteristik
digital merupakan kemampuan memahami, mampu berpikir logis yang dapat digunakan
menggunakan informasi dari berbagai sumber dalam memecahkan masalah yang
yang di seaikan dalam komputer. Renee Hobbs diahadapinya, tetapi pemikiran logis tersebut
dan David Cooper Moore (2013: 18) masih terikat oleh apa yang dilihatnya nyata.
menyatakan literasi digital merupakan Pada buku cerita bergambar yang
kemampuan bertanggung jawab dalam dikembangkan oleh peneliti khusus untuk siswa
mengunakan internet dan sosial media. sekolah dasar kelas tinggi. Adapun sifat khas
Kemendikbud menjelaskan dalam buku materi siswa sekolah dasar kelas tinggi, yaitu adanya
pendukung literasi digital menjelaskan literasi miant terhadap kehidupan sehari hari, realistik,
digital sebagai kecakapan (life skills) yang tidak mulai memperlihatkan minatnya, telah
hanya melibatkan kemampuan menggunakan membentuk kelompok teman sebaya, pada usia
perangkat teknologi, informasi dan komunikasi, 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang
tetapi juga kemampuan bersosialisasi, dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan
kemampuan dalam pembelajaran, dan memiliki memenuhi keingannya.
sikap, berpikir kritis, kreatif, serta inspiratif Pada usia 10-13 tahun anak memasuki
sebagai kompetensi digital. pada tahap pembiasaan, yaitu meningkatkan
Pemerintah Indonesia telah menggiatkan kemampuan literasi melalui kegiatan membaca
gerakan literasi digital sejak tahun 2016. Gerakan sebagai bagian dari aktivitas pembelajaran di
ini merupakan bagian dari gerakan literasi kelas. Membaca berbagai macam jenis sumber
nasional. Mulai dari jenjang sekolah dasar hingga bacaan sangat diperlukan pada usia ini.
perguruan tinggi, berbagai strategi telah Perbendaharaan kata hingga 4000 menjadikan
dituliskan dalam buku materi pendukung literasi buku cerita bergambar yang berbeda dari buku
digital yang disusun oleh Kementrian Pendidikan cerita yang disajikan untuk siswa kelas bawah.
dan Kebudayaan tahun 2017. Salah satu Buku cerita bergambar yang sesuai untuk anak
strateginya yaitu menyediakan bahan bacaan usia kelas atas, yaitu buku cerita yang ukuran
yang bertemakan litersi digital di sekolah. hurufnya kecil, gambar tidak terlalu dominan
peneliti telah melakukan observasi di SDN (Tarigan, 2018:3). Gambar dan teks saling
Labuhan Jambu dan sekolah masih belum mendukung satu sama lain, gambar mendukung
menyediakan buku bertemakan literasi digital. teks dalam menyampaikan pesan dalam cerita
dengan demikian peneliti mengembangkan buku agar dapat memudahkan siswa dalam
cerita bergambar bertema literasi digital untuk memahaminya, begitu pula sebaliknya.
siswa sekolah dasar. Setelah melakukan pengumpulan data di
2. Buku cerita bergambar siswa sekolah dasar SDN Labuhan Jambu dan melakukan kajian
literatur, tahap selanjutnya ialah perencanaan
Buku cerita bergambar merupakan buku tentang buku cerita bergambar bertema literasi
cerita yang menyuguhkan cerita beserta gambar digital untuk siswa sekolah dasar kelas tinggi.
332
Pada tahap perencanaan meliputi pendefinisian proses belajar. Seperti untuk melakukan
keterampilan yang harus dipelajari dan penelitian, dan lain sebagainya.
perumusan tujuan.
Dari definisi ahli, definisi yang
1. Pendefinisian keterampilan yang harus dikemukakan oleh Kemendikbud serta
dipelajari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwanya
literasi digital merupakan kemampuan
Definisi literasi digital menurut Paul seseorang dalam menggunakan perangkat
Gilster (1997) literasi digital merupakan digital dan kemampuan tersebut disertai dengan
kemampuan memahami dan menggunakan kemampuan menerima informasi, berpikir kritis
