Anda di halaman 1dari 8

STRATEGI MENINGKATKAN KECAKAPAN LITERASI DIGITAL

PADA GURU SEKOLAH DASAR

RIZKAWATI MUSTIAN, S.Pd.


NIP 19931227 201902 2 002
SD Negeri Cacaban 1 Kota Magelang

A. PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi khususnya di
Indonesia sangat masif. Hal tersebut ditandai dengan gaya masyarakat dalam
memanfaatkan, berinteraksi dan berkegiatan melalui akses internet. Data badan
statistik telekomunikasi Indonesia pada tahun 2021 mencatat sekitar 62,10%
populasi di Indonesia telah mengakses internet. Kemudian sebesar 90,54% data
rumah tangga telah menguasai atau memiliki telepon seluler (BPS, 2021:3). Dari
data tersebut juga diketahui secara spesifik 63,08% akses internet berusia 5 tahun
ke atas didominasi dengan mengakses media sosial atau jejaring sosial dan
hiburan sedangkan sebesar 33, 04% dengan tujuan menerima proses
pembelajaran selebihnya untuk tujuan lain. Perkembangan ini menandakan
bahwa semakin pesat dan cepatnya angka penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi di daerah perkotaan maupun pedesaan di Indonesia. Hal ini
merupakan kabar yang menggembirakan sekaligus mengkawatirkan ditengah
pesatnya kemajuan teknologi.
Kenaikan juga dipengaruhi oleh faktor masa pandemic Covid-19 yang
melanda belahan dunia termasuk Indonesia. Terdapat banyak perubahan yang
masif diberbagai sektor untuk secara bertahap beradaptasi dengan keadaan.
Kegiatan yang tadinya dilakukan secara konvensional berubah kearah digital.
Hal ini juga yang dirasakan pada sektor Pendidikan, proses pembelajaran yang
biasanya dilakukan di sekolah secara tatap muka harus dilakukan secara daring
atau pembelajaran jarak jauh. Baik guru maupun murid dituntut untuk
beradaptasi menggunakan sistem daring agar tujuan pendidikan nasional tetap
tercapai. Hal ini berlanjut di masa sekarang dengan memasuki masa normal baru,
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi tetap mempunyai peran
penting dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Jika dilihat dari usia, besarnya jumlah pemanfaatan akses internet sekarang
yang menjadi tantangan adalah pada generasi Alpha yaitu generasi yang lahir
pada kurun waktu 2011 hingga saat ini. Generasi ini dari lahir sudah sangat lekat
dengan teknologi dan dapat dikatakan sebagian besar bergantung pada perangkat
digital. Melihat usia generasi ini, rata-rata masih duduk di sekolah dasar dan usia
dini. Sehingga relevan menjadi tantangan pendidik/ guru di sekolah dasar
mempunyai kecakapan dalam memanfaatkan piranti digital. kecakapan atau
keterampilan guru dalam menggunakan atau berinteraksi dengan perangkat
digital merupakan suatu keharusan tidak hanya sebagai kemampuan personal
tetapi juga sebagai alat control bagi murid. Sehingga guru dituntut untuk dapat
mengimbangi bahkan lebih murid dalam penggunaan teknologi informasi. Hal
ini bukan tanpa alasan, guru rata-rata terbagi menajdi tiga generasi sesuai dengan
tahun kelahirannya. Generasi X akhir dengan masa peralihan teknologi, generasi
Y generasi yang mulai bisa diandalkan, dan generasi Z awal sudah mengalami
pergeseran makna dan dapat memilah informasi. Melihat asal generasi tersebut
dapat dikatakan guru sekolah dasar mempunyai kompetensi dan kecepatan
dalam belajar hal baru yang berbeda.
Kecakapan guru dalam berinteraksi dengan menggunakan teknologi inilah
yang disebut dengan literasi digital. Beberapa ahli menyampaikan bahwa literasi
sendiri secara sederhana adalah kemampuan seseorang dalam menulis dan
membaca. Graff (2006) dalam Sumiati & Wijonarko (2020) menjelaskan bahwa
literasi merupakan kemampuan dari dalam diri seseorang dalam menulis dan
membaca. Mustafa, (2014) menambahkan bahwa literasi tidak hanya membaca
dan menulis tetapi juga dapat berpikir kritis. Artinya proses kognitif berjalan
sebagai kemampuan seseorang dalam membaca, menulis, memperoleh
pengetahuan baru, disertai kemampuan berpikir kritis sehingga akan
menyebabkan komunikasi yang baik. Literasi terdapat beberapa jenis, literasi
digital menjadi salah satunya sesuai pembahasan di paragraf sebelumnnya.
Literasi digital atau Digital Literacy merupakan kemampuan teknis dalam
mengakses, merangkai, memahami dan menyebarluaskan informasi
(Kemdikbud, 2017). Lebih lanjut Gilser dalam (Sulianta, 2020) menambahkan
bahwa literasi digital sebagai kecakapan dalam memahami dan menggunakan
informasi dari berbagai bentuk dan sumber yang luas yang diakses menggunakan
perangkat computer atau gawai. Artinya dalam literasi digital tidak terpaku pada
kemampuan membaca dan menulis informasi, tetapi juga kecakapan dalam
memahami, mengolah, menggunakan informasi dari berbagai bentuk dan
sumber yang luas dengan berpikir kritis yang diakses melalui internet dengan
perangkat computer dan gawai. Untuk itu guru sebagai ujung tombak Pendidikan
diharapkan dapat mempunyai kecakapan literasi digital guna menunjang proses
pembelajaran yang berkualitas dan menuntun murid agar mempunyai
kemampuan 4C sesuai tuntutan abad-21.
Literasi digital di bagi dalam tiga level yaitu basic, medium dan advanced.
Semua guru diharapkan dapat menguasai sampai dengan level mahir atau ahli.
Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa guru masih belum menguasai
literasi digital, seperti halnya penelitian yang di lakukan oleh Rosmalah,
Rahman, dan Asriadi, (2021) menjabarkan bahwa guru rata-rata guru
mempunyai keterampilan literasi digital pada level dasar sedangkan di level
medium dan ahli belum memenuhi syarat. Hal ini menjadi kesenjangan dimana
tuntutan pembelajaran yang berpihak pada murid diharapkan dapat didesain
sesuai dengan kebutuhan murid dengan literasi digital yang bervariatif dan
media pembelajaran yang inovatif. Hal ini juga bukan tidak mungkin juga terjadi
pada guru-guru Sekolah Dasar yang berada di Kota Magelang, dengan
variatifnya generasi literasi yang ada. Beberapa cara dan program kegiatan yang
dapat dilakukan sebagai strategi untuk meningkatkan kecakapan literasi digital
guru khususnya guru Sekolah Dasar di Kota Magelang mempunyai keterampilan
literasi digital hingga ke tingkat mahir.

B. PEMBAHASAN
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi merupakan tantangan
khususnya guru pada sektor Pendidikan. Dengan kemajuan tersebut, guru akan
lebih sering berinteraksi dengan teknologi informasi. Hal ini menjadi tantangan
bagi guru sebagai guru professional dan dapat beradaptasi dengan tuntutan
jaman. Guru diharapkan memliki kompetensi yang dapat menunjang
pekerjaannya. Transisi dari mas pandemic covid-19 ke era normal baru menuntut
guru tetap memanfaatkan literasi digital sebagai penunjang keberhasilan proses
pembelajaran.
Literasi digital tidak terpaku pada kemampuan membaca dan menulis
informasi, tetapi juga kecakapan dalam memahami, mengolah, menggunakan
informasi dari berbagai bentuk dan sumber yang luas dengan berpikir kritis yang
diakses melalui internet dengan perangkat computer dan gawai. Literasi diginal
merupakan kombinasi dari beberapa bentuk literasi seperti computer, informasi,
teknologi, visual, media, dan komunikasi. Dari bentuk tersebut guru juga
diharapkan dapat memahami definisi level dalam dimensi individual dalam
literasi digital, diantaranya:
1. Basic: Individu memiliki kemampuan penggunaan dasar media yang terbatas.
Pengguna memiliki kemampuan yang terbatas dalam menganalisa informasi
secara kritis serta memiliki kemampuan berkomunikasi yang terbatas.
Kemampuan basic seperti mampu mengoperasikan.
2. Medium: Individu memiliki tingkatan menengah dalam penggunaan media,
mengetahui fungsi media secara lebih mendalam dan mampu
mengoperasikan media dengan lebih kompleks. Pengguna aktif memproduksi
konten dan berpartisipasi secara sosial. Kemampuan medium seperti mampu
mengoperasikan aplikasi google workspace google classroom, Zoom dan
Google meeting terampil mengintegrasikan gambar, audio, ebook, dan
mampu membuat media tersebut.
3. Advanced: Individu sangat ahli dalam penggunaan media serta menyadari
etika dan konsekuensi hukum bagi penggunanya. Di ruang publik, pengguna
mampu menggerakkan kerjasama kelompok untuk memecahkan suatu
permasalahan. Contonya terampil dalam penggunaan Learning Management
System atau LMS.
Dari ketiga level tersebut diharapkan guru mempunyai keterampilan
literasi digital pada level advanced. Guru tidak hanya mempu menggunakan
media saja, namun dapat menganalisis dan dapat berkerjasama dalam
memecahkan suatu masalah dan berliterasi digital kemudian terjadi elaborasi
baik tingkat sekolah maupun guru pada komunitasnya. Douglas, (2011) dalam
Kemdikdub (2017) menambahkan 8 elemen dalam pengembangan literasi digital
yaitu: kultural, kognitif, konstruktif, komunikatif, kepercayaan diri, kreatif, kritis
dalam menyikapi konten, dan bertanggung jawab secara sosial.
Penguatan demi mencapai tujuan guru mempunyai kecakapan literasi
digital dapat dilakukan dengan berbagai strategi. Dinata, (2021) menjelaskan ada
beberapa cara dalam meningkatkan atau penguatan kemampuan literasi digital
guru diantaranya pelatihan literasi digital, implementasi literasi digital dalam
pembelajaran di sekolah, dan membentuk tim penggerak literasi sekolah.
1. Pelatihan Literasi Digital
Sebelum ke tahap pelatihan perlu dilakukan asesmen keterampilan
literasi digital guru sebagai Langkah awal pemetaan kompetensi yang
dimiliki oleh guru. Kemudian pelatihan dirancang sesuai dengan kompetensi
yang dimiliki guru. Pelatihan literasi digital dapat dilakukan secara intansi
dan Kerjasama dengan pihak ketiga atau tingkat universitas. Pelatihan dapat
dilakukan secara mandiri dengan mencari pelatihan digital atau diadakan
secara khusus baik intansi pusat, daerah maupun tingkat sekolah. diseminasi
hasil latihan dilakukan dengan monitoring setiap sekolah melalui pimpinan
sekolah. Penelitian Kurnianingsih, Rosini, dan Ismayani, (2017) menjelaskan
bahwa kegiatan pelatihan literasi digital memberikan manfaat atau
meningkatkan kecakapan secara signifikan bagi guru. Guru menjadi lebih
paham, kemudian dapat mengaplikasikan dalam pembelajaran dan dapat
mentransformasikan kompetensi literasi digital.
2. Internalisasi Literasi Digital dalam Pembelajaran
Proses pembelajaran merupakan tahapan vital, kualitas proses
pembelajaran menjadi sangat penting dalam mencapai tujuan Pendidikan
nasional. Dimana guru diharapkan dapat mempunyai kompetensi literasi
digital guna menunjang proses pembelajaran. Dengan mempunyai
kompetensi literasi digital yang baik, guru akan mampu merancang,
melaksanakan proses pembelajaran dan mengevaluasi hasil pembelajaran
dengan kreatif dan inovatif. Tentunya sesuai dengan kebutuhan murid seperti
sesuai gaya belajarnya, media yang interaktif dan menarik serta menggunakan
metode yang bervariatif. Murid tentunya diarahkan pada kemampuan
bernalar kritis, sebagai tuntutan penguasaan kompetensi dan karakter yang
unggul. Sehingga nantinya akan menjadi kultur menjadi bijak dan mampu
memanfaatkan berbagai sumber dari kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi.
Beberapa penelitian menunjukan bahwa internalisasi literasi digital
mempunyai dampak positif bagi guru dan murid. Penelitian Sriyanto, (2021)
menjelaskan bahwa pembelajaran dengan literasi digital meningkatkan
kemampuan atau keterampilan 4C (Communication, collaboration, critical
thingking dan problem solving, serta creative and inovative) guru dan siswa.
Ini menjadi salah satu alternatif ditengah-tengah murid yang cenderung instan
dalam mengambil atau memahami berbagai sumber belajar, biasnya murid
tidak memfilter sumber informasi yang ia gunakan. Kemudian penelitian
Masitoh, (2018) menjelaskan bahwa pembelajaran pembelajaran dengan
model blended learning berwawasan literasi digital dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran dan membangun generasi emas 2045. Susilo dkk,
(2021) menjelaskan bahwa pembelajaran melalui media zoom meeting efektif
meningkatkan literasi digitak guru sekolah dasar.
Beberapa penelitian di atas menunjukan bahwa melalui internalisasi
literasi digital dalam pembelajaran secara efektif dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran, di sisi lain dengan penerapan dalam proses baik model
pembelajaran, metode, media dapat meningkatkan kecakapan literasi digital
guru sekolah dasar. Dengan meningkatnya kompetensi guru dalam hal literasi
digital diharapkan guru akhirnya dapat metransformasi kualitas pembelajaran
dengan literasi digital. selain guru, dampak nyata akan kepada kompetensi
murid dalam menguasai berbagai kompetensi sesuai pembelajaran abad-21.
3. Membentuk Tim Penggerak Literasi Sekolah
Membentuk tim penggerak literasi digital sekolah sejalan dengan dua
pemaparan diatas dari pelatihan dan internalisasi dalam proses pembelajaran.
Tim penggerak ini berfokus pada guru dan murid selain dalam kegiatan
pembelajaran. Kegiatan seperti gerakan literasi sekolah setiap pagi sebelum
pembelajaran dengan monitoring menggunakan jurnal literasi, kemudian per
periode perwakilan kelas membaca hasil literasi dari sentral, kemudian pada
bulan Bahasa melakukan gerakan sekolah menulis. Gerakan literasi digital di
sekolah dapat dikembangkan melalui penguatan kompetensi guru,
peningkatan jumlah dan bentuk sumber belajar, perluasan akses sumber,
peningkatan partisipasi seluruh warga sekolah, dan penguatan tata Kelola.
Program kebanyakan bagus di perencanaan dan jarang dilakukan evaluasi
berkala.

C. KESIMPULAN
Penguatan kompetensi literasi digital guru sekolah dasar khususnya bagi
guru sekolah dasar di Kota Magelang sangat perlu dilakukan, mengingat guru
sebagai ujung tombak dalam Pendidikan. Strategi meningkatkan kecakapan
literasi digital guru sekolah dasar dapat dilakukan melalui tiga strategi pelatihan
literasi digital, internalisasi literasi digital dalam pembelajaran, dan membentuk
tim penggerak literasi sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

BPS. (2021). Statistik Telekomunikasi Indonesia 2021. Jakarta: Badan Pusat


Statistik
Dinata. (2021). Literasi DIgitak dalam Pembelajaran Daring. EKsponen, 11(1)
Kurnianingsih, Rosini, Ismayati. (2017). Upaya Peningkatan Kemampuan Literasi
Digital bagi Tenaga Perpustakaan Sekolah dan Guru di Wilayah Jakarta
Pusat Melalui Pelatihan Literasi Informasi, Jurnal PPM, 3 (1)
Masitoh, S. (2018). Blended Learning Berwawasan Literasi Digital Suatu Upaya
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran dan Membangun Generasi Emas
2045, Proceedings of The ICECRS, 1 (3)
Musthafa, B. (2014). Literasi Dini dan Literasi Remaja: Teori, Konsep, dan
Praktik. Bandung: CREST
Rosmalah, Rahman, Asriadi. (2021). Analisis Kompetensi Literasi Digital Guru
dalam Pelaksanaan Pembelajaran Daring di Masa Pandemic Covid-19.
Proseding Seminar Hasil Penelitian UNM.
Sriyanto, B. (2021). Meningkatkan Keterampilan 4C dengan Literasi Digital di
SMP Negeri 1 Sidoharjo, Jurnal Didaktika Pendidikan Dasar, (5) 1
Sulianta, F. (2020). Literasi Digital, Riset, dan Perkembangannya dalam
Perspekstif Sosial Studies. Bandung: Published
Sumiati & Wijonarko. (2020). Manfaat Literasi Digital bagi Masyarakat dan
Sektor Pendidikan pada saat Pandemi Covid-19. Buletin UII
Susilo, dkk. (2021). Efektifitas Pembelajaran Melalui Media Zoom Meeting dalam
Meningkatkan Literasi Digital Guru Sekolah Dasar, MASSAGI.

Anda mungkin juga menyukai