Anda di halaman 1dari 4

Christian Melody Dharma Saputra (Kelas 9C & Nomor Presensi 7)

TEKS DISKUSI

“Lanjutkan atau Tidak? Revolusi Pendidikan: Melangkah Maju


dengan Digitalisasi”

Pendahuluan:

Indonesia saat ini sedang memasuki era Industry 5.0 dan Society 5.0 ,
yang ditandai oleh kemajuan teknologi yang pesat, digitalisasi, dan kebutuhan
untuk beradaptasi dengan keterampilan. Sehingga digitalisasi telah menjadi pilar
utama berbagai sektor, tak terkecuali dalam dunia pendidikan.

Pendidikan yang berkualitas merupakan salah satu aksi dalam Sustainable


Development Goals (SDGs), yaitu rencana aksi global yang disepakati oleh para
pemimpin dunia, termasuk Indonesia. Urgensi tersebut tentu berkaitan dengan
penggunaan media pembelajaran. Dalam beberapa dekade terakhir,
perkembangan teknologi telah menghadirkan perubahan signifikan dalam cara
kita belajar dan mengajar. Media pembelajaran konvensional seperti buku teks,
papan tulis, dan alat peraga fisik telah lama digunakan di berbagai sekolah hingga
universitas. Namun, dengan kemajuan teknologi, media pembelajaran digital
seperti perangkat elektronik, perangkat lunak interaktif, dan internet juga
menjadi pilihan yang populer. Tentu hal ini menuai pro dan kontra dengan
berbagai argumen yang ada.

Pro:

Pelajar masa kini telah akrab dengan penggunaan media digital, bahkan di
kehidupan sehari-hari erat kaitannya dengan gawai sebagai media digital. Media
digital dimanfaatkan sehari-hari oleh sebagian besar orang, bahkan menurut
laporan yang bertajuk "Digital 2023: Indonesia" warganet Indonesia
menghabiskan waktu hingga 7 jam 42 menit *per-hari* nya. Maka dari itu
generasi muda saat ini tentu mudah beradaptasi dengan penggunaan media digital
yang dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran.

Digitalisasi pendidikan memberikan kemudahan dalam mengakses


informasi kepada pelajar dan juga. Pelajar dapat mengakses sumber informasi
dari berbagai belahan dunia tanpa terbatas oleh batasan geografis. Salah satu
contoh nya yaitu tanpa perlu untuk mendapatkan buku yang lokasinya begitu jauh
dan sulit diakses, banyak e-book yang sudah tersedia di berbagai website.
Sumber informasi yang saat ini sedang marak digunakan yaitu chatgpt karena
dinilai mudah digunakan dan tidak hanya untuk mencari informasi bahkan dapat
membantu pekerjaan pelajar.

Tidak hanya itu, pemanfaatan media digital dalam pembelajaran tentu


menciptakan pengalaman belajar yang lebih menarik. Pengalaman belajar yang
menarik diciptakan melalui media belajar yang interaktif. Menurut penelitian
yang berjudul "Efektivitas Penggunaan Media Digital & Media Konvensional dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Islam Al-Azhar 7 Solo Baru" media
digital merupakan media pembelajaran yang lebih interaktif karena media digital
dapat menampilkan konten multimedia yang lebih menarik seperti video, animasi,
dan simulasi interaktif. Hal ini dapat membantu meningkatkan minat dan
keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Maka dari itu, melalui media
pembelajaran interaktif, siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran yang dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran.

Digitalisasi dalam pendidikan juga turut serta dalam upaya menjaga


lingkungan. Paperless merupakan salah satu trend era digital dimana penggunaan
kertas menjadi lebih sedikit (Setiawan, 2017). Hal ini dibuktikan melalui adanya
sekolah yang menggunakan media digital dalam ujian-ujian. Tak hanya dalam ujian,
bahkan dalam mengerjakan tugas pun pelajar dapat memanfaatkan media digital
sebagai media pembelajaran, contohnya dalam membuat poster menggunakan
aplikasi yang umum digunakan pelajar yaitu canva. Selain itu, Menurut hasil
penelitian yang berjudul "Perbandingan Tingkat Keefisienan Penggunaan Media
Kertas dan Media Digital (Tanpa Kertas) Dalam Pengerjaan Tugas Perkuliahan
Mahasiswa Ilmu Komputer Universitas Pertamina" didapatkan hasil bahwa
penggunaan media digital sebagai media pengerjaan tugas lebih murah dibanding
kertas karena. Sehingga penggunaan media digital sebagai media pembelajaran
tidak hanya dapat menjaga lingkungan namun juga memiliki nilai ekonomis.

Kontra:

Digitalisasi dalam pendidikan tentu menimbulkan dampak negatif, salah


satunya kesenjangan pendidikan. Kesenjangan pendidikan terjadi karena adanya
kesenjangan akses dan pemanfaatan teknologi digital di antara siswa atau
institusi pendidikan. Melansir dari penelitian yang berjudul “Digitalisasi dan
Disparitas Pendidikan di Sekolah Dasar” beberapa penelitian menunjukkan bahwa
salah satu kendala utama dalam pembelajaran daring bagi peserta didik adalah
kesenjangan digital. Bukan rahasia lagi bahwa infrastruktur internet terpusat
pada Pulau Jawa. Penetrasi Penggunaan internet di Indonesia di wilayah
perkotaan sebesar 71-72%, namun di desa masih di kisaran 42-48% (Rozi, 2022).
Tidak hanya terkait ketidakmerataan infrastruktur, tetapi juga kepemilikan
perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di rumah tangga menjadi
masalah. Meskipun pembelajaran daring diharapkan menjadi solusi pendidikan,
pada 2019, dalam laporan Network Readiness Index (NRI), Indonesia masih
berada di peringkat 76 dari 121 negara. Maka dari itu digitalisasi dalam
pendidikan tentu menimbulkan disparitas pendidikan di Indonesia.

Tidak hanya disparitas dalam pendidikan, terdapat beberapa


kekhawatiran yang terjadi pada guru maupun siswa. Guru-guru ternyata belum
sepenuhnya menunjukkan kesiapan digital. Mereka belum mengoptimalkan
berbagai perangkat lunak yang tersedia untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran, meskipun sudah familiar dengan media digital tersebut. Menurut
pembahasan pada penelitian yang berjudul “KESIAPAN GURU DALAM
MENGHADAPI TANTANGAN PENDIDIKAN BERBASIS TEKNOLOGI” sekolah-
sekolah masih banyak dihuni oleh guru-guru yang gagap teknologi dan enggan
membelajarkan dirinya untuk mengikuti perkembangan dan kemajuan. Terlebih
lagi jika ditinjau dari permasalahan pendidikan di Indonesia yang memiliki
daerah-daerah terpencil dan terisolir, sehingga semakin sulit untuk
mengembangkan keterampilan guru dalam menggunakan teknologi.

Pengunaan media digital sebagai media pembelajaran berpotensi untuk


disalahgunakan oleh siswa itu sendiri bahkan orang lain. Hal ini dapat terjadi
karena siswa dapat dengan mudah mengakses informasi yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai moral dan etika yang diajarkan di sekolah. Justru kemudahan dalam
mengakses dapat menjadi boomerang yang buruk bagi siswa jika disalahgunakan.
Selain itu, tidak menjadi rahasia lagi bahwa beberapa siswa juga menggunakan
TIK untuk melakukan kecurangan dalam tugas dan ujian. Tidak hanya pada sisi
siswa, namun faktor luar juga membahayakan penggunaan media digital. Meskipun
banyak lembaga pendidikan telah menggunakan teknologi digital, keamanan end-
to-end tetap menjadi tantangan, karena dunia pendidikan telah menjadi target
utama serangan Siberut (Cloud.computing.id).

Tidak dapat dipungkiri, digitalisasi dalam pendidikan juga berdampak


pada kesehatan pelajar. Tentu digitalisasi erat kaitannya dengan penggunaan
gadget, laptop, proyektor, dll yang berdampak terhadap kesehatan. Tentu fungsi
penglihatan dapat menurun seperti mata menjadi kering, kepala sakit dan air
mata selalu menjadi keluar akibat paparan sinar dari layar monitor (LED/LCD)
dan penyinaran lainnya akan berdampak buruk terhadap kesehatan mata salah
satunya yaitu penurunan ketajaman penglihatan (Ernawati, 2015). Hingga
Gangguan tidur berpengaruh akibat Penggunaan gadget yang berlebihan dapat
menyebabkan gangguan tidur, karena cahaya yang dipancarkan oleh layar gadget
dapat mengganggu ritme sirkadian manusia. Hal ini dapat mengganggu kualitas
tidur dan menyebabkan kelelahan dan kantuk pada siang hari (Mulyani, 2022).
Maka dari itu digitalisasi dalam pendidikan harus dihentikan karena berdampak
juga terhadap kesehatan.

Kesimpulan:

Digitalisasi dalam pendidikan menghasilkan dampak yang sangat


kompleks. Di satu sisi, digitalisasi dapat digunakan karena akses yang lebih
mudah terhadap informasi dan menciptakan pengalaman pembelajaran yang lebih
menarik. Tidak hanya dalam konteks pendidikan, tetapi digitalisasi juga
memberikan kontribusi dalam pelestarian lingkungan dengan mengurangi
penggunaan kertas secara signifikan. Namun, di sisi lain, digitalisasi juga
meningkatkan kesenjangan pendidikan dengan memperdalam divisi antara mereka
yang memiliki akses teknologi dan yang tidak, serta menimbulkan kekhawatiran
terhadap kesiapan guru dalam mengadopsi teknologi secara efektif dan
kemungkinan penyalahgunaan oleh siswa. Selain itu, penggunaan teknologi secara
berlebihan juga dapat berdampak negatif pada kesehatan pelajar. Meskipun
terdapat tantangan dan kekurangan, namun dengan perkembangan teknologi yang
terus maju, digitalisasi akan terus menjadi bagian integral dari dunia pendidikan.
Oleh karena itu, penting untuk mengimplementasikan penggunaan media digital
dengan mempertimbangkan setiap tantangan yang ada, sehingga potensi
positifnya dapat diwujudkan secara optimal.

Anda mungkin juga menyukai