informasi dari berbagai sumber yang disajikan terhadap informasi. Serta bertanggung hawab
dalam komputer. Bawden (2001: 2) ternhadap informasi yang disebarkan. Dengan
menjelaskan literasi digital merupakan suatu demikian, dari definisi tersebut, terdapat
kerangka yang menjelaskan konsep literasi indikator yang akan digunakan dalam buku
yang dilakukan di era digital. Renee Hobbs dan cerita bergambar yang dikembangkn yaitu,
David Cooper Moore (2013: 18) menyatakan cerdas menggunakan perangkat digital (gawai),
literasi digital merupakan kemampuan cerdas menerima, memahami, menggunakan
bertanggung jawab dalam mengunakan internet dan mengevaluasi informasi serta menyebarkan
dan sosial media. Kemendikbud dalam buku informasi.
materi pendukung literasi digital menjelaskan
literasi digital sebagai kecakapan (life skills) 2. Perumusan tujuan
yang tidak hanya melibatkan kemampuan
menggunakan perangkat teknologi, informasi Setelah menganalisis indikator yang harus
dan komunikasi, tetapi juga kemampuan dipelajari, maka indikator tersebut digunakan
bersosialisasi, kemampuan dalam pembelajaran, dalam menentukan tujuan di dalam buku cerita
dan memiliki sikap, berpikir kritis, kreatif, serta bergambar. Adapun cerita yang didesain terbagi
inspiratif sebagai kompetensi digital. dalam 3 sub cerita berbeda. Cerita pertama
memuat indikator cerdas dan bijak
David Buckingham (2008:78) menyatakan menggunakan gawai, cerita kedua memuat
kemampuan yang dibutuhkan oleh siswa bukan indikator cerdas menerima, memahami,
hanya sebatas mencari informasi pada menggunakan dan mengevaluasi informasi,
perangkat digital, mereka juga perlu serta cerita ketiga memuat indikator cerdas
mengevaluasi dan menggunakan informasi menyebarkan informasi.
tersebut dengan kritis apabila mereka
menganggap informasi tersebut sebagai Langkah awal tersebut menjadi inti materi
pengetahuan baru. Hal ini berarti siswa mencari buku cerita bergambar. tema besar ketiga buku
tahu tentang sumber informasi tersebut, cerita tersebut adalah literasi digital. Tujuan
mengetahui bagaimana teknologi berdasarkan indikator cerita pertama adalah
mempengaruhi masyarakat luas. Trilling dan anak dapat menggunakan gawai baik dan bijak.
Fadel (2009:64-71) menyatakan terdapat 3 Mematuhi segala hal yang menkadi tanggung
indikator literasi digital, yakni literasi informasi, jawabnya. Tujuan berdasarkan indikator cerita
literasi media, dan literasi teknologi informasi kedua adalah anak dapat menerima, memahami,
dan komunikasi (ICT). yang dimaksud dalam menggunakan dan mengevaluasi informasi.
literais informasi yakni, siswa dapat mengakses Informasi yang didapatkan oleh anak dari
informasi dengan eefektif dan efisien, siswa internet tidak serta merta diterima, akan tetapi
dapat mengevaluasi informasi, dan terkahir anak dapat memilih informasi yang sesuai
siswa dapar menggunakan informasi tersebut dengan kebutuhannya. Selain itu anak dapat
sesuai dengan kebutuhannya. Selanjutnya mengetahui hal-hal yang perlu dilakukan jika
literasi media merupakan kemampuan siswa mendapatkan informasi baru dari internet. Dan
dalam menggunakan berbagai perangkat digital, tujuan berdasarkan indikator cerita ketiga
mengembangkan kemampuannya dalam adalah anak dapat mengetahui cara
berbagai hal dengan perangkat digital, seperti menyebarkan informasi yang telah diterima
membuat video, animasi, dan lain sebagainya. kepada teman-temannya atau orang lain.
dan terkahir literasi teknologi dan informasi, Setelah tahap perencanaan, selanjutnya
yakni memanfaatkan perangkat teknologi untuk masuk pada tahap pengembangan produk awal

333
buku cerita bergambar bertema literasi digital. bergambar, peneliti dibantu oleh ilustrator
Adapun langka-langkah dalam pengembangan dalam memvisualisasikan sketsa yang
produk awal buku cerita bergambar sebagai diinginkan oleh peneliti. Sehingga dapat
berikut: memudahkan peneliti dan ilustrator dalam
1. Menentukan materi buku cerita bergambar menyusun buku cerita bergambar.
Materi dalam buku cerita bergambar ini 3. Desain tampilan gambar dan ilustrasi buku
memuat 3 indikator literasi digital untuk siswa cerita bergambar
sekolah dasar. Pertama, cerdas dan bijak dalam
Selanjutnya, peneliti membahas desain
menggunakan gawai. Kedua, cerdas menerima,
tampilan gambar dan ilustrasi buku cerita dengan
memahami, menggunakan dan mengevaluasi.
ilustrator. Pemilihan warna, jenis ilustrasi yang
Ketiga, cerdas menyebarkan informasi.
digunakan dan tata letak gambar dan teks/narasi.
2. Membuat alur dan story board cerita Pemilihan warna yang digunakan adalah warna
cerah yang sesuai dengan usia anak. Jenis ilustrasi
Tahap selalnjutnya menyusun alur cerita yang digunakan dalam pembuatan gambar adalah
untuk memudahkan dalam pembuatan kartun. Ilustrasi kartun yang dibuat sesuai dengan
naskah cerita dan ilustrasinya. Terdapat 3 kehidupan sehari-hari anak, agar anak merasa
cerita berbeda, masing-masing cerita memuat lebih dekat cerita.
indikator literasi digital yang berbeda. Cerita Penyesuaian gambar dan teks/narasi sangat
pertama memuat indikator cerdas diperhatikan, agar terkesan seimbang dan rapih.
menggunakan gawai, cerita kedua memuat Selain itu juga penyesuaian tersebut dilakukan
cerdas menerima, memahami, menggunakan agar gambar dan teks saling menguatkan pesan
dan mengevaluasi informasi, serta cerita yang ingin disampaiakn dalam cerita. Adapun
ketiga memuat indikator cerdas jenis font yang digunakan dalam narasi dan
menyebarkan informasi. Alur cerita dalam nomor halaman dalam isi buku menggunakan
pembuatan buku cerita bergambar “Rizal dan ninjascript untercase. Jenis font ini dipih karena
Gawainya” dipaparkan dalam lampiran. bentuknya yang tidak terlalu kaku dan terkesan
fleksibel cocok digunakan untuk anak-anak.
Selanjutnya membuat story board . Ilustrasi buku cerita bergambar dibuat
Langkah ini menjadi panduan bagi peneliti menggunakan software Medibang Paint Pro,
untuk mewujudkan produk buku cerita kemudian layouting buku cerita bergambar
bergambar yang dibuat. Pembuatan story menggunakan software Photoshop Point.
board ini memberikan sistematika urutan
4. Cover buku cerita bergambar
tampilan keseluruhan halaman isi buku,
deksripsi tampilan visual, dan keterangan Setelah menyusun isi buku cerita bergambar,
atau narasi cerita yang dipaparkan dalam selanjutnya ialah menyusun cover buku. Desain
lampiran. cover buku terdiri dari cover depan dan cover
belakang. Pada cover depan berisi informasi
Pembuatan story board ini tentang judul, nama penulis dan ilustrator, serta
menggunakan konten halaman, ilustrasi sampul. Cover belakang berisi tentang
narasi/deskripsi, dan sketsa ilustrasi. sinopsis buku. Penyusunan cover
Penyusunan teks narasi menggunakan tata mempertimbangkan tata letak yang harmonis dan
bahasa sederhana yang sesuai dengan bahasa sesuai dengan materi yang disampaikan di
keseharian anak, agar materi yang dimuat di dalamnya.
dalamnya dalam dipahami dengan mudah Font pada cover depan buku menggunakan
oleh anak. Selain isi cerita yang memuat 2 jenis, yaitu Henny Penny dan Quentin.
tentang literasi digital, terdapat kesimpulan Penggunaan Font Henny Penny pada penulisan
cerita disetiap akhir cerita agar anak dapat “Rizal” dan “Gawainya” memberikan kesan
mengulang pemahaman mereka terkait santai kepada anak, dan juga font ini terlihat
materi yang disampaikan dalam cerita. Pada umum pada judul buku cerita anak. Serta
pembuatan sketsa ilustrasi buku cerita penggunaan font Quentin pada penulisan “dan”
memberikan kesan menyambungkan kata “Rizal”
334
dan “Gawainya”. Cover belakang menggunakan pada buku cerita bergambar. Tahap kedua
font Ninjascript. Jenis font dipilih karena terkesan dilakukan pada tanggal 13 Januari 2021
tidak kaku dan fleksibel sehingga memudahkan mendapatkan skor rata-rata 3,76 dengan
dalam membaca. Layout penulisan dalam cover beberapa masukan dan evaluasi. Tahap ketiga
depan dan belakang dibuat center atau rata tengah dilakukan pada tanggal 16 Januari 2021
untuk menambah fokus perhatian (center of mendapatkan skor rata-rata 4,0 dengan kriteria
interest) dan memudahkan seseorang dalam sangat baik (SB) sehingga sudah layak untuk
membaca. diujicobakan.
Ilustrasi pada sampul depan menggunakan Selanjutnya masuk pada tahap uji coba
latar kamar serta tokoh utama yang memegang lapangan awal, uji coba lapangan awal dengan
gawai diatas kasur memberikan kesan yang subjek uji coba 6 siswa yang terdiri dari 2 siswa
sesuai dengan kehidupan anak serta icon literasi kelas 3, 2 siswa kelas 4 dan 2 siswa kelas 5.
digital di bagian terang serta judul cerita agar Masing-masing pertanyaan angket memiliki 12
memberikan kesan literasi digital. Sedangkan butir pertanyaan. Berdasarkan hasil uji coba
cover belakang memberikan kesan ceria dengan lapangan awal didapatkan skor rata-rata 3,33
warna serta tokoh utama yang memegang gawai dengan kateogori sangat baik (SB). Tidak
beserta icon literasi digital mengikutinya. Hal ini ditemukan revisi atau masukan, sehingga buku
juga memberikan kesan bahwa gawai berkaitan cerita bergambar tema literasi digital sudah layak
dengan literasi digital. untuk masuk pada tahap uji coba lapangan utama.
5. Ukuran buku cerita bergambar. Tahap selanjutnya adalah uji coba
lapangan utama. Uji coba lapangan utama
Ukuran buku cerita bergambar dengan dengan subjek 15 siswa yang terdiri dari: 5
speisifikasi yaitu lebar 18 cm, panjang 23 cm, siswa kelas 3, 5 siswa kelas 4 dan 5 siswa kelas 5,
dan ketebalan buku 0,4 cm. dengan format angket yang sama seperti uji coba
Setelah selesai pada tahap pengembangan lapangan awal. Berdasarkan hasil uji lapangan
produk awal, tahap selanjutnya adalah validasi utama didapatkan skor rata-rata 3,43 dengan
ahli materi dan ahli media. Validasi dilakukan kategori sangat baik (SB). Tidak terdapat revisi
oleh ahli media dan ahli materi untuk menguji atau masukan pada uji lapangan utama sehingga
apakh media dapat digunakan. Ahli materi buku cerita bergambar tema literasi digital yang
dilakukan oleh ahli yang memiliki kompetensi dikembangkan sudah layak sebagai sarana untuk
pada literasi digital, ahli materi berasal dari meningkatkan literasi digital siswa sekolah dasar
dosen Jurusan Teknik Informatika FT UPI. Ahli kelas tinggi.
media dilakukan oleh dosen Teknologi Tahap terakhir pada penelitian ini yaitu
Pendidikan FIP UNY, yang memiliki keahlian diseminasi dan implementasi. Pada tahap ini
dalam bidangnya. peneliti melakukan seminar kepada guru akan
Penilaian ahli materi dan media pentingnya literasi digital bagi siswa sekolah
menggunakan angket. Validasi ahli materi dasar dan implementasi literasi digital di
dilakukan pada dua tahap. Tahap pertama lingkungan sekolah. seminar ini dilaksanakan
dilakukan pada tanggal 09 November 2020 pada hari Kamis, 21 Januari 2021 dan dihadiri
mendapatkan skor rata-rata 2,94. Ahli materi oleh 14 guru SDN Labuhan Jambu. Selain itu
memberikan masukan dan evaluasi untuk peneliti juga memberikan 10 eksemplar buku
memperbaiki buku cerita bergambar yang cerita bergambar “Rizal dan Gawainya” kepada
dikembangkan. Lalu setelah melakukan sekolah sebagai bagian dari pelaksanaan
perbaikan, pada tanggal 16 Januari 2021 strategi literasi digital di sekolah, yaitu
mendapatkan skor rata-rata 4,0 dengan kriteria ketersediaan bahan bacaan di perpustakaan
sangat baik (SB) sehingga sudah layak sekolah.
diujicobakan. Keterbatasan Penelitian
Validasi selanjutnya dilakukan oleh ahli Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan,
media, penilaian ahli media dilakukan tiga yaitu:
tahap. Tahap pertama pada tanggal 09
November 2020 mendapatkan skor rata-rata 1. Pembuatan buku cerita bergambar
3,06 dengan beberapa masukan dan evaluasi membutuhkan ilustrator karena kurangnya
335
kemampuan peneliti dalam mendesain buku dengan memperoleh kategori sangat baik,
cerita bergambar. dengan hal ini, dibutuhkan sehingga buku cerita bergambar ini telah layak
biaya untuk menyewa jasa ilustrator. untuk digunakan.
2. Waktu pengembangan buku cerita
bergambar lebih lama, karena pandemi Tahap terakhir dari penelitian ini yaitu
covid-19. Sehingga terjadi perubahan lokasi diseminasi dan implementasi. Diseminasi dan
penelitian, yang semula di SD implementasi dilakukan dengan mengadakan
Muhammadiyah Sokonandi Yogyakarta seminar terkait literasi digital siswa sekolah
menjadi di SDN Labuhan Jambu Tarano dasar dan implementasi literasi digital di
Sumbawa NTB. lingkungan sekolah kepada guru di SDN
3. Penelitian ini hanya melakukan uji coba Labuhan Jambu. Selain itu juga peneliti
pada ahli media, ahli materi dan siswa selah memberikan 10 eksemplar buku cerita
dasar. Peneliti tidak melakukan uji coba bergambar “Rizal dan Gawainya” kepada
buku cerita bergambar pada ahli materi. sekolah untuk dijadikan koleksi perpustakaan
sekolah.
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan penelitian dan pengembangan
yang telah dilakukan di SDN Labuhan Jambu, Ali, M. (2010). Metodologi dan Aplikasi Riset
maka dapat diperoleh kesimpulan tentang Pendidikan. Bandung: Pustaka
produk pada penelitian ini. Penelitian dan Cendikia Utama.
pengembangna ini telah melalui 10 tahap Borg
& Gall. Langkah-langkah dalam penelitian dan Allen, K. E. & Lynn, R. M. (2010). Profil
pengembangan untuk menghasilkan produk Perkembangan Anak: Pra Kelahiran
buku cerita bergambar “Rizal dan Gawainya” hingga Usia 12 Tahun. Jakarta: PT.
untuk meningkatkan literasi digital siswa Indeks.
sekolah dasar yang layak yaitu: (1) penelitian
dan pengumpulan informasi, (2) perencanaan, Aulia. (2012). Revolusi Membuat Anak Candu
(3) pengembangan format produk awal, (4) uji Membaca. Yogyakarta: FlashBooks.
lapangan awal, (5) revisi produk utama, (6) uji
lapangan utama, (7) revisi produk akhir, (8) Colin, L., & Michele, K. (2008). Digital
diseminasi dan implementasi. Literacies: Concepts, Policies and
Practices. Switzeland, CA: Peter Lang
Kelayakan buku cerita bergambar dilihat Publishing.
dari hasil penilaian ahli, yaitu ahli materi dan
ahli media. Adapun hasil penilaian ahli materi Budiman, N. (2006). Memahami
menunjukkan buku cerita bergambar “Rizal dan Perkembangan Anank Usia Sekolah
Gawainya” memperoleh nilai rata-rata 4,00 Dasar. Jakarta: Departemen
dengan kategori sangat baik dan penilaian tanpa Pendidikan Nasional RI.
revisi. Hasil validasi ahli media menunjukkan
bahwa buku cerita bergambar “Rizal dan Burns, Paul C., Betty, D. Roe., & Ellinor, P.
Gawainya” memperoleh nilai rata-rata 4,00 Ross. (1984). Teaching Reading in
dengan kategori sangat baik dan penilaian tanpa Today’s Elementary Schools (Third
revisi. Edition). Boston: Houghton Mifflin
Company.
Uji coba pada siswa dilakukan 2 tahap,
yaitu pada uji coba lapangan awal memperoleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
nilai rata-rata 3,33 dengan kategori sangat baik. Menengah Kementerian Pendidikan
Pada uji coba lapangan awal tidak terdapat dan Kebudayaan. (2019). Desain Induk
revisi yang diberikan oleh siswa, sehingga siap Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta:
untuk diuji lapangan utama. Selanjutnya, pada Kemendikbud.
uji lapangan utama memperoleh nilai rata-rata
3,43 dengan kategori sangat baik. pada uji coba Hobbs, R. & David, C. M. (2013). Discovering
lapangan utama tidak terdapat revisi yang Media Literacy: Teaching Digital
diberikan siswa. Berdasarkan hasil penilaian Media and Popular Culture in
ahli media, ahli materi dan uji coba pada siswa Elementary School. US: Corwin.
336
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Penyampaian Cerita Anak Terbitan
(2017). Materi Pendukung Literasi Surat Kabar. Bandung: Angkasa.
Digital. Jakarta: Kemendikbud.
Yusuf, S. (2005). Psikologi Perkembangan
Lukens, R. J. (2003). Critical Handbook of Anak dan Remaja. Bandung: Remaja
Chidren Literature. New York: Rosdakarya.
Longman.
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet. (2019).
Mustadi, A, et al. (2018). Landasan Pendidikan Hasil Survei Penetrasi dan Perilaku
Sekolah Dasar. Yogyakarta: UNY Pengguna Internet Indonesia 2018.
Press. Diambil tanggal 2 Agustus 2020, dari
https://apjii.or.id/content/read/39/41
Nurgiyantoro, B. (2013). Sastra Anak 0/Hasil-Survei-Penetrasi-dan-Perilaku-
Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Pengguna-Internet-Indonesia-2018
Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press. Cnn indonesia. (2019). Peringkat Membaca
Indonesia terendah di Dunia. Diambil
Pinnel, G. S. & Irene C. Fountas. (2011). tanggal 18 Februari 2020, dari
Literacy Beginning: A Prekindergarten https://www.cnnindonesia.com/gaya-
Handbook. US: Heinemann. hidup/20191204122003-284-
454012/peringkat-membaca-dan-
Putra. N. (2015). Research & Development
matematika-indonesia-terendah-di-
(Penelitian dan Pengembangan: Suatu
dunia
Pengantar). Jakarta: Rajagrafindo
Persada.
Villarreal, A., Minton S., Martinez M.,
Rahim, F. (2011). Pengajaran Membaca di (November/Desember 2015). Child
Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. Illustrators: Making Meaming Through
Visual Art in Picture Books. Diambil
Sarumpaet, R. K. T. (2010). Pedoman pada tanggal 15 Maret 2019, dari
Penelitian Sastra Anak. Jakarta: Pusat https://www.jstor.org/stable/245747
Bahasa Kemdiknas. 51

Sugihastuti. (2015). Sastra Anak: Teori dan


Apresiasi. Yogyakarta: Ombak.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian dan


Pengembangan (Research and
Development/R&D). Bandung:
Alfabeta.

Sukmadinata, N. S. (2015). Metode Penelitian


Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Tarigan, D. (1995). Metodik Khusus


Pengajaran Bahasa Indonesia di SD.
Bandung: Angkasa.

Trilling & Fadel. (2009). 21st Century Skills


Learning for Life in Our Times. USA:
Jossey-Bass A Wiley Imprint.

WS, Hasanuddin. (2015). Sastra Anak: Kajian


Tema, Amanat dan Teknik
337

Anda mungkin juga menyukai