Anda di halaman 1dari 7

Peran Literasi Digital dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran

di Masa Pandemi Covid 19

Oleh: Akhmad Huda, S.Pd., M.Pd.


(Guru Bahasa Indonesia MAN 1 Pasuruan)

Pandemi Covid-19 yang melanda hampir seluruh negara di dunia termasuk di


Indonesia ini menyebabkan kepanikan luar biasa bagi seluruh masyarakat, juga meluluh
lantakkan seluruh sektor kehidupan. Pemerintah Indonesia pun mengambil kebijakan yang
bertujuan untuk memutus rantai penularan pandemi Covid-19. Salah satunya adalah
penerapan kebijakan social distancing, dimana warga harus menjalankan seluruh aktivitas di
rumah, seperti bekerja, belajar, termasuk dalam melaksanakan ibadah. Penerapan kebijakan
social distancing ini jelas sangat berdampak terhadap seluruh sektor kehidupan, terutama
pada sektor perekonomian, yang secara tidak langsung menyebabkan tersendatnya laju
perekonomian.
Sektor pendidikan juga turut terkena dampak yang cukup fatal. Kegiatan belajar
mengajar terpaksa harus dilakukan dalam jarak jauh. Akan tetapi, dari kebijakan ini juga
banyak pihak yang belum siap untuk melaksankan pembelajaran melalui jarak jauh atau yang
dikenal dengan sebutan daring ini. Bukan hanya kesiapan yang masih perlu dibenahi dari
pembelajaran jarak jauh ini, banyak kalangan yang ternyata tidak bisa mengikuti kegiatan
belajar mengajar jarak jauh karena terbatasnya kemampuan masyarakat, banyak diantaranya
yang tidak memiliki perangkat yang menunjang pembelajaran jarak jauh.
Pembelajaran jarak jauh merupakan sistem pembelajaran yang tidak berlangsung
dalam satu ruangan dan tidak ada interaksi tatap muka secara langsung antara pengajar dan
pembelajar. Di era perkembangan teknologi, komunikasi dan informasi yang semakin pesat,
pembelajaran jarak jauh di masa pandemi ini dapat terlaksana dengan menggunakan berbagai
platform, baik berupa learning management system maupun bentuk video conference.
Learning management system yang banyak digunakan diantaranya, google classroom dan
porta-portal E-learning yang dimiliki oleh Sekolah atau Perguruan tinggi. Sementara itu,
aplikasi video conference yang banyak digunakan selama pembelajaran jarak jauh
diantaranya, aplikasi zoom, google meet, dan visco webex. Selain aplikasiaplikasi tersebut,
Whatsapp Group pun menjadi alternatif dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh. Namun
demikian, tidak sedikit pengajar dan pembelajar yang kesulitan menggunakan aplikasi-
aplikasi tersebut dikarenakan keterbatasan sarana penunjang pembelajaran jarak jauh,
khususunya dukungan teknologi dan jaringan internet.
Pada pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh selama masa pandemi Covid-19,
tantangan dan hambatan tidak hanya pada keterbatasan sarana pendukung teknologi dan
jaraingan internet. Hambatan lain pada pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh selama masa
pandemi Covid-19 antara lain berkaitan dengan kesiapan sumber daya manusia, arahan
pemerintah yang kurang jelas, dan belum adanya kurikulum Pembelajaran Jarak Jauh yang
tepat. Kesiapan sumber daya manusia merupakan bagian penting dalam keberhasilan
pelaksanaan pembelajaran jarak jauh, kesiapan ini berkaitan dengan kemampuan pengajar
dan pembelajar dalam menggunakan serta mengelola segala sistem teknologi yang digunakan
dalam proses pembelajaran jarak jauh. Kemampuan penggunaan dan pengelolaan sistem
teknologi, informasi dan komunikasi ini sering disebut literasi teknologi, informasi dan
komunikasi.
Perubahan metode tersebut tergolong drastis dan opsi yang tersedia hanyalah
menyelenggarakan pembelajaran secara virtual, dimana tatap muka di kelas digantikan tatap
muka melalui virtual dan melibatkan teknologi digital (Zimmerman, 2020). Di lingkungan
pendidikan, guru dan peserta didik dituntuk untuk menyelenggarakan kelas dan pertemuan
virtual pada salah satu platform dan perangkat lunak yang telah disebutkan di atas. Persiapan
tersebut tersebut dilakukan dalam waktu yang sangat singkat dan tanpa sosialisasi formal.
Salah satu faktor kunci dalam perubahan metode pembelajaran tersebut adalah kompetensi
guru dan peserta didik dalam menggunakan teknologi untuk mengelola proses pembelajaran
jarak jauh. Kemampuan tersebut merupakan bagian dari literasi digital, yang dapat diartikan
sebagai kemampuan penggunaan dan pengelolaan sistem teknologi, informasi dan
komunikasi.

Pengertian Literasi Digital


Literasi digital adalah pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digital,
alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan,
membuat informasi, dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan
patuh hukum dalam rangka membina komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-
hari.  Literasi digital juga merupakan kemampuan menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) untuk mengkomunikasikan konten/informasi dengan
kecakapan kognitif dan teknikal. Digital literasi lebih cenderung pada hal hal yang terkait
dengan keterampilan teknis dan berfokus pada aspek kognitif dan sosial emosional dalam
dunia dan lingkungan digital. Literasi digital merupakan respons terhadap perkembangan
teknologi dalam menggunakan media untuk mendukung masyarakat memiliki kemampuan
membaca serta meningkatkan keinginan masyarakat untuk membaca.
Lee (2014) mendefinisikan literasi digital sebagai kemampuan memahami dan
menggunakan informasi dalam berbagai format (teks, gambar, audio, video, dan animasi) dan
dari berbagai sumber yang tersaji melalui perangkat elektronik. Sedangkan menurut Deakin
University’s Graduate Learning Outcome 3 (DU GLO3), literasi digital didefinisikan sebagai
pemanfaatan teknologi untuk menemukan informasi, menggunakan informasi tersebut
sebagai input pemikiran, dan menyebarluaskan informasi yang telah diperkaya, melalui
platform digital. Sehingga, literasi digital juga melibatkan kemampuan memahami,
menganalisis, memberikan penilaian terhadap berbagai informasi yang diterima, serta
melakukan evaluasi terhadap informasi tersebut.
Gilster (1997:1-2), literasi digital dijelaskan sebagai kemampuan untuk memahami
dan menggunakan informasi dari berbagai format. Konsep literasi menurut Gilster bukan
hanya tentang kemampuan membaca saja, namu membaca dengan makna da mengerti
maksud makna tersebut. Literasi digital bukan sekedar dapat menekan berbagai tombol dalam
mengoperasikan media komunikasi elekrtonik, justru yang lebih utama yaitu cakupan
penguasaan ide-ide. Gelster mengemukakan bahwa terjadi proses berpikir kritis siswa ketika
berhadapan dengan media digital daripada kompetensi teknis sebagai keterampilan inti dalam
literasi digital. Selain itu, menekankan evaluasi kritis dari apa yang ditemukan melalui media
digital daripada keterampilan teknis yang diperlukan untuk mengakses media digital tersebut.
Kemajuan teknologi tersebut sudah waktunya diadaptasikan dalam proses pembelajaran.
Kemajuan teknologi juga merambah ke dunia pendidikan yang menyebabkan perubahan
perilaku dalam kegiatan pembelajaran, sumber belajar, serta teknologi pembelajaran.
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat
tersebut, saat ini bermunculan istilah elearning, online learning, web based training, online
courses, web based education dan sebagainya. Selain itu, terdapat banyak lembaga
pendidikan yang memanfaatkan sistem e-learning untuk meningkatkan keefektifan dan
fleksibilitas pembelajaran. Saat ini sudah mulai bermunculan sekolah-sekolah yang sudah
berlangganan internet, dan dimanfaatkan membuat website untuk kepentingan pembelajara.

Peran Literasi Digital dalam Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid 19


Kemampuan literasi digital sangat dipengaruhi oleh kemampuan literasi baca tulis,
yakni kemampuan membaca, menulis, mencari, menganalisis, mengolah dan membagikan
teks tertulis. Sayangnya, performa Indonesia di bidang literasi baca tulis termasuk rendah.
Berdasarkan hasil dari survei Programme for International Students Assessment (PISA) 2018,
Indonesia menempati peringkat 71 dari 79 negara. Dipaparkan bahwa hanya 30% peserta
didik yang menunjukkan setidaknya kemampuan level 2 dibandingkan dengan 77% peserta
didik di negara-negara anggota OECD (Organisation for Economic Co-operation and
Development).
Di sisi lain, 70% orang dewasa Indonesia berada di level 1, bahkan di bawahnya
dalam bidang literasi menurut Survey of Adult Skills 2015. Dua survei ini memperlihatkan
bahwa meskipun mayoritas orang Indonesia dapat memahami teks sederhana menggunakan
kosakata dasar, mereka mengalami kesulitan untuk memahami dan secara kritis mengevaluasi
teks yang panjang dan kompleks.
Salah satu faktor penyebab rendahnya literasi masyarakat Indonesia adalah kurangnya
penekanan pada keterampilan berpikir kritis sejak usia dini. Padahal, literasi digital perlu
diasah sejak dari pendidikan dasar. Kurikulum Nasional 2013 mengamanatkan penerapan
high order thinking skills (HOTS), tetapi tidak terintegrasi dengan baik atau diajarkan secara
luas selama pelatihan guru di Indonesia (Ilyas, 2015).
Memasuki masa pandemi dimana pembelajaran dilakukan secara daring, kemampuan
literasi digital yang tinggi dapat memudahkan peserta didik dalam dalam mengikuti setiap
proses pembelajaran (yang menggunakan platform yang beragam). Contohnya antara lain
kemampuan menghubungkan perangkat ke jaringan internet yang memadai, serta mengistal
berbagai perangkat lunak untuk pembelajaran daring. Kedua hal tersebut menjadi
kemampuan mendasar agar dapat berpartisipasi dalam pembelajaran daring secara efektif.
Selain itu, literasi digital juga berperan mengefektifkan interaksi dan komunikasi
selama proses pembelajaran. Sebagai contoh, kemampuan dalam menggunakan fitur kamera
dan mikrofon pada perangkatnya agar mampu hadir dan terhubung secara virtual. Lebih jauh,
kemampuan menggunakan perangkat lunak untuk menyajikan teks dan gambar
pendukungnya (grafik, ilustrasi, dan sebagainya) berperan untuk mengoptimalkan kolaborasi
dan komunikasi dalam pembelajaran daring, yang dijembatani oleh fitur email, online
wordsheet dan spreadsheet, serta fitur ‘lampirkan file’ yang ada pada berbagai perangkat
lunak.
Pada akhirnya, kompetensi literasi digital berperan dalam kemampuan mengakses
berbagai sumber pembelajaran yang berkualitas. Selama masa pandemi, mahasiswa memiliki
keterbatasan dalam mengakses sumber informasi yang ada di kampus, sehingga sumber
informasi yang mungkin diakses adalah yang berbasis online. Sumber informasi online yang
kaya informasi, menuntut mahasiswa untuk mampu mengakses informasi yang berkualitas,
sebagai suplemen informasi untuk pembelajaran daring yang diikuti. Hal tersebut sejalan
dengan penelitian (McLoughlin, 2011) yang mengemukakan bahwa dalam pembelajaran
daring, literasi teknologi terkait dengan keterampilan dalam memanfaatkan lingkungan digital
yang kaya akan sumber belajar.
Pada tingkat yang lebih lanjut, literasi digital memiliki peran dalam proses interaksi
dan komunikasi selama proses pembelajaran. Pengajar dan pembelajar yang memiliki literasi
digital akan menghadirkan interaksi selama pembelajaran meskipun keduanya berada pada
tempat yang berbeda dan tersekat jarak. Teknologi digital serta literasi digital menjadi media
dan cara bagi pengajar dan pembelajar dalam melakukan kolaborasi dan komunikasi secara
online. Interaksi, komunikasi, dan kolabirasi selama pembelajaran jarak jauh pada masa
pandemi Covid-19 ini bisa dilakukan dengan menggunakan berbagai cara, diantaranya
komunikasi via email, menggunakan fitur chating pada berbagai media sosial, dan melalui
platform video conference.
Literasi digital juga memiliki peran dalam memudahkan akses informasi dan
pengelolaan informasi yang mendukung pembelajaran jarak jauh selama masa pandemi
Covid-19. Literasi teknologi akan membantu siswa dalam mengakses berbagi informasi dari
sumber yang tersedia. Pada ISTE Standar For Student, disebutkan kemampuan mencari
informasi yang efektif dengan memilih kata kunci yang tepat menjadi literasi teknologi yang
harus dikuasai oleh siswa.
Dengan demikian, literasi teknologi akan membuat siswa mencari informasi secara
cepat dan tepat karena mengetahui lokasi dan kata kunci yang sesuai dengan informasi yang
dibutuhkan untuk kepentingan pembelajaran. Selain memudahkan mencari informasi, literasi
teknologi pun akan membantu dalam mengelola informasi, mulai dari mencari, mengelola,
mengevaluasi dan memanfaatkan informasi yang diperoleh. Literasi teknologi yang berkaitan
dengan pengelolaan dan evaluasi informasi yang tersedia sangat penting dilakukan karena
tidak semua informasi memiliki akurasi yang tepat dan berkaitan dengan pembelajaran. Pada
masa pandemi Covid-19 ini banyak ditemukan informasi hoaks yang tersebar meluas pada
berbagai media, literasi digital dalam hal pengelolaan informasi ini menjadi kemampuan yang
sangat penting dimiliki oleh pengajar dan pembelajar.
Berdasarkan paparan peran literasi digital tersebut menunjukkan bahwa literasi digital
sangat menunjang keberadaan teknologi yang menjadi media dan sarana pelaksanaan
pembelajaran jarak jauh selama masa pandemi Covid-19. Pengajar dan pembelajar yang
memiliki literasi digital akan mampu memanfaatkan dan mengelola sistem teknologi dengan
segala perangkatnya, jika hal tersebut terjadi maka pembelajaran jarak jauh bisa terlaksana
dengan baik, mulai dari proses pembelajaran, penugasan, penilaian sampai proses interaksi
dan kolaborasi diantara pengajar dan pembelajar. Lebih dari itu, literasi digital pun akan
membentuk pribadi pengajar dan pembelajar yang bertanggung jawab ketika menggunakan
teknologi, seerta mengedepankan etika dalam interaski, komunikasi, dan kolaborasi selama
proses pembelajaran jarak jauh.

Implementasi literasi Digital dalam Proses Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19


Literasi digital dalam implementasinya belum dikembangkan secara optimal dan
proposional yang dimungkinkan dapat memberikan kontribusi untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran. Selama ini literasi digital semata-mata dikenal dalam media sosial yang dapat
menyampaikan berbagai informasi terkait dengan hal-hal yang dibutuhkan oleh warga
masyarakat. Fenomena yang ditemukan bahwa media sosial diposisikan sebagai sarana
penyampai pesan/informasi dari pengirim pesan kepada penerima pesan sesuai dengan
kebutuhan. Sesungguhnya manfaat media digital menyimpan keunggulan yang dapat
diberdayakan untuk pengembangan pembelajaran secara sinergis menunjang meningkatnya
kualitas pembelajaran.
Berdasar berbagai pendapat tentang konsep literasi digital tersebut, bahwa setiap
individu diharapkan memiliki kemampuan memahami dan menggunakan informasi dari
berbagai sumber yang disajikan dalam bentuk digital dan dikembangkan secara arif agar
memiliki kemampuan berpikir kritis serta mampu mengekspresikan diri dan berpartisipasi
dalam media. Kata kunci yang dapat ditemukan dari berbagai konsep literasi digital tersebut
yaitu: (a) kemampuan memahami dan menggunakan informasi, (b) dikembangkan secara arif,
dan (c) warga masyarakat memiliki kemampuan berpikir kritis. Dalam hal ini diduga bahwa
melalui literasi digital, warga masyarakat terutama warga belajar dalam hal ini para siswa
pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi akan memiliki kemampuan menggunakan
informasi dan mampu berpikir kritis dalam konteks interaksi dalam proses pembelajaran.
Mengacu dari berbagai temuan khususnya hasil survei oleh Kementerian Komunikasi
dan Informatika (2014), kepada 30 juta anak usia 10-19 tahun menunjukkan bahwa 52%
responden dalam mengakses internet menggunakan ponsel. Artinya ditemukan sekitar 15,6
juta anak setingkat kelas 4, kelas 5 dan kelas 6 SD (10-12 tahun), kelas 7 sampai dengan
kelas 9 SMP (13-15 tahun) dan kelas 10 sampai dengan kelas 12 SMK/SMK sederajat serta
mahasiswa kuliah tahun pertama untuk mencari informasi sesuai dengan kebutuhan mereka.
Hal ini sangat mungkin dalam pencarian informasi di dalamnya kebutuhan untuk
menyelesaikan tugas pembelajaran dalam akses internet menggunakan ponsel.

Kesimpulan
Pandemi Covid-19 berdampak signfikan pada berbagai sektor, termasuk pada
pembelajaran. Demi melakukan pencegahan penyebaran Covid-19, proses pembelajaran
dilakukan dengan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ). Pada pelaksanaan PJJ pada masa
pandemi Covid-19, teknologi dengan segala sistemnya menjadi kunci pelaksanaan
pembelajaran yang mampu menjembatani interaksi, komunikasi dan kolaborasi antara
pengajar dan pembelajar yang tersekat jarak. Namun demikian, keberadaan teknologi akan
menjadi tidak termanfaatkan jika tidak dibarengi dengan pengajar dan pembelajar yang melek
teknologi.
Pemanfaatan perangkat digital saat pademi Covid-19 ini bisa menjadi moment tepat
dan strategis bagi siswa untuk memperkuat kepemilikan kompetensi literasi digital. Karena
itu, pada waktu mendatang—sekalipun pandemi Covid-19 telah berlalu—pembiasaan siswa
untuk memanfaatkan perangkat digital harus terus didorong agar menjadi moda yang
mewarnai dalam proses pembelajaran, sehingga mereka dapat menjadi sosok yang mampu
mengoptimalisasikan potensinya.
Namun, yang harus dilakukan satuan pendidikan adalah melakukan pengetatan
terhadap siswa untuk dapat memanfaatkan perangkat digital dengan benar sehingga menjadi
media yang dimanfaatkan untuk hal-hal positif semata, terutama dalam upaya menambah
pengetahuan mereka. Upaya ini harus ditekankankan karena perangkat digital yang telah
berada pada genggaman siswa bisa berdampak negatif ketika dimanfaatkan oleh mereka
untuk kegiatan negatif.
Mengingat lagi pada peribahasa lama ‘the man behind the gun’, kesalahan pemanfatan
perangkat akan berdampak negatif bagi pengguna serta lingkungan sekitarnya.
Kebermanfaatan perangkat digital akan tergantung pada siswa itu sendiri dalam
menyikapinya. Karena itu para pemangku kebijakan satuan pendidikan harus bersinergi untuk
mendorong siswa agar dapat memanfaatkan perangkat digital dalam upaya implementasi
literasi digital. Dalam hal ini harus terbangun kerjasama yang baik antara pihak satuan
pendidikan, keluarga, dan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